FITOKIMIA
Visi
Menjadi Program Studi S-1 Farmasi yang Kompetitif, Berkarakter dan Unggul dalam
Bidang Pelayanan Kefarmasian di Wilayah Propinsi Jawa Timur pada Tahun 2019
Misi
Tujuan :
1. Mengembangkan pendidikan sarjana farmasi untuk menghasilkan lulusan yang
kompeten, berkarakter dan unggul di bidang pelayanan kefarmasian.
2. Meningkatkan penelitian yang unggul dalam bidang pelayanan kefarmasian
3. Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat yang unggul dalam bidang pelayanan
kefarmasian.
4. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana, prasarana, sistem IT, dan kerjasama
untuk menunjang penyelenggaraan tridharma yang unggul dalam bidang pelayanan
kefarmasian.
ii MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berusaha untuk mengatasi segala kendala pada saat persiapan dan pelaksanaan
yang ada. Seiring dengan terselesaikannya penyusunan modul ini, dengan penuh
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi saran dan
perhatian. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Fakultas Ilmu Kesehatan
Tim Penulis
ii
iii MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
DAFTAR ISI
iii
1 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Segera bersihkan setiap tumpuhan zat kimia maupun air dengan lap kering.
Laporkan setiap kejadian bila anda ragu cara menanggulanginya. Jika anda
menumpahkan zat kimia di meja anda, segera bersihkan dengan lap kering
atau tissu. Buanglah tissu pada tempatnya, jangan buang sampah di dalam
wasbak
Jika anda menyimpan zat-zat yang mudah menguap di meja anda, tutuplah
selalu wadah yang digunakan untuk menyimpan zat tersebut !
Jika anda terkena zat kimia, segeralah cuci dengan sabun dan bilaslah dengan
air mengalir yang banyak. kecuali apabila anda terkena tumpahan atau
cipratan brom, fenol atau asam-asam pekat, hindari membilas dengan air.
laplah bagian tubuh anda yang terkena asam sulfat pekat dengan tissue kering
atau lap kering. Kemudian setelah beberapa saat, cucilah bagian tubuh anda
dengan air sabun dan air mengalir yang banyak.
Dimetilsulfoksida, walaupun tidak iritan, tapi cepat sekali terserap oleh kulit.
Berhati-hatilah
4 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERLENGKAPAN PRAKTIKAN
Perlengkapan dibawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali melakukan
praktikum. Jangan sampai lupa !
Buku petunjuk praktikum.
Jas laboratorium.
jurnal praktikum yang dikumpulkan di meja laboran
Berpakaian rapi dan sopan (dilarang memakai kaos), bersepatu (tidak boleh
pakai sandal).
Membawa kotak praktek yang berisi : Pengaduk gelas, sikat alat gelas, korek
api, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, lap kain, tissue, sabun cuci alat-alat
gelas, kaca objek, dll.
Membawa peralatan P3K seperti antiseptik, kasa, maupun plester.
Setiap satu kelas praktikum wajib mengumpulkan sabun cuci piring sebanyak
1 botol kecil untuk membersihkan peralatan yang digunakan pada waktu
praktikum. Sabun tersebut diberi label nama kelas dan disimpan di
laboratorium, sehingga tiap praktikan tidak perlu membawa sabun.
Catatan :
Praktikan sebelum masuk praktek harus mengumpulkan jurnal yang merupakan laporan
sementara. Praktikan yang boleh masuk praktek adalah praktikan yang jurnalnya telah
di acc oleh laboran
6 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
LAPORAN PRAKTIKUM
Laporan praktikum merupakan tindak lanjut dari jurnal dan hasil praktikum,
laporan ini dikumpulkan maksimal 7 hari setelah praktikum selesai. Berikut ini adalah
hal-hal mengenai laporan praktikum:
1. Isi laporan, pada hakikatnya adalah sesuai dengan jurnal praktikum, yaitu
meliputi semua catatan praktikum termasuk yang telah diperbaiki asisten,
ditambah dengan Sedikit lebih banyak pembahasan teorinya (lebih lengkap),
Pembahasan yang mendetail, Kesimpulan yang merupakan jawabpan dari
tujuan dan hipotesa praktikum
2. Titik berat penilaian laporan adalah pada bagian pembahasan anda.
Pembahasan adalah berupa bahasan sendiri mengenai hasil percobaan sendiri,
misalnya mengenai hasil data percobaan yang dilakukan dibandingkan
dengan hasil data pada literatur. Bila mengalami kegagalan, dibahas faktor-
faktor apa yang menyebabkan kegagalan tersebut.
3. Laporan praktikum dikumpulkan maksimal 7 hari setelah praktikum. Laporan
praktikum akan dinilai oleh laboran/dosen dalam waktu 1x24 jam. Apabila
laporan praktikum tidak diambil segera, maka laboran berhak meletakkan
laporan tersebut di kolong bawah meja.
