Akhir-akhir ini konflik sosial di Indonesia semakin marak. Masyarakat menjadi begitu mudah
tersulut rasa amarah dan diprovokasi oleh pihak lain. Konflik sosial yang terjadi seringkali
disertai dengan kekerasan. Konflik sosial yang terjadi di tengah masyarakat merupakan salah
satu penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika dalam masyarakat, terkikisnya kearifan lokal,
institusi pendidikan yang tidak mengajarkan visi dunia pendidikan serta tidak maksimalnya
Negara dalam melindungi hak konstitusional warga Negara. Dampak akibat konflik sosial
dirasakan sangat menggangu Indonesia sebagai negara demokrasi.
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan
Konflik Sosial, yang dimaksud dengan konflik sosial atau konflik, adalah : “perseteruan
dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang
berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan
disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan
nasional”.
Macam-macam Konflik
Sebagai bentuk interaksi sosial, konflik dapat dibedakan ke dalam beberapa bagian, yaitu :
1. Konflik Individual – merupakan konflik yang terjadi karena ada benturan dua
kepentingan dari dua individu yang berbeda. Hal ini terjadi karena setiap orang memiliki
keinginan dan kebutuhan yang berbeda.
Contoh : Seorang anak yang berebut mainan dengan kakaknya.
2. Konflik antarkelas sosial – Dikenal dengan konflik vertikal, merupakan konflik yang
terjadi karena adanya benturan kepentingan dan kebutuhan antara dua kelas sosial yang
berbeda.
Contoh : Demo buruh yang meminta kenaikan upah kepada pengusaha tempat ia bekerja.
3. Konflik antarkelompok sosial – Dikenal dengan konflik horizontal, merupakan konflik
yang terjadi karena ada benturan dua kepentingan dari dua kelompok sosial yang
berbeda.
Contoh : Kasus bentrok Lampung tahun 2012.
4. Konflik rasial – Konflik rasial terjadi karena ada benturan antara dua ras yang berbeda
mengenai suatu isu. Faktor pemicunya adalah timpangnya kondisi sosial ekonomi yang
memiliki dampak ketimpangan sosial di masyarakat. .
Contoh : kasus Timor Timur, DOM Aceh, Malari (SARA).
5. Konflik politik – Konflik politik timbul karena adanya kepentingan untuk meraih
kekuasaan dengan menumbangkan kekuasaan pemerintahan sebelumnya.
Contoh : tumbangnya Orde Lama oleh Orde Baru.
6. Konflik internasional – Konflik internasional terjadi karena adanya benturan antar Negara
yang berkaitan kepentingan masing-masing Negara.
Contoh : Sengketa Selat Ambalat antara Malaysia dan Indonesia
Menilik data yang diperoleh dari laman Kesbangpol-Kementerian Dalam Negeri, konflik sosial
yang terjadi di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan isu/pola konflik, sumber konflik, dan
wilayah konflik.
1. Berdasarkan isu/pola konflik sosial. Pada rentang waktu 2013-2015 (pertengahan kuartal
Januari s/d April) telah terjadi total 201 kasus dengan rincian
2. Berdasarkan sumber konflik. Merujuk pada ketentuan dalam UU No. 7/2012 pada tahun 2013-
2015 (pertengahan kuartal Januari s/d April) yang menjadi sumber terjadinya konflik adalah :
permasalahan ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya total berjumlah 159 kasus
perseteruan SARA total berjumlah 9 kasus
sengketa SDA/Lahan total berjumlah 33 kasus.
Berikut beberapa contoh konflik sosial dalam masyarakat yang pernah terjadi di Indonesia yang
dirangkum dari pemberitaan beberapa media massa serta data dari BNPB.
Konflik ini terjadi pada tanggal 27 Oktober 2012 hingga 29 Oktober 2012. Yang menjadi
penyebab konflik adalah saat ada dua gadis yang berasal dari Desa Agom diganggu oleh
sekelompok pemuda yang berasal dari desa Balinuraga. Kedua gadis ini sedang naik sepeda
motor kemudian diganggu hingga kedua terjatuh dan mengalami luka-luka. Sontak kejadian ini
memicu amarah dari warga desa Agom. Mereka kemudian mendatangi Desa Balinuraga yang
mayoritas beretnis Bali dengan membawa sajam dan senjata. Bentrok pun tak terhindarkan
hingga menewaskan total 10 orang.
