Anda di halaman 1dari 51

MODUL PRAKTIKUM

FITOKIMIA

PROGRAM STUDI FARMASI (S-1)


TIM LABORATORIUM KIMIA DAN BAHAN ALAM
2016
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI

Visi

Menjadi Program Studi S-1 Farmasi yang Kompetitif, Berkarakter dan Unggul dalam
Bidang Pelayanan Kefarmasian di Wilayah Propinsi Jawa Timur pada Tahun 2019

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana farmasi untuk menghasilkan lulusan yang


kompeten, berkarakter dan unggul khususnya di bidang pelayanan kefarmasian.
2. Melaksanakan penelitian yang unggul dalam bidang pelayanan kefarmasian.
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang unggul dalam bidang pelayanan
kefarmasian.
4. Menyediakan sumber daya manusia, sarana, prasarana, sistem IT, dan kerjasama untuk
menunjang penyelenggaraan tridharma yang unggul dalam bidang pelayanaan
kefarmasian

Tujuan :
1. Mengembangkan pendidikan sarjana farmasi untuk menghasilkan lulusan yang
kompeten, berkarakter dan unggul di bidang pelayanan kefarmasian.
2. Meningkatkan penelitian yang unggul dalam bidang pelayanan kefarmasian
3. Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat yang unggul dalam bidang pelayanan
kefarmasian.
4. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana, prasarana, sistem IT, dan kerjasama
untuk menunjang penyelenggaraan tridharma yang unggul dalam bidang pelayanan
kefarmasian.
ii MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya atas terselesaikan penyususunan Modul Praktikum

Fitokimia. Modul ini disusun untuk memperlancar penyelenggaraan Fitokimia

serta meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam bekerja di laboratorium

sekaligus memantapkan pemahaman mahasiswa dalam Mata Kuliah Fitokimia

yang telah diperoleh secara teoritik dalam perkuliahan. Laboratorium selalu

berusaha untuk mengatasi segala kendala pada saat persiapan dan pelaksanaan

praktikum. Tim penyusun mengharapkan masukan-masukan terhadap kekurangan

yang ada. Seiring dengan terselesaikannya penyusunan modul ini, dengan penuh

rasa hormat, kesungguhan, dan kerendahan hati, penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi saran dan

perhatian. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Kadiri yang mengijinkan penerbitan modul ini.

Kediri, Januari 2017

Tim Penulis

ii
iii MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i


Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
1. Keselamatan Kerja di Laboratorium ........................................................... 1
2. Tata Tertib Praktikum .................................................................................. 4
3. Perlengkapan Praktikum .............................................................................. 5
4.Laporan Praktikum ....................................................................................... 6
5. Format Penulisan Praktikum ....................................................................... 7
6. Penilaian Praktikum ................................................................................... 13
Pembuatan Reagen Kimia ................................................................................ 15
Dasar Teori Skrinning Fitokimia ....................................................................... 19
Percobaan I : Uji Kualitatif Fitokimia ............................................................... 25
Percobaan II: Analisa Total Fenol .................................................................... 31
Percobaan III : Analisa ktivitas Antioksidan menggunakan DPPH .................... 33
Percobaan IV: Analisa Klorofil ........................................................................ 38
Percobaan V: Analisa Total Karoten ................................................................. 40
Percobaan VI : Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .............................................. 42
Daftar Pustaka ................................................................................................ 46

iii
1 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Praktikum Fitokimia dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Bahan Alam dengan


aktivitas yang secara keseluruhan melibatkan bahan kimia. Bahan kimia memiliki sifat
dan karakter yang bervariasi, bahkan beberapa di antaranya banyak yang memiliki risiko
bahaya. Untuk menghindari bahaya bahan kimia mahasiswa harus memahami dan
menerapkan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium.

A. Peralatan Keselamatan Kerja Pribadi


Pakailah pakaian kerja yang sesuai dengan pekerjaan di Laboratorium. Gunakan
selalu jas lab lengan panjang. Gunakan sepatu tertutup yang layak untuk keamanan
bekerja di laboratorium. Gunakan selalu kacamata pelindung dan sarung tangan ketika
bekerja dengan zat-zat yang berbahaya dan iritan. Berikut ini hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menerapkan K3 pada diri sendiri (pribadi) di Laboratorium Kimia:
 Jangan pernah menggunakan lensakontak ketika bekerja di laboratorium
kimia. Gunakanlah selalu kacamata pelindung yang sesuai.
 Sepatu terbuka, sandal atau sepatu hak tinggi tidak boleh digunakan di
laboratorium.
 Rambut yang panjang harus selalu diikat dan dimasukkan ke dalam jas lab,
sementara itu mahasiswa yang memakai jilbab harus memasukkan jilbabnya
ke dalam jas lab juga, hal ini untuk menghindari kontak dengan zat-zat
berbahaya, mesin yang bergerak dan nyala api.
 Selalu cuci tangan dan lengan anda sebelum meninggalkan laboratorium.
B. Melakukan Percobaan
Dalam melakukan percobaan, ikuti perintah yang terdapat pada prosedur kerja
percobaan/praktikum dengan memperhatikan hal-hal dibawah ini:
 Jangan pernah melakukan pekerjaan, penyiapan sampel atau percobaan tanpa
adanya pengawasan asisten/dosen laboratorium.
 Selalu persiapkan prosedur keselamatan kerja sebelum bekerja di
laboratorium. anda harus mengacu pada Material safety Data Sheet (MSDS)
setiap kali bekerja dengan zat-zat kimia tertentu.
2 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

 Cek semua peralatan sebelum digunakan. Apabila terdapat kerusakan, segera


laporkan pada petugas laboratorium untuk segera diganti/diperbaiki.
 Pilihlah tempat yang tepat untuk melakukan percobaan. Percobaan yang
melibatkan zat-zat berbahaya dan beracun harus dilakukan di dalam lemari
asam.
 Diskusikan selalu setiap perkembangan dalam percobaan kepada asisten atau
dosen pemimpin praktikum.
 Jangan meninggalkan suatu percobaan tanpa pengawasan, terutama
percobaan yang menggunakan bahan-bahan yang mudah meledak atau
mudah terbakar.

C. Penanganan Khusus Zat-zat Beracun dan Berbahaya


Penanganan Khusus zat-zat beracun dan berbahaya dapat dilakukan dengan
tepat apabila mahasiswa mengetahui sifat fisik dan kimia zat-zat yang akan digunakan
dalam setiap percobaan. mengetahui sifat fisik dan kimia zat-zat yang akan digunakan
terdapat pada MSDS (Material Safety Data Sheet) tiap-tiap zat. Oleh karenanya setiap
bahan kimia harus diberi label yang jelas dan disimpan pada lokasi yang sesuai.
Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan untuk bahan beracun dan berbahaya sehingga
menghindarkan resiko kontaminasi bahan kimia tersebut dalam tubuh:
 Bahan-bahan kimia di laboratorium harus dianggap beracun dan berbahaya.
jangan makan dan minum di laboratorium! Cucilah tangan anda setiap akan
meninggalkan laboratorium! dan bila perlu segera minum susu setelah
melaksanakan praktikum
 Jangan membuang zat-zat kimia ke wasbak !
 Selalu buka pintu dan jendela serta nyalakan lemari asam dan blower ketika
bekerja di laboratorium. Kerjakan reaksi-reaksi yang melibatkan senyawa
yang mudah menguap dan mudah terbakar di dalam lemari asam
 Pindahkan zat-zat kimia sisa, residu atau zat tak terpakai ke botol-botol atau
jurigen yang khusus untuk zat-zat sisa, yang tersedia di laboratorium.
 Jangan pernah memipet sesuatu dengan mulut, gunakan bola hisap pushball
!
3 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

 Segera bersihkan setiap tumpuhan zat kimia maupun air dengan lap kering.
Laporkan setiap kejadian bila anda ragu cara menanggulanginya. Jika anda
menumpahkan zat kimia di meja anda, segera bersihkan dengan lap kering
atau tissu. Buanglah tissu pada tempatnya, jangan buang sampah di dalam
wasbak
 Jika anda menyimpan zat-zat yang mudah menguap di meja anda, tutuplah
selalu wadah yang digunakan untuk menyimpan zat tersebut !
 Jika anda terkena zat kimia, segeralah cuci dengan sabun dan bilaslah dengan
air mengalir yang banyak. kecuali apabila anda terkena tumpahan atau
cipratan brom, fenol atau asam-asam pekat, hindari membilas dengan air.
laplah bagian tubuh anda yang terkena asam sulfat pekat dengan tissue kering
atau lap kering. Kemudian setelah beberapa saat, cucilah bagian tubuh anda
dengan air sabun dan air mengalir yang banyak.
 Dimetilsulfoksida, walaupun tidak iritan, tapi cepat sekali terserap oleh kulit.
Berhati-hatilah
4 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

