Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI

Preservasi, Konservasi dan Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund dalam Mochamad Indrawan


(2007) adalah jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, termasuk yang mereka miliki,
serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi lingkungan hidup. Keanekaragaman
hayati juga didefinisikan sebagai kebermacaman dan ragam makhluk hidup penghuni biosfer
yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, tekstur, penampilan, dan
sifat. Keanekaragaman hayati disebut juga sebagai biodiversitas.
Bentuk keanekaragaman hayati
1. Keanekaragaman tingkat gen
Variasi antarindividu dalam satu spesies yang memiliki perbedaan bentuk, misalnya
ayam kampung, ayam kate, ayam red sundlewood, ayam kedu, dst; mawar merah,
mawar putih, dst. Biodiversitas ini terjadi karena adanya variasi gen yang berbeda
pada setiap individu sejenis.
2. Keanekaragaman tingkat jenis/spesies
Hampir sama dengan keberagaman gen, namun lebih ke struktur, tektur, dan ukuran,
sedangkan untuk keberagaman gen hanya terbatas pada salah satu atau dua dari tiga
hal tersebut di atas. Contoh kucing, harimau, singa; pohon palm, pinang, aren, kurma,
kelapa.
3. Keanekaragaman tingkat ekosistem
Interaksi antara faktor biotik dengan faktok abiotik yang sangat beragam. Oleh sebab
itu, ekosistem yang tersusun atas dua faktor tersebut pun memiliki perbedaan
antarekosistem.
Ancaman terhadap keanekaragaman hayati dapat terjadi melalui berbagai cara berikut :
1. Perluasan areal pertanian dengan membuka hutan atau eksploitasi hutannya sendiri
akan mengancam kelestarian varietas liar/lokal yang hidup di sana (seperti telah
diketahui bahwa varietas padi liar banyak dijumpai di hutan belukar, hutan jati dan
hutan jenis lain). Oleh karena itu, sebelum pembukaan hutan perlu dilakukan
ekspedisi untuk pengumpulan data tentang varietas liar/lokal.
2. Rusaknya habitat varietas liar disebabkan oleh terjadinya perubahan lingkungan
akibat perubahan penggunaan lahan.
3. Alih fungsi lahan pertanian untuk penggunaan di luar sektor pertanian menyebabkan
flora yang hidup di sana, termasuk varietas padi lokal maupun liar, kehilangan tempat
tumbuh.
4. Pencemaran lingkungan karena penggunaan herbisida dapat mematikan gulma serta
varietas tanaman budidaya termasuk padi.
5. Semakin meluasnya tanaman varietas unggul yang lebih disukai petani dan
masyarakat konsumen, akan mendesak/tidak dibudidayakannya varietas lokal.
6. Perkembangan biotipe hama dan penyakit baru yang virulen akan mengancam
kehidupan varietas lokal yang tidak mempunyai ketahanan.
Hubungan tata ruang dengan keanekaragaman hayati
 Tata Ruang lebih memfokuskan pada sistem yang tertutup, dalam suatu ekosistem
biasanya ditetapkan dalam suatu batasan DAS (catchment area). Sedangkan hayati
bisa lebih terbuka.
Manfaat keanekaragaman hayati
 Nilai ekonomi, untuk mendapatkan bahan baku yang variatif guna kegiatan industri,
obat-obatan, kosmetik, makanan, dan minuman.
 Nilai biologis, sumber energi untuk mempertahankan siklus energi dengan baik.
 Nilai ekologis bisa meningkatkan fungsi paru-paru wilayah, mengurangi pencemaran
udara, menjaga kestabilan iklim global, menurunkan efek rumah kaca, menetralisir
efek negatif tapak ekologis.
 Nilai sosial sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan; sumber plasma nutfah
guna menstabilkan sifat unggul suatu jenis/gen; manfaat ilmu dan keindahan.
Konservasi dan preservasi
Menutut UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan
Ekosistemnya, konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam
hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya. Konservasi keanekaragaman hayati diperlukan karena pemanfaatan sumber daya
hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang akan menyebabkan makin langkanya
beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya. Adapun kawasan konservasi,
yaitu kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Kawasan suaka alam adalah
kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Sedangkan
kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di
perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.
Strategi konservasi menurut Dirjen PHPA Departemen Kehutanan RI dirumuskan ke dalam
tiga hal berikut, yaitu :
 Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan, yaitu menjamin terpeliharanya proses
ekologi yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagikelangsungan
pembangunan dan kesejahteraan manusia.
 Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Satwa, yaitu dengan menjamin
terpelihasranya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya, sehingga
mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi memungkinkan
kebutuhan manusia yang menggunakan sumberdaya alam hayati bagi kesejahteraan.
 Pemanfaatan Secara Lestari Sumberdaya Alam Hayati, yaitu merupakan suatu usaha
pembatasan/pengendalian dalam pemanfaatan sumberdaya alam hayati sehingga
pemanfaatan tersebut dapat dilakukan secara terus menerus di masa mendatang
dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistemnya.
Teknik konservasi yang dapat dilakukan untuk mencegah berkurangnya keanekaragaman
hayati adalah sebagai berikut :
 Konservasi insitu, bertujuan menjaga keanekaragaman jenis di dalam ekosistem
aslinya. Konservasi dengan cara ini ditandai dengan ditetapkannya batas-batas
kawasan konservasi yang melindunginya ekosistem dari gangguan aktivitas manusia
yang merusak. Contoh bentuk kawasan konservasi ini adalah cagar alam, suaka
margasatwa, taman nasional, dan lain-lain.
