Anda di halaman 1dari 17

MK:KESEHATAN REPRODUKSI

MAKALAH

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

DISUSUN

KELOMPOK 6

MASNIATI : 201302018

HUSNA SARI : 201302019

ASTUTI : 201302058

PRODI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah,segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam karena

berkat izin dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang

sederhana ini pada tepat waktu.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Kesehatan Reproduksi II” adapun masalah yang dibahas dalam makalah

ini yaitu “Kekerasan Dalam Rumah Tangga”.

Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hal hambatan

dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan penulisan mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian

makalah sederhana ini.

Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam

makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin,tetapi penulis

yakin bahwa penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh

karena itu penulis mengucapkan mohon maaf.

Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca. Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan,

namun penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Terima kasih.

Makassar, 26 Desember 2020

ii
DAFTAR ISI

JUDUL..........................................................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................................

ii

DAFTAR ISI................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................................

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................

A. Tinjauan Tentang Kekerasan.......................................................................

B. Tinjauan Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga...............................

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................

BAB IV PENUTUP......................................................................................................

11

iii
A. Kesimpulan.......................................................................................................

11

B. Saran.................................................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

kekerasan adalah suatu perilaku yang menggambarkan keadaan marah, agresif

verbal maupun nonverbal, serta perasaan benci yang dapat menimbulkan bahaya pada

diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalah tindakan yang dilakukan di

dalam rumah tangga baik oleh suami, istri, maupun anak yang berdampak buruk terhadap

keutuhan fisik, psikis, dan keharmonisan hubungan sesuai yang termaktub dalam pasal 1 UU

Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)

Yang merupakan lingkup tindakan KDRT adalah perbuatan terhadap seseorang

terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman

untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan

(istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-

orang yang tersubordinasi di dalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah

orang yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian

dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga yang tinggal dalam sebuah rumah

tangga. Tidak semua tindakan KDRT dapat ditangani secara tuntas karena korban sering

menutup-nutupi dengan alasan ikatan struktur budaya, agama, dan belum dipahaminya sistem

hukum yang berlaku. Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk

memberi rasa aman terhadap korban serta menindak pelakunya.

Kemudian berdasarkan data yang dimiliki oleh Yayasan Mirta Perempuan, kasus KDRT

pada tahun 2007 hingga 2011 masih cukup tinggi meskipun tidak setinggi tahun-tahun

1
sebelumnya. Yakni pada tahun 2007 sebanyak 283 kasus, tahun 2008 sebanyak 279 kasus,

2009 sebanyak 204 kasus, 2010 sebanyak 287 kasus dan 2011 terjadi 209 kasus KdRT.

Namun data terbaru menurut LBH APIK Jakarta yang dikutip dalam

www.jurnalperempuan.org, kasus kekerasan terhadap perempuan juga mengalami

peningkatan. Dimana pada tahun 2012 terdapat 600 lebih kasus, dan pada 2013 sebesar 992

kasus yang tercatat. Dimana kasus KdRT masih mendominasi yakni sebanyak 372 kasus

KDRT.

Adapun penanganan dari masalah KDRT ini yaitu yang pertama adalah menyikapi

dengan tegas,kedua meminta bantuan kepada keluarga,kemudian melakukan rencana

tindakan keselamatan.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan kekerasan?

b. Apa yang dimaksud kekerasan dalam rumah tangga?

C. Tujuan Pembuatan Makalah

a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kekerasan

b. Mengetahui apa itu kekerasan dalam rumah tangga

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Kekerasan

kekerasan adalah satu masalah sosial yang selalu menarik dan menuntut perhatian yang

serius dari waktu ke waktu. Terlebih lagi, menurut asumsi umum serta beberapa hasil pengamatan

dan penelitian berbagai pihak, terdapat kecenderungan perkembangan peningkatan dari bentuk

dan jenis tindak kekerasan tertentu, baik secara kualitas maupun kuantitasnya

Berbicara tentang konsep dan pengertian tindak kekerasan itu sendiri, masih terdapat

kesulitan dalam memberikan defenisi yang tegas karena masih terdapat keterbatasan pengertian

yang disetujui secara umum. Kekerasan juga memiliki arti yang berbeda-beda berdasarkan

pendapat para ahli dan para sarjana yang berbeda.