TATA TERTIB PRAKTIKUM

 Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai. Keterlambatan


lebih dari 16 menit menyebabkan Mahasiswa tidak dapat mengikuti
percobaan, kecuali dengan ijin resmi dari asisten.
 Sebelum dimulai praktikum, diadakan pretes atau ujian pra praktikum yang
akan menjadi poin penilaian pratikum. Pretes berkaitan dengan judul
praktikum yang akan dilakukan.
 Mahasiswa dilarang duduk pada saat praktikum berlangsung. Mahasiswa
diperbolehkan duduk pada saat pretes, dan pada saat selesai praktikum untuk
mengerjakan jurnal.
 Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum harus menunjukkan surat
izin atau keterangan yang sah, misalnya surat keterangan dokter bagi mereka
yang sakit.
 Mahasiswa yang akan melaksanakan praktikum diwajibkan untuk mengatur
pembagian piket disetiap praktikum, piket dilakukan bergantian satu sama
lain. Apabila pembagian piket tidak dilaksanakan maka Mahasiswa akan
menerima konsekuensi yang telah disepakati.
 Berikut ini Tabel 1 adalah pembagian piket yang harus diatur:
Tabel 1. Pembagian Kerja Piket
Jumla
No. Piket Tugas Waktu
h
Membuat reagen yang akan Maksimal : sehari sebelum
digunakan praktikum praktikum
1 Reagen 1 Grup
Menyiapkan reagen di meja 10 menit sebelum
reagen praktikum dimulai
20 menit Sebelum
Inventaris Menghitung jumlah alat praktikum dimulai
2 2 Grup
Alat dalam rak Sesudah praktikum
dimulai
Menyapu lantai dan
Bersih-
3 mengelap meja Sesudah praktikum 2 Grup
bersih
Mengepel lantai
5 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERLENGKAPAN PRAKTIKAN

Perlengkapan dibawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali melakukan
praktikum. Jangan sampai lupa !
 Buku petunjuk praktikum.
 Jas laboratorium.
 jurnal praktikum yang dikumpulkan di meja laboran
 Berpakaian rapi dan sopan (dilarang memakai kaos), bersepatu (tidak boleh
pakai sandal).
 Membawa kotak praktek yang berisi : Pengaduk gelas, sikat alat gelas, korek
api, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, lap kain, tissue, sabun cuci alat-alat
gelas, kaca objek, dll.
 Membawa peralatan P3K seperti antiseptik, kasa, maupun plester.
 Setiap satu kelas praktikum wajib mengumpulkan sabun cuci piring sebanyak
1 botol kecil untuk membersihkan peralatan yang digunakan pada waktu
praktikum. Sabun tersebut diberi label nama kelas dan disimpan di
laboratorium, sehingga tiap praktikan tidak perlu membawa sabun.
Catatan :
Praktikan sebelum masuk praktek harus mengumpulkan jurnal yang merupakan laporan
sementara. Praktikan yang boleh masuk praktek adalah praktikan yang jurnalnya telah
di acc oleh laboran
6 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan praktikum merupakan tindak lanjut dari jurnal dan hasil praktikum,
laporan ini dikumpulkan maksimal 7 hari setelah praktikum selesai. Berikut ini adalah
hal-hal mengenai laporan praktikum:
1. Isi laporan, pada hakikatnya adalah sesuai dengan jurnal praktikum, yaitu
meliputi semua catatan praktikum termasuk yang telah diperbaiki asisten,
ditambah dengan Sedikit lebih banyak pembahasan teorinya (lebih lengkap),
Pembahasan yang mendetail, Kesimpulan yang merupakan jawabpan dari
tujuan dan hipotesa praktikum
2. Titik berat penilaian laporan adalah pada bagian pembahasan anda.
Pembahasan adalah berupa bahasan sendiri mengenai hasil percobaan sendiri,
misalnya mengenai hasil data percobaan yang dilakukan dibandingkan
dengan hasil data pada literatur. Bila mengalami kegagalan, dibahas faktor-
faktor apa yang menyebabkan kegagalan tersebut.
3. Laporan praktikum dikumpulkan maksimal 7 hari setelah praktikum. Laporan
praktikum akan dinilai oleh laboran/dosen dalam waktu 1x24 jam. Apabila
laporan praktikum tidak diambil segera, maka laboran berhak meletakkan
laporan tersebut di kolong bawah meja.
7 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

FORMAT PENULISAN LAPORAN

1. Ditulis tangan dengan menggunakan bolpoint tinta birudi kertas Folio Bergaris
2. Dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah praktikum dengan judul tersebut selesai
dilakukan
3. Sebagai syarat masuk laboratorium, (untuk jurnal harus dibuat sampai dengan
prosedur kerja sedangkan untuk laporan dalam bentuk makalah, dibuat sampai
dengan Bab III Metodologi)
COVER
Kertas : Folio
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Ukuran Huruf : 14
JUDUL Bentuk : Times New Roman
Spasi : 1,5

LOGO UNIVERSITAS Margins:


Atas : 3 cm
Bawah : 3 cm
NIM Kiri : 4 cm
Kanan :3 cm

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2017
8 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

FORM LAPORAN (DALAM FORMAT JURNAL)


JUDUL PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Ditulis sesuai dengan yang terdapat di buku praktikum
2. Dasar Teori
Menuliskan dasar teori yang berhubungan dengan praktikum yang dilakukan
.Teori ditulis dalam bentuk paragraf dan diberi keterangan sumber pengambilan
teori
Misal ;
Dari Prosedur Reaksi Warna Fenol
Senyawa Organik yang mengandung gugus -OH terkait dengan inti Aromatik
merupakan donor Pasangan Elektron Bebas yang dapat berfungsi sebagai ligan
(Effendy, 2008).
3. Alat
Ditulis dalam bentuk poin-poin sesuai dengan alat yang digunakan
dalampraktikum
4. Bahan
Ditulis dalam bentuk poin-poin sesuai dengan bahan yang digunakan dalam
praktikum
5. Prosedur
Prosedur ditulis dalam bentuk diagram alir sesuai dengan yang terdapat dibuku
praktikum dengan model kalimat pasif
Misal ;
9 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Dari Prosedur Reaksi Warna


Fenol:
Fenol dalam Air
1. Diteteskan 5 tetes Larutan
diteteskan sebanyak 5 tetes ke plat tetes
Fenol dalam air ke dalam
salah satu lubang plat tetes ditambahkan 5 tetes larutan Besi(III) Klorida

2. Ditambahkan 3 tetes larutan Diamati yang terjadi

besi(III) Klorida dilakukan cara yang sama untuk fenol dalam


alkohol
3. Diamati warna yang terjadi
dibandingkan hasil yang terbentuk
4. Dilakukan cara yang sama
untuk Fenol dalam Alkohol
5. Dibandingkan hasil yang
terbentuk
6. Data Praktikum
Hasil dapat berupa tabel
7. Pengolahan Data
Dapat berupa perhitungan praktikum
8. Pembahasan
Membahas tentang praktikum yang dilakukan dihubungkan dengan teori yang
ada. Apabila ada kesalahan dalam praktikum yang tidak sesuai dengan teori,
maka pembahasan juga mencantumkan analisa kesalahan tersebut
9. Kesimpulan
Kesimpulan berisi Jawaban dari Tujuan Praktikum
10. Daftar Pustaka
Format :
Nama Belakang Pengarang, Nama Depan (Disingkat), Nama Tengah
(Disingkat). Tahun. Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit
Misal :
Pengarang : Anna Poedjiaji dan Titin Supriyanti
Tahun Terbit : 1994
Judul : Dasar-Dasar Biokimia
Penerbit : Universitas Indonesia Press
Kota Penerbit : Jakarta
10 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Penulisan :
Poedjiaji, A. dan Supriyanti, T. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Universitas Indonesia Press
Jika Buku Terjemahan
Pengarang : E. John Brady
Tahun Terbit : 1999
Judul : Kimia Universitas : Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid
Penerbit : Bina Rupa Aksara
Kota Penerbit : Jakarta
Penterjemah : Sukarmariah Maun, Kamianti Anas dan Tilda S
Penulisan :
Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas : Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid I.
Terjemahan Sukarmariah Maun, Kamianti Anas dan Tilda S. Jakarta : Bina
Rupa Aksara
11 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

FORM PENULISAN LAPORAN (DALAM BENTUK MAKALAH ILMIAH)


BAB I BAB II
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Latar Belakang 3.1 Dasar Teori
(Berisi tentang latar belakang Menuliskan Dasar Teori Praktikum.
dilakukannya praktikum, latar Teori ditulis dalam bentuk paragraf
belakang dibentuk dalam paragraf dan diberi keterangan sumber
yang menyinggung dari hal umum pengambilan teori
menuju ke hal yang kusus yaitu Misal ;
tujuan praktikum) Dari Prosedur Reaksi Warna Fenol
1.2 Rumusan Masalah Senyawa Organik yang
( Menuliskan tentang tujuan mengandung gugus -OH terkait
praktikum, dibentuk dalam bentuk dengan inti Aromatik merupakan
paragraf) donor Pasangan Elektron Bebas
1.3 Manfaat yang dapat berfungsi sebagai ligan
(Menuliskan Manfaar praktikum (Effendy, 2008).
dengan judul tsb dengan menjawab 3.2 Tinjauan Bahan
tujuan dari praktikum) Menuliskan Sifat fisika kimia serta
bahaya bagi tubuh yang kontak
langsung dengan zat-zat yang
digunakan dalam praktikum tersebut

