Anda di halaman 1dari 8

DERADIKALISASI TERHADAP NARAPIDANA TERORIS

Deradicalization of Terrorist Inmates


Alvin Dianuddin Pratama
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Jalan Raya Gandul No. 4 Gandul Cinere Depok
vindpr@gmail.com

Abstrak

Dalam upaya deradikalisasi para narapidana dengan kasus terorisme tindakan kekerasan
sangat tidak dapat digunakan dalam upaya deradikalisai, karena pada hakekatnya kita harus
menyelesaikan permasalahan yang ada dengan mengubah pola pikir dan pemahaman
radikal dari para narapidana teroris tersebut. Dalam upayanya banyak ditemui upaya
perlawanan dari narapidana itu sendiri, seperti narapidana yang tidak kooperatif,
kebanyakan diantara mereka juga tidak mau berbicara kepada para petugas
pemasyarakatan, deradikalisasi sendiri adalah upaya untuk membuat narapidana teroris
tersadarkan dari aliran yang mereka anggap benar, tentu dengan menggunakan cara yang
tepat, dalam hal ini para narapidana teroris harus mau mengikuti upaya deradikalisasi,
diperlukan prinsip khusus dalam metode pembinaan narapidana teroris. Penulisan ini
menggunakan metode pendekatan deskriptif yang diambil dari berbagai literatur untuk
mencapai tujuan pemahaman kepada masyarakat terkait deradikalisasi pada narapidana
teroris. Hasil yang diperoleh berupa pemahaman penanganan terhadap narapidana teroris
melalui deradikalisasi.

Kata Kunci : Narapidana Teroris1, Radikalisme2, Deradikalisasi3, Rehabilitasi4,


Terorisme5

Abstract

In the effort to de-radicalize prisoners with cases of terrorism, acts of violence cannot be
used in deradical measures, because in essence we have to solve the problem by changing
the mindset and radical understanding of the terrorist prisoners. In many attempts to meet
resistance efforts from prisoners themselves, for example inmates who are not cooperative,
1
Narapidana dengan kasus pelanggaran berupa tindak terorisme
2
Sebuah kelompok atau gerakan politik yang kendur dengan tujuan mencapai kemerdekaan atau pembaruan
elektoral yang mencakup mereka yang berusaha mencapai republikanisme, penghapusan gelar, redistribusi hak
milik dan kebebasan pers, dan dihubungkan dengan perkembangan liberalisme
3
Stratregi untuk menetralisir paham-paham yang dianggap radikal dan membahayakan dengan cara pendekatan
tanpa kekerasan
4
Kegiatan ataupun proses untuk membantu para penderita yang mempunyai penyakit serius atau cacat yang
memerlukan pengobatan medis untuk mencapai kemampuan fisik psikologis, dan sosial  yang maksimal
5
Serangan serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok
masyarakat

1
most of them also don’t want to talk to prison officials, deradicalization itself is an attempt to
make terrorist prisoners aware of the flow that they think is right, of course by using methods
Appropriate, in this case terrorist prisoners must be willing to follow the efforts of
deradicalization, special principles in the methods of guiding terrorist prisoners are needed.
This writing uses a descriptive approach taken from various literatures to achieve the goal of
understanding the community related to deradicalization in terrorist prisoners. The results
obtained in the form of understanding handling of terrorist prisoners through
deradicalization.

