Oleh:
2019
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA
A. Landasan Teori
1. Definisi
Menurut Amru Sofian (2012) dalam Nanda NIC NOC, sectio secarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut.
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono,2009).
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
Adanya beberapa hambatan atau kelainan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir normal spontan, misalnya plasenta previa, panggul sempit
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, pre eklamsi dan mal
presentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya tindakan yaitu pembedahan
(Sectio Caesarea). Pada proses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang menyebabkan
pasien mengalami penurunan medula oblongata yang menyebabkan terjadinya penurunan
reflek batuk dan akumulasi secret. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostagladin yang akan menimbulkan rasa nyeri.
Setelah proses pembedahan berakhir daerah insisi akan di tutup dan menimbulkan luka
post op, yang bila tidak dirawat akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
Pathway (terlampir)
5. Manifestasi Klinis
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nanda NIC NOC (2015), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien SC
yaitu :
7. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada Ibu SC adalah :
a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi
menjadi :
Ringan : dengan suhu meningkat beberapa hari.
Sedang : suhu meningkat lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung
Berat : peritonealis, sepsis dan usus peristaltik
b. Perdarahan : terjadi jika ada saat pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut
terbuka atau karena atonia uteri.
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan awal
Letakkan pasien dalam posisi pemulihan
Periksa kondisi pasien, cek up tanda vital 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian 30 menit jam berikutnya.
Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
Transfusi jika diperlukan
b. Pemberian cairan
Selama 24 jam pertama, penderita puasa pasca operasi. Maka diberikan pemberian
cairan intravena harus cukup banyak dan mengandung banyak elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan.
c. Diet
Pemberian minuman dengan jumlah sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam
pasca operasi berupa air putih dan air teh.
d. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap meliputi miring kiri dan kanan sejak 6-10 jam setelah
operasi, latihan pernafasan sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, posisi
semi fowler dan latihan berjalan.
e. Kateterisasi
Kateter biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
f. Perawatan Luka
Kondisi balutan dilihat 1 haru post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan
diganti.
g. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika Ibu memutuskan untuk tidak
menyusui, pasang pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompresi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan :
Riwayat kesehatan dahulu : penyakit kronis atau menular, riwayat SC, riwayat
pre eklamsi dan eklamsi sebelumnya, penyakit kelamin atau abortus.
Riwayat kesehatan sekarang : riwayat pada saat sebelum inpartu di dapatkan
cairan ketuban yang keluar pervaginam secara spontan kemudian tidak diikuti
tanda persalinan
Riwayat kesehatan keluarga : penyakit keturunan seperti jantung, DM, hipertensi.
Penyakit menular dalam keluarga
d. Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Karena kurangnya pengetahuan pasien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan dan perawatan serta kurang menjaga kebersihan tubuh
akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
Pola aktivitas
Pasien biasanya dapat melakukan aktivitas seperti biasa, terbatas [ada aktivitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah. Namun, pasien nifas lain
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
Pola eliminasi
Pada pasien sering terjadi adanya perasaan sering/susah kencing selama masa
nifas yang ditimbulkan karena terjadinya oedema dari trigono, yang menimbulkan
infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
melakukan BAB.
Istirahat tidur
Pada pasien terjadi perubahan pada pola istirahat tidur karena adanya kehadiran
bayi dan nyeri epis setelah operasi.
e. Pemeriksaan fisik
Kepala : kadang-kadang terdapat cloasma gravidarum
Leher : kadang-kadang adanya pembesaran kelenjar tiroid karena adanya proses
meneran yang salah
Mata : terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kuning.
Dada : terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae
Abdomen : fundus uteri 3 jari dibawah pusat
Genitalia : pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban
Ekstremitas : pemeriksaan oedema untuk melihat kelainan karena membesarnya
uerus, karena pre eklamsia atau penyakit ginjal atau jantung
TTV : perdarahan post partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun
2. Diagnosa
4. Pasien tampak rileks, ekspresi napas panjang dan dalam, 5. Mencegah infeksi dan kontrol
5. Evaluasi
DX 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dengan suara nafas bersih
2) Menunjukkan jalan nafas paten
DX 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi, episiotomi, laserasi jalan lahir
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
↓ reflek batuk
Resiko infeksi
Nyeri
Akumulasi sekret
Post partum nifas
Gangguan
Mobilitas Fisik