BAB III BAB VI


METODOLOGI DATA PERCOBAAN
3.1 Waktu Praktikum 4.1 Hasil Penelitian
Dituliskan dalam bentuk paragraf Berupa tabel
tentang: hari, tanggal,jam 4.2 Pengolahan Data
praktikum serta tempat Berupa Hitungan
dilakukannya praktikum
3.2 Alat
Dituliskan dalam bentuk paragraf
alat serta ukuran alat yang
12 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

digunakan dalam praktikum


3.3 Bahan
Dituliskan dalam bentuk paragraf
bahan-bahan yang digunakan
dalam praktikum
3.4 Prosedur Kerja
Dibentuk diagram alir (seperti
yang terdapat dalam jurnal
praktikum)

BAB V BAB VI
PEMBAHASAN PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Ditulis dalam bentuk paragraf. (Menjawab Tujuan Praktikum)
Membahas tentang praktikum yang 6.2 Saran
dilakukan dihubungkan dengan teori (Saran praktikum)
yang ada. Apabila ada kesalahan dalam
praktikum yang tidak sesuai dengan
teori, maka pembahasan juga
mencantumkan analisa kesalahan
tersebut

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Menulis Buku yang dipakai dalam Mencantumkan data sementara


tinjauan pustaka praktikum
13 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

PENILAIAN PRAKTIKUM

Seluruh praktikum yang dilakukan di laboratorium analisa air, makanan, dan


minuman, Nilai akhir praktikum diambil dari nilai prosentase beberapa aspek yaitu :
1. Nilai pretes/ post test
Adalah nilai yang diperoleh setiap praktikan dari pretes yang diadakan sebelum atau
sesudah praktikum, pretes berupa soal yang berkaitan dengan percobaan yang akan
dilakukan.
2. Nilai praktikum
Adalah nilai yang diperoleh setiap praktikan dari cara kerja, aktivitas praktek,
keaktifan praktek, selain itu nilai diperoleh dari hasil kerja kelompok.
3. Nilai laporan
Nilai yang diperoleh dari hasil penilaian laporan resmi tiap individu. Ketentuan nilai
laporan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Bobot Penilaian Laporan
Bobot Nilai
Pembuatan Reagen Maksimal 73
Pembuatan Reagen dan Pembahasan Terkait Maksimal 80
Selain komponen-komponen tersebut, penilaian juga menyangkut sikap praktikan
terhadap proses praktikum dan asisten praktikum. nilai ini tidak secara langsung
mempengaruhi nilai akhir, tetapi dapat membantu dalam proses penilaian yang lainnya.
Prosentase nilai akhir praktikum dan ketentuan nilai maksimal setiap komponen penilaian
adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Prosentasi Penilaian dan Rinciannya
Prosentase Nilai
No Komponen
(%) Minimal Maksimal
1 Praktikum 30 0 85
2 Pretes 25 0 100
3 Laporan 25 0 80
4 Post Test 20 0 100
5 Sikap * - 0 100
6 Kehadiran* - 0 85
14 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

*tidak mempengaruhi langsung tetapi berkaitan dengan nilai praktikum Nilai kehadiran akan digunakan sebagai tambahan
rata-rata, jika seluruh kelas nilai akhirnya kurang dari standart kelulusan minimal yang ditentukan oleh jurusan yang
bersangkutan.

Konsekuensi Penilaian Laboratorium


1. Terlambat mengumpulkan laporan pada hari yang ditentukan, mahasiswa
mendapatkan nilai 50 maksimal dan tidak dapat diganggu gugat dengan alasan
apapun.
2. Kehadiran kurang dari 80% makan nilai tidak akan keluar dinyatakan tidak lulus, dan
harus mengulang tahun berikutnya.
3. Keterlambatan lebih dari 15 menit, tidak berhak mengikuti pretes dan meminta
pretes. Hanya boleh mengikuti praktikum.
4. Tidak melaksanakan tugas piket baik pembuatan reagen, piket bersih-bersih, maupun
inventaris, maka nilai praktek pada mahasiswa yang bersangkutan dianggap nol.
5. Tidak melakukan pembuatan reagen maka praktikum dengan judul yang
bersangkutan ditiadakan, mahasiswa dianggap sudah menguasai materi judul praktek
tersebut sehingga mahasiswa tidak memperoleh nilai praktek dan laporan pada judul
yang dimaksud
6. Diberlakukan remidi bersyarat bagi mahasiswa yang tidak pernah atau terlambat
mengumpulkan laporan resmi namun kehadirannya 100%.
7. Ketidaktelitian piket inventaris alat dalam menghitung jumlah alat sebelum dan
sesudah praktikum, maka yang bertanggung jawab adalah piket inventaris tersebut.
8. Mahasiswa yang merusak, memecahkan ataupun menghilangkan alat-alat milik
laboratorium, wajib mengganti alat tersebut, jika tidak maka nilai dari yang
bersangkutan untuk sementara ditahan sampai mahasiswa mengganti alat tersebut.
9. Jurnal yang tidak di-acc maka akan mengurangi nilai laporan, yaitu nilai laporan
adalah 50% dari nilai yang diperoleh.
10. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum tidak berhak memperoleh nilai praktek
dan tidak berhak meminta pretest. Hanya diperbolehkan membuat laporan dengan
ketentuan nilai laporan adalah 50% dari nilai yang diperoleh, karena nilai laporan
adalah sepaket dengan nilai jurnal/laporan sementara.
15 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

Reagen kimia yang digunakan dalam analisa air, makan, dan minuman meliputi
reagen padat dan reagen cair. Dalam pembuatan reagen praktikan harus mengetahui
terlebih dahulu wujud dari reagen itu sendiri kemudian menghitung berapa besar reagen
yang akan dilarutkan. Tabel dibawah ini adalah contoh reagen cair berikut konsentrasi
kepekatannya:

Tabel 3 Data Nama-nama Reagen Cair dan Konsentrasi Kepekatannya


Konsentrasi
No. Nama Rumus Kimia Densitas (g/ml)
N %
1 Asam klorida HCl 1,19 12 37
2 Asam Sulfat H2SO4 1,84 36 96
3 Asam Asetat * CH 3COOH 1,05 17 99,5
4 Asam Bromida HBr 1,49 9 48
5 Asam Iodida HI 1,70 7 57
6 Asam Nitrat HNO 3 1,42 16 70
7 Asam Phospat H3PO4 1,69 45 85
* Glasial

Sedangkan contoh regen padat berikut keterangannya adalah sebagai berikur:

Tabel 4 Data Nama-nama Reagen Padat dan Keterangannya


Rumus Berat Berat
N
Nama Kimia Molekul Ekuivalensi Ekuivalensi
o.
(BM) g/mol (BE)
1 Natrium Hidroksida NaOH 40,00 1 40,00
2 Natrium Klorida NaCl 58,44 1 58,44
3 Natrium Tetraborat** Na2B 4O7 381,87 2 190,685
4 Natrium Tiosulfat Na2S2O3 248,18 1 248,18
5 Asam Oksalat * H2C2O4 126,07 2 63,035
6 Perak Nitrat AgNO3 169,87 1 169,87
7 Kalium Permanganat KMnO4 158,03 5 31,606
8. Kalium Iodidat KIO 3 214 6 35,67
9 Kalium dikromat K2Cr2O7 294,18 6 49,03
*terhidrat ** Pelarut aquades panas
Pembuatan reagen harus memperhatikan jenis pelarut yang dipakai, pelarut yang
diapaki bukan hanya dapat melarutkan zat tetapi juga harus tidak boleh bereaksi dengan
zat itu sendiri, meskipun rata-rata menggunakan aquades namun terdapat reagen tertentu
yang perarutnya bukan aquades seperti Fenolftalein (pp) yang menggunakan etanol,
amilum yang menggunakan pelarut aquades dengan kondisi yang berbeda, serta natrium
tetraborat yang harus dilarutkan dengan aquades panas terlebih dahulu.
16 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Tabel 5 Data Keterangan Pelarut Bahan-bahan Tertentu


Bahan Pelarut Bahan Pelarut
PP Etanol Natrium tetraborat Aquades panas
Methyil Orange Aquades Amilum Aquades dan aquades panas
Methyl Red Etanol Kalium dikromat Aquades
Brom Timol
Etanol
biru

