MAKALAH
DISUSUN
KELOMPOK 6
MASNIATI : 201302018
ASTUTI : 201302058
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam
Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
namun penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
JUDUL..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................
BAB IV PENUTUP......................................................................................................
11
iii
A. Kesimpulan.......................................................................................................
11
B. Saran.................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
verbal maupun nonverbal, serta perasaan benci yang dapat menimbulkan bahaya pada
dalam rumah tangga baik oleh suami, istri, maupun anak yang berdampak buruk terhadap
keutuhan fisik, psikis, dan keharmonisan hubungan sesuai yang termaktub dalam pasal 1 UU
Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)
hukum dalam lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan
(istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-
orang yang tersubordinasi di dalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah
dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga yang tinggal dalam sebuah rumah
tangga. Tidak semua tindakan KDRT dapat ditangani secara tuntas karena korban sering
menutup-nutupi dengan alasan ikatan struktur budaya, agama, dan belum dipahaminya sistem
hukum yang berlaku. Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk
Kemudian berdasarkan data yang dimiliki oleh Yayasan Mirta Perempuan, kasus KDRT
pada tahun 2007 hingga 2011 masih cukup tinggi meskipun tidak setinggi tahun-tahun
1
sebelumnya. Yakni pada tahun 2007 sebanyak 283 kasus, tahun 2008 sebanyak 279 kasus,
2009 sebanyak 204 kasus, 2010 sebanyak 287 kasus dan 2011 terjadi 209 kasus KdRT.
Namun data terbaru menurut LBH APIK Jakarta yang dikutip dalam
peningkatan. Dimana pada tahun 2012 terdapat 600 lebih kasus, dan pada 2013 sebesar 992
kasus yang tercatat. Dimana kasus KdRT masih mendominasi yakni sebanyak 372 kasus
KDRT.
Adapun penanganan dari masalah KDRT ini yaitu yang pertama adalah menyikapi
tindakan keselamatan.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Kekerasan
kekerasan adalah satu masalah sosial yang selalu menarik dan menuntut perhatian yang
serius dari waktu ke waktu. Terlebih lagi, menurut asumsi umum serta beberapa hasil pengamatan
dan penelitian berbagai pihak, terdapat kecenderungan perkembangan peningkatan dari bentuk
dan jenis tindak kekerasan tertentu, baik secara kualitas maupun kuantitasnya
Berbicara tentang konsep dan pengertian tindak kekerasan itu sendiri, masih terdapat
kesulitan dalam memberikan defenisi yang tegas karena masih terdapat keterbatasan pengertian
yang disetujui secara umum. Kekerasan juga memiliki arti yang berbeda-beda berdasarkan
Suatu aksi atau perbuatan yang didefenisikan secara hukum, kecuali jika unsurunsur yang
ditetapkan oleh hukum kriminal atau hukum pidana telah diajukan dan dibuktikan melalui suatu
keraguan yang beralasan, bahwa seseorang tidak dapat dibebani tuduhan telah melakukan suatu
aksi atau perbuatan yang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan. Dengan demikian tindak
kekerasan adalah suatu perbuatan yang disengaja atau suatu bentuk aksi atau perbuatan yang
merupakan kelalaian, yang kesemuanya merupakan pelanggaran atas hukum kriminal, yang
dilakukan tanpa suatu pembelaan atau dasar kebenaran dan diberi sanksi oleh Negara sebagai
suatu tindak pidana berat atau tindak pelanggaran hukum yang ringan.
bersifat,berciri) keras, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Dari uraian diatas
tampaklah bahwa batasan dan pengertian tentang tindak kekerasan yang diberikan adalah
meliputi setiap aksi atas perbuatan yang melanggar undang-undang hal ini adalah hukum pidana.
3
B. Tinjauan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga seperti yang tertuang dalam undang-undang No.23 Tahun
2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Memiliki arti setiap perbuatan
Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan hokum dalam undang-
a) Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes dari segala bentuk
kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-undang Republik Indonesia tahun
1945.
b) Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga merupakan
pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk
c) Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah perempuan, hal itu
harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan
terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang
d) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
tangga.
Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap isteri sebenarnya merupakan unsur yang berat
dalam tindak pidana, dasar hukumnya adalah KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) pasal
4
atau anak diancam hukuman pidana”
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah
a. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka
berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar,
memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak
seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya
komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari
c. Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan batinnya,
1. Pemerkosaan
4. Pelecehan seksual
5
d. Kekerasan ekonomi
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari
Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur masyarakat dan
keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (marital violence)
sebagai berikut:
wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan
Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak.
Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan menyalah-kan
6
Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan kele-
luasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita.
Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan kekerasan sebagai seorang bapak
Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh
ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya
legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks
harmoni keluarga.
a) Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada agamanya
sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan
penuh kesabaran.
b) Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena didalam
agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak, saudara, dan orang lain.
Sehingga antara anggota keluarga dapat saling mengahargai setiap pendapat yang ada.
c) Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah
tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada
keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu
d) Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota
keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada
rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa
7
kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa
e) Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga,
sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim, sehingga
Seseorang yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga bakal sulit melupakan
cerai, anak yang bertumbuh dewasa, hal ini akan terus mempengaruhi hubungan-hubungan
mereka selanjutnya.
2. Trauma
Ada banyak kasus di mana korban kekerasan dalam rumah tangga menjadi tertekan dan
Hal ini membuat mereka tidak bisa 'berfungsi' normal, yang kadang mempengaruhi
berbagai aspek lain dalam kehidupan mereka, misalnya dalam bidang pekerjaan atau
pendidikan.
3. Rasa sakit
Dalam kasus di mana salah satu di antara pasangan menerima kekerasan fisik, korban
mungkin mengalami rasa sakit dan penderitaan. Dan ada kasus di mana cedera fisik sulit
untuk dihilangkan.
Dalam beberapa kasus ekstrem, korban KDRT mengalami cacat fisik permanen akibat
8
4. Ketakutan
Sebuah studi baru-baru ini mengatakan, korban kekerasan dalam rumah tangga cenderung
menjadi paranoid. Mereka mungkin tidak bisa mempercayai adanya sebuah hubungan baru
Sangat disarankan bagi korban KDRT untuk mengikuti sesi terapi, dimana mereka bisa
menyembuhkan dan mengobati jiwa mereka atas pengalaman buruk yang sudah dialami.
Terapi yang benar dan cukup akan membuat mereka lebih siap dan kuat untuk menghadapi
hidup kedepannya.
9
BAB III
PEMBAHASAN
Keluarga adalah unit social terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh
sangat besar terhadap perkembangan social dan perkembangan kepribadian setiap anggota
keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai
tokoh penting yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya.
Anggota keluarga terdiri dari ayah,ibu,dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang
memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian
dalam hubungan timbale balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah
keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai
masalah diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota keluarga akan mendapat
pengendalian emosi tiap anggota keluarga sehingga terwujudlah kebahagiaan dalam keluarga.
melakukan kekerasan fisik. Perilaku seperti ini dapat dikatakan pada tindakan kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) yang diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
10
perbuatan,pemaksaan,atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup
rumah tangga.
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Saran
sebagai berikut:
1. Kekerasan dapat ditangani dengan cara memperkuat iman dan akhlaq agar tidak
cepat marah dan emosi agar tidak menimbulkan bahaya kepada diri sendiri dan
2. Dengan adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri ,serta saling
menghargai itu dapat menghindari diri dari kekerasan dalam rumah tangga.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abrar Ana Nadhya,Tamtari Wini (Ed).2002,Kontruksi Seksualitas Antara Hak dan Kekuasaan,
Yogyakarta: UGM
http://kompas.com (2006)
13