3. Konflik Sosial yang terjadi di Kabupaten Flores Timur, NTT Tahun 2013
Konflik sosial yang terjadi pada tanggal 11 Mei 2013 di Desa Wulublolong dan Desa Lohayong
II Kecamatan Solor Timur Kabupaten Flores Timur Provinsi NTT. Penyebabnya adalah saling
rebut material yang berada di batas desa yang diklaim oleh kedua warga desa sebagai pemilik.
Konflik menimbulkan kerugian materi, korban jiwa serta sebagian warga mengungsi.
Merupakan konflik dalam bidang pertambangan. Terjadi antara Semen Indonesia dengan warga
masyarakat Pegunungan Kendeng, Rembang Jawa Tengah. Penyebabnya adalah berbagai
kejanggalan yang telah dilakukan oleh Semen Indonesia seperti masalah Amdal yang tidak
sesuai dan hak ekonomi.
5. Konflik Sosial yang terjadi di Kabupaten Sumbawa Besar, NTB Tahun 2013
Konflik sosial yang terjadi pada tanggal 23 Januari 2013 di Desa Seketeng, Kecamatan
Sumbawa, Kabupatan Sumbawa Besar, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Konflik ini menyebabkan
banyak warga masyarakat yang mengungsi.
Konflik sosial yang terjadi di Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Merupakan konflik yang sering terjadi dan berkelanjutan. Konflik menyebabkan kerugian materi.
Aksi pembakaran beberapa gereja yang terjadi tanggal 13 Oktober 2015 di Aceh Singkil diawali
dengan demonstrasi yang dilakukan oleh remaja Muslim. Mereka menuntut pemerintah setempat
untuk melakukan pembongkaran terhadap sejumlah gereja yang dianggap tidak memiliki izin.
Karena tensi yang tinggi, sebanyak 600 orang kemudian memutuskan melakukan pembakaran
terhadap beberapa gereeja yang ada. Konflik ini mengakibatkan 1 orang tewas dan 4 orang luka-
luka.
Banyak pihak yang berpendapat bahwa konflik sosial yang terjadi di Tolikara ini tidak hanya
berlatar belakang agama, namun juga masalah kesenjangan ekonomi serta keamanan. Konflik
yang terjadi saat Hari Raya Idul Fitri ini berawal dari penyerangan yang dilakukan oleh
sekelompok orang kepada warga yang tengah melakukan Sholat Id. Aksi ini berlanjut pada
pembakaran masjid, bangunan rumah serta kios yang ada di sekitarnya.
Landasan Hukum Penanganan Konflik Sosial di Indonesia
Konflik sosial yang berdampak besar pada masalah kemanusiaan menjadikan konflik sosial
sebagai salah satu dari jenis-jenis pelanggaran HAM. Sebagai Negara yang kaya akan suku,
agama dan budaya membuat Indonesia dikenal sebagai Negara demokrasi dengan tingkat
toleransi yang tinggi. Namun, maraknya konflik sosial yang terjadi menunjukkan bahwa fungsi
toleransi tidak berjalan dan ada yang salah dengan cara kita merawat kekayaan itu sebagai
kekuatan.
Salah satu upaya mencegah terjadinya konflik sosial adalah dengan cara merawat kemajemukan
bangsa Indonesia yang dimiliki melalui dibumikannya kembali 4 Pilar Bangsa Indonesia, yaitu :
Guna menangani konflik sosial yang terjadi di Indonesia disahkanlah Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
Peraturan Pemerintah ini merupakan landasan hukum bagi pemerintah dalam menangani konflik
sosial dengan tujuan :
1. Perbedaan Individu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan
dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang.
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua
masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik
oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat.