Selain pelarut yang digunakan, dalam pembuatan reagen yang perlu diperhatikan
adalah tahap melarutkan, khusus untuk pengenceran asam-asam pekat maka asam pekat
ditambahkan pada labu ukur yang sebelumnya telah diberi sedikit aquades. Pembuatan
reagen yang tidak menggunakan pelarut bersuhu tinggi, harus dilakukan secara kuantitatif
dalam labu ukur. Reagen kimia di laboratorium ini sebagian besar menggunakan proses
perhitungan yaitu dengan memakai :
a. Rumus Pengenceran
V1 N1 = V2 N2
V1 = Volume zat pekat N1 = Normalitas zat pekat
V2 = Volume pengenceran yang V2 = Normalitas yang
diinginka diinginkan

b. Rumus persen berat/volume (b/v)


massa (g) = % . volume (ml)
c. Part Permiliion (ppm)
( )
=
1
d. Rumus Molaritas dan Normalitas
17 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

atau =
( )
. ( ) 1000
( ) ( ) = .
( )
( ) 1000
= . Atau
( ) ( ) ( ) 1
= .
( )
sehingga :
Sehingga:
( ) ( )
( ) ( )= . .
= . ( ) 1000
1000 Atau
atau ( )
( )= . .
( )
( ) = . ( )
1

Contoh perhitungan dan cara pembuatan


1. Asam sulfat 12 N 100 mL
V1 N1 = V2 N2
V1 . 36 = 100. 12
V1 = 33,33 mL
Cara pembuatan : Pipet dengan kuantitatif 33,33 mL asam sulfat pekat, kemudian
masukkan dalam labu ukur ukuran 100 mL yang sebelumnya telah diberi aquades
sejumlah kira-kira 10 mL. kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur,
kocok sampai homogen.
Karena untuk mengambil 33,33 mL asam sulfat pekat secara kuantitatif sangat sulit maka
kita dapat mengambil secara kuantitatif 33,5 mL asam sulfat pekat kemudian masukkan
dalam labu ukur ukuran 100 mL yang sebelumnya telah diberi aquades sejumlah kira-
kira 10 mL. kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur, kocok sampai
homogen. Tetapi hal ini akan mempengaruhi konsentrasi dari asam sulfat yang kita buat,
sehingga normalitas asam sulfat yang kita buat menjadi :

x Konsentrasi yang sebenarnya diharapkan

33,5 mL
N Asam Sulfat = x 12 N = 12,06 N
33,33 mL

2. Asam klorida 10% 100 mL


V1 N1 = V2 N2
V1. 37 = 100. 10
V1 = 27,027 mL
18 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Cara pembuatan : pipet dengan kuantitatif 27,027 mL asam klorida pekat, masukkan
dalam labu ukur 100 mL yang sebelumnya telah diberi aquades sejumlah kira-kira 10 mL
kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas, kocok sampai homogen.
Karena untuk mengambil 27,07 mL HCl pekat secara kuantitatif sangat sulit
maka kita dapat mengambil secara kuantitatif 27 ml HCl pekat kemudian masukkan
dalam labu ukur ukuran 100 mL yang sebelumnya telah diberi aquades sejumlah kira-
kira 10 mL. kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur, kocok sampai
homogen. Tetapi hal ini akan mempengaruhi konsentrasi dari HCl yang kita buat,
sehingga normalitas HCl yang kita buat menjadi :

Volume yang diperoleh dalam pemipetan


x Konsentrasi yang sebenarnya diharapkan
Volume yang harus dipipet sebenarnya
27 mL
% HCl = x 10 % = 9,999001%
27,027 mL

3. NaOH 10% 50 mL
10
( ) = . 50
100
massa = 5 gram
Cara pembuatan : timbang 5 gram NaOH (NaOH higroskopis sehingga penimbangan
dilakukan dengan batuan kaca arloji). Masukkan dalam beaker glass 100 ml, larutkan
dengan sedikit aquades. pindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, tambahkan aquades
sampai tanda batas, kocok sampai homogen.

4. NaOH 0,01 N 250 mL


( )
( )= . .
1
0,25
( ) = 40. 0,01 .
1
massa = 0,1 gram
Cara pembuatan : timbang NaOH sebanyak 0,1 gram (NaOH higroskopis sehingga
penimbangan dilakukan dengan batuan kaca arloji). Masukkan dalam beaker glass 100
mL, larutkan dengan sedikit aquades. pindahkan ke dalam labu ukur 250 mL, tambahkan
aquades sampai tanda batas, kocok sampai homogen.
19 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

DASAR TEORI SKRINNING FITOKIMIA

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain , berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pectin (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimiamurni.
Materia medika Indonesia berlaku sebagai pedoman untuk simplisia yang akan
dipergunakan untuk keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang akan
diperguankan untuk keperluan lain yang dijual dengan nama yang sama . Namun
simplisia (yang digunakan pada praktikum ini) adalah simplisia nabati secara umumk
merupakan produk hasil tumbuhan obat setelah melalui proses pasca panen dan proses
preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian yang siap dipakai atau
diproses selanjutnya, yaitu:
1. Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum(jamu)
2. Siap dipakai untuk dicacah dan digodok sebagai jamu godokan(infus)
3. Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang ummnya
melalui proses ekstraksi , separasi dan pemurnian, yaitu menjadi ekstrak, fraksi
atau bahan isolat senyawa murni.
Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau hasil pengumpulan tumbuhan liar
memiliki kandungan kimia yang tidak dapat dijamin selalu konstan karena adanya
perbedaan/varisai pada bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara panen) serta
proses pasca panen dan preparasi akhir

Metode analisis kimia tumbuhan ( tahapan fitokimia) meliputi :


1. Determinasi : jenis dalam klasifikasi botani tumbuhan sumber bahan
obat yang dianalisis kandungan kimianya, nama latin dan nama daerah
2. Karakterisasi simplisia : spesifikasi atau mutu simplisia, mencakup beberapa
parameter farmakognosi (FI,MMI)
3. Skrining golongan kimia : Senyawa bioaktif, metabolit sekunder : alkaloid,
20 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

flavonoid, asam-asam fenolat, kumarin, kuinon, tannin, saponin,


steroid/triterpenoid.
4. Isolasi bahan alam, meliputi: ekstraksi, pemisahan, pemurnian,
karakterisasi
5. Uji aktivitas biologi : ekstrak, fraksi,isolat.

I. Skriningfitokimia
Skirining fitokimia merupakan proses penapisan/pencarian kandungan zat
dalam satu golongan atau kandungan zat dalam suatu tumbuhan dari berbagai jenis
tumbuhan , serta mengetahui atau mempelajari zat apa saja atau golongan zat apa saja
yang terdapat dalam satu jenistumbuhan.Persyaratan skrining fitokimia :
1. Metodenya sederhana, Peralatan sederhana dan sedikit serta dapat dilakukan
secara cepat
2. reaksi berlangsung cepat,l Metodenya selektif terhadap kandungan zat yang
diteliti
3. Hasilnya memberikan gambaran kuantitatif
4. Memberikan informasi tambahan yangbernilai
Skrining dapat dilakukan pada smplisia segar maupun simplisia kering. Sebelum
dilakukan skrining simplisia terlebih dahulu haruis diekstraksi. . Ada dua prosedur
ekstraksi, yaitu:
1. Ekstraksi secara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut melalui beberapa pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(temperatur kamar). Secara tekhnologi, termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu . Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan
seterusnya.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur
21 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan , tahap maserasi antara
, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak ) terus menerus
samapi diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1 – 5 kali bahan.
2. Ekstrasi dengan panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya ,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3- 5 kali sehingga proses ekstraksi berjalan secara sempurna.
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) yaitu secara umum
dilakukan pada tem,peratur 40 – 50 0 C.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelrut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur, 96– 980
C) selama waktu tertentu (15-20menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik
didihair.
3. Ekstraksi Berkesinambungan
Proses ekstraksi yang dilakukan berulangkali dengan pelarut yang berbeda
atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun berurutan beberapa kali. Proses
ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi jumlah pelarut dan dirancang untuk bahan
dalam jumlah besar yang terbagi dalam beberapa bejana ekstraksi.

4. Superkritikal Karbondioksida
Penggunaan prinsip super kritik untuk ekstraksi serbuk simplisia umumnya
22 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

digunakan karbondioksida. Dengan variable tekanan dan temperatur akan diperoleh


spesifikasi kondisi polaritas tertentu yang sesuai untuk melarutkan golongan senyawa
kandungan tertentu . Penghilangan cairan pelarut dengan mudah dilakukan karena
karbondioksida menguap dengan mudah , sehingga hampir langsung diperolehekstrak.