Keywords: Terrorist Prisoners6, Radicalism7, Deradicalization8, Rehabilitation9,


Terrorism10

PENDAHULUAN Latar Belakang


Deradikalisasi adalah upaya awal Dengan semakin meluasnya
atau upaya dini dalam menangkal sejak pergerakan tindak pidana kejahatan
awal yang menuju berbagai potensi terorisme pada seluruh lapisan dunia
lapisan dengan beragam macam dan senantiasa membuat organisasi tersebut
pilihan yang relevan bagi para kelompok terus beradaptasi dan terus berkembang
sasaran, deradikalisasi sendiri diarahkan dengan semua fenomena yang terjadi
kepada orang-orang yang mempunyai secara global. Terorisme mampu
pengaruh paham-paham radikal. Hal ini dilaksanakan dalam berbagai cara salah
bertujuan supaya orang-orang tersebut satunya adalah dengan memiliki motivasi,
dapat kembali dan dapat berintegrasi motivasi terkait isu agama, terkait isu
dengan masyarakat atau meredakan untuk memperjuangkan kemerdekaan,
upaya atau niat mereka supaya tidak terkait isu ideologi, adanya kepentingan
kembali melakukan tindak terorisme lagi.
Perbandingan pembelajaran deradikalisasi
di berbagai negara seperti, Yaman, Arab
Saudi, Singapura, Mesir dan Indonesia
menyebutkan bahwa metode
deradikalisasi narapidana teroris di
beberapa negara, metode yang di
gunakan oleh Indonesia telah memiliki
pendekatan yang komprehensif,
sebagaimana deradikalisasi didalam
Lapas masih tetap menemui
permasalahan, antara lain belum
mempunyai program khusus dalam
pembinaan untuk narapidana teroris dan
masih kurangnya peran Balai
Pemasyarakatan sebagai institusi yang
memiliki fungsi memantau dan
memberdayakan mantan narapidana
teroris supaya dapat melakukan upaya
integrasi dengan masyarakat sekitar.

6
Prisoners with cases of violations in the form of acts of terrorism
7
A loose political group or movement with the aim of achieving independence or electoral reform that includes
those who seek to achieve republicanism, abolition of titles, redistribution of property rights and freedom of the
press, and are associated with the development of liberalism
8
Strategies to neutralize ideologies that are considered radical and dangerous by means of a non-violent
approach
9
Activities or processes to help sufferers who have serious illnesses or disabilities that require medical
treatment to achieve maximum physical, psychological and social abilities
10
Coordinated attacks aimed at arousing feelings of terror towards a group of people

2
tertentu, dan terkait isu untuk dapat kembali dan dapat berintegrasi
membebaskan diri dari ketidakadilan11. dengan masyarakat atau meredakan
Di Indonesia, Pemerintah upaya atau niat mereka supaya tidak
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang kembali melakukan tindak terorisme lagi.
No. 15 Tahun 2003 tentang Perbandingan pembelajaran deradikalisasi
Pemberantasan Tindak Pidana di berbagai negara seperti, Yaman, Arab
Terorisme12 sebagai landasan hukum Saudi, Singapura, Mesir dan Indonesia
yang kuat dan sebagai kepastian hukum menyebutkan bahwa metode
dalam mengatasi tindak pidana terorisme, deradikalisasi narapidana teroris di
meskipun sudah di terbitkannya undang- beberapa negara, metode yang di
undang tersebut tetap tidak dapat gunakan oleh Indonesia telah memiliki
membendung tindakan terorisme yang pendekatan yang komprehensif,
terjadi di Indonesia, seperti peristiwa bom sebagaimana deradikalisasi didalam
di kedutaan Australia13, bom Bali14, Hotel Lapas masih tetap menemui
JW Marriot dan Ritz Charlton15, GBIS permasalahan, antara lain belum
Solo16, Sarinah.17 mempunyai program khusus dalam
Dalam hal ini Indonesia telah pembinaan untuk narapidana teroris dan
berupaya memberikan pola pembinaan masih kurangnya peran Balai
bagi narapidana teroris dengan Pemasyarakatan sebagai institusi yang
menggunakan pendekatan soft approach18 memiliki fungsi memantau dan
dalam mencegah dan menangani tindak memberdayakan mantan narapidana
pidana terorisme. Hal ini menjadi dasar teroris supaya dapat melakukan upaya
bahwa kekerasan tidak sepenuhnya integrasi dengan masyarakat sekitar.
berhasil dalam upaya menyelesaikan Perlu juga upaya re-edukasi dan
permasalahan terorisme sampai dasar remotivasi terhadap pelaku tindak
pokok akar-akarnya yang memicu paham terorisme dan radikalisme, yaitu dengan
radikal. Oleh sebab itu, program yang membangun kesadaran keagamaan yang
dilakukan kepada narapidana teroris inklusif dan humanis, Negara Indonesia
adalah upaya deradikalisasi19 sebagai menjelaskan tentang berhasilnya
perwujudan dari pendekatan umum yang deradikalisasi dalam melakukan re-
di kenal dengan pendekatan soft line edukasi dan remotivasi kepada para
approach20 di Indonesia penanganan pada pelaku terorisme dan para simpatisan
kasus terorisme dengan tindakan represif dengan integrasi nilai-nilai pluralitas dalam
justru membuat semakin menguatnya kurikulum kelembagaan pendidikan
paham radikal pada tindakan terorisme, pesantren, dakwah atau pengajian-
sehingga pemidanaan dalam pengajian yang terhubungkan dengan
memberantas tindakan terorisme, jaringan radikalisme.
diperlukan upaya untuk memberantas
pemikiran radikal dari para pelaku Rumusan Masalah
tindakan terorisme dengan melakukan Bagaimana cara melaksanakan
upaya deradikalisasi. deradikalisasi pada narapidana teroris.
Deradikalisasi adalah upaya awal
atau upaya dini dalam menangkal sejak Tujuan
awal yang menuju berbagai potensi
lapisan dengan beragam macam dan
pilihan yang relevan bagi para kelompok
13
9 September 2004
sasaran, deradikalisasi sendiri diarahkan
14
1 Oktober 2005
15
17 Juli 2009
kepada orang-orang yang mempunyai 16
25 September 2011
pengaruh paham-paham radikal. Hal ini 17
14 Januari 2016
bertujuan supaya orang-orang tersebut 18
Pendekatan dengan tidak menggunakan
kekerasan
11
Ali, 2012 19
Stratregi untuk menetralisir paham-paham yang
12
Serangan serangan terkoordinasi yang bertujuan dianggap radikal dan membahayakan dengan cara
membangkitkan perasaan teror terhadap pendekatan tanpa kekerasan
sekelompok masyarakat 20
Golose, 2009