7 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
1. Ditulis tangan dengan menggunakan bolpoint tinta birudi kertas Folio Bergaris
2. Dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah praktikum dengan judul tersebut selesai
dilakukan
3. Sebagai syarat masuk laboratorium, (untuk jurnal harus dibuat sampai dengan
prosedur kerja sedangkan untuk laporan dalam bentuk makalah, dibuat sampai
dengan Bab III Metodologi)
COVER
Kertas : Folio
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Ukuran Huruf : 14
JUDUL Bentuk : Times New Roman
Spasi : 1,5
Penulisan :
Poedjiaji, A. dan Supriyanti, T. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Universitas Indonesia Press
Jika Buku Terjemahan
Pengarang : E. John Brady
Tahun Terbit : 1999
Judul : Kimia Universitas : Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid
Penerbit : Bina Rupa Aksara
Kota Penerbit : Jakarta
Penterjemah : Sukarmariah Maun, Kamianti Anas dan Tilda S
Penulisan :
Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas : Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid I.
Terjemahan Sukarmariah Maun, Kamianti Anas dan Tilda S. Jakarta : Bina
Rupa Aksara
11 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
BAB V BAB VI
PEMBAHASAN PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Ditulis dalam bentuk paragraf. (Menjawab Tujuan Praktikum)
Membahas tentang praktikum yang 6.2 Saran
dilakukan dihubungkan dengan teori (Saran praktikum)
yang ada. Apabila ada kesalahan dalam
praktikum yang tidak sesuai dengan
teori, maka pembahasan juga
mencantumkan analisa kesalahan
tersebut
PENILAIAN PRAKTIKUM
*tidak mempengaruhi langsung tetapi berkaitan dengan nilai praktikum Nilai kehadiran akan digunakan sebagai tambahan
rata-rata, jika seluruh kelas nilai akhirnya kurang dari standart kelulusan minimal yang ditentukan oleh jurusan yang
bersangkutan.
Reagen kimia yang digunakan dalam analisa air, makan, dan minuman meliputi
reagen padat dan reagen cair. Dalam pembuatan reagen praktikan harus mengetahui
terlebih dahulu wujud dari reagen itu sendiri kemudian menghitung berapa besar reagen
yang akan dilarutkan. Tabel dibawah ini adalah contoh reagen cair berikut konsentrasi
kepekatannya:
Selain pelarut yang digunakan, dalam pembuatan reagen yang perlu diperhatikan
adalah tahap melarutkan, khusus untuk pengenceran asam-asam pekat maka asam pekat
ditambahkan pada labu ukur yang sebelumnya telah diberi sedikit aquades. Pembuatan
reagen yang tidak menggunakan pelarut bersuhu tinggi, harus dilakukan secara kuantitatif
dalam labu ukur. Reagen kimia di laboratorium ini sebagian besar menggunakan proses
perhitungan yaitu dengan memakai :
a. Rumus Pengenceran
V1 N1 = V2 N2
V1 = Volume zat pekat N1 = Normalitas zat pekat
V2 = Volume pengenceran yang V2 = Normalitas yang
diinginka diinginkan
atau =
( )
. ( ) 1000
( ) ( ) = .
( )
( ) 1000
= . Atau
( ) ( ) ( ) 1
= .
( )
sehingga :
Sehingga:
( ) ( )
( ) ( )= . .
= . ( ) 1000
1000 Atau
atau ( )
( )= . .
( )
( ) = . ( )
1
33,5 mL
N Asam Sulfat = x 12 N = 12,06 N
33,33 mL
Cara pembuatan : pipet dengan kuantitatif 27,027 mL asam klorida pekat, masukkan
dalam labu ukur 100 mL yang sebelumnya telah diberi aquades sejumlah kira-kira 10 mL
kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas, kocok sampai homogen.
Karena untuk mengambil 27,07 mL HCl pekat secara kuantitatif sangat sulit
maka kita dapat mengambil secara kuantitatif 27 ml HCl pekat kemudian masukkan
dalam labu ukur ukuran 100 mL yang sebelumnya telah diberi aquades sejumlah kira-
kira 10 mL. kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur, kocok sampai
homogen. Tetapi hal ini akan mempengaruhi konsentrasi dari HCl yang kita buat,
sehingga normalitas HCl yang kita buat menjadi :
3. NaOH 10% 50 mL
10
( ) = . 50
100
massa = 5 gram
Cara pembuatan : timbang 5 gram NaOH (NaOH higroskopis sehingga penimbangan
dilakukan dengan batuan kaca arloji). Masukkan dalam beaker glass 100 ml, larutkan
dengan sedikit aquades. pindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, tambahkan aquades
sampai tanda batas, kocok sampai homogen.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain , berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pectin (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimiamurni.