5. Ekstraksi ultrasonik
Getaran ultrasonic (> 20.000 Hz.) memberikan efek pada proses ekstrak dengan
prinsip meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung spontan
(cavitation) sebagai stress dianmik serta menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi
tergantung pada frekuensi getaran , kapasitas alat dan lama prosesultrasonikasi

6. Ekstraksi energi listrik

Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet serta electric
discharges yang dapat mempercepat proses dan meningkatkan hasil dengan prinsip
menimbulkan gelembung spontan dan meyebarkan gelombang tekanan berkecepatan
ultrasonic
23 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Proses analisis
Langkah-langkah
Tumbuhan
Sumber bahan obat -Determinasi
- Telaah ekologi & penyebaran
- pengumpulan
- Pencucian
- Pengeringan

Simplisiakering - Karakteristiksimplisia
- Skrining golongan kimia
- Ekstraksi - Uji aktivitasbiologi

Ekstrak - Skrining golongankimia


ekstrak
- Uji aktivitas biologi

- Fraksinasi

Fraksi - Identifikasikomponen
golongan
Kimia
- isolasi - Uji aktivitasbiologi

isolat -Identifikasi
24 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Bagan ekstraksi bertingkat pada skrining fitokimia

Tujuan : Memisahkan senyawa-senyawa yang terdapat


dalam simplisia berdasarkan
kepolarannya

Simplisia kering Dan halus


Ekstraksi dengan heksan

Sariheksan ampas dikeringkan


(diuapkan) Ekstraksi dengankloroform

Sarikloroform ampas dikeringkan


(diuapkan) Ekstraksi
denganmetanol
Sarimethanol amp
as
Sarimethanol hidrolisa
(Identifikasi)

+
H
C

sariairyang etil
asetat
bersifatasam
25 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Percobaan I
UJI KUALITATIF FITOKIMIA
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya komponen bioaktif dalam sampel

B. Dasar Teori
Tumbuhan memiliki senyawa aktif yang bersifat fungsional bagi tubuh.
Beberapa tumbuhan pun memiliki komponen bioaktif yang sifatnya menonjol
sehingga seringkali dimanfaatkan, terutama dalam bidang kesehatan. Harborne et
al. (2006) menyatakan bahwa maraknya pemanfaatan senyawa fitokimia
tumbuhan ini didorong oleh munculnya penelitian-penelitian mengenai
pemanfaatan senyawa fitokimia yang mulai menggeser penggunaan bahan-bahan
kimia. Sebagian besar tumbuhan memiliki senyawa fitokimia dalam kadar yang
berbeda-beda. Sebelum menganalisa kadar senyawa fitokimia secara lebih lanjut,
terlebih dahulu dilakukan uji fitokimia secara kualitatif (Gajlakshmi et al.,2012).
Tujuannya adalah untuk memastikan ada tidaknya kandungan senyawa fitokimia
pada suatu sampel uji. Analisa kualitatif ini penting untuk dilakukan agar tidak
terjadi kesalahan identifikasi akibat kesamaan sifat komponen lain yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji kualitatif fitokimia terhadap
sampel untuk mengetahui komponen bioaktif yang terkandung di dalamnya.
Identifikasi minyakatsiri
Ekstrak (N-Heksana) diuapkan sampai kering (dalam cawan uap) ,
didapatkan bau aromatis, tambahkan alcohol, sebagian larutan alcohol diuapkan
dan sebagian lagi untuk identifikasi lemak. Jika berbau aromatis maka positif
mengandung minyak atsiri

Identifikasi lemak dan asamlemak


Larutan alkohol sisa identifikasi minyak atsiri, diuapkan lalu dilakukan
penyabunan dengan KOH 0,5 % dalam alcohol dan direfluk. Jika terdapat
tetesan-tetesan minyak berarti positif mengandung minyak lemak.

Identifikasi Sterol dan triterpenoid


26 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Sari heksan diuapkan sampai kering tambahkan asam asetat anhidrat


tambah CHCl3 dan tambahkan H2SO4 melalui dinding tabung reaksi.
Jika terbentuk cincin yang berwarna hijauataumerah terpenoid Jika
terbentuk cincin yang berwarna hijauataubiru steroid
Ekstrak dalam pelat tetes ditambahkan H2SO4 pekat + asam asetat anhidrat : - - jika
berwarna ungu,merah,coklat terpen
- Jika berwarna hijauataubiru steroid

Identifikasi alkaloid
Alkaloid terdiri dari 2 bentuk, yaitu :
1. Dalam bentuk basa : larut dalam pelarut semipolar
2. Dalam bentuk garam, larut dalam air
Simplisia halus tambahkan dengan CHCl3 (untuk melarutkan alkaloid) + NH4OH
(untuk membasakan garam alkaloid) lalu disaring hingga diperoleh ekstrak, lalu
ekstrak diuapkan, tambahkan HCl 2N /H2SO4 2N , lalu dikocok, ambil lapisan
asam lalu dibagi dalam 3 tabung dan diuji. Penambahan CHCl3 adalah untuk
menarik alkaloid bentuk basa. Penambahan NH4OH berguna untuk membasakan
alkaloid bentuk garam . Penambahan HCl dimaksudkan agar dapat bereaksi
dengan pereaksi yang digunakan
a. Dengan pereaksi Meyer endapan putih
b. Dengan pereaksi Dragendorf endapan Coklat/jingga
c. Denganp ereaksi Bouchardat endapan Coklat
Untuk Meyer mempunyai kategori, yaitu :
+ : kabut
++ : kabut tebal
+++ : putih
++++ : endapan putih yang tidak dapat dituang
b. Ekstrak
Dipekatkan ekstrak kental

+HCl

Bening tidak bening


27 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

 Jika pada ekstrak kental dengan penambahan HCl sudah bening , maka dapat
langsungdiuji
 Jika tidak bening , + NH4OH + CHCl3, dikocok ambil lapisan CHCL3, lalu
tambahkan HCl 2 N , dikocok, ambil lapisan air lalu direaksikan dengan pereaksi
mayer, dragendorf danbouchardat.

Pemeriksaan Kumarin dan Derivatnya


Ekstrak diuapkan sampai kering tambahkan air panas dan dinginkan. Setelah
dingin bagi menjadi 2 tabung, Tabung I diberi ammonia 10 % dan tabung ke II sebagai
pembanding . Lihat dibawah UV , Jika terdapat fluorosnsi kuning kehijauan atau
kebiruan berarti positif mengandung kumarin.
Identifikasi tanin
Sari CHCl3 + 3 tetes larutan FeCl3 lalu amati perubahan warna menjadi biru
kehijauan atau hijau tua

Identifikasi Gula pereduksi


Sari CHCl3 ditambahkan 2 tetes larutan fehling A dan 2 tetes larutan Fehling
B, kemudian pada waterbath. Terjadinya endapan merah bata menunjukan adanya
gula pereduksi

Identifikasi emodol
Sari CHCl3 dipekatkan,dinginkan lalu tambahkan NH4OH 25%
kemudiandikocok. Warna merah menunjukkan adanya emodol.

Identifikasi flavonoid
Ekstrak + HCl pekat + logam Mg akan terbentuk warna merah atau jingga Jika
banyak mengandung tannin + HCl pekat + logam Mg akan terbentu warna merah ,
dinginkan + amil alcohol, kocok
Jika warnanya merah dan naik keatas (+)flavonoid
Jika warna merahnya tetap dibawah (+) tannin danflavonoid
28 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum uji kualitatif fitokimia, antara
lain: 1) alkohol, 2) amil alkohol, 3) anhidra asetat, 4) daun pandan, 5) daun
pepaya, 6) daun singkong, 7) HCL 2N, 8) H2SO4, 9) kloroform, 10) pereaksi
Meyer, dan 11) pereaksi Wagner

C. Alat
Alat digunakan dalam praktikum uji kualitatif fitokimia, antara lain: 1)
gelas Beaker, 2) gelas ukur, 3) pipet tetes, 4) pipet volume, 5) sepatula, 6) tabung
reaksi, dan 7) timbangan analitik

D. Sampel
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daun singkong, daun
pandan, daun pepaya, daun sirsak, daun kapuk, daun salam.

E. Preparasi Sampel
1. Sampel daun segar yang telah di peroleh dikering-anginkan untuk
menurunkan kandungan airnya
2. Sampel daun yang sudah kering tersebut di potong-potong mengunakan
gunting
3. Kemudian potongan daun tersebut dihaluskan menggunakan blender
sampai bebentuk serbuk
4. Serbuk daun yang diperoleh siap dianalisa

F. Prosedur Kerja
Praktikum uji kualitatif fitokimia terdiri atas 5 percobaan, yaitu uji
alkaloid, uji steroid atau triterpenoid, uji flavonoid, uji saponin, dan uji fenol
hidrokuinon.
G.1 Uji Alkaloid
1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu
ruang dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan
terang, serta penyimpanan suhu dingin.
29 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

2. Sebanyak 0,5g sampel dari masing-masing perlakuan dilarutkan ke dalam


asam sulfat 2N.
3. Sampel yang telah dilarutkan kemudian diberi pereaksi Meyer dan
pereaksi Wagner.
4. Ada tidaknya endapan berwarna diamati.

