Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS VIDEO

SISTEM TRANSPORTASI TERINTEGRASI


DI DKI JAKARTA

Disusun Oleh :
Angkatan III Kelompok 3
Rani Budianti Susilo, A.Md.Gizi (Ketua Kelompok)
Rina Nurdini, A.Md.RMIK

PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN DALAM NEGERI REGIONAL BANDUNG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
memiliki fungsi dan peran yang penting dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan negara berdasarkan UUD Tahun 1945. Selain sebagai ibukota negara,
Provinsi DKI Jakarta sekaligus sebagai daerah otonom pada lingkup provinsi memiliki
tugas, hak, wewenang, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Salah satu tugas, wewenang, dan tanggung jawab tersebut dalam
bidang transportasi. Penyelenggaraan bidang transportasi tersebut diharapkan dapat
mewujudkan tujuan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, bahwa lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan
tujuan:

• terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat,
tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa;
• terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
• terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Beragam masalah transportasi di kota Jakarta, antara lain: kemacetan lalu lintas,
pelayanan dan kondisi angkutan umum yang masih belum memenuhi harapan
masyarakat, masalah tarif angkutan umum yang seringkali kontradiktif, tingkat
pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang relatif masih tinggi, perilaku sebagian
besar pengguna jalan yang belum tertib/tidak disiplin, masalah parkir kendaraan yang
belum memadai dan tidak tertib, penyalahgunaan badan jalan untuk parkir dan
pedagang kaki lima, masalah aksesibilitas bagi penyandang cacat pada sarana
prasarana transportasi, serta masalah transportasi lainnya. Berbagai masalah
tersebut saling berkorelasi sehingga menyebabkan masalah transportasi DKI Jakarta
menjadi semakin kompleks.
Dari berbagai masalah transportasi tersebut, yang paling ekstrim dirasakan saat
ini adalah masalah kemacetan lalu lintas. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta (dan Pemerintah Pusat) dalam pengendalian kemacetan lalu
lintas, seperti antara lain: pemberlakuan jalur three in one pada jam-jam tertentu di
ruas jalan tertentu, pembangunan simpang susun (fly over) dan under pass di
persimpangan jalan, penyelenggaraan angkutan massal dengan sistem jalur khusus
bus (bus way), penyesuaian jam masuk kerja dan jam masuk sekolah, dan
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana lalu lintas. Namun berbagai
upaya yang telah dilakukan tersebut belum mampu mengendalikan kemacetan lalu
lintas Kota Jakarta, bahkan yang terjadi sebaliknya tingkat kemacetan lalu lintas
tampaknya semakin parah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah sistem transportasi


di Jakarta?

2. Apa saja hambatan yang terjadi dalam menjalankan strategi yang dilakukan untuk
mengatasi sistem transportasi di Jakarta?

3. Bagaimana pengaruh kolaborasi pemangku kepentingan terhadap sistem


transportasi di Jakarta?

C. Tujuan

1. Mengetahui strategi yang cocok untuk mengatasi masalah sistem transportasi di


Jakarta.

2. Mengetahui hambatan yang terjadi dalam menjalankan strategi mengatasi masalah


sistem transportasi di Jakarta.

3. Mengetahui pengaruh kolaborasi pemangku kepentingan terhadap sistem


transportasi di Jakarta.
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam upaya mencari penyelesaian terkait sistem transportasi di DKI Jakarta,

kami menggunakan analisis pemetaan pemangku kepentingan dari hasil koordinat

peran dan matriks kolaborasi pemangku kepentingan.

Pengaruh (Power) Kepentingan (Interst)


No. Stakeholder
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1. Sektor Pemerintah

Gubernur √ √

Dinas Perhubungan √ √

Badan Pengelola √ √
Transportasi
Jabodetabek (BPTJ)

Dewan Transportasi √ √
Kota Jakarta (DTKJ)

2. Sektor Privat

PT. Jasa Raharja √ √

PT. Metro Multi √ √


Transportasi (Bus)

PT. Big Bird (Taksi) √ √

3. Sektor Masyarakat

Pekerja √ √

Pedagang √ √

Anak √ √
Sekolah/mahasiswa

Supir √ √

Keterangan : Nilai 1 – 5 = Nilai Sangat Kecil – Sangat Besar


A. Matriks Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tinggi
Gubernur
Pekerja
DISHUB
Kuadran I Kuadran II
BPTJ
Kepentingan

Anak Sekolah/
(Interest)

Mahasiswa DTKJ

PT Jasa Raharja
Supir Kuadran III
Kuadran IV
PT Big Bird (Taksi) PT Metro Multi
Pedagang
Transportasi

Rendah Pengaruh Tinggi


(Power)

Berdasarkan tabel dan matriks kolaborasi pemangku kepentingan diatas dapat


disimpulkan bahwa Sektor Pemerintah menjadi pemangku kepentingan kunci karena
instansi-instansinya memiliki kewenangan secara legalitas sebagai perumus
kebijakan, pelaksana kebijakan, memberi bimbingan teknis dan melakukan evaluasi
pelaksana bimbingan teknis terkait dengan sistem transportasi. Sektor privat ini
sebagai pemangku kepentingan utama yang merupakan pemangku kepentingan
seperti penyedia transportasi yang secara langsung terkena dampak, baik positif
maupun negatif terkait sistem transportasi. Sedangkan Masyarakat ini sebagai
pemangku kepentingan pendukung yang merupakan pemangku kepentingan
penerima manfaat kebijakan dan memiliki kepedulian terkait sistem transportasi.
B. Tabel Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Stakeholder Peran Hambatan Upaya Integrasi
Pemerintah Sebagai Masih banyak Membangun Meningkatkan
pembuat dan masyarakat yang kepercayaan koordinasi
pengatur belum dengan terus kelembagaan
kebijakan menggunakan memperbaiki Dewan
(pemain transportasi pelayanannya Transportasi
kunci) umum Kota Jakarta
(DTKJ)
Privat Penyedia Tuntutan dari Meningkatkan Menghasilkan
dan asuransi berbagai pihak dan pelayanan
dari atas kualitas dan memperbaiki yang baik
trasnportasi kuantitas kinerja
transportasi maupun
fasilitas
Masyarakat Pengguna Ketidaknyamanan Berupaya Melakukan
transportasi dan kekhawatiran untuk beralih edukasi baik
umum dan dalam menggunakan lisan atau
Penerima penggunaan transportasi tulisan melalui
Manfaat transportasi umum berbagai
Kebijakan umum media
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan pada matriks dan tabel di atas maka dapat diambil
kesimpulan:

1. Hambatan dalam penerapan strategi adalah masyarakat yang kurang percaya


terhadap transportasi umum dan masih tingginya pengguna kendaraan pribadi.

2. Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
mengatasi sistem transportasi di Jakarta yaitu dengan meminimalkan biaya dengan
meningkatkan sarana dan prasarana serta menjamin keamanan dan keselamatan
pengguna transportasi umum.

3. Pengaruh kolaborasi pemangku kepentingan terhadap sistem transportasi sangat


erat dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga pemerintah, sektor
privat, dan masyarakat harus saling bersinergi dalam mengatasi permasalahan
transportasi di DKI Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai