Percobaan VIII
Pembuatan dan Pengujian Sampo Motor atau Mobil
Asisten :
Dosen Pengampu:
Pekanbaru
2020
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
LEMBAR KENDALI
NIM 1907110101
KELAS S1 A
i
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
KIMIA ORGANIK
Catatan tambahan:
Dosen Pengampu
ii
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
ABSTRAK
Sampo motor atau mobil adalah suatu detergen pembersih motor atau mobil, yang
kandungan utamanya adalah surfaktan yaitu LABS dan SLS. Surfaktan dapat bertindak
sebagai zat pembasah, pengemulsi, zat pembusa, dan pendispersi. Setiap bahan yang
mempengaruhi tegangan permukaan antarmuka, dapat dianggap sebagai surfaktan.
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari cara pembuatan sampo motor atau mobil
serta mengetahui dan menentukan karakteristik sampo motor atau mobil. Pada percobaan
ini, dibuat larutan NaOH 0,4 N dari kristal NaOh sebanyak 4 gr, larutan LABS dari
padatan LABS sebanyak 41 g, dan larutan SLS dari padatan SLS sebanyak 10 g yang
ditambahkan pewarna dan parfum. Larutan NaOH 0,4 N dicampur dengan LABS
sehingga menghasilkan larutan LABSNa, kemudian larutan LABSNa dicampur dengan
larutan SLS sehingga menghasilkan sampo motor atau mobil berwarna hijau tua.
Percobaan ini menghasilkan sampo motor atau mobil dengan karakteristik memiliki
densitas sebesar 1,069 g/mL, viskositas sebesar 46,881 N.s/m2, daya busa yang tahan
selama 3,8 jam, dan stabilitas emulsi sebesar 60%. Hasil pengujian karakteristik sampo
hasil percobaan kemudian dibandingkan dengan hasil pengujian sampo komersial yang
memiliki karakteristik memiliki densitas sebesar 1,0601 g/mL, viskositas sebesar 3,323
N.s/m2, daya busa yang tahan selama 4 jam, dan stabilitas emulsi sebesar 63%.
Kata Kunci: LABS, Sampo motor atau mobil, SLS, Surfaktan.
ABSTRACT
iii
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR ISI
iv
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
v
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR GAMBAR
vi
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR TABEL
vii
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
2.2. Surfaktan
Surfaktan sebenarnya adalah kependekan dari “Surface Active Agents”. Dalam
pengertian umum, setiap bahan yang mempengaruhi tegangan permukaan antarmuka,
dapat dianggap sebagai surfaktan, tetapi dalam arti praktis, surfaktan dapat bertindak
sebagai zat pembasah, pengemulsi, zat pembusa, dan pendispersi (Hirsch, 2015).
Menurut Hirsch (2015), Surface Active Agents memiliki peran penting sebagai
agen pembersih, pembasahan, pendispersi, pengemulsi, pembusa dan anti-pembusaan
dalam banyak aplikasi dan produk praktis, seperti cat, perekat emulsi, tinta, biosida
(pembersih), sampo, pasta gigi, pemadam kebakaran (busa), deterjen, insektisida,
menghilangkan tinta pada kertas daur ulang, dan spermisida (nonoxynol-9).
Surfaktan (Surface Active Agents) adalah zat yang mempunyai kemampuan untuk
menurunkan tegangan permukaan suatu medium dan menurunkan tegangan antar muka
antara dua fase yang berbeda derajat polaritasnya. Struktur surfaktan dapat digambarkan
seperti berudu atau kecebong yang memiliki kepala dan ekor (Nirwana, 2010).
Mekanisme kerja dari surfaktan untuk menstabilkan emulsi yaitu dengan menurunkan
tegangan permukaan. Semakin baik kinerja surfaktan dalam menurunkan tegangan
permukaan, maka stabilitas emulsi akan semakin tinggi (Permono, 2002).
Molekul surfaktan mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung polar
(hidrofilik) dan ujung non polar (hidrofobik). Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua
golongan besar, yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam
air. Teknologi pembuatan sampo motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi tepat
guna dalam pembuatannya. Karena dalam proses pembuatannya tidak memerlukan alat
yang canggih dan proses yang rumit (Nirwana, 2010).
2. Surfaktan anionik
Surfaktan anionik mengandung gugus fungsi anionik di kepalanya, contohnya
seperti sulfonat, fosfat, sulfat dan karboksilat. Yang termasuk ke dalam alkil sulfat
adalah amonium lauril sulfat, sodium lauril dan alkil-eter sulfat natrium lauret sulfat
atau dikenal sebagai natrium lauril eter sulfat (SLES), dan sodium myreth sulfat.
Surfaktan anionik adalah adalah surfaktan yang paling umum yang meliputi alkil
karboksilat (sabun), seperti sodium stearat (Hirsch, 2015).
Menurut Hirsch (2015), sodium stearat digunakan sebanyak >50% penggunaan
surfaktan global. Banyak di antaranya yang digunakan dalam polimerisasi emulsi.
Surfaktan anionik lainnya adalah dioctyl sodium sulfosuccinate (DOSS),
perfluorooctanesulfonate (PFOS), linear alkylbenzene sulfonates (LABs) dan
perfluorobutanesulfonate, serta alkyl-aryl ether phosphates. Spesies yang lebih khusus
termasuk sodium lauroyl sarcosinate dan fluorosurfaktan berbasis karboksilat seperti
perfluorononanoate, perfluorooctanoate (PFOA atau PFO).
3. Surfaktan kationik
Menurut Hirsch (2015), surfaktan kationik terdiri dari kepala bermuatan positif.
Sebagian besar surfaktan kationik digunakan sebagai antimikroba, antijamur, sebagai
barang-barang HI&I (Household, Industrial & Institutional), Benzalkonium klorida
(BAC), Cetylpyridinium chloride (CPC), dan Benzethonium chloride (BZT). Sifat
surfaktan kationik biasanya tidak konsisten dengan muatan non-ionik dan anionik, dan
mengganggu membran sel bakteri dan virus. Kation amonium kuaterner yang
bermuatan permanen meliputi garam alkyltrimethylammonium yang terdiri dari cetyl
trimethylammonium bromide (CTAB) dan cetyl trimethylammonium chloride
(CTAC).
4. Surfaktan amfoter
Surfaktan amfoterik memiliki pusat kationik dan anionik yang terikat pada
molekul yang sama. Bagian anionik dapat bervariasi dan termasuk sulfonat, seperti
pada sultain CHAPS (3-[(3-Cholamidopropyl) dimethylammonio]-1-
propanesulfonate). Betain seperti cocamidopropyl betaine memiliki karboksilat
dengan amonium. Bagian kationik didasarkan pada amina primer, sekunder, atau
tersier atau kation amonium kuaterner. Surfaktan amfoter seringkali sensitif terhadap
pH dan akan berperilaku sebagai anionik atau kationik berdasarkan pH (Hirsch, 2015).
laureth-2 sulfate. SLS memiliki densitas sebesar 1,05 g/cm³ dan massa molar
288,38 g/mol (Kosswig, 2005).
Penelitian menunjukkan bahwa SLS tidak bersifat karsinogenik jika
terkontaminasi langsung pada kulit ataupun dikonsumsi. Sodium lauril sulfat dapat
mengurangi rasa manis pada pasta gigi. Penelitian menunjukkan bahwa SLS
merupakan mikrobisida topikal yang berpotensi efektif dalam menghambat dan
mencegah infeksi oleh virus, seperti virus Herpes simpleks. Selain itu, SLS dapat
meningkatkan kecepatan pembentukan hidrat metana sebesar 700 kali kecepatan
semula. Dalam pengobatan, natrium lauril sulfat digunakan sebagai pencahar dubur di
enema, dan sebaga eksipien pada aspirin terlarut dan kaplet terapi serat lainnya
(Marrakchi, 2006).
Berikut adalah struktur molekul dari sodium lauril sulfat::
Jika ditampilkan dengan model ball and stick 3 dimensi, maka struktur
molekul SLS akan terlihat seperti berikut:
2.3. NaOH
Natrium hidroksida juga dikenal sebagai sodium hidroksida dan soda kaostik,
adalah senyawa organik yang mempunyai kation Na+ dan anion OH-. Penggunaan NaOH
dapat dengan mudah dijumpai dimana saja. Banyak industri yang menggunakan NaOH
sebagai bahan bakunya seperti industri kertas, tekstil, minuman dan makanan, cat,
disinfektan, sabun, dan deterjen. NaOH juga digunakan untuk memurnikan bauksit dan
menghilangkan pengotor pada minyak mentah. Pada tahun 2004, permintaan dan
kebutuhan atas produksi NaOH mencapai 60 juta ton (Kurt, 2016).