G.2 Uji Steroid atau Triterpenoid


1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan
suhu ruang dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam
kedaan terang, serta penyimpanan suhu dingin.
2. Sebanyak 0,5 g sampel dilarutkan ke dalam 2 ml kloroform.
3. Sampel yang telah dilarutkan kemudian diberi 10 tetes anhidrida asetat dan
3 tetes asam sulfat pekat. Perubahan warna diamati.

G. 3 Uji Flavonoid
1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu
ruang dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan
terang, serta penyimpanan suhu dingin.
2. Sebanyak 0,5 g sampel dari masing-masing perlakuan diberi serbuk
magnesium sebanyak 0,1 mg.
3. Sebanyak 0,4 mL amil alkohol dan 4 mL alkohol dicampurkan ke dalam
sampel yang telah diberi serbuk magnesium.
4. Perubahan warna diamati.

G.4 Uji Saponin


1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu
ruang dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan
terang, serta penyimpanan suhu dingin.
2. Sampel sebanyak 0,5 g dari masing-masing perlakuan dilarutkan dengan
asam klorida 2N.
3. Larutan sampel kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 30
menit.
30 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

4. Ada tidaknya busa diamati.

G.5 uji fenol hidrokuinon


1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu
ruang dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan
terang, serta penyimpanan suhu dingin.
2. Sampel sebanyak 0,5 g dari masing-masing perlakuan diekstrak dengan 10
mL etanol 70% dan didiamkan selama 30 menit.
3. Sebanyak 1 mL hasil ekstraksi diambil dan diberi 2 tetes FeCl3 5%.
4. Perubahan warna diamati
31 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Percobaan II
ANALISA TOTAL FENOL

A. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukam analisa kadar fenol total pada sampel uji berupa teh
hitam dan teh hijau.

B. Dasar Teori
Senyawa fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus aromatik
dan gugus hidroksil. Keberadaan gugus aromatik mengakibatkan senyawa fenol
menampakkan penyerapan yang kuat pada spektrum ultraviolet. Senyawa fenol
terdiri atas berbagai golongan, di antaranya adalah asam fenolat, fenilpropanoid,
flavonoid, antosianin, flavonol, tanin, kuinon, maupun turunannya berupa
polifenol. Golongan senyawa-senyawa ini dimiliki berbagai macam tumbuhan,
salah satunya adalah teh yang kaya akan senyawa fenol maupun turunannya.
(Harborne , 2006)

C. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum analisa total fenol adalah :
1).Aquadest, 2).Etanol 95%, 3).Folin Ciocalteu 50%, 4).Na2CO3, 5).Teh
Bendera, 6).Teh Botol Sosro, 7).Teh Sariwangi

D. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum analisa total fenol adalah : 1).Beaker
gelas, 2).Blender, 3).Neraca analitik, 4).Penangas air, 5).Penjepit tabung reaksi,
6).Pipet tetes, 7).Rak tabung reaksi, 8).Spatula, 9).Tabung reaksi.

E. Sampel
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daun singkong, daun pandan,
daun pepaya, daun sirsak, daun kapuk, daun salam
32 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

F. Cara Kerja
1. Sebanyak10mg sampel uji dilarutkan dengan 2mL etanol 95% dan dikocok
dengan vortex selama 2 menit.
2. Sebanyak 0,5mL campuran sampel dicampurkan dengan 0,5mL etanol 95% dan
2,5mL air suling/aquadest.
3. Folin Ciocalteu 50% sebanyak 2,5mL ditambahkan ke dalam campuran sampel.
4. Campuran dihomogenisasi dengan vortex dan didiamkan selama 5 menit.
5. Sebanyak 1mL Na2CO3 5% ditambahkan ke dalam campuran.
6. Campuran dihomogenisasi dengan vortex, lalu didiamkan selama 30 menit dalam
ruang gelap.
7. Larutan blanko dibuat sesuai cara kerja tanpa pemberian sampel uji.
8. Pengukuran absorbansi sampel dan blanko dilakukan dengan spektrofotomete
33 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Pecobaan III
ANALISA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN DPPH

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisa aktifitas antioksidan menggunakan metode
DPPH (Dipenil Pikril Hidrazin)

B. Dasar Teori
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat radikal bebas
dengan berperan sebagai donor H terhadap radikal bebas, sehingga terbentuk
senyawa yang lebih stabil (Harborne, 2006). Antioksidan dapat berupa BHT,
vitamin C, maupun senyawa fitokimia yang secara sengaja ataupun tidak sengaja
terkandung dalam suatu produk pangan. Jus buah adalah salah satu produk pangan
yang potensial dikembangkan dengan kandungan antioksidan.
Maraknya peredaran jus buah yang diklaim kaya akan antioksidan
menuntut perlunya dilakukan uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif pada
sampel jus buah yang dijual bebas di pasaran. Melalui uji aktivitas antioksidan ini,
kita dapat memastikan dan membandingkan kandungan antioksidan pada masing-
masing sampel jus buah.
Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih elektron
tidak berpasangan pada orbital terluarnya, bersifat sangat reaktif dan tidak stabil.
Radikal bebas mencapai kestabilannya melalui reaksi dengan atom atau molekul
di sekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan menimbulkan
reaksi berantai yang mampu merusak struktur sel, bila tidak dihentikan akan
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini,
serta penyakit dengeratif lainnya (Hamid, et al., 2010).
Kemampuan senyawa antioksidan dalam bahan alam untuk menangkal
radikal bebas dapat diketahui dengan melakukan uji aktivitas antioksidan baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Salah satu uji aktivitas antioksidan secara
kuantitatif adalah dengan melakukan uji penangkapan radikal bebas (radical
scavenging test). Pada metode ini dilakukan pengukuran penangkapan radikal
bebas sintetik dalampelarut organik polar seperti metanol atau etanol dalam suhu
34 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

kamar. Sumber radikal bebas yang digunakan dapat berupa senyawa DPPH (2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazil) atau ABTS (2,2-azinobis (3-ethyl benzotiazolin-
asamsulfonat)). Prinsip uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah
penghilangan warna untuk mengukur kapasitas antioksidan padapanjang
gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer UV–Visibel. Radikal DPPH
dengan nitrogen organik terpusat adalah radikal bebas stabil dengan warna ungu
gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk non radikal oleh antioksidan dan
berubah menjadi warna kuning (Yu, 2008).
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak
bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau
radikal hidrogen pada DPPH yang akan menetralkan karakter radikal bebas dari
DPPH (Gurav, et. al., 2007).

Aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat diketahui dengan adanya penurunan


absorbansi DPPH yang terjadi akibat penambahan senyawa tersebut. Parameter
yang digunakan untuk pengukuran aktivitas antioksidan pada metode DPPH
adalah IC50, yaitu bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu
menghambat aktivitas suatu radikal sebesar 50%. Berdasarkan nilai IC50 yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas antioksidan suatu
senyawa, maka semakin rendah nilai IC50 yang dihasilkan (Molyneux,2004).

C. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum aktifitas antioksidan adalah :
35 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

1).Aquadest, 2).DPPH, 3) Jus berbagai merek 4).Metanol

D. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum aktifitas antioksidan adalah :
1).Beaker gelas, 2).Penangas air, 3).Penjepit tabung reaksi, 4).Pipet tetes, 5).Pipet
ukur, 6).Rak tabung reaksi, 7).Spektrofotometer, 8).Tabung reaksi, 9).Vortex.

E. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutanDPPH
Sebanyak 10 mg DPPH ditimbang dan dilarutkan dengan metanol pa ke
dalam labu takar 100,0 mL kemudian ditambahkan hingga batas tanda lalu
dikocok sampai homogen hingga didapatkan larutan DPPH 100 µg/mL.
Larutan DPPH ini disimpan dalam wadah yang telah dilapisi aluminium foil
agar terlindung dari cahaya. Larutan ini dibuat baru setiap kali akan
digunakan.
2. Pembuatan larutan stok kurkumin1000µg/mL
Sebanyak 10 mg kurkumin ditimbang dan dilarutkan dengan pelarut p. a
dalam labu takar 10,0 mL. Ditambahkan pelarut p a hingga tanda batas,
kemudian dikocok sampai homogen.
3. Pembuatan larutan standar kurkumin(seri)
Larutan stok konsentrasi 1000µg/mL dipipet sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1
mL, kemudian dimasukkan masing–masing ke dalam labu takar 10 mL.
Ditambahkan pelarut hingga tanda batas, kemudian dikocok sampai
homogen. Diperoleh larutan seri kurkumin dengan kadar 20; 40; 60; 80; 100
µg/mL.
4. Pembuatan larutanuji
Masing-masing ekstrak dan fraksi ditimbang sebanyak 20 mg, ditambahkan
pelarut yang sesuai (DMSO) hingga 10,0 mL. Dari larutan tersebut kemudian
diambil 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,5
; 0.7 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL.
5. Optimasi metode
a. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum (λ maks.) larutanDPPH
36 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Larutan DPPH dengan kadar 100 µg/mL yang telah dibuat sebelumnya
diukur serapannya pada panjang gelombang 200–800 nm, kemudian
ditentukan panjang gelombang maksimumnya, dengan melihat panjang
gelombang dimana terjadinya serapan maksimum.
b. Penentuan reaction time
Sebanyak 5,0 mL larutan DPPH 100µg/mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi bertutup dan telah dilapisi alumunium foil, kemudian ditambahkan
larutan stok kurkumin 1000µg/mL sebanyak 5,0 mL. Campuran tersebut
dikocok sampai homogen. Campuran tersebut diukur serapannya setiap 5
menit, selama 45 menit.
6. Validasi metode DPPH
a. Akurasi
Akurasi metode dilakukan dengan mengukur %recovery (perolehan
kembali) dari sampel. % recovery dapat diperoleh dengan melakukan adisi
larutan standar pada sampel ekstrak. Sebanyak 5 mL ekstrak dimasukkan
ke dalam labu takar 10,0 mL, kemudian ditambahkan 5 mL larutan seri
dengan konsentrasi 20; 60; dan 80 µg/mL. Larutan diukur absorbansinya
pada λ maksimum dengan spektrofotometerUV-Visibel.