3
Mampu menerapkan metode yang tersebar luas pada sebuah lingkup
deradikalisasi pada narapidana teroris. masyarakat.22
Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun
Metode Penelitian 2003 tentang Pemberantasan Tindak
1. Pendekatan  Deskriptif Pidana Terorisme yang dimaksud dengan
2. Metode Pengumpulan Data tindak pidana kejahatan terorisme
Menggunakan metode deskriptif merupakan segala perbuatan yang
dan tinjauan literatur pustaka. memenuhi semua unsur tindak pidana
dengan sesuai ketentuan undang-undang
PEMBAHASAN ini (Pasal 1 ayat 1). Lalu unsur yang
 Upaya deradikalisasi bagi dimaksud pada Pasal 1 ayat 1 adalah
narapidana teroris. segala tindakan yang melawan hukum
dan dilaksnakan secara sistematis dan
Dalam tahapan deradikalisasi sendiri masif dengan tujuan menghancurkan
para narapidana memiliki tingkatannya kedaulatan negara dan bangsa, serta
masing-masing, dalam tingkatan yang membahayakan bagi kedaulatan dan
berbeda ini perlu penanganan keamanan bangsa dengan menggunakan
deradikalisasi yang tentunya berbeda. Ada tindakan kekerasan atau teror ancaman
beberapa tahap dalam upaya berupa memberikan rasa takut terhadap
deradikalisasi dan hal ini harus dimengerti orang lain secara luas dan mengakibatkan
dan dipahami, antara lain: korban jiwa yang berjumlah banyak,
1. Tahap pertama individu berada di dengan cara menghilangkan nyawa,
dalam sebuah kelompok merampas harta benda dan kekayaan
masyarakat mulai orang lain dan menyebabkan kerusakan
mempertanyakan apakah ia telah atau kehancuran objek-objek vital, fasilitas
di perlakukan adil oleh pemerintah, publik atau fasilitas internasional.
sehingga menimbulkan krisis Deradikalisasi adalah upaya awal atau
identitas. upaya dini dalam menangkal sejak awal
2. Tahap kedua adalah tahapan yang menuju berbagai potensi lapisan
identifikasi diri, individu merasa dengan beragam macam dan pilihan yang
bahwa mereka perlu mencari relevan bagi para kelompok sasaran,
sebuah tempat atau wadah dimana deradikalisasi sendiri diarahkan kepada
ia dapat dihargai layaknya seorang orang-orang yang mempunyai pengaruh
manusia dapat diayomi layaknya paham-paham radikal. Tujuan utama
warga negara, dapat menyuarakan deradikalisasi tidak hanya mengikis
pendapat tanpa ada diskriminasi, radikalisme akan tetapi hal utama adalah
serta sebagai alat untuk memperkokoh implementasi empat pilar
menghilangkan rasa ketidakadilan. hidup berbangsa dan bernegara agar
3. Tahap ketiga adalah tahap tercapai tujuan dan cita-cita serta
doktrinisasi, tahap ini individu keinginan nasional Bangsa Indonesia.23
sudah sepenuhnya melepaskan Berbeda dengan deradikalisasi, kontra
identitas lamanya dan beradaptasi radikalisasi bertujuan untuk memproteksi
dengan identitas radikal. masyarakat umum yang belum terjangkit
4. Tahap keempat adalah tahap radikalisme.
jihadisasi, tahap ini individu
tersebut telah mengadopsi Deradikalisasi ini terdiri dari :
sepenuhnya identitas serta 1. Re-edukasi
ideologi dari kelompok radikal.21 Merupakan penangkalan dengan
Akan tetapi menurut pandangan mengajarkan keterbukaan
Walter Lacquer, tindak pidana kejahatan pandangan kepada masyarakat
terorisme sendiri sesunggunnya berakar tentang paham radikalisme
pada adanya ketimpangan sosial ekonomi
22
Asmara, 2016
23
SETARA institue for democracy and peace ,
21
Fitriana , 2016 2012