Materia medika Indonesia berlaku sebagai pedoman untuk simplisia yang akan
dipergunakan untuk keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang akan
diperguankan untuk keperluan lain yang dijual dengan nama yang sama . Namun
simplisia (yang digunakan pada praktikum ini) adalah simplisia nabati secara umumk
merupakan produk hasil tumbuhan obat setelah melalui proses pasca panen dan proses
preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian yang siap dipakai atau
diproses selanjutnya, yaitu:
1. Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum(jamu)
2. Siap dipakai untuk dicacah dan digodok sebagai jamu godokan(infus)
3. Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang ummnya
melalui proses ekstraksi , separasi dan pemurnian, yaitu menjadi ekstrak, fraksi
atau bahan isolat senyawa murni.
Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau hasil pengumpulan tumbuhan liar
memiliki kandungan kimia yang tidak dapat dijamin selalu konstan karena adanya
perbedaan/varisai pada bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara panen) serta
proses pasca panen dan preparasi akhir
I. Skriningfitokimia
Skirining fitokimia merupakan proses penapisan/pencarian kandungan zat
dalam satu golongan atau kandungan zat dalam suatu tumbuhan dari berbagai jenis
tumbuhan , serta mengetahui atau mempelajari zat apa saja atau golongan zat apa saja
yang terdapat dalam satu jenistumbuhan.Persyaratan skrining fitokimia :
1. Metodenya sederhana, Peralatan sederhana dan sedikit serta dapat dilakukan
secara cepat
2. reaksi berlangsung cepat,l Metodenya selektif terhadap kandungan zat yang
diteliti
3. Hasilnya memberikan gambaran kuantitatif
4. Memberikan informasi tambahan yangbernilai
Skrining dapat dilakukan pada smplisia segar maupun simplisia kering. Sebelum
dilakukan skrining simplisia terlebih dahulu haruis diekstraksi. . Ada dua prosedur
ekstraksi, yaitu:
1. Ekstraksi secara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut melalui beberapa pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(temperatur kamar). Secara tekhnologi, termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu . Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan
seterusnya.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur
21 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan , tahap maserasi antara
, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak ) terus menerus
samapi diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1 – 5 kali bahan.
2. Ekstrasi dengan panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya ,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3- 5 kali sehingga proses ekstraksi berjalan secara sempurna.
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) yaitu secara umum
dilakukan pada tem,peratur 40 – 50 0 C.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelrut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur, 96– 980
C) selama waktu tertentu (15-20menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik
didihair.
3. Ekstraksi Berkesinambungan
Proses ekstraksi yang dilakukan berulangkali dengan pelarut yang berbeda
atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun berurutan beberapa kali. Proses
ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi jumlah pelarut dan dirancang untuk bahan
dalam jumlah besar yang terbagi dalam beberapa bejana ekstraksi.
4. Superkritikal Karbondioksida
Penggunaan prinsip super kritik untuk ekstraksi serbuk simplisia umumnya
22 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
5. Ekstraksi ultrasonik
Getaran ultrasonic (> 20.000 Hz.) memberikan efek pada proses ekstrak dengan
prinsip meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung spontan
(cavitation) sebagai stress dianmik serta menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi
tergantung pada frekuensi getaran , kapasitas alat dan lama prosesultrasonikasi
Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet serta electric
discharges yang dapat mempercepat proses dan meningkatkan hasil dengan prinsip
menimbulkan gelembung spontan dan meyebarkan gelombang tekanan berkecepatan
ultrasonic
23 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Proses analisis
Langkah-langkah
Tumbuhan
Sumber bahan obat -Determinasi
- Telaah ekologi & penyebaran
- pengumpulan
- Pencucian
- Pengeringan
Simplisiakering - Karakteristiksimplisia
- Skrining golongan kimia
- Ekstraksi - Uji aktivitasbiologi
- Fraksinasi
Fraksi - Identifikasikomponen
golongan
Kimia
- isolasi - Uji aktivitasbiologi
isolat -Identifikasi
24 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
+
H
C
sariairyang etil
asetat
bersifatasam
25 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Percobaan I
UJI KUALITATIF FITOKIMIA
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya komponen bioaktif dalam sampel
B. Dasar Teori
Tumbuhan memiliki senyawa aktif yang bersifat fungsional bagi tubuh.
Beberapa tumbuhan pun memiliki komponen bioaktif yang sifatnya menonjol
sehingga seringkali dimanfaatkan, terutama dalam bidang kesehatan. Harborne et
al. (2006) menyatakan bahwa maraknya pemanfaatan senyawa fitokimia
tumbuhan ini didorong oleh munculnya penelitian-penelitian mengenai
pemanfaatan senyawa fitokimia yang mulai menggeser penggunaan bahan-bahan
kimia. Sebagian besar tumbuhan memiliki senyawa fitokimia dalam kadar yang
berbeda-beda. Sebelum menganalisa kadar senyawa fitokimia secara lebih lanjut,
terlebih dahulu dilakukan uji fitokimia secara kualitatif (Gajlakshmi et al.,2012).
Tujuannya adalah untuk memastikan ada tidaknya kandungan senyawa fitokimia
pada suatu sampel uji. Analisa kualitatif ini penting untuk dilakukan agar tidak
terjadi kesalahan identifikasi akibat kesamaan sifat komponen lain yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji kualitatif fitokimia terhadap
sampel untuk mengetahui komponen bioaktif yang terkandung di dalamnya.