 Intersitu adalah konservasi yang dilakukan di suatu areal di mana jenis asli masih ada,
tetapi berada di luar kawasan konservasi, di Indonesia kawasan ini biasanya berada di
bawah pengawasan Perhutani dan pemilik hak pengusahaan hutan.
 Extractive reserve kawasan konservasi yang memperbolehkan pengambilan
sumberdaya tertentu dalam (secara teoritis) jumlah yang tidak merusak
lingkungan/dalam batas daya dukung. Misalnya pengambilan getah karet,
pengambilan buah, rumput atau bahkan pengambilan kayu dan perburuan secara
terbatas.
 Agroekosistem atau agroforestry, adalah kawasan yang dikelola dengan semi intensif
yang berorientasi pada produksi dengan ketergantungan yang cukup tinggi terhadap
input energi dan materi dari luar. Sistem penanaman pada pola pertanian agroforestri
melibatkan jumlah jenis tinggi. Sistem ini mengikuti stratifikasi hutan, yaitu suatu
bentuk penanaman campuran antara tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman
pangan. Keanekaragaman jenis yang terpelihara dalam sistem ini cukup tinggi. Sistem
ini bisa disebut konservasi insitu untuk tanaman budidaya. Banyak yang
memperdebatkan layak tidaknya pembebanan konservasi keanekaragaman hayati
kepada petani kecil dengan penerapan sistem pertanian seperti ini (Brush, 1991)
karena hasil yang diperoleh tidak sebanyak sistem pertanian lain yang intensif.
Sehingga perlu dipikirkan kombinasi tanaman yang cocok untuk untuk memperoleh
hasil yang optimal.
 Konservasi exsitu program konservasi yang dilakukan di luar habitat aslinya seperti di
botanical garden, kebun binatang, aquarium, dan lembaga sejenis yang menjaga dan
memperkembangkan jenis-jenis tumbuhan maupun hewan bukan dengan tujuan
komersial, (pendidikan, penelitian, konservasi).
 Suspended exsitu, program ini merupakan aplikasi ilmu biologi yaitu bioteknologi,
metabolisme, organisme hidup diperlambat bahkan dihentikan. Kegiatan-kegiatan
yang termasuk dalam konservasi golongan ini adalah bank gen, bank biji, koleksi
kultur jaringan dan pengawetan cryogenik (cryopreserved) gamet, zigot maupun
embrio.
Upaya dalam melakukan konservasi keanekaragaman hayati
 Penghijauan
 Pembuatan taman kota
 Pemuliaan, merupakan usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan
perkawinan silang
 Pembiakan hewan maupun tumbuhan langka
Preservasi adalah tindakan atau proses penerapan langkah-langkah dalam mendukung
keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan/struktur, serta bentuk tanaman yang ada
dalam tapak. Tindakan ini dapat disertai dengan menambahkan penguat-penguat pada
struktur, disamping pemeliharaan materialnya (yang dipreservasi). Tindakan preservasi
dilakukan untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian alam yang bisa dilakukan oleh
siapapun. Adapun perbedaannya dengan konservasi, yaitu konservasi merupakan bentuk
nyata dari preservasi dengan diterbitkannya hukum atau peraturan perundangan yang
berkaitan dengan preservasi tersebut, karena ruang lingkup yang memerlukan otoritas di
bidang hukum maka tidak semua orang dapat melakukan pembuatan peraturan tentang
konservasi.
Upaya dalam melakukan preservasi keanekaragaman hayati
 Membuang sampah pada tempatnya
 Tidak boros menggunakan energi listrik maupun bahan bakar minyak untuk
mengurangi polusi
 Tidak menggunakan berbagai barang yang berasal dari kulit hewan
 Mengawasi pemanfaatan dan penggunaan kekayaan alam dan keanekaragaman yang
ada di Indonesia
Secara prinsip, dalam pengertian yang lebih luas tentang preservasi dan konservasi
adalah tindakan pelestarian yang tidak terbatas hanya terhadap bendanya saja, tetapi
mencakup kondisi lingkungan benda (mati dan hidup) tersebut agar mendukung langkah yang
diambil guna pelestarian secara tuntas.
Sumber
UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
file:///C:/Users/P%20A%20V%20I%20L%20I%20O%20N/Downloads/adoc.pub_no-
title.pdf. Diakses pada 29 Maret 2021.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131572380/penelitian/Shtn+Semnas+MIPA+09+Konservasi
+Kehati.pdf. Diakses pada 29 Maret 2021.
https://www.slideshare.net/hanna234/konservasi-keanekaragaman-hayati. Diakses pada 29
Maret 2021.
https://www.gurupendidikan.co.id/keanekaragaman-hayati/. Diakses pada 29 Maret 2021.
https://media.neliti.com/media/publications/152334-ID-perlindungan-keanekaragaman-
hayati-dan-p.pdf. Diakses pada 29 Maret 2021.
https://foresteract.com/keanekaragaman-hayati/. Diakses pada 29 Maret 2021.
https://staf.ulm.ac.id/anangkadarsah/2017/02/19/biologi-konservasi-prinsip-dan-konsep-1/.
Diakses pada 30 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai