Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BUDIDAYA
A. PEMBIBITAN
1. Persyaratan Bibit : Bibit berasal dari pemecahan rimpang yang berumur >7-12 bulan
dan berasal dari tanaman yang kualitasnya bagus.
2. Penyiapan bibit : Rimpang bahan bibit dipotong seragam lalu ditutup dengan abu
dapur/sekam atau juga direndam dengan larutan fungisisda agar tidak tumbuh jamur.
3. Teknik penyemaian bibit : pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan
dianginkan di tempaat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan dengan penyiraman 2x
sehari
4. Pemindahan bibit : bibit ditempatkan pada persemaian lalu tunas akan tumbuh dan
dapat ditanam di lahaan.
B. Pengolahan Media Tanam
1. Persiapan Lahan : Berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan.
2. Pembukaan Lahan : lahan dibersihkan dari gulma dan dicangkul pada kedalaman 20-30
cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam
tanah menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati.
3. Pembentukan Bedengan : Lahan dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm
dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.
4. Pemupukan : menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam
lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu.
C. Teknik Penanaman
1. Penentuan pola tanaman : Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman
di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau
penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali musim
kemarau (12-18 bulan).
2. Pembuatan Lubang Tanam : Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan
ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm.
3. Cara Penanaman : perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatic sebanyak 1 ml/liter
pada media yang diberi mulsa.
4. Perioda Tanam : Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti
tanaman rimpang-rimpangan lainnya
D. Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman dilakukan bila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau
pertumbuhannya buruk.
2. Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma)
3. Pembubunan dilakukan untuk menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang
melorot terbawa air
4. Pemupukan dilakukan dengan pupuk organik/kandang dan konvensional
5. Pengairan dan penyiraman perlu dillakukan agar tanaman bebas dari genangan air
sehinga rimpang tidak membusuk
6. Waktu penyemprotan pestisida dilakukan jika timbul gejala serangan hama penyakit
7. Pemulsaan dengan jerami dilakukan untuk menghindari kekeringan dan kerusakan
struktur tanah dan mencegah timbulnya gulma berlebih.
PASCAPANEN
1. Penyortiran Basah dan Pencucian dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran
berua tanah, sisa tanaman, dan gulma.
2. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5mm – 7 mm.
3. Pengeringan dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven dilakukan selama 3-5 hari.
4. Penyortiran kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan memisahkan bahan dari
benda asing.
5. Pengemasan rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau
karung yang bersih dan kedap udara. Berikan label tentang informasi dari rimpang
tersebut.
PENYIMPANAN
Kondisi gudang tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30 derajat celcius dan harus memiliki
ventilasi yang baik serta memiliki penerangan yang cukup, dan bersih dari hama gudang.
STANDARISASI KUNYIT
1. Uji Makroskopis : dilakukan secara visual mengenai bentuk, warna, dan bau.
2. Uji Mikroskopis : dilakukan dengan mikroskop mengunakan pembesaran tertentu,
Pemeriksaan mikroskopik anatomi jaringan kunyit mempunyai ciri yaitu terdapat
gumpalan sel, parenkim, dan rambut penutup.
3. Susut pengeringan : 2 gram serbuk simplisia diitimbang menggunakan botol timbang
ang telah dipanaskan selama 30 menit dengan suhu 105 oC lalu ditara. Botol timbang
digoyangkan untuk meratakan serbuk sampai terbentuk lapisan dengan tebal 5-10 mm,
botol ditutup dan dibiarkan mendingin dalam desikator lalu di pindahkan ke oven dengan
tutup terbuka pada suhu 105oC.. Kadar susut pengeringan dihitung dalam % b/b.