4
sehingga tidak terjadi kasus Pembinaan bagi warga binaan
pembiaran berkembangnya suatu pemasyarakatan adalah bagian dari
paham radikal. sistem pemasyarakatan untuk
menegakkan hukum pidana. Berdasarkan
2. Rehabilitasi Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang
Mempunyai dua arti yaitu Pemasyarakatan maka dapat kita ketahui
pembinaan kemandirian24 dan bahwa tujuan utama dari sistem
pembinaan kepribadian.25 pemasyarakatan adalah untuk
mengembalikan warga binaan menjadi
3. Untuk memudahkan mantan warga negara yang berkelakuan baik
narapidana tindak pidana sehingga masyarakat dapat dan mampu
terorisme kembali ke tengah dan dan menerima kembali para mantan
berintegrasi dengan lapisan warga binaan pemasyarakatan.
masyarakat perlu bimbingan dalam Narapidana kasus terorisme harus
bersosialisasi dan menyatu mendapat perlakuan bersifat khusus, dan
kembali dengan masyarakat dalam tidak boleh disamakan dengan perlakuan
hal ini resosialiasi26 dan warga binaan bukan dengan kasus
27
reintegrasi. terorisme, perlakuan pendekatan dapat
Perlindungan hukum bagi narapidana dilakukan dengan harapan mereka dapat
teroris sendiri telah diatur dalam Undang- terbebas dari suatu paham yang salah.
Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Selain dengan program dan metode
Pemasyarakatan, dalam Pasal 1 butir 2 dalam proses deradikalisasi dalam
Undang-Undang Pemasyarakatan, pembinaan narapidana teroris perlu juga
menentukan bahwa sistem pelatihan bagi para petugas Lembaga
pemasyarakatan adalah suatu tatanan Pemasyarakatan, bekerja sama dengan
atau sistem mengenai arah dan batas pihak Badan Nasional Penanggulangan
serta cara pembinaan warga binaan Terorisme, karena petugas sangat
pemasyarakatan dengan berdasarkan diperlukan untuk mencatat
Pancasila yang dilaksanakan terpadu perkembangan, medampingi, mengawasi,
antara pembina, yang dibina dan mengamati narapidana teroris serta dapat
masyarakat untuk meningkatkan kualitas menyusun profiling.
warga binaan pemasyarakatan supaya
menyadari kesalahan, memperbaiki Pelatihan antara lain :
kesalahan, dan tentu tidak mengulangi 1. Pelatihan pedoman penanganan
tindak pidana, sehingga dapat diterima narapidana teroris
kembali ditengah-tengah masyarakat dan 2. Pelatihan manajemen konflik
turut mampu berperan aktif dalam 3. Pelatihan profiling
pembangunan nasional serta dapat hidup 4. Pelatihan anti radikal kepada
secara wajar dan layak sebagai warga petugas pemasyrakatan
negara yang baik dan bertanggung jawab.
Penempatan khusus juga sangat di
perlukan yaitu dengan menempatkan
narapidana diluar daerah asal atau tidak
24
Melatih dan membina para mantan narapidana,
berada disekitar tempat asal guna
mempersiapkan ketrampilan dan keahllian, supaya
setelah mereka keluar dari lapas mereka sudah memutus rantai-rantai penyebaran paham
memiliki keahlian dan dapat membuka lapangan radikal didaerah asal narapidana teroris.
kerja Didalam Pasal 12 ayat 1 huruf d Undang-
25
Melakukan pendekatan dengan berdialog kepada Undang Pemasyarakatan disebutkan
narapidana agar mindset mereka dapat di luruskan bahwa untuk melaksanakan pembinaan,
serta memiliki pemahaman yang komprehnsif serta salah satu dasar untuk melakukan
menerima pihak yang berbeda dengan mereka penggolongan atau pengelompokan
26
Mengembalikan para narapidana ke lingkungan terhadap narapidana di dalam Lapas
sosial adalah berdasar pada jenis kejahatan
27
Mengembalikan pemikiran masyarakat dan yang mereka lakukan. Adanya
narapidana dengan mebaurkan mantan narapidana penggolongan dan pengelompokan
ke tengah masyarakat

5
berdasarkan kejahatan ini sebenarnya Keterampilan untuk mendukung
mengandung arti bahwa jenis tindak usaha-usaha kecil misalnya
pidana yang narapidana lakukan pengelolaan bahan mentah dari sektor
berpengaruh terhadap pola pembinaan pertanian dan bahan alami setengah
yang akan dilaksanakan nantinya. jadi. Keterampilan mendukung usaha-
usaha mandiri misalnya kerajinan
 Pelaksanaan deradikalisasi tangan, industri rumah tangga dan
dengan cara rehabilitasi kepada sebagainya. Keterampilan yang
narapidana teroris. dikembangkan sesuai dengan bakat
Dalam hal ini pemasyarakatan yang mereka miliki masing-masing
menekankan pada dua program misal kemampuan dibidang seni maka
pembinaan yakni pola pembinaan akan di salurkan dengan kumpulan
kepribadian dan pola pembinaan seniman. Petrus Reinhard Golose29
kemandirian. menyatakan bahwa mengatasi
keterbatasan terminologi rehabilitasi,
a. Pembinaan kepribadian di Indonesia upaya deradikalisasi
terorisme yaitu orientasi motivasi dan
Pembinaan kesadaran bernegara re-edukasi di arenakan memperbaiki
dan berbangsa dengan tujuan untuk motivasi para teroris dan
menumbuhkan kesadaran bernegara simpatisannya, serta masyarakat
dan berbangsa pada diri para secara umum merupakan hal sangat-
narapidana. Pembinaan kesadaran sangat vital. Perilaku desdruktif
beragama dengan tujuan untuk mereka perlu diarahkan menuju
memberikan pengertian supaya warga tindakan-tindakan yang lebih positif.
binaan pemasyarakatan mengetahui
bahwa perbuatan keliru yang mereka  Dengan adanya revitalisasi
lakukan berdampak buruk bagi dirinya pemasyarakatan.
dan keluarganya. Pembinaan
kemampuan intelektual dengan tujuan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
supaya kemampuan dan pengetahuan berkomitmen untuk melaksanakan
berpikir dari warga binaan revitalisasi pemasyarakatan. Peraturan
pemasyarakatan semakin meningkat, Menteri Hukum dan Ham RI No. 35 Tahun
sehingga dapat menunjang semua 2018 tentang Revitalisasi
program yang berada didalam Lapas. Penyelenggaraan Pemasyarakatan, yang
Pembinaan kesadaran hukum nantinya pembinaan narapidana akan
dilakukan dengan melaksanakan diklasifikasikan menjadi Lapas Super
penyuluhan hukum bertujuan untuk Maximum Security, Lapas Maximum
mencapai kualitas sadar hukum yang Security, Lapas Medium Security, dan
tinggi, baik saat berada didalam Lapas Lapas Minimum Security, dengan hal ini
maupun nantinya setelah mereka negara akan mudah melakukan antisipasi
bebas dari Lapas dan berintegrasi gangguan keamanan di Unit Pelaksana
dengan masyarakat. Pembinaan Teknis Pemasyrakatan karena telah
mengintegrasikan 28
diri dengan mengetahui karakteristik narapidana.
masyarakat yang bertujuan agar Nantinya para narapidana akan
masyarakat mampu menerima kembali ditempatkan berdasarkan tingkat resiko
narapidana yang telah bebas keamanan yang juga membuat program
dilingkungannya dengan baik dan pembinaan yang berbeda di setiap Lapas,
bertanggung jawab.
29
b. Pembinaan kemandirian Golose, P. R. (2009). Deradikalisasi Terorisme
Humanis, Soul Approach dan Menyentuh Akar
Rumput. Jakarta. Jakarta: Yayasan Pengembangan
28
Menggabungkan atau menyatukan mantan
narapidana ke tengah tengah masyarakat dengan Kajian Ilmu Kepolisian.
tujuan agar mereka bisa di terima kembali ke
tengah tengah masyarakat

