Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS FISHBONE VIDEO HAK ATAS MILIK TANAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


Rani Budianti Susilo, A.Md.Gizi (Ketua Kelompok)
Rina Nurdini, A.Md.RMIK
Satria Diatsa Putri Anugrah, A.Md
Septian Panji Permadi, A.Md.AK

LATSAR CPNS ANGKATAN III KELOMPOK 3


PPSDM KEMENDAGRI REGIONAL BANDUNG
TAHUN 2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat
sebagai tempat pembangunan dan tempat mata pencaharian. Dalam
pemanfaatan tanah ini, tentunya ada hak atas kepemilikan tanah baik milik
perorangan maupun milik suatu kelompok sebagai pelaku usaha yang berupa
sertifikat tanah. Sertifikat tanah merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang
termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan
data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
Pasal 16 Ayat 1 UUPA menyatakan bahwa terdapat hak-hak atas tanah
antara lain sebagai hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai,
hak sewa, hak membuka tanah, dan hak memungut hasil hutan. Pemilik memiliki
hak sepenuhnya atas tanah tersebut untuk diperjualbelikan. Dalam era
globalisasi, sering terjadi konflik antara pemerintah dengan masyarakat adat
terkait dengan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah yang diduga akan
mendistorsi hak ulayat. Konflik tersebut terjadi karena adanya perbedaan sudut
pandang kedua belah pihak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
antara lain:
1. Bagaimana penyelesaian masalah hak atas tanah adat menggunakan analisis
fishbone?
2. Apa strategi untuk mengatasi permasalahan hak atas tanah adat di Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui penyelesaian masalah hak atas tanah adat menggunakan analisis
fishbone.
2. Mengetahui strategi untuk mengatasi permasalahan hak atas tanah di
Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hak Milik Menurut Hukum Adat
Hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat dikenal dengan
hak ulayat. Hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu
masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam
lingkungan wilayahnya. UU No. 5 Tahun 1960 atau UU Pokok Agraria (UUPA)
mengakui adanya hak ulayat.
Hak milik atas tanah yang terjadi menurut hukum adat disebutkan dalam
pasal 22 Undang-undang Pokok Agraria. Dasar kepimilikan tanah bersifat
komunalistik dan memberikan peluang kepada para warga untuk mempunyai hak-
hak milik yang bersifat perorangan (pasal 2 ayat (2), 4 ayat (1), 16 ayat (1) dan 20
UUPA). Status tanah ulayat dapat dijadikan sebagai hak milik perorangan
apabila status tanah ulayat tersebut sudah menjadi “tanah negara”. Permohonan
hak milik atas tanah negara diajukan secara tertulis kepada Menteri melalui Kepala
kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.
B. Masyarakat Adat
Masyarakat adat merupakan warisan umat manusia yang memberikan dan
mempunyai keberagaman agama/ kepercayaan, perbedaan dan budaya, adapun
hak masyarakat adat adalah hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dan
tekanan yang terjadi di mana pun, hak atas tanah, wilayah dan sumber daya, dan
lain-lainya. Hak ini dijamin dalam berbagai peraturan perundangan-undangan,
termasuk dalam aturan yang spesial (lex spesialis), seperti UU Kehutanan. Dalam
UU Kehutanan, pengakuan dilakukan secara relatif, sepanjang masyarakat adat
masih ada dan diakui keberadaannya, serta diperbolehkan melakukan :
1. Pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
masyarakat adat yang bersangkutan;
2. Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku
dan tidak bertentangan dengan undang-undang;
3. Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
Dengan kata lain, tanah adalah syarat identitas masyarakat adat. Jika tanah
adat semakin “beralih” ke pihak selain masyarakat adat maka, dapat dikatakan
sebagai peniadaan masyarakat adat di Indonesia.
B. Analisis Fishbone
Dalam menentukan solusi atas permasalahan hak atas tanah di Indonesia,
analisis yang digunakan adalah analisis Fishbone. Analisis ini berfungsi sebagai
pengidentifikasian penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu spesifik
masalah dan kemudian memisahkan akar penyebabnya, memungkinkan juga untuk
mengidentifikasi solusi yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut.

MAN METHODE
Belum ada UU
Masyarakat masih menggunakan
tentang hak komunal
sistem hukum dan tata
efektif
pemerintahan adat
Masyarakat kurang paham hak – Kebijakan tataguna
hak yang harus dipertahankan memihak perusahaan
Tidak adanya
pengakuan
Wilayah adat tidak bersertifikat hak atas
tanah adat
Sertifikat tanah menjadi 70% daratan diklaim
dari
hak milik perorangan oleh negara Pemerintah

MATERIAL MILIEU

C. Solusi Permasalahan
Dari hasil analisis maka solusi yang bias diambil :
1. Perlu dilakukannya konsolidasi atau musyawarah secara khusus dan tertulis,
sehingga dapat tersampaikan apa saja maksud yang diinginkan oleh masyarakat adat.

2. Pemerintah perlu memberi ruang kepada masyarakat adat bukan hanya


memberikan kebijakan tataguna yang memihak perusahaan/ penguasa, seperti
pengusaha kelapa sawit, atau pun insvestor pertambangan yang dampak nya hanya
merugikan masyarakat, dan membuat ekosistem rusak.

3. Pemerintah perlu memberikan pengakuan hak wilayah komunal kepada


masyarakat adat, agar tercipta pengakuan wilayah adat dan tanah adat tidak dapat
dijual.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari permasalahan diatas dapat di simpulkan bahwa belum adanya
pengakuan dari pemerintah mengenai hak atas tanah adat di indonesia,
sehingga hak tanah adat yang telah di wariskan dari leluhur masyarakat bisa
terancam punah dikarenakan adanya oknum-oknum dari luar yang bisa saja
membeli atau menjual tanah adat mereka sehingga tanah yang awalnya terjaga
kelestariannya menjadi rusak.
Maka dari itu sudah seharusnya pemerintah menangani kasus ini
dengan segera, agar terbentuknya sebuah keputusan yang tidak merugikan
salah satu pihak.

Anda mungkin juga menyukai