3. Perbedaan Kepentingan
Setiap individu atau keompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu
atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan
kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
1. Perbedaan pendirian dan perasaan orang seorang makin tajam sehingga timbul bentrokan
perseorangan
2. Perubahan sosial yang terlalu cepat di dalam masyarakat sehingga terjadi disorganisasi
dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai baru.
3. Perbedaan kebudayaan yang memengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan
dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Hal ini akan menimbulkan
pertentangan kelompok.
4. Bentrokan antar kepentingan, baik perseorangan maupun kelompok, misalnya
kepentingan ekonomi, sosial, politik, ketertiban, dan keamanan.
5. Permasalahan di bidang ekonomi, seperti kelangkaan beberapa kebutuhan pokok
masyarakat.
6. Lemahnya kepemimpinan pada berbagai tingkatan (weak leadership)
7. Ketidakadilan yang dirasakan oleh sebagian atau seluruh kelompok masyarakat
8. Rendahnya tingkat penegakan hukum (lack of legal mechanism)
9. Tererosinya nilai-nilai tradisional yang mengedepankan kebersamaan dan harmoni
(erosion of traditional community strengthening values).
10. Sejarah opresi pemerintah pada masa lalu terutama melalui kekuatan militer bersenjata
(past history of goverment oppression
2 Konflik Sampit a. Kasus ini terjadi pada tahun 2001 dan puncak konfliknya
selama 10 hari. Tercatat 469 orang meninggal dan
108.000 orang mengungsi.
b. Kerugian materi sebanyak 192 rumah dibakar dan 784
lainnya rusak, 16 mobil dan 43 sepeda motor juga hancur.
c. Pemerintah pusat lamban melakukan darurat sipil,
sehingga fasilitas dan masyarakat yang terlibat dalam
konflik terlambat dihentikan.
3 Konflik Transito Mataram a. Pada kasus ini sebanyak 9 orang meninggal, 8 luka-luka,
9 orang mengalami gangguan jiwa
b. 79 orang terusir dari rumahnya, 9 orang dipaksa cerai,
dan 3 ibu keguguran.
c. Kasus ini berlatar perbedaaan keyakinan pemeluk
Ahmadiyah. Sejak tahun 1998-2006, terjadi 7 kali
penyerangan kepada kelompok ini. Akibat konflik itu, 11
empat ibadah dan 144 rumah rusak serta harta beda
dijarah.
4 Konflik Lampung Selatan a. Kasus ini terjadi pada 27-29 Oktober 2012 di Kecamatan
Kalianda dan Way Panji. 14 Orang dilaporkan tewas dan
belasan luka parah. Sementara sebanyak 1.700 warga
mengungsi.
b. Diperkirakan kerugian mencapai Rp 24,88 miliar
c. Pemicunya karena terjadi kesalahpahaman antara dua
kelompok warga, sehingga 532 rumah dibakar.
5 Konflik Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta a. Pada peristiwa ini, sebanyak 1.217 orang meninggal, 85
(Trisakti) orang diperkosa dan 70.000 orang mengungsi.
b. Kejadian ini berlangsung selama 3 hari dari 13-15 Mei
1998 dengan kerugian materil diperkiaran mencapai Rp
2,5 triliun.
c. Pemicunya karena terjadi penculikan aktivis,
penembakan terhadap mahasiswa Trisakti dan
memburuknya ekonomi saat itu. Kebanyakan etnis
Tionghoa menjadi sasaran kemarahan.
Cara penyelesaiannya
Diharapkan agar setiap orang memiliki kesadaran akan bahaya merokoksebab bahaya merokok
mempunyai dampak yang besar bagi diri sendiri dan orang lain.
2. PERBEDAAN KEBUDAYAAN
Pengertian
Perbedaan kebudayaan merupakan perbedaan mengenai nilai-nilai dan norma-norma yang dianut
oleh masyarakat.
Contoh konflik yang terjadi
Konflik yang terjadi:
Seseorang yang dibesarkan dengan budaya orang barat yang menjunjung tinggi nilai kebebasan
bertemu dengan seseorang yang dibesarkan dengan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai
kebersamaan, maka akan terdapat perbedaan-perbedaan nlai yang dianut oleh kedua belah pihak.
