Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Faringitis dan tonsilitis akut merupakan awal keadaan infeksi dari Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). ISPA merupakan infeksi penyakit yang terjadi
di saluran nafas dan kebanyakan merupakan infeksi virus. Anak-anak usia 5
sampai 15 tahun merupakan usia yang paling rentan terinfeksi penyakit
faringitis. Faringitis dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. Dalam pengobatan
faringitis sangat penting untuk memastikan penyebabnya dalam menentukan
pengobatan yang tepat. Antibiotika diberikan pada pasien dengan faringitis yang
disebabkan oleh bakteri (Dipiro, 2008). Penggunaan antibiotika yang kurang
tepat dalam pengobatan faringitis juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi
(Wierzbanowska, 2009).
Bakteri yang paling sering menyebabkan terjadinya faringitis adalah
Streptococcus group A. Tanda dan gejala dari faringitis yang disebabkan oleh
Streptococcus group A serupa dengan faringitis yang bukan disebabkan oleh
Streptococcus group A (Dipiro, 2008), oleh sebab itu penting untuk menentukan
penyebab terjadinya faringitis terkait dengan penentuan terapi yang digunakan.
Penentuan penyebab faringitis yang paling akurat (gold standard) yaitu dengan
menggunakan kultur apusan tenggorokan. Kelemahan dari metode ini antara lain
biaya yang mahal dan perlu waktu untuk mengetahui hasilnya (1-2 hari)
(Aalbers, 2011).
Test laboratorium lain yang dapat digunakan ialah dengan Rapid Antigen
Detection Test (RADT). Hasil dari pemeriksaan dengan RADT dapat dilihat
setelah 5-10 menit (Brunton and Pichicero, 2006).
Metode lain yang dapat digunakan dalam menentukan penyebab dari
terjadinya faringitis yaitu dengan Centor Score yang merupakan suatu kriteria
penilaian awal yang dibuat dengan tujuan membantu dokter dalam
mengidentifikasi bakteri Streptococcus group A sebagai penyebab terjadinya
faringitis berdasarkan gejala klinis dari pasien (Palla, 2012). Namun karena
Centor Score merupakan kriteria penilaian yang dibuat untuk dewasa, maka
digunakanlah McIsaac Score. McIsaac Score merupakan modifikasi penilaian

1
dari centor score dengan menambahkan pembagian umur ke dalam penilaiannya
karena faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus group A paling sering
terjadi pada anak-anak (Aaronso, 2011).
2. Rumusan Masalah
2.1. Menjelaskan tentang konsep dasar Faringitis
2.2. Menjelaskan Pengertian dan Klasfifikasi Faringitis
2.3. Menjelaskan Etilogi dan Patofisiologi Faringitis
2.4. Menjelaskan Komplikasi dan Pemeriksaan penunjang
2.5. Menjelaskan Tentang Pengkajian, Diagnosa dan Intervensi Faringtis
3. Tujuan Penulisan
3.1. Tujuan Umum
Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan kita
tentang faringitis ini khsusnya bagi kita yang terjun langsung sebagai tenaga
kesehatan sehingga menjadi perawat professionalpun bisa kita capai dengan
bertambahnya pengetahuan tentang faringitis ini.
3.2. Tujuan Khusus
Mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan tentang Faringitis

2
BAB II
TINJAUAN MEDIS

1. Definisi
Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok
atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa 
tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring,
hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme
virus hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang
umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai
“streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001)
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang
bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan,
menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau. Ada
3 jenis faringitis : 1) Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane
mukosa faring ). 2) Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis,
keputihan, licin dan waktunya berkerut ). 3)  Granular kronik (pembengkakan
folikel limfe pada dinding faring).
2. Klasifikasi
2.1. Faringitis Akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat
penting. Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang
mengenai dinding faring. Yang paling logis untuk mengelompokkan
sejumlah infeksi-infeksi ini dibawah judul yang relatif sederhana “Faringitis
Akut”. Disini termasuk faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai
akibat penyakit infeksi akut seperti eksantema atau influenza dan dari
berbagai penyebab yang tidak biasa seperti manifestasi herpesdan sariawan.

3
2.2. Faringitis Kronis
a. Faringitis Kronis Hiperflasi
Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa
dinding posterior. Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe
di bawahnya dan di belakang arkus faring posterior (lateral band).
Dengan demikian tampak mukosa dinding posterior tidak rata yang
disebut granuler.
b. Faringitis Kronis Atrofi
Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis
atrofi.Pada rinitis atrofi udara pernapasan tidak diatur suhu serta
kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi faring.
c. Faringitis Spesifik
a) Faringitis Luetika
1) Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole,
tonsil, dan dinding faring posterior.Kelainan ini berbentuk bercak
keputihan di tempat tersebut.
2) Stadium Sekunder
Stadium ini jarang ditemukan.Pada stadium ini terdapat pada
dinding faring yang menjalar ke arah laring.
3) Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma.Tonsil dan pallatum
merupakan tempat predileksi untuk tumuhnya guma.Jarang
ditemukan guma di dinding faring posterior.
b) Faringitis Tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole,
tonsil, palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di
daerah faring merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru,
kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan asam jenis bovinum, dapat
timbul tuberkulosis faring primer.

4
3. Etiologi
a) Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan
disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu,
adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis
adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria
gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
b) Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkan
demam.
c) Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat
tenggorokan teriritasi.
d) Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease).
e) Alergi. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat
kronis (menetap).
f) Bakteri streptokokus, dipastikan dengan Kultur tenggorok. Tes ini umumnya
dilakukan di laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien. Dapat
ditemukan gejala klasik dari kuman streptokokus seperti nyeri hebat saat
menelan, terlihat bintik-bintik putih, muntah – muntah, bernanah pada
kelenjar amandelnya, disertai pembesaran kelenjar amandel.

4. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel
kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat
mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat
melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring
menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu
terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi
meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau
faringitis.

5
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan
limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian
edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi
menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam
folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak
pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang
dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat
menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus
memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan
dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat
menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat
terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
5. Manifestasi Klinis
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami
peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan
atau mengeluarkan nanah. Gejala lainnya adalah:
1.        Demam
2.        Pembesaran kelenjar getah bening di leher
3.        Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri,
tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Kenali gejala umum radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut:
1.        Rasa pedih atau gatal dan kering.

6
2.        Batuk dan bersin.
3.        Sedikit demam atau tanpa demam.
4.        Suara serak atau parau.
5.        Hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung.
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a.    Virus
-          Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang
disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan
konjungtivitis.
-          Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu
tinggi dan sakit kepala ringan.
-          Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan
tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
-          Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan
biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
-          Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan
eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
-          Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan
dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
-          Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada
palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk
ulkus dangkal putih.
-   Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan,
limfadenopati generalisata, dan splenomegali.
-          Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise,
bercak kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus,
limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.
b.    Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan
gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari
380C. Faringitis yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki

7
pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit
kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.
Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal,
demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil,
membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal.
Batuk tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai
dengan bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan
atau tanpa tanda klinis lainnya.
Manifestasi klinis akut:
-          Nyeri Tenggorokan
-          Sulit Menelan, serak, batuk
-          Demam
-          Mual, malaise
-          Kelenjar Limfa Leher Membengkak
-          Tonsil kemerahan
-          Membran faring tampak merah
-          Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
-          Nyeri tekan nodus limfe servikal
-          Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
-          Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
-          Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
-          Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
-          Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
Manifestasi klinis kronis:
-          Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
-          Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan
batuk.
-          Kesulitan menelan.

8
6. Komplikasi
a. Otitis Mediapurulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui
tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
b. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang
mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.

c. Glomerulus Akut
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah,
masuk ke ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen
dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
d. Demam Rematik
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok
akan menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-
katup jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.
e. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa
sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh
komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis),
dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus,
hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae.
f. Meningitis
Infeksi bakteri pada daerah faring yang masuk ke peredaran darah,
kemudian masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi
komplikasi meningitis akibat faringitis jarang terjadi.
7. Penatalaksanaan dan Terapi
a. Antibiotik golongan Penicilin dan Sulfanomida
1) Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-
250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)

9
2) Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk
usia 0-2 tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
b. Tirah Baring
c. Pemberian Cairan yang adekuat
d. Diet Ringan
e. Obat Kumur Hangat
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat
sehingga penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak.Gelas kedua dan
ketiga dapae diberikan air yang lebihhangat.Anjurkan setiap 2 jam. Obatnya
yaitu:
1) Cairan saline isotonik (½  sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
2) Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat).
Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1
ounce = 28 g)
f. Pendidikan Kesehatan
1) Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai
demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan
polutan lain.
2) Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin
dan pelega tenggorokan bila perlu.
Pemberian suplemen  dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau
mencegahnya, yaitu:
a) Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan
mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat.
b) Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan
mengurangi demam.
c) Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
d) Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan
dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter.
e) Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng
dapat digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray
dapat digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun,

10
penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis
besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna,
bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan,
terutama pada anak.

b. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran
pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan
tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya
peradangan akibat bakteri atau virus.
c. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik
penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah
merupakan petunjuk yang berharga.
d. Pemeriksaan Labolatorium
1) Sel Darah Putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan
adanya infeksi atau inflamasi.
2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga
mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh
sistem sirkulasi.