Natrium hidroksida murni adalah padatan kristal tak bewarna yang meleleh pada
suhu 318 °C tanpa dekomposisi, dan memiliki titik didih 1388 °C. NaOH sangat larut
dalam air, dan tidak larut dalam pelarut eter dan pelarut non-polar lainnya. Pelarutan
natrium hidroksida padat dalam air merupakan reaksi yang sangat eksotermis dimana
sejumlah besar panas dilepaskan, dan dapat merusak kulit juga terkena percikannya.
Larutan yang dihasilkan biasanya tidak berwarna dan tidak berbau (Siemens, 1969).
Tabel 2.3 Sifat Fisika NaOH
Karakteristik Nilai
Berat molekul 40 g/mol
Titik leleh 323 °C
Titik didih 1390 °C
Titik kritis 2546,85 °C
Tekanan kritis 249,998 atm
Kapasitas panas -36,56 Kkal/kg. °C
Densitas 1090,41 kg/m3
Panas pembentukan -47,234 Kkal/kmol
Wujud Padat, kristal higroskopis
Warna Putih
(Sumber: Perry, 1984)
2.4. Xylene
Menurut Jörg (2000), adalah salah satu dari tiga isomer dimetilbenzena. Xylene
memiliki rumus C8H10. Masing-masing dari isomer xylene memiliki cincin benzen pusat
dengan dua gugus metil terikat pada substituen. Semuanya adalah cairan tidak berwarna
dan mudah terbakar, beberapa di antaranya memiliki nilai industri yang tinggi.
Xylene ada dalam tiga bentuk isomer. Isomer dapat dibedakan dengan sebutan
orto- (o-), meta- (m-) dan para- (p-), yang menentukan pada atom karbon mana (dari
cincin benzen) kedua gugus metil terikat. Dengan menghitung atom karbon di sekitar
cincin mulai dari salah satu karbon cincin yang terikat pada satu gugus metil dan
menghitung ke arah gugus metil kedua, isomer-o memiliki nama IUPAC 1,2-
2.5. Densitas
Pada setiap jenis bahan yang berbeda, struktur penyusun bahan juga akan
berbeda. Struktur penyusun yang dimaksud adalah bentuk rangkaian atom, molekul,
partikel dan sifat fisis bahan yang terkandung didalam bahan tersebut. Hal ini tentunya
akan menimbulkan berbagai variasi yang dapat menentukan karakteristik tiap bahan.
Salah satu sifat fisis bahan yang cukup dominan adalah sifat densitas. Massa jenis atau
densitas adalah suatu besaran kerapatan massa benda yang dinyatakan dalam berat benda
persatuan volume benda tersebut. Semakin tinggi densitas suatu benda, maka semakin
besar juga massa setiap volume. Sebuah benda yang memiliki densitas lebih tinggi, akan
memiliki volume yang lebih rendah, misalnya air (Sohnel, 1985).
2.5.1. Piknometer
Berat jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengukur secara langsung berat zat
dalam piknometer dengan menimbang dan volume zat yang ditentukan dengan
piknometer. Volume zat padat yang tidak beraturan dapat ditentukan secara tidak
langsung dengan menggunakan piknometer. Bila volume dan berat zat tersebut telah
diketahui, maka dapat dihitung berat jenisnya. Dalam menggunakan piknometer, massa
suatu zat cair dapat diketahui dari pengurangan berat piknometer + zat cair dengan berat
piknometer kosong (Fessenden, 1997).
Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun
volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya, oleh karenanya zat yang sejenis selalu
mempunyai masssa jenis yang sama. Massa jenis zat dapat dihitung dengan
membandingkan massa zat benda dengan volumenya. Massa jenis merupakan salah satu
ciri untuk mengetahui kerapatan zat. Pada volume yang sama, semakin rapat zatnya,
semakin besar massanya. Begitu pula sebaliknya (Fessenden, 1997).