Identifikasi minyakatsiri
Ekstrak (N-Heksana) diuapkan sampai kering (dalam cawan uap) ,
didapatkan bau aromatis, tambahkan alcohol, sebagian larutan alcohol diuapkan
dan sebagian lagi untuk identifikasi lemak. Jika berbau aromatis maka positif
mengandung minyak atsiri
Identifikasi alkaloid
Alkaloid terdiri dari 2 bentuk, yaitu :
1. Dalam bentuk basa : larut dalam pelarut semipolar
2. Dalam bentuk garam, larut dalam air
Simplisia halus tambahkan dengan CHCl3 (untuk melarutkan alkaloid) + NH4OH
(untuk membasakan garam alkaloid) lalu disaring hingga diperoleh ekstrak, lalu
ekstrak diuapkan, tambahkan HCl 2N /H2SO4 2N , lalu dikocok, ambil lapisan
asam lalu dibagi dalam 3 tabung dan diuji. Penambahan CHCl3 adalah untuk
menarik alkaloid bentuk basa. Penambahan NH4OH berguna untuk membasakan
alkaloid bentuk garam . Penambahan HCl dimaksudkan agar dapat bereaksi
dengan pereaksi yang digunakan
a. Dengan pereaksi Meyer endapan putih
b. Dengan pereaksi Dragendorf endapan Coklat/jingga
c. Denganp ereaksi Bouchardat endapan Coklat
Untuk Meyer mempunyai kategori, yaitu :
+ : kabut
++ : kabut tebal
+++ : putih
++++ : endapan putih yang tidak dapat dituang
b. Ekstrak
Dipekatkan ekstrak kental
+HCl
Jika pada ekstrak kental dengan penambahan HCl sudah bening , maka dapat
langsungdiuji
Jika tidak bening , + NH4OH + CHCl3, dikocok ambil lapisan CHCL3, lalu
tambahkan HCl 2 N , dikocok, ambil lapisan air lalu direaksikan dengan pereaksi
mayer, dragendorf danbouchardat.
Identifikasi emodol
Sari CHCl3 dipekatkan,dinginkan lalu tambahkan NH4OH 25%
kemudiandikocok. Warna merah menunjukkan adanya emodol.
Identifikasi flavonoid
Ekstrak + HCl pekat + logam Mg akan terbentuk warna merah atau jingga Jika
banyak mengandung tannin + HCl pekat + logam Mg akan terbentu warna merah ,
dinginkan + amil alcohol, kocok
Jika warnanya merah dan naik keatas (+)flavonoid
Jika warna merahnya tetap dibawah (+) tannin danflavonoid
28 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum uji kualitatif fitokimia, antara
lain: 1) alkohol, 2) amil alkohol, 3) anhidra asetat, 4) daun pandan, 5) daun
pepaya, 6) daun singkong, 7) HCL 2N, 8) H2SO4, 9) kloroform, 10) pereaksi
Meyer, dan 11) pereaksi Wagner
C. Alat
Alat digunakan dalam praktikum uji kualitatif fitokimia, antara lain: 1)
gelas Beaker, 2) gelas ukur, 3) pipet tetes, 4) pipet volume, 5) sepatula, 6) tabung
reaksi, dan 7) timbangan analitik
D. Sampel
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daun singkong, daun
pandan, daun pepaya, daun sirsak, daun kapuk, daun salam.
E. Preparasi Sampel
1. Sampel daun segar yang telah di peroleh dikering-anginkan untuk
menurunkan kandungan airnya
2. Sampel daun yang sudah kering tersebut di potong-potong mengunakan
gunting
3. Kemudian potongan daun tersebut dihaluskan menggunakan blender
sampai bebentuk serbuk
4. Serbuk daun yang diperoleh siap dianalisa
F. Prosedur Kerja
Praktikum uji kualitatif fitokimia terdiri atas 5 percobaan, yaitu uji
alkaloid, uji steroid atau triterpenoid, uji flavonoid, uji saponin, dan uji fenol
hidrokuinon.
G.1 Uji Alkaloid
1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu
ruang dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan
terang, serta penyimpanan suhu dingin.
29 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
G. 3 Uji Flavonoid
1. Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu
ruang dalam keadaan gelap, penyimpanan suhu ruang dalam kedaan
terang, serta penyimpanan suhu dingin.
2. Sebanyak 0,5 g sampel dari masing-masing perlakuan diberi serbuk
magnesium sebanyak 0,1 mg.
3. Sebanyak 0,4 mL amil alkohol dan 4 mL alkohol dicampurkan ke dalam
sampel yang telah diberi serbuk magnesium.
4. Perubahan warna diamati.
Percobaan II
ANALISA TOTAL FENOL
A. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukam analisa kadar fenol total pada sampel uji berupa teh
hitam dan teh hijau.
