Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

Carpal tunnel syndrome adalah suatu keadaan dimana dalam perjalanannya


Nervus medianus, ketika melalui terowongan di pergelangan tangan mengalami
penekanan.1 Penekanan pada nervus medianus tersebut mengakibatkan gangguan motorik
dan sensorik pada daerah tangan dan jari. Gangguan motorik yang terjadi berupa
berkurang sampai hilangnya kekuatan genggaman, dan keterampilan tangan akibat dari
kelemahan dan atrofi otot-otot tenar. Gangguan sensorik dapat berupa kesemutan
(parathesia), kurang sensitive terhadap sentuhan (hypoaesthesia) pada jari tangan I,II,III
dan sisi lateral dari jari IV.2,3
Kasus Carpal tunnel syndrome paling terkenal dan sering terjadi adalah neuropati
saraf medianus, dan menyumbang 90% dari semua neuropati. Itu menyerang 4-5% dari
populasi khususnya pada usia 40-60 tahun. Rata-rata terjadi paling banyak pada wanita
(9.2%) daripada pria (6%) diantara umur 45- 60 tahun (Aboong, 2015). The National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) tahun 1990 memperkirakan 15-
20% pekerja Amerika Serikat berisiko menderita Cummulative Trauma Disorders (CTD).
Berdasarkan laporan American Academy of Orthopaedic Surgeons tahun 2007, kejadian
CTS di Amerika Serikat diperkirakan 1-3 kasus per 1.000 subyek per tahun.
Prevalensinya berkisar sekitar 50 kasus per 1000 subyek pada populasi umum. National
Health Interview Study (NHIS) memperkirakan prevalensi CTS 1,55%. Lebih dari 50%
dari seluruh penyakit akibat kerja di USA adalah CTD, salah satunya adalah CTS
(Salawati, 2014). Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum
diketahui karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja
yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian pada
pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan melaporkan
prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%.
Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum
yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tindakan berupa Ultrasound dan
elektroterapi pada beberapa pelayanan di rumah sakit pada kasus carpal tunnel
syndrome mendapatkan hasil yang cukup efektif untuk mengurangi nyeri pada kasus
CTS (Chan, 2014). Namun sebagian besar pasien masih merasakan nyeri di akhir
periode terapi. Jika ditambahkan dengan mobilisasi saraf, carpal dan tendon gliding dapat
membantu pengembalian fungsi dan gerak fisiologis dari nervus medianus sehingga
dapat menurunkan nyeri lebih efektif, dengan mobilisasi saraf maka diharapkan suplai
darah dan sirkulasi aksoplasma akan membaik, dapat melakukan mobilisasi jaringan
saraf, jaringan konektif saraf dan restriksi saraf serta akan menstimulasi penyembuhan
jaringan tersebut(Kisner, 2014). Cameron (2009) bahwa Pemberian ultrasound diathermy
untuk klien dengan CTS bertujuan untuk mengurangi nyeri. Mekanisme pengurangan
nyeri dengan efek non thermal yang terjadi pada ultrasound dapat memberikan
stimulasi reseptor termal kulit atau peningkatan perluasan jaringan lunak sehingga dapat
meningkatkan suhu jaringan dan merubah konduksi saraf dengan mengubah transmisi
atau persepsi menyebabkan rasa nyeri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Berbagai aktivitas yang banyak menggunakan tangan dalam waktu yang lama
sering dihubungkan dengan terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Carpal
Tunnel Syndrome merupakan entrapment neuropaty dan paling sering terjadi.
Terjadinya sindroma ini akibat adanya tekanan nervus medianus pada saat melewati
terowongan karpal di pergelangan tangan tepatnya di bawah fleksor retinakulum
(Rambe, 2004)
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) didefinisikan suatu bentuk cedera tekanan yang
berulang pada nervus medianus dan merupakan syndrome penjepitan saraf yang paling
sering ditemukan (Lubis et all, 2016). Nervus medianus rentan terhadap kompresi
dan cedera pada pergelangan tangan (Syahrul, 2014). Setiap penggunaan tangan
secara intensif seperti menggenggam, memutar, atau menekuk, secara terus
menerus akan memperparah keadaan ini (Lubis et all, 2016). Biasanya CTS terjadi
pada perempuan berusia 30 dan 60 tahun (Lubis et all, 2016) dengan tingkat
prevalensi pada populasi umum 3,7 – 5,8 % (Arul, 2016). Hal ini dikarenakan wanita
memiliki terowongan karpal yang lebih kecil dibandingkan pria (Saerang, 2015).
Kejadian CTS ini telah menjadi pusat perhatian peneliti karena merupakan salah
satu jenis cummulative trauma disorders (CTD) yang paling banyak dijumpai (Kisner,
2014). Karena permasalahan tersebut, akibatnya pergelangan tangan menjadi
terbatas dan tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga berpengaruh
terhadap pekerjaan sehari-hari (Saerang, 2015). Umumnya CTS terjadi secara kronis
dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap
nervus medianus.Tindakan berupa Ultrasound dan elektroterapi pada beberapa
pelayanan di rumah sakit pada kasus carpal tunnel syndrome mendapatkan hasil
yang cukup efektif untuk mengurangi nyeri pada kasus CTS (Chan, 2014).
Carpal Tunnel Syndrome adalah salah satu dari 3 jenis penyakit yang tersering
di dalam golongan Cummulative Trauma Disorders (CTD) dengan prevalensi sebesar
40%, sedangkan CTD merupakan penyebab lebih dari 50% penyakit akibat kerja pada
anggota gerak atas. Resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome 10% lebih banyak
pada orang dewasa. Wanita beresiko tiga kali lipat lebih banyak daripada pria dan
terbanyak terjadi pada usia 40-50 tahun.

2.2 Definisi

Anda mungkin juga menyukai