6
seperti contoh kasus narapidana teroris dilakukan profiling atau assesmen lagi
mereka akan ditempatkan berdasarkan untuk menilai apakah narapidana teroris
paham radikal yang mereka miliki, paham itu telah menurun kadar paham radikal
radikal yang paling tinggi akan di lakukan dan tingkat resiko keamanan mereka,
pembinaan di Lapas Super Maximum apabila kadar paham radikal mereka dan
Security yang nantinya mereka disana tingkat keamanan mereka turun, maka
akan dilakukan pembinaan dengan tujuan mereka akan diturunkan ke Lapas
menurunkan kadar paham radikal, Maximum Security, akan tetapi hal ini
menurunkan perilaku komprehensif, harus dilakukan dengan sangat-sangat
program yang dilakukan disana adalah teliti dan cermat agar tidak terjadi salah
dengan menempatkan narapidana disatu assesmen yang nantinya menyebabkan
kamar yang hanya berisi satu orang, masalah baru saat berada di Lapas
dengan adanya alat speaker disetiap Maximum Security, hal ini terus dilakukan
kamar, nantinya petugas akan melakukan sampai nantinya mereka berada di Lapas
pembinaan dengan memutarkan sejumlah Minimum Security, atau masa pidana
rekaman suara, karena kebanyakan meraka telah selesai atau habis.
narapidana dengan kasus terorisme tidak
mau berhubungan dengan para petugas, PENUTUP
mereka akan menolak semua pendekatan Dengan adanya upaya dalam
yang petugas lakukan, maka deradikalisasi para warga binaan
pemasyarakatan menyiapkan sejumlah pemasyarakatan kasus terorisme tentu
speaker dikamar untuk para narapidana akan sangat berguna bagi nusa dan
mendengarkan rekaman suara yang bangsa, dan pencegahan paham radikal di
otomatis nantinya akan mereka masyarakat menjadi hal yang sangat
dengarkan, karena dengan mendengar penting, pemasyarakatan berupaya
rekaman suara yang berulang akan menempatkan narapidana dengan tingkat
minimal membuat narapidana akhirnya dan kasus sesuai dengan Lapas dimana
mengerti beberapa isi dari rekaman, mereka akan ditempatkan untuk
pembinaan pun sama yaitu pembinaan narapidana sebagai sarana memudahkan
kemandirian dan kepribadian, nantinya program pembinaan didalam Lapas.
rekaman yang akan diputar juga
berhubungan dengan program pembinaan Kesimpulan
kepribadian antara lain :
Pemasyarakatan menjadi upaya
 Pembinaan kepribadian beragama dalam melakukan deradikalisasi dengan
 Pembinaan kepribadian bernegara menggunakan rehabilitasi, baik re-edukasi
dan berbangsa dan remotivasi bagi para narapidana
 Pembinaan kepribadian kesadaran teroris, tentu hal ini harus diikuti dengan
hukum kemampuan petugas pemasyarakatan
 Pembinaan kepribadian konseling yang mumpuni agar nantinya para
kepribadian petugas pemasyarakatan tidak mengikuti
atau terpengaruh oleh paham radikal atau
Dengan diputarnya rekaman yang kekeliruan paham yang terbawa oleh para
berisi tentang hal diatas maka akan narapidana tindak kejahatan terorisme,
mempengaruhi pola pikir para narapidana revitalisasi pemasyarakatan bertujuan
teroris, karena mereka mau tidak mau agar narapidana mendapat tempat yang
harus mendengarkan isi rekaman sesuai dengan tingkat keamanan dan
tersebut, tentu hal ini dikarenakan perilaku resiko mereka, supaya program
narapidana dengan terorisme yang tidak pembinaan berjalan dengan lancar dan
mau berhubungan dengan para petugas sesuai dengan apa yang mereka
dan mereka justru berperilaku butuhkan.
komprehensif kepada petugas
pemasyrakatan. Saran
Setelah dilaukan pembinaan di Lapas
Super Maximum Security maka akan