4. Kadar abu total : 2 gram serbuk simplisia ditimbang dan diletakkan ke dalam krus
silika yang sebelumnya sudah dipijar kemudian ditara. Dipijarkan serbuk simplisia yang
ada di dalam krus hingga arang habis, selanjutnya didinginkan kemudian ditimbang
bobotnya hingga memperoleh bobot yang tetap. Kadar abu total dihitung terhadap bobot
serbuk awal dalam %b/b
5. Kadar Abu Tidak Larut Asam : abu yang dihasilkan dipanaskan HCl encer P(10%) 25
mL selama 5 menit, disaring menggunakan kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan
air panas untuk mengumpulkan abu yang tidak larut asam, kemudian dipijarkan dengan
krus porselin dalam tanur pada suhu 600°C selama ±6 jam hingga diperoleh abu dengan
bobot yang tetap, kemudian ditimbang. Kadar dihitung terhadap bobot awal serbuk,
dinyatakan dalam %b/b
6. Kadar Sari Larut Air : 5 gram serbuk simplisia yang sudah dikeringkan, dilarutkan
dengan 100 mL air kloroform P, dalam labu Erlenmeyer. Pada 6 jam pertama dikocok
dengan shaker kemudian 18 jam berikutnya didiamkan. Selanjutnya sari, disaring
sebanyak 20 mL dan filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan porselin. lalu, sisa
filtrat dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobotnya tetap. Kadar dalam persen sari air
dihitung terhadap bobot serbuk awal dalam % b/b
7. Kadar Sari Larut Etanol : Serbuk simplisia sejumlah 5 gram yang sudah kering dan
dilarutkan menggunakan 100 mL etanol (95%), dalam labu Erlenmeyer. Pada 6 jam
pertama sari dikocok dengan shaker dan 18 jam selanjutnya didiamkan. Sari yang telah
didiamkan, disaring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol (95%) hingga 20 mL,
selanjutnya filtrat diuapkan sampai mengering pada cawan porselin. Sisanya dipanaskan
pada suhu 105oC hingga bobotnya tetap. Kadar persen sari larut etanol (95%) dihitung
terhadap bobot serbuk awal dalam % b/b
PROSES EKSTRAKSI BAHAN BAKU
TEKNIK/METODE
Serbuk rimpang kunyit diekstraksi dengan cara maserasi dan sokletasi. sampel dianalisis
kualitatif dengan KLT fase gerak kloroform : metanol 9,5:0,5 dan dideteksi pada sinar
tampak dan sinar UV. Penetapan kadar dilakukan pada panjang gelombang 254 nm
dengan KLT densitometer.
KONDISI PROSES
a. Ekstraksi
Ditimbang serbuk simplisia kunyit dan dilakukan ekstraksi
- Maserasi : penambahan etanol 96% 2 liter pada 200 gram serbuk simplisia ke
erlenmeyer, ditutup dengan plastik hitam dan dilakukan perendaman selama 3
hari dan sesekali dilakukan pengadukan. Lalu diuapkan dengan alat rotary
evaporator sampai di dapat ekstrak kental.
- Sokletasi : shifon telah dikalibrasi. Simplisia kunyit 50 gram sebanyak 2 kali,
masukkan ke kelongsong. Ditambahkan etanol 96%. Proses 1 hari hingga larutan
yang ada di sifon bening. Ekstrak cair yang didapat diuapkan dengan rotary
evaporator sampai di dapat ekstrak kental. Dihitung hasil rendeman.
b. Uji Fitokimia
1. Uji alkaloid : direaksikan dengan reagen dragendorf dan mayer. Dilihat adanya
endapan yang terbentuk.
2. Uji flavonoid : penambahan Mg dan 1 ml HCl pekat. Lalu tambah amyl alkohol.
Terbentuknya warna dalam senyawa amyl alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
3. Uji terpenoid : dilarutkan dengan kloroform lalu tambah 10 tetes asam asetat
anhidrat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Reaksi positif bila terbentuk larutan merah
hijau atau violet biru.
4. Uji Tanin : penambahan 1 ml NaCl 10% lalu ditetesi 3 tetes gelatin 0,5%, hasil
positif bila ada endapan. Serbuk dan ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Disiapkan kembali 2 tabung reaksi dengan 2 ml ekstrak pada masing-masing hasil
ekstraksi. Kemudian tambah aquadest 10 ml, dipanaskan 14 menit, didinginkan,
lalu disaring. diteteskan FeCl 3 5%. Adanya tanin yaitu terbentuknya warna coklat
kehijauan atau biru kehitaman.
5. Uji Saponin: penambahan aquadest dan dikocok kuat vertikal selama 1 menit. Lalu
tambah 1 tetes HCl 1 % dan amati adanya busa stabil.
e. Analisis data
Data adalah kadar kurkumin dari dua metode ekstraksi yang berbeda.
PERALATAN
- Peralatan : neraca, bejana maserasi, seperangkat alat sokletasi, cawan porselin,
rotary evaporator, lampu UV 254 dan 366 nm, linomat 5 camag, TLC Scanner
Densitometer 4.
- Bahan : kunyit, etanol 96%, mayer, dragendrof, amyl alkohol, aquadest, FeCl3,
gelatin, pereaksi stiasny, eter, asam asetat, asam sulfat, kloroform, metanol.
PUSTAKA
1. Budianto, N.E.W. 2014. Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val) Dalam
Mencegah Peningkatan Keasaman Lambung Rattus norvegicus Yang Diinduksi
Histamin. Jurnal Ilmiah Kedokteran Vol.3(1): 48-56.
2. DepKes RI. 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 111; 113.
3. DepKes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
4. Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta: Departeman
Kesehatan Republik Indonesia.
5. Menkes RI. 1994. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
661/Menkes/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
6. Risthanti, R. R. 2019. Penetapan Kadar Kurkuminoid Dalam Ekstrak Campuran
Curcuma domestica Val. dan Curcuma xanthorrhiza Roxb. Sebagai Bahan Baku Jamu
Saintifik Secara KLT-Densitometri’, Pharmaceutical Journal Of Indonesia 2019,
5(1), pp. 37–43.