b. Presisi
Presisi metode dilakukan dengan menghitung nilai CV. Nilai CV
diperoleh dengan cara mengukur absorbansi larutan adisi masing-masing
konsentrasi sebanyak tiga kali. Hasil tersebut kemudian dihitung standar
deviasinya (SD) dan dibagi dengan rata-rata.
c. Linearitas danRentang
Linearitas dan rentang metode dapat ditentukan dengan melihat
persamaan regresi yang diperoleh dari kurva baku hasil pengurkuran
serapan larutan seri kurkumin. Nilai r yang diperoleh dari persamaan
regresi tersebut menunjukkan linearitasmetode.
7. Pengukuran absorbansi larutan uji
Sebanyak 5,0 mL larutan DPPH 100µg/mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi bertutup dan telah dilapisi aluminium foil, kemudian ditambahkan
37 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

larutan seri larutan sampel ekstrak dan fraksi masing–masing sebanyak 5,0
mL. Campuran tersebut dikocok sampai homogen, didiamkan selama
reaction time. Campuran tersebut diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV-Visibel pada maksimum.
8. Analisishasil
a. Aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH (%S) dihitung dengan rumus:
% aktivitas antioksidan (% S)=

Buat hubungan regresi linier antara konsentrasi larutan sampel ekstrak dan
fraskidengan nilai % S, yang kemudian digunakan untuk
menentukanIC50.
b. Akurasi suatu metode dapat dilihat dari % recovery (perolehan kembali)
sampel yang digunakan. % recovery dapat dihitung dengan rumus:

%recovery= Xn =

Konsentrasi larutan n setelahadisi


Xo = Konsentrasi tanpa adisi X’ = Konsentrasi (jumlah)adisi
c. Presisi suatu metode dapat dilihat dari nilai CV. Nilai CV diperoleh
dengan membagi nilai Standar Deviasi (SD) denganrata-rata.

SD = standar deviasi x = kadarsampel


= kadar sampel rata-rata n = jumlahsampel

d. Linearitas suatu metode dapat dilihat dari nilai koefisien korelasinya (r).
Nilai r yang baik adalah mendekati 1, hal ini menunjukkan bahwa setiap
kenaikan konsentrasi akan selalu diiringi peningkatan absorbansi.
38 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Percobaan IV
ANALISA KLOROFIL

A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan analisa kandungan klorofil pada beberapa
sampel tumbuhan.

B. Dasar Teori
Klorofil merupakan pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan dan
beberapa jenis alga. Sturktur dasar klorofil merupakan cincin porifirin yang
menyerupai sel darah merah atau heme pada molekul hemoglobin. Akan tetapi,
inti molekul dari klorofil adalah Mg atau magnesium, sedangkan pada heme adalah
Fe atau besi. Cincin porifirin pada struktur klorofil merupakan struktur yang
hidrofuilik atau larut air, tetapi klorofil terikat pada gugus hidrokarbon yang tidak
larut air atau hidrofobik, yaitu fitol (Muchtadi, 2012).
Pengukuran klorofil secara analisa laboratorium memiliki banyak metode,
antara lain: metode kolorimetri yang diperkenalkan oleh Harvey (1934), metode
spektofotometri yang diperkenalkan oleh Richard dan Thomson (1952) dan
metode kertas kromatografi yang diperkenalkan oleh Jeffrey dan allen (1967) yang
digunakan dalam penelitian dalam kondisi khusus. Metode kolorimetri merupakan
metode perbandingan warna sampel klorofil dengan larutan standar dengan warna
bertingkat dengan standar satuan HPPU (Harvey Plant Pigment unit). Metode
kolorimetri mengharuskan kecermatan peneliti terhadap warna, sehingga memiliki
unsur subjektif terhadap warna tersebut. Metode spektrofotometri merupkan
mengukur klorofil berdasarkan panjang gelombang. Ketelitian metode
spektofotometri ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Panjang
gelombang, Kadar zat terlarut yang diperiksa, c. Koefisien penyerapan panjang
gelombang yang digunakan, d. Panjang lintas cahaya dalam cuvette (Riyono,
2006).

C. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) gelas ukur, 2) kertas
39 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

saring, 3) mortar. 4) pipet tetes, 5) pipet ukur, dan 6) spektofotometer

D. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) aseton, 2) daun
jambu, 3) daun mahkota dewa, 4) daun mangga, 5) daun pepaya, 6) daun sirih,
dan 7) daun sirsak

E. Prosedur Kerja
1. Daun segar sebanyak 100 mg dihaluskan dalam mortar yang diberi
2 mL aseton 80%
2. Hasil gerusan daun ditambahkan aseton hingga volume latutan
menjadi 10 mL, kemudian disaring menggunakan kertas filter
Whatman 41
3. Filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 663 dan 645 nm Klorofil total (mg/L) = (20,2 x A645)
+ A663
40 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Percobaan V
ANALISA TOTAL KAROTEN

A. Tujuan
Mahasiswa untuk mengetahui kadar karotenoid dari berbagai sampel
tumbuhan

B. Dasar Teori
Karotenoid adalah pigmen alami yang disintesis oleh tanaman, algae dan
bakteri fotosintetikyang memberikan warna kuning, jingga dan merah. Karotenoid
yang umum dikonsumsi, antara lain: α-karoten, β-karoten, β-kriptosantin, lutein,
likopen dan zeasantin. α-karoten, β-karoten, dan β-kriptosantin merupakan
provitamin A yang berarti dapat dikonversi menjadi retinol (Vitamin A).
Karotenoid dibagi menjadi dua, yaitu karoten (α-karoten, β-karoten dan likopen)
dan santofil (β- kriptosantin, lutein, dan zeasantin). Karotenoid memiliki beberapa
manfaat, antara lain: aktivitas vitamin A, aktivitas antioksidan, filter cahaya,
pencegah penyakit kanker paru-paru dan prostat, penyakit kardovaskuler, serta
katarak (Muchtadi, 2012).
Karotenoid merupakan senyawa isoprenoid yang dihasilkan dari salah satu
jalur asam mevalonat. Jalur asam mevalonat tidak hanya membentuk senyawa
isoprenoid saja tetapi juga membentuk senyawa metabolit lain; diantaranya
isoflavonoid, indol alkaloid, diterpenoid, dan triterpenoid (Kurniawan, 2010)
Pengukuran karotenoid dan klorofil menggunakan metode yang sama.
Perbedaan pengukuran karotenoid dengan klorofil hanya terdapat pada panjang
gelombang yang dipakai pada metode spektofotometri. Spektrofotometeri sinar
tampak merupakan pengukuran sejumlah serapan elektromagnetik monokromatis
pada panjang gelombang tertentu oleh suatu molekul atau zat kimia penyerap
dimana nilai serapan sebanding dengan konsentrasi zat penyerap tersebut,
pengukuran dilakukan pada daerah visibel yaitu 380 – 780 nm. Spektrum ultra
violet dan cahaya tampak suatu zat pada umumnya tidak mempunyai derajat
spesifikasi tinggi, walaupun demikian spektrum tersebut sesuai untuk pemeriksaan
kuantitatif (Mufsiroh, 2009).
41 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

C. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) ball pipet, 2) beaker
gelas, 3) cuvet, 4) gelas ukur, 5) kertas filter, 6) pipet volum, 7)
spektrofotometer, 8) tabung reaksi.

D. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) aquadest, 2) aseton
80%, 3) daun jambu, 4) daun mahkota dewa, 5) daun mangga, 6) daun sirih, 7)
daun sirsak, 8) daun papaya.