7
1. Memberikan pemahaman Yogyakarta. Jakarta : Pustaka
deradikalisasi kepada petugas Masyarakat Setara. (2012)
pemasyarakatan.
2. Mengubah paradigma lama
petugas pemasyarakatan terkait Jurnal/Makalah/Artikel/Prosiding :
penanganan narapidana teroris.
3. Mengoptimalkan peran penting Asmara, M. (2016). Reinterpretasi Makna
petugas pemasyarakatan dalam Jihad Dan Teroris. Jurnal Hukum
program deradikalisasi. Islam, 1(1), 63–80.
Febriane, S. (2013). Keberhasilan Semu
DAFTAR PUSTAKA
Deradikalisasi di Indonesia. Jurnal
Global, 15(2), 137–164.
Buku :
Fitriana, S. (2016). Upaya BNPT dalam
Ali, M. Hukum Pidana Terorisme dan melaksanakan Program
Praktik. Jakarta : Gramata Deradikalisasi di Indonesia. Journal
Publishing (2012) of International Relations, 2(3), 187–
Damanik, Horison Citrawan. Keamanan 194.
dan Ketertiban Lembaga
Pemasyarakatan Berbasis Hak
Asasi Manusia. Jakarta : Balitbang Peraturan Perundang-Undangan :
KumHam. (2016)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Golose, P. R. Deradikalisasi Terorisme tentang Pemasyarakatan
Humanis, Soul Approach dan
Menyentuh Akar Rumput. Jakarta : Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018
Yayasan Pengembangan Kajian tentang Undang-undang (UU)
Ilmu Kepolisian. (2009) tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2003
Mufid. Research on Motivation and Root tentang Penetapan Peraturan
Causes of Terorism. Jakarta : Pemerintah Pengganti Undang
Indonesian Institute for Society Undang Nomor 1 Tahun 2002
Empowerment. (2011) tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme Menjadi Undang-
SETARA Institute for Denocracy and Undang
Peace. Dari Radikalisme Menuju
Terorisme : Studi Relasi dan Rancangan Undang-Undang
Transformasi Organisasi Islam Pemasyarakatan
Radikal di Jawa Tengah dan D.I.

Anda mungkin juga menyukai