B. Dasar Teori
Senyawa fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus aromatik
dan gugus hidroksil. Keberadaan gugus aromatik mengakibatkan senyawa fenol
menampakkan penyerapan yang kuat pada spektrum ultraviolet. Senyawa fenol
terdiri atas berbagai golongan, di antaranya adalah asam fenolat, fenilpropanoid,
flavonoid, antosianin, flavonol, tanin, kuinon, maupun turunannya berupa
polifenol. Golongan senyawa-senyawa ini dimiliki berbagai macam tumbuhan,
salah satunya adalah teh yang kaya akan senyawa fenol maupun turunannya.
(Harborne , 2006)
C. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum analisa total fenol adalah :
1).Aquadest, 2).Etanol 95%, 3).Folin Ciocalteu 50%, 4).Na2CO3, 5).Teh
Bendera, 6).Teh Botol Sosro, 7).Teh Sariwangi
D. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum analisa total fenol adalah : 1).Beaker
gelas, 2).Blender, 3).Neraca analitik, 4).Penangas air, 5).Penjepit tabung reaksi,
6).Pipet tetes, 7).Rak tabung reaksi, 8).Spatula, 9).Tabung reaksi.
E. Sampel
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daun singkong, daun pandan,
daun pepaya, daun sirsak, daun kapuk, daun salam
32 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
F. Cara Kerja
1. Sebanyak10mg sampel uji dilarutkan dengan 2mL etanol 95% dan dikocok
dengan vortex selama 2 menit.
2. Sebanyak 0,5mL campuran sampel dicampurkan dengan 0,5mL etanol 95% dan
2,5mL air suling/aquadest.
3. Folin Ciocalteu 50% sebanyak 2,5mL ditambahkan ke dalam campuran sampel.
4. Campuran dihomogenisasi dengan vortex dan didiamkan selama 5 menit.
5. Sebanyak 1mL Na2CO3 5% ditambahkan ke dalam campuran.
6. Campuran dihomogenisasi dengan vortex, lalu didiamkan selama 30 menit dalam
ruang gelap.
7. Larutan blanko dibuat sesuai cara kerja tanpa pemberian sampel uji.
8. Pengukuran absorbansi sampel dan blanko dilakukan dengan spektrofotomete
33 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Pecobaan III
ANALISA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN DPPH
A. Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisa aktifitas antioksidan menggunakan metode
DPPH (Dipenil Pikril Hidrazin)
B. Dasar Teori
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat radikal bebas
dengan berperan sebagai donor H terhadap radikal bebas, sehingga terbentuk
senyawa yang lebih stabil (Harborne, 2006). Antioksidan dapat berupa BHT,
vitamin C, maupun senyawa fitokimia yang secara sengaja ataupun tidak sengaja
terkandung dalam suatu produk pangan. Jus buah adalah salah satu produk pangan
yang potensial dikembangkan dengan kandungan antioksidan.
Maraknya peredaran jus buah yang diklaim kaya akan antioksidan
menuntut perlunya dilakukan uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif pada
sampel jus buah yang dijual bebas di pasaran. Melalui uji aktivitas antioksidan ini,
kita dapat memastikan dan membandingkan kandungan antioksidan pada masing-
masing sampel jus buah.
Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih elektron
tidak berpasangan pada orbital terluarnya, bersifat sangat reaktif dan tidak stabil.
Radikal bebas mencapai kestabilannya melalui reaksi dengan atom atau molekul
di sekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan menimbulkan
reaksi berantai yang mampu merusak struktur sel, bila tidak dihentikan akan
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini,
serta penyakit dengeratif lainnya (Hamid, et al., 2010).
Kemampuan senyawa antioksidan dalam bahan alam untuk menangkal
radikal bebas dapat diketahui dengan melakukan uji aktivitas antioksidan baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Salah satu uji aktivitas antioksidan secara
kuantitatif adalah dengan melakukan uji penangkapan radikal bebas (radical
scavenging test). Pada metode ini dilakukan pengukuran penangkapan radikal
bebas sintetik dalampelarut organik polar seperti metanol atau etanol dalam suhu
34 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
kamar. Sumber radikal bebas yang digunakan dapat berupa senyawa DPPH (2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazil) atau ABTS (2,2-azinobis (3-ethyl benzotiazolin-
asamsulfonat)). Prinsip uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah
penghilangan warna untuk mengukur kapasitas antioksidan padapanjang
gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer UV–Visibel. Radikal DPPH
dengan nitrogen organik terpusat adalah radikal bebas stabil dengan warna ungu
gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk non radikal oleh antioksidan dan
berubah menjadi warna kuning (Yu, 2008).
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak
bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau
radikal hidrogen pada DPPH yang akan menetralkan karakter radikal bebas dari
DPPH (Gurav, et. al., 2007).
C. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum aktifitas antioksidan adalah :
35 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
D. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum aktifitas antioksidan adalah :
1).Beaker gelas, 2).Penangas air, 3).Penjepit tabung reaksi, 4).Pipet tetes, 5).Pipet
ukur, 6).Rak tabung reaksi, 7).Spektrofotometer, 8).Tabung reaksi, 9).Vortex.
E. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutanDPPH
Sebanyak 10 mg DPPH ditimbang dan dilarutkan dengan metanol pa ke
dalam labu takar 100,0 mL kemudian ditambahkan hingga batas tanda lalu
dikocok sampai homogen hingga didapatkan larutan DPPH 100 µg/mL.
Larutan DPPH ini disimpan dalam wadah yang telah dilapisi aluminium foil
agar terlindung dari cahaya. Larutan ini dibuat baru setiap kali akan
digunakan.
2. Pembuatan larutan stok kurkumin1000µg/mL
Sebanyak 10 mg kurkumin ditimbang dan dilarutkan dengan pelarut p. a
dalam labu takar 10,0 mL. Ditambahkan pelarut p a hingga tanda batas,
kemudian dikocok sampai homogen.
3. Pembuatan larutan standar kurkumin(seri)
Larutan stok konsentrasi 1000µg/mL dipipet sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1
mL, kemudian dimasukkan masing–masing ke dalam labu takar 10 mL.
Ditambahkan pelarut hingga tanda batas, kemudian dikocok sampai
homogen. Diperoleh larutan seri kurkumin dengan kadar 20; 40; 60; 80; 100
µg/mL.
4. Pembuatan larutanuji
Masing-masing ekstrak dan fraksi ditimbang sebanyak 20 mg, ditambahkan
pelarut yang sesuai (DMSO) hingga 10,0 mL. Dari larutan tersebut kemudian
diambil 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,5
; 0.7 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL.
5. Optimasi metode
a. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum (λ maks.) larutanDPPH
36 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Larutan DPPH dengan kadar 100 µg/mL yang telah dibuat sebelumnya
diukur serapannya pada panjang gelombang 200–800 nm, kemudian
ditentukan panjang gelombang maksimumnya, dengan melihat panjang
gelombang dimana terjadinya serapan maksimum.
b. Penentuan reaction time
Sebanyak 5,0 mL larutan DPPH 100µg/mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi bertutup dan telah dilapisi alumunium foil, kemudian ditambahkan
larutan stok kurkumin 1000µg/mL sebanyak 5,0 mL. Campuran tersebut
dikocok sampai homogen. Campuran tersebut diukur serapannya setiap 5
menit, selama 45 menit.
6. Validasi metode DPPH
a. Akurasi
Akurasi metode dilakukan dengan mengukur %recovery (perolehan
kembali) dari sampel. % recovery dapat diperoleh dengan melakukan adisi
larutan standar pada sampel ekstrak. Sebanyak 5 mL ekstrak dimasukkan
ke dalam labu takar 10,0 mL, kemudian ditambahkan 5 mL larutan seri
dengan konsentrasi 20; 60; dan 80 µg/mL. Larutan diukur absorbansinya
pada λ maksimum dengan spektrofotometerUV-Visibel.
b. Presisi
Presisi metode dilakukan dengan menghitung nilai CV. Nilai CV
diperoleh dengan cara mengukur absorbansi larutan adisi masing-masing
konsentrasi sebanyak tiga kali. Hasil tersebut kemudian dihitung standar
deviasinya (SD) dan dibagi dengan rata-rata.
c. Linearitas danRentang
Linearitas dan rentang metode dapat ditentukan dengan melihat
persamaan regresi yang diperoleh dari kurva baku hasil pengurkuran
serapan larutan seri kurkumin. Nilai r yang diperoleh dari persamaan
regresi tersebut menunjukkan linearitasmetode.
7. Pengukuran absorbansi larutan uji
Sebanyak 5,0 mL larutan DPPH 100µg/mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi bertutup dan telah dilapisi aluminium foil, kemudian ditambahkan
37 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
larutan seri larutan sampel ekstrak dan fraksi masing–masing sebanyak 5,0
mL. Campuran tersebut dikocok sampai homogen, didiamkan selama
reaction time. Campuran tersebut diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV-Visibel pada maksimum.
8. Analisishasil
a. Aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH (%S) dihitung dengan rumus:
% aktivitas antioksidan (% S)=
Buat hubungan regresi linier antara konsentrasi larutan sampel ekstrak dan
fraskidengan nilai % S, yang kemudian digunakan untuk
menentukanIC50.
b. Akurasi suatu metode dapat dilihat dari % recovery (perolehan kembali)
sampel yang digunakan. % recovery dapat dihitung dengan rumus:
%recovery= Xn =
d. Linearitas suatu metode dapat dilihat dari nilai koefisien korelasinya (r).
Nilai r yang baik adalah mendekati 1, hal ini menunjukkan bahwa setiap
kenaikan konsentrasi akan selalu diiringi peningkatan absorbansi.
38 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Percobaan IV
ANALISA KLOROFIL
A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan analisa kandungan klorofil pada beberapa
sampel tumbuhan.