E. Prosedur Kerja
1. Daun segar sebanyak 100 mg dihaluskan dalam mortar yang diberi 2 mL
aseton 80%
2. Hasil gerusan daun ditambahkan aseton hingga volume latutan menjadi 10
mL, kemudian disaring menggunakan kertas filter Whatman 41
3. Filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 480,
645 dan 663 nm

.
42 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Percobaan VI
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

A. Tujuan
Mahasiwa dapat melakukan pemisahan dan identifikasi senyawa dengan
menggunakan KLT

B. Dasar Teori
Kromatografi adalah prosedur pemsahan zat terlarut melalui proses
migrasi diferensial dinamis yang terdiri dari 2 fase atau lebih, salah satu
diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan
didalamnya zat-zat tersebut menunjukkan adanya perbedaan mobilitas yang
disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan , tekanan uap,
ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Proses kromatografi terdiri dari 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak .
Fase gerak membawa zat terlarut melali media , hingga terpisah dari zat terlarut
lainnya, yang tereluasi lebih awal atau akhir. Umumnya zat terlarut dibawa
melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang
disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai penyerap seperti alumina, silica
gel dan resin enukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga
terjadi partisi antara fgase diam dan fasegerak.
Partisi merupakan mekanisme pemisahan yang utama dalam
kromatografi gas cair , kromatografi kertas dan bentuk kromatografi kolom yang
disebut kromatograficair-cair.
Perbandingan jarak rambat (diukur sampai titik yang memberikan
intensitas maksimum pada titik yang memberikan intensitas maksimum pada
bercak) suatu cara tertentu terhadap jarak rambat fase gerak , diukur titik
penoltolan, dinyatakan sebagai harga Rf (Retention Factor) senyawa tersebut.
Harga Rf berubah sesuai kondisi percobaan karena itu, identifikasi sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan baku pembanding yang sama dengan uji pada
kromatogram yang sama.
43 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Penetapan letak bercak yang dihasilkan kromatografi kertas atau lapis


tipis, letaknya dapat ditetapkan dengan: Pengamatan langsung(visual),
Pengamatan dengan cahaya UV, Disemprot dengan pereaksi/ penampak noda
yang sesuai, Pencacah Geiger Muller atau tekhnik autodiografi jika terdapat zat
radioaktif, Menempatkan potongan penyerap dan zat pada media pembiakan
yang telah ditanami untuk melihat hasil stimulasi atau hambatan pertumbuhan
bakteri.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
KLT digunakan untuk memisahkan senyawa secara cepat , dengan
menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang disebarkan secara merata
pada lempeng kaca atau aluminium. Lempeng yang dilapis dapat dianggap sebagai
kolom kromatografi terbuka, dan pemisahannya dapat didasarkan pada
penyerapan , pembagian atau gabungan keduanya, tergantung dari jenis penyerap
dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Harga Rf yang
diperoleh pada KLT tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada
kromatografi kertas. Karena itu pada lempeng yang sama di samping
kromatogram zat yang diuji perlu dibuat kromatogram zat pembanding, dengan
kadar yang berbeda-beda. Perbandingan ukuran bercak secara visual atau
densitometri dapat digunakan untuk memperkirakan kadar.
Lempeng yang digunakan juga dapat berupa seng . Fase diam yang
digunakan pada KLT adalah silica gel GF254 nm, alumina, poliamil, selulosa .
Prinsip kerja yaitu adsorpsi . Fase gerak dapat berupa pelarut organic atau
campuran pelarut organic . Sebagai penampak noda dapat digunakan
spektrofotometri UV 254 atau 366 n, pereaksi Dragendorf, anisaldehid, H2S)4
10%, dll. Tujuan dilakukan KLT :
1. Pemisahan senyawa dari sekelompok senyawa
2. Identifikasi zat yang terkandung dalam senyawa
3. Mencari eluen yang cocok untuk kromatografi kolom
4. Identifikas isimplisia
Kromatografi Kolom
Alat yang digunakan pada kromatografi kolom sangat sedehana terdiri dari
tabung kromatografi dan sebuah batang pemampat yang diperlukan untuk
44 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

memadatkan wol kaca atau kapas pada dasar tabung jika diperlukan serta untuk
memadatkan zat penyerap atau campuran zat penyerap dan air secara merata pada
tabung. Tabung berbentuk silinder dan terbuat dari kaca. kieselgur terkalsinasi,
kiselgur kromatografi murni dalam keadaan kering atau sebagai bubur ,
dimampatkan ke dalam tabung kaca atau tabung kwarsa dengan ukuran tertentu
dan mempunyai lubang pengalir ke luar dengan ukuran tertentu.
Zat berkhasiat diserap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap
berupa pita sempit pada puncak kolom. Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut,
dengan atau tanpa tekanan udara , masing-masing zat turun dengan kecepatan yang
khas sehingga terjadi pemisahan . Kecepatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu dari
systemkromatografi.
Kromatografi Preparatif
Digunakan untuk pemisahan senyawa yang terkandung dalam suatu
simplisia dari suatu sekelompok senyawa dimana prinsip kerjanya sama dengan
KLT hanya penotolan dilakukan pada jarak yang sangat dekat sehingga
mendapatkan bercak berupapita.

C. Alat
Alat yang digunakan : 1) Gelas ukur, 2) Corong, 3) Kertas Saring, 4) Pipet
tetes, 5) Lempeng KLT, 6) Chamber 7) Lampu UV
D. Bahan
1) Ekstrak heksan, kloroform dan etilasetat, 2) metanoL, 3)
kloroform, 4)heksan, 5) etilasetaT, 6) butanol, 7)asam asetat, 8) aquades, 9) asam
sulfat, 10) dragendorf, 11) anisaldehid, 12) Uap amonia
E. Prosedur Kerja
1. Uapkan ekstrak yang akan diKLT
2. Siapkan lempeng aluminium/pelat KLT, potong-potong menjadi bagian yang
kecil kira-kira berukuran 5 x 1cm
3. Tandai dengan pensil batas bawah (tempat awal penotolan, kira-kira 0,5 cm dari
bagian pelat ) dan batas atas ( 0,5 cm dari bagian atas)
45 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

tempat penotolan sampel

4. Totolkan ekstrak dengan menggunakan pipa kapiler yang telah dikecilkan


lubangnya dengan dibakar. Keringka sebentar di udara terbuka
5. Isi chamber yang telah dibersihkan dan dikeringkan serta dilapisi dengan kertas
saring dengan pelarut yang akan digunakan, Jenuhkan. Chamber telah jenuh
dengan pelarut jika kertas saring seluruhnya telah dibasahi oleh pelarut.
6. Masukkan pelat yang telah ditotolkan ekstrak , elusi sampai tanda batas
7. Amati noda yang terbentuk secara visual, di bawah lampu uv dan disemprot
dengan penampak bercak yang sesuai
8. Gambarkan hasil KLT
46 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Modul Praktikum Fitokimia Program Studi Teknologi Hasil


Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya

Arpah, M. 1993. Pengawasan Mutu Pangan. Bandung: TARSITO.

Gajalakshmi S., Vijayalakshmi S, Devi RV. 2012. Phytological and pharmalogical


properties of Annona muricata . International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences 4(2): 3-6.

Harborne, J.B. 2006. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.

Kurniawan, M., et al. 2010. Kandungan Klorofil, Karotenoid, dan Vitamin C pada
Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik. Buletin Anatomi dan Fisiologi
XVIII (1) : 28-40

Materia Medika Indonesia

Muchtadi, Deddy. 2012. Pangan Funsional dan Senyawa Bioaktif. Penerbit


Alfabeta: Bandung.

Musfiroh, I., et al. 2009. Analisis proksimat dan penetapan kadar β-karoten dalam
selai lembaran terung belanda (Cyphomandra betacea sendtn.) dengan
metode spektrofotometri sinar tampak. Makalah Seminar tidak
dipublikasi. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. Universitas
Padjajaran.

Riyono, Sumijo H.. 2006. Beberapa Metode Pengukuran Klorofil Fitoplankton di


Laut. Oseana XXXI(3) : 33-44.

Riyono, Sumijo H.. 2006. Beberapa Metode Pengukuran Klorofil Fitoplankton di


Laut. Oseana XXXI(3) : 33-44.

Romansyah, Y. 2011. Kandungan senyawa bioaktif antioksidan karang lunak


Sarcophyton sp. alami dan transplantasi di perairan Pulau Pramuka
Kepulauan Seribu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Soediro Iwang, 2000. Diktat Kuliah Fitokimia. Fakultas Farmasi UNTAG


1945jakarta

Sumenda, L., et al. 2011. Analisi Kandungan Klorofil Daun Mangga (Mangifera
indica L.) pada Tingkat Perkembangan Daun Yang Berbeda. Jurnal
Bioslogos 1(1) : 20-24.
Tim penyusun. 2014. Petunjuk Praktikum Fitokimia I Program Studi Ilmu
Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa
47 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Ungggul

Venkatachalam, R. N., et al. 2012. Phytochemnical Screening And In Vitro


Antioxidant Activity Of Psidium guajava. Free Radicals and
Antioxidants 2(1): 33-36

Anda mungkin juga menyukai