Sebab terjadinya konflik
Penyebab terjadinya konflik tersebut dikarenakan adanya perbedaan nilai diantara kedua belah
pihak yang telah mereka terima sejak keci.
Dampak konflik:
a. dampak positif:
b. dampak negatif: timbulnya perselisihan
Cara penyelesaiannya:
Hanya diharapkan agar meningkatkan rasa keterbukaan diri agar dapat menghindari adanya
konflik
3. PERBEDAAN KEPENTINGAN
Pengertian
Perbedaan kepentingan adalah perbedaan yang disebabkan oleh berbedanya setiap kepentingan
individu atau kelompok. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik,
sosial dan budaya.
a. dampak positif:
b. dampak negatif: membuat para karyawan harus mencari penghasilan tambahan
Cara penyelesaiannya:
Diharapkan agar para pengusaha dan pegawai saling mengerti akan kepentingan masing-masing
agar dapat terciptanya kerjasama yang baik
Dampak konflik
Cara penyelesaian
Perubahan sosial budaya yang cepat memiliki pengaruh yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif. Perubahan yang terjadi tergantung pada suatu kumpulan masyarakat yang memandang
pengaruh tersebut. Pengaruh positif akan terlaksana jika masyarakat memandang baik namun itu
tidak akan terjadi jika masyarakat memandang kearah sebaliknya.
5. PERBEDAAN ETNIS
Pengertian
Perbedaan etnis adalah perbedaan yang disebabkan oleh adanya gesekan sistem nilai dan normal
sosial antara etnis yang satu dengan etnis yang lain.
Contoh konflik yang terjadi:
Konflik yang terjadi:
Seperti yang terdapat di Aceh, masyarakat yang datang merantau ke Aceh bekerja dengan giat.
Melihat itu masyarakat penduduk asli menjadi cemburu dan merasa dirinya lemah dan oleh
karena itu masyarakat asli Aceh tersebut mengusi orang rantauan itu. Dlam hal tersebut
perbedaan etnis dapat memicu terjadinya perselisihan dan konflik.
a. dampak positif: timbulnya rasa untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasan buruk ras yang
jelek
b. dampak negatif: terjadinya konflik diantara kedua etnis tersebut
Cara penyelesaiannya:
Suku atau etnis diharapkan dapat lebih giat lagi dalam bekerja agar jika datang rantauan dari luar
tidak memicu adanya konflik.
6. PERBEDAAN RAS
Pengertian
Perbedaan ras adalah konflik yang disebabkan oleh adanya paham rasialisme atau diskriminasi
ras dan dapat pula terjadi akibat adanya kecemburuan sosial terhadap ras tertentu yang minoritas
tetapi memiliki akses ekonomi yang besar dan kuat.
a. dampak negatif: -
b. dampak positif: timbulnya perselisihan antar ras
Cara penyelesaiannya:
Sebagai makhluk sosial kita harus mengakui bahwa kita tidak dapat hidup seorang diri. Pada
kejadian itu kita harus belajar bahwa martabat semua manusia itu sama dihadapan Tuhan.
7. PERBEDAAN AGAMA
Pengertian
Konflik akibat adanya perbedaan agama berawal dari etnis akibat primordialisme, etnosentrisme,
dan kesenjangan sosial.
Contoh konflik yang terjadi
Konflik yang terjadi:
Seperti kejadian yang terjadi di Myanmar, karena negara Myanmar menganut Agama Budha,
tetapi ada suatu daerah yang menganut agama Islam yaitu Islam Rohingya tetapi pemerintah
negara itu tidak menerima agama lain masuk negaranya.
Cara penyelesaian:
Kita harus meningkatkan rasa solidaritas kita terhadap agama dan semakin meningkatkan rasa
toleransi. Sebagai mayasarakat yang menjunjung tinggi nilai agama, kita harus mengerti dan
paham bahwa setiap orang memiliki hak untuk beribadah menurut agama yang dianutnya.