B. Dasar Teori
Klorofil merupakan pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan dan
beberapa jenis alga. Sturktur dasar klorofil merupakan cincin porifirin yang
menyerupai sel darah merah atau heme pada molekul hemoglobin. Akan tetapi,
inti molekul dari klorofil adalah Mg atau magnesium, sedangkan pada heme adalah
Fe atau besi. Cincin porifirin pada struktur klorofil merupakan struktur yang
hidrofuilik atau larut air, tetapi klorofil terikat pada gugus hidrokarbon yang tidak
larut air atau hidrofobik, yaitu fitol (Muchtadi, 2012).
Pengukuran klorofil secara analisa laboratorium memiliki banyak metode,
antara lain: metode kolorimetri yang diperkenalkan oleh Harvey (1934), metode
spektofotometri yang diperkenalkan oleh Richard dan Thomson (1952) dan
metode kertas kromatografi yang diperkenalkan oleh Jeffrey dan allen (1967) yang
digunakan dalam penelitian dalam kondisi khusus. Metode kolorimetri merupakan
metode perbandingan warna sampel klorofil dengan larutan standar dengan warna
bertingkat dengan standar satuan HPPU (Harvey Plant Pigment unit). Metode
kolorimetri mengharuskan kecermatan peneliti terhadap warna, sehingga memiliki
unsur subjektif terhadap warna tersebut. Metode spektrofotometri merupkan
mengukur klorofil berdasarkan panjang gelombang. Ketelitian metode
spektofotometri ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Panjang
gelombang, Kadar zat terlarut yang diperiksa, c. Koefisien penyerapan panjang
gelombang yang digunakan, d. Panjang lintas cahaya dalam cuvette (Riyono,
2006).
C. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) gelas ukur, 2) kertas
39 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
D. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) aseton, 2) daun
jambu, 3) daun mahkota dewa, 4) daun mangga, 5) daun pepaya, 6) daun sirih,
dan 7) daun sirsak
E. Prosedur Kerja
1. Daun segar sebanyak 100 mg dihaluskan dalam mortar yang diberi
2 mL aseton 80%
2. Hasil gerusan daun ditambahkan aseton hingga volume latutan
menjadi 10 mL, kemudian disaring menggunakan kertas filter
Whatman 41
3. Filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 663 dan 645 nm Klorofil total (mg/L) = (20,2 x A645)
+ A663
40 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Percobaan V
ANALISA TOTAL KAROTEN
A. Tujuan
Mahasiswa untuk mengetahui kadar karotenoid dari berbagai sampel
tumbuhan
B. Dasar Teori
Karotenoid adalah pigmen alami yang disintesis oleh tanaman, algae dan
bakteri fotosintetikyang memberikan warna kuning, jingga dan merah. Karotenoid
yang umum dikonsumsi, antara lain: α-karoten, β-karoten, β-kriptosantin, lutein,
likopen dan zeasantin. α-karoten, β-karoten, dan β-kriptosantin merupakan
provitamin A yang berarti dapat dikonversi menjadi retinol (Vitamin A).
Karotenoid dibagi menjadi dua, yaitu karoten (α-karoten, β-karoten dan likopen)
dan santofil (β- kriptosantin, lutein, dan zeasantin). Karotenoid memiliki beberapa
manfaat, antara lain: aktivitas vitamin A, aktivitas antioksidan, filter cahaya,
pencegah penyakit kanker paru-paru dan prostat, penyakit kardovaskuler, serta
katarak (Muchtadi, 2012).
Karotenoid merupakan senyawa isoprenoid yang dihasilkan dari salah satu
jalur asam mevalonat. Jalur asam mevalonat tidak hanya membentuk senyawa
isoprenoid saja tetapi juga membentuk senyawa metabolit lain; diantaranya
isoflavonoid, indol alkaloid, diterpenoid, dan triterpenoid (Kurniawan, 2010)
Pengukuran karotenoid dan klorofil menggunakan metode yang sama.
Perbedaan pengukuran karotenoid dengan klorofil hanya terdapat pada panjang
gelombang yang dipakai pada metode spektofotometri. Spektrofotometeri sinar
tampak merupakan pengukuran sejumlah serapan elektromagnetik monokromatis
pada panjang gelombang tertentu oleh suatu molekul atau zat kimia penyerap
dimana nilai serapan sebanding dengan konsentrasi zat penyerap tersebut,
pengukuran dilakukan pada daerah visibel yaitu 380 – 780 nm. Spektrum ultra
violet dan cahaya tampak suatu zat pada umumnya tidak mempunyai derajat
spesifikasi tinggi, walaupun demikian spektrum tersebut sesuai untuk pemeriksaan
kuantitatif (Mufsiroh, 2009).
41 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
C. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) ball pipet, 2) beaker
gelas, 3) cuvet, 4) gelas ukur, 5) kertas filter, 6) pipet volum, 7)
spektrofotometer, 8) tabung reaksi.
D. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) aquadest, 2) aseton
80%, 3) daun jambu, 4) daun mahkota dewa, 5) daun mangga, 6) daun sirih, 7)
daun sirsak, 8) daun papaya.