11
9. Pathway

12
BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.
1)      Data Dasar
a)      Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat,
diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).
2)      Riwayat Kesehatan, meliputi :
a)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a)      Alasan masuk rumah sakit
b)      Keluhan utama: nyeri saat menelan pada leher
b)      Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama
atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya,
sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran
tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.
c)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami
penyakit yang sama.
3)      Pemeriksaan fisik
a)      Inspeksi : kemerahan pada faring,adanya pembengkakan di daerah leher
b)      Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekan
c)      TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi meningkat, RR meningkat.
4)      Pengkajian Pola Gordon
a)      Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kebiasaan makan
makanan yang terpapar kuman/virus, makanan yang mengandung
pengawet (karsinogenik), terpapar bahan-bahan kimia seperti tinggal di
area dekat pabrik, pengolahan limbah, asap kayu bakar.
b)      Pola Nutrisi Metabolic

13
Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak
cukupnya nutrisi karena nyeri saat menelan akibat inflamasi penyakit.
c)      Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urin,    perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak
mengalami gangguan eliminasi.
d)      Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Dapat mengalami
gangguan bila inflamasinya parah.
e)      Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien
tidur dalam sehari? Biasanya klien tidak mengalami perubahan pada pola
istirahat.
f)      Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji
bagaimana klien dalam berkomunikasi?  Biasanya klien tidak mengalami
gangguan. Namun bisa juga mengalami gangguan pada pendengaran jika
infeksi menyebar sampai ke telinga melalui tuba eustachi.
g)      Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang
dideritanya? Konsep diri pasien terutama gambaran diri terhadap
perubahan tubuh Apakah klien merasa rendah diri terhadap penyakit
yang dideritanya ? Biasanya klien tidak ada ganguan.
h)      Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan sosial klien dengan
masyarakat sekitarnya?
i)      Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada
perubahan kepuasan pada klien? Biasanya tidak mengalami gangguan.
j)    Pola koping dan toleransi stress

14
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien
menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?
k)   Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan
klien?
2. Diagnosa Keperawatan
1.      Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring
3.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk menelan
4.      Hipertermia berhubungan dengan peradangan

No Diagnosa NOC / Tujuan NIC / Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Ketidakefektif Setelah a.     Kaji status a.       Dengan
an bersihan dilakukan pernafasan mengkaji status
jalan nafas perawatan, (kecepatan, pernafasan maka
berhubungan diharapakan kedalaman, akan diketahui
dengan bersihan jalan serta pergerakan tingkat
penumpukan nafas efektif dada). pernafasan dan
sekret dengan kriteria adanya kelainan
(sputum) hasil: pada sistem
         Anak pernafasan.
tidak batuk b.    Auskultasi b.       Bunyi nafas
         Anak adanya suara bertambah sering
dapat nafas tambahan terdengar pada
bernpas (mis : mengi, waktu inspirasi
dengan krekels) dan ekspirasi
lega pada respon
         RR (u = 3 terhadap
tahun) = pengumpulan
20-30 cairan, sekret
x/menit kental dan
spasme jalan
nafas obstruksi.
c.     Ajarkan pada c.       Pernafasan
klien untuk dalam membatu

15
berlatih nafas expansi paru
tambahan dalam maximal dan
dan batuk batuk efektif
efektif. merupakan
mekanisme
pembersihan
silla.
d.    Berikan klien d.      Cairan terutama
minuman yang hangat
hangat membantu di
sedikitnya 2500 dalam
cc/hari. mengencerkan
sekret
(bronkadilator).
e.     Kolaborasi e.       Expectorantmem
dengan tim bantu
dokter dalam mengurangi
pemberian, spasme pada
terapi bronchus
pemberian sehingga
expectorant dan pengeluaran
broncodilatos. sekret menjadi
lancar.

2. Nyeri akut Setelah


berhubungan dilakukan a.      Lakukanpeng a.       Mengetahui
dengan tindakankepera kajian nyeriseca tingkat
inflamasi pada watan, rakomprehensift nyeri termasuk
faring diharapkan nye ermasuk lokasi, lokasi,
ri berkurang karakteristik, karakteristik,
dengan kriteria durasi, durasi,
hasil frekuensi,kualit frekuensi,kualitas 
·         Anak as dan faktor dan faktor
melaporkan presipitasi. presipitasi
bahwa nyeri
berkurang
·         Anak b.      Ajarkan     te b.      Napas dalam
melaporkan ntang Teknikno merupakan salah
kebutuhan n farmakologi satu relaksasi
tidur dan (seperti napas mengurangi
istirahat dalam) ketegangan dan
tercukupi membuat
·         Anak perasaan lebih
mampu nyaman
menggunakan c.      Berikananalg c.       Analgetik

16
metode non etik untuk meng berguna untuk
farmakologi uranginyeri mengurangi nyeri
untuk mengura sehingga pasien
ngi nyeri. menjadi lebih
nyaman
d.     Tingkatkan d.      Istirahat dapat
istirahat anak merileksasikan
sehingga dapat
mengurangi nyeri
3. Ketidakseimba Setelah a.       Mengkaji a.       Untuk
ngan nutrisi dilakukan pola makan mengetahui
kurang dari tindakan ke- pasien masalah yang
kebutuhan perawatan terjadi dan
berhubungan selama 2 x b.      Memberikan memudahkan
dengan 24 jam makanan lunak menyusun
kesulitan kebutuhan rencana kegiatan.
menelan nutrisi c.       Menganjurka b.      Mencukupi
pasien terpenu n menjaga kebutuhan
hidengan kriter kebersihan nutrisidan
ia hasil : oral/mulut mempermudah
a.       Anak anak untuk
dapat menelan
menghabiskan d.      Memberikan c.       Menghilangkan
1 porsi makanan dalam rasa tidak enak
makanannya. porsi kecil tapi pada
b.      Berat sering mulut/lidah,dan
bedan anak dapat
normal meningkatkan
-      nafsu makan
d.      Untuk
mencukupi
kebutuhan nutrisi
dan mencegah
mual dan  muntah
4. Hipertermi Setelah
berhubungan dilakukan a.       Kaji suhu a.       Mengetahui  su
dengan tindakan peraw badan setiap 2 hu badan anak
inflamasi pada atan, jam.
faring diharapakan
suhu badan b.      Anjurkan b.      Intake cairan
pasien normal intake cairan dan nutrisi dapat
Termoregulasi dan nutrisi yang membantu
(0800) adekuat. mempercepat
Kriteria hasil : dalam proses
·         Suhu kul pengeluaran

17
it normal c.       Beri kompres panas tubuh.
·         Suhu hangat c.       Kompres
badan 35,9°C- misalnya pada hangat dapat
37,7°C ketiak membuka pori-
-          pori kulit
sehingga
d.      Berikan obat mempercepat
antipiretik proses evaporasi.
8.      d.      Obat antipiretik
dapat membantu
menurunkan
panas.

BAB IV

18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faringitis dan tonsilitis akut merupakan awal keadaan infeksi dari Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). ISPA merupakan infeksi penyakit yang terjadi
di saluran nafas dan kebanyakan merupakan infeksi virus. Anak-anak usia 5
sampai 15 tahun merupakan usia yang paling rentan terinfeksi penyakit
faringitis. Faringitis dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. Dalam pengobatan
faringitis sangat penting untuk memastikan penyebabnya dalam menentukan
pengobatan yang tepat. Antibiotika diberikan pada pasien dengan faringitis yang
disebabkan oleh bakteri (Dipiro, 2008). Penggunaan antibiotika yang kurang
tepat dalam pengobatan faringitis juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi

B. Saran
           Saran dalam penulisan karya tulis adalah :
a. Perlu adanya pengetahuan yang lebih baik lagi dalam mengatasi penyakit
faringitis ini agar penyakit ini dapat tuntas sehingga pasien tidak terlalu lama
menahan sakit
b. Dalam penulisan perumusan diagnosa ini tidak bisa hanya berpedoman pada
teori, tetapi harus mempertimbangkan dan mengkaji langsung pada pasien yang
mengalami penyakit faringitis
c. Dalam melaksanakan asuhan keperwatan hendaknya dibuat secara sistematis
serta didokumentasi agar pelaksanaan tepat dan efesien. Juga perlu
mengembangkan komunikasi yang akrab dan terbuka sehingga tercipta
hubungan saling percaya antara perawat, pasien dan keluarganya
d. Hendaknya psien dilengkapi dengan pendidikan kesehatan dan pemulihan
kondisi pasien.Alangkah baiknya bila rumah sakit lebih meningkatkan saran dan
prasarana dalm peningkatan mutu pelayanan dam perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

19
Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th
Edition. Missouri: Elsevier.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta:
EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
www. Wikipedia.org diakses tanggal 15 Januri 2015 Pukul 15.00 WITA

20

Anda mungkin juga menyukai