Suatu aksi atau perbuatan yang didefenisikan secara hukum, kecuali jika unsurunsur yang

ditetapkan oleh hukum kriminal atau hukum pidana telah diajukan dan dibuktikan melalui suatu

keraguan yang beralasan, bahwa seseorang tidak dapat dibebani tuduhan telah melakukan suatu

aksi atau perbuatan yang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan. Dengan demikian tindak

kekerasan adalah suatu perbuatan yang disengaja atau suatu bentuk aksi atau perbuatan yang

merupakan kelalaian, yang kesemuanya merupakan pelanggaran atas hukum kriminal, yang

dilakukan tanpa suatu pembelaan atau dasar kebenaran dan diberi sanksi oleh Negara sebagai

suatu tindak pidana berat atau tindak pelanggaran hukum yang ringan.

Kekerasan dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai perihal (yang

bersifat,berciri) keras, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau

matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Dari uraian diatas

tampaklah bahwa batasan dan pengertian tentang tindak kekerasan yang diberikan adalah

meliputi setiap aksi atas perbuatan yang melanggar undang-undang hal ini adalah hukum pidana.

3
B. Tinjauan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga seperti yang tertuang dalam undang-undang No.23 Tahun

2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Memiliki arti setiap perbuatan

terhadap seseorang terutama perempuan,yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik,seksual,psikologis,dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan,pemaksaan,atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam

lingkup rumah tangga.

Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan hokum dalam undang-

undang No.23 Tahun 2004 yang antara lain menegaskan bahwa:

a) Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes dari segala bentuk

kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-undang Republik Indonesia tahun

1945.

b) Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga merupakan

pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk

deskriminasi yang harus dihapus.

c) Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah perempuan, hal itu

harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan

terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang

merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.

d) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan

huruf d perlu dibentuk Undang-undang tentang penghapusan kekerasan dalam rumah

tangga.

Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap isteri sebenarnya merupakan unsur yang berat

dalam tindak pidana, dasar hukumnya adalah KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) pasal

356 yang secara garis besar isi pasal yang berbunyi:

“Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri

4
atau anak diancam hukuman pidana”

C. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah

tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam :

a. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka

berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar,

memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok,

memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak

seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.

b. Kekerasan psikologis / emosional

Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya

dan / atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan,

komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari

dunia luar, mengancam atau ,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.

c. Kekerasan seksual

Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan batinnya,

memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak

memperhatikan kepuasan pihak istri.

yang termasuk dalam kekerasan seksual yakni :

1. Pemerkosaan

2. Pemaksaan hubungan seksual

3. Pelacuran anggota keluarga

4. Pelecehan seksual

5
d. Kekerasan ekonomi

Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal

menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib

memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari

kekerasan jenis ini adalah :

1. Tidak memberikan nafkah

2. Memaksa anggota keluarga (istri) untuk bekerja

3. Mengusir anggota keluarga

4. Melarang anggota keluarga (istri) untuk bekerja

D. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga

Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur masyarakat dan

keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (marital violence)

sebagai berikut:

a. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki

Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan wanita,

sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita.

b. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi

Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja mengakibatkan

wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan

maka istri mengalami tindakan kekerasan.

c. Beban pengasuhan anak

Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak.

Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan menyalah-kan

istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah tangga.

c. Wanita sebagai anak-anak

6
Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan kele-

luasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita.

Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan kekerasan sebagai seorang bapak

melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi tertib.

e. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki

Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh

suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga penyelesaian kasusnya sering

ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya

legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks

harmoni keluarga.

E. Cara Penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga

Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, diperlukan cara-cara

penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain:

a) Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada agamanya

sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan

penuh kesabaran.

b) Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena didalam

agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak, saudara, dan orang lain.

Sehingga antara anggota keluarga dapat saling mengahargai setiap pendapat yang ada.

c) Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah

tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada

keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu

timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.

d) Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota

keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada

rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa

7
kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa

curiga yang kadang juga berlebih-lebihan.

e) Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga,

sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim, sehingga

kekurangan ekonomi dalam keluarga dapat diatasi dengan baik.

F. Akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

Adapun akibat dari kekerasan dalam rumah tangga yaitu:

1. Tidak pernah tenang

Seseorang yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga bakal sulit melupakan

bekas luka yang dialaminya. Hidup pun jadi tidak tenang.

Seandainya korban berhasil meninggalkan penganiayanya, misalnya istri yang menggugat

cerai, anak yang bertumbuh dewasa, hal ini akan terus mempengaruhi hubungan-hubungan

mereka selanjutnya.

2. Trauma

Ada banyak kasus di mana korban kekerasan dalam rumah tangga menjadi tertekan dan

trauma setelah menghadapi pelecehan dalam hubungan mereka.

Hal ini membuat mereka tidak bisa 'berfungsi' normal, yang kadang mempengaruhi

berbagai aspek lain dalam kehidupan mereka, misalnya dalam bidang pekerjaan atau

pendidikan.

3. Rasa sakit

Dalam kasus di mana salah satu di antara pasangan menerima kekerasan fisik, korban

mungkin mengalami rasa sakit dan penderitaan. Dan ada kasus di mana cedera fisik sulit

untuk dihilangkan.

Dalam beberapa kasus ekstrem, korban KDRT mengalami cacat fisik permanen akibat

penganiayaan yang diterimanya.

8
4. Ketakutan

Sebuah studi baru-baru ini mengatakan, korban kekerasan dalam rumah tangga cenderung

menjadi paranoid. Mereka mungkin tidak bisa mempercayai adanya sebuah hubungan baru

di mana mereka tidak akan dianiaya.

Sangat disarankan bagi korban KDRT untuk mengikuti sesi terapi, dimana mereka bisa

menyembuhkan dan mengobati jiwa mereka atas pengalaman buruk yang sudah dialami.

Terapi yang benar dan cukup akan membuat mereka lebih siap dan kuat untuk menghadapi

hidup kedepannya.

9
BAB III

PEMBAHASAN

Keluarga adalah unit social terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh

sangat besar terhadap perkembangan social dan perkembangan kepribadian setiap anggota

keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai

tokoh penting yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya.

Anggota keluarga terdiri dari ayah,ibu,dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang

memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian

dalam hubungan timbale balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah

keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai

dengan tidak adanya konflik,ketegangan,kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan

(fisik,mental,emosi, dan social) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut disharmonis

apabila terjadi sebaliknya.

Setiap keluarga memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing. Apabila

masalah diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota keluarga akan mendapat

pelajaran yang berharga yaitu menyadari dsn mengerti perasaan,kepribadian dan

pengendalian emosi tiap anggota keluarga sehingga terwujudlah kebahagiaan dalam keluarga.

Penyelesaian masalah dilakukan dengan marah yang berlebih-lebihan,hentakan-hentakan

fisik sebagai pelampiasan kemarahan,teriakan dan makian maupun ekspresi wajah

menyeramkan. Terkadang muncul perilaku seperti menyerang,memaksa,mengancam atau

melakukan kekerasan fisik. Perilaku seperti ini dapat dikatakan pada tindakan kekerasan

dalam rumah tangga (KDRT) yang diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama

perempuan,yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara

fisik,seksual,psikologis,dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

10
perbuatan,pemaksaan,atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup

rumah tangga.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. kekerasan adalah suatu perilaku yang menggambarkan keadaan marah,

agresif verbal maupun nonverbal, serta perasaan benci yang dapat

menimbulkan bahaya pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

2. KDRT adalah perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,

dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum

dalam lingkup rumah tangga

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Kekerasan dapat ditangani dengan cara memperkuat iman dan akhlaq agar tidak

cepat marah dan emosi agar tidak menimbulkan bahaya kepada diri sendiri dan

oranglain akibat kekerasan.

2. Dengan adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri ,serta saling

menghargai itu dapat menghindari diri dari kekerasan dalam rumah tangga.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abrar Ana Nadhya,Tamtari Wini (Ed).2002,Kontruksi Seksualitas Antara Hak dan Kekuasaan,

Yogyakarta: UGM

Dep.Kes.RI,2003. Profil Kesehatan Repriduksi Indonesia, Jakarta:Dep.Kes.RI

http://kompas.com (2006)

Barda Nawawi Arief,2007. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana.Bandung: PT,

Citra Adhitya Bakti

G. Widiartana.2009.Kekerasan Dalam Rumah Tangga (perspektif perbandingan hukum),

Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Hj Yuyun Affandi.2010. Perberdayaan dan Pendampingan Korban kekerasan Seksual ( Advokasi

Korban Kekerasan Seksual menurut Al – Qur’an ), Semarang:Walisongo Press.

13

Anda mungkin juga menyukai