E. Prosedur Kerja
1. Daun segar sebanyak 100 mg dihaluskan dalam mortar yang diberi 2 mL
aseton 80%
2. Hasil gerusan daun ditambahkan aseton hingga volume latutan menjadi 10
mL, kemudian disaring menggunakan kertas filter Whatman 41
3. Filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 480,
645 dan 663 nm
.
42 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Percobaan VI
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
A. Tujuan
Mahasiwa dapat melakukan pemisahan dan identifikasi senyawa dengan
menggunakan KLT
B. Dasar Teori
Kromatografi adalah prosedur pemsahan zat terlarut melalui proses
migrasi diferensial dinamis yang terdiri dari 2 fase atau lebih, salah satu
diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan
didalamnya zat-zat tersebut menunjukkan adanya perbedaan mobilitas yang
disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan , tekanan uap,
ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Proses kromatografi terdiri dari 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak .
Fase gerak membawa zat terlarut melali media , hingga terpisah dari zat terlarut
lainnya, yang tereluasi lebih awal atau akhir. Umumnya zat terlarut dibawa
melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang
disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai penyerap seperti alumina, silica
gel dan resin enukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga
terjadi partisi antara fgase diam dan fasegerak.
Partisi merupakan mekanisme pemisahan yang utama dalam
kromatografi gas cair , kromatografi kertas dan bentuk kromatografi kolom yang
disebut kromatograficair-cair.
Perbandingan jarak rambat (diukur sampai titik yang memberikan
intensitas maksimum pada titik yang memberikan intensitas maksimum pada
bercak) suatu cara tertentu terhadap jarak rambat fase gerak , diukur titik
penoltolan, dinyatakan sebagai harga Rf (Retention Factor) senyawa tersebut.
Harga Rf berubah sesuai kondisi percobaan karena itu, identifikasi sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan baku pembanding yang sama dengan uji pada
kromatogram yang sama.
43 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
memadatkan wol kaca atau kapas pada dasar tabung jika diperlukan serta untuk
memadatkan zat penyerap atau campuran zat penyerap dan air secara merata pada
tabung. Tabung berbentuk silinder dan terbuat dari kaca. kieselgur terkalsinasi,
kiselgur kromatografi murni dalam keadaan kering atau sebagai bubur ,
dimampatkan ke dalam tabung kaca atau tabung kwarsa dengan ukuran tertentu
dan mempunyai lubang pengalir ke luar dengan ukuran tertentu.
Zat berkhasiat diserap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap
berupa pita sempit pada puncak kolom. Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut,
dengan atau tanpa tekanan udara , masing-masing zat turun dengan kecepatan yang
khas sehingga terjadi pemisahan . Kecepatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu dari
systemkromatografi.
Kromatografi Preparatif
Digunakan untuk pemisahan senyawa yang terkandung dalam suatu
simplisia dari suatu sekelompok senyawa dimana prinsip kerjanya sama dengan
KLT hanya penotolan dilakukan pada jarak yang sangat dekat sehingga
mendapatkan bercak berupapita.
C. Alat
Alat yang digunakan : 1) Gelas ukur, 2) Corong, 3) Kertas Saring, 4) Pipet
tetes, 5) Lempeng KLT, 6) Chamber 7) Lampu UV
D. Bahan
1) Ekstrak heksan, kloroform dan etilasetat, 2) metanoL, 3)
kloroform, 4)heksan, 5) etilasetaT, 6) butanol, 7)asam asetat, 8) aquades, 9) asam
sulfat, 10) dragendorf, 11) anisaldehid, 12) Uap amonia
E. Prosedur Kerja
1. Uapkan ekstrak yang akan diKLT
2. Siapkan lempeng aluminium/pelat KLT, potong-potong menjadi bagian yang
kecil kira-kira berukuran 5 x 1cm
3. Tandai dengan pensil batas bawah (tempat awal penotolan, kira-kira 0,5 cm dari
bagian pelat ) dan batas atas ( 0,5 cm dari bagian atas)
45 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, M., et al. 2010. Kandungan Klorofil, Karotenoid, dan Vitamin C pada
Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik. Buletin Anatomi dan Fisiologi
XVIII (1) : 28-40
Musfiroh, I., et al. 2009. Analisis proksimat dan penetapan kadar β-karoten dalam
selai lembaran terung belanda (Cyphomandra betacea sendtn.) dengan
metode spektrofotometri sinar tampak. Makalah Seminar tidak
dipublikasi. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. Universitas
Padjajaran.
Sumenda, L., et al. 2011. Analisi Kandungan Klorofil Daun Mangga (Mangifera
indica L.) pada Tingkat Perkembangan Daun Yang Berbeda. Jurnal
Bioslogos 1(1) : 20-24.
Tim penyusun. 2014. Petunjuk Praktikum Fitokimia I Program Studi Ilmu
Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa
47 MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Ungggul