2.6. Viskositas
Viskositas adalah indeks hambatan aliran cairan. Viskositas dapat diukur dengan
mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Viskositas juga
disebut sebagai kekentalan suatu zat. Semakin kental suatu cairan maka semakin besar
gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas
dispersi koloid dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase dispersi dengan viskositas
rendah, sedang system dispersi yang mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih
tinggi (Bird, 1993).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
13
14
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
5. Gelas piala dibilas dengan akuades, hasil bilasan dimasukkan ke dalam labu ukur
250 mL. Dilakukan beberapa kali sampai semua NaOH larut.
6. Akuades ditambahkan sedikit demi sedikit pada labu ukur 250 mL sampai tanda
batas.
7. Larutan NaOH diaduk sampai homogen.
5. Lepaskan jari sehingga permukaan sampo dari garis A turun ke garis B dan waktu
yang diperlukan cairan untuk menempuh garis A ke garis B dicatat.
6. Uji yang sama dilakukan terhadap sampo komersil lainnya dan dibandingkan
hasilnya.
3.4. Diagram Alir Pembuatan dan Pengujian Sampo Motor atau Mobil
BAB IV
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembuatan NaOH 0,4 N
Pertama, dibuat larutan NaOH 0,4 N dengan melarutkan 4 gram kristal NaOH
menggunakan akuades yang dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL hingga tanda batas.
Larutan NaOH diaduk hingga homogen. Warna dari hasil pembuatan larutan NaOH 0,4 N
adalah bening. Saat melarutkan NaOH, terjadi reaksi eksoterm karena titik didih NaOH
lebih besar daripada titik didih air sehingga terjadi pelepasan kalor, yang ditandai dengan
munculnya rasa panas saat NaOH direaksikan dengan air (Atkins, 1994).
NaOH(s) + H2O(l) → Na+(aq) + OH-(aq).…….……………….(4.1)
ke dalam botol. Hasil dari pencampuran larutan LABSNa dan larutan SLS adalah sampo
motor atau mobil berwarna hijau tua. Setelah pembuatan sampo, maka dilakukan berbagai
pengujian terhadap sampo motor atau mobil hasil percobaan dan sampo motor atau mobil
komersil.
Pada pengujian daya busa, diambil 5 mL dari sampo motor atau mobil hasil
percobaan dan KIT yang dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi yang berbeda.
Kemudian, ditambahkan akuades sebanyak 15 mL pada masing-masing tabung reaksi.
Kedua tabung reaksi ditutup dengan jari, lalu dikocok secara bersamaan. Tabung reaksi
kemudian didiamkan pada standar yang sama dan dicatat waktu yang dibutuhkan kedua
sampo sampai busanya hilang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa busa sampo motor
atau mobil hasil percobaan hilang setelah 3,8 jam didiamkan. Sementara pada KIT, busa
hilang setelah 4 jam didiamkan. Hal ini berarti bahwa KIT memiliki kandungan SLS yang
lebih banyak dibanding sampo motor atau mobil hasil percobaan.
BAB V
5.2. Saran
1. Pembuatan NaOH dilakukan dengan hati-hati karena terjadi reaksi eksoterm.
2. Campuran dari larutan harus benar-benar diaduk sampai homogen.
22
Praktikum Kimia Organik/Putri Noviayu S.H/ S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR PUSTAKA
Perry, R.H., dan Green, D.W., 1984, Perry’s Chemical Engineers Hand Book, edisi 6,
aaaaaaaaMc. Graw Hill Co., New York.
Respati, H., 1981, Kimia Dasar Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.
Siemens, P., R., Giauque, W., F., 1969, Entropies of the hydrates of sodium hydroxide. II.
aaaaaaaaLow-temperature heat capacities and heats of fusion of NaOH·2H2O and
aaaaaaaaNaOH·3.5H2O, Journal of Physical Chemistry, 73(1): 149–157
Sohnel, O., Novotny, P., 1985, Densities of Aqueous Solution of Inorganic Substances,
aaaaaaaaElsevier, New York.
Tim, C., 2020, Car Washing 101 – Breaking Down the Basics About Car Wash
aaaaaaaaShampoos, https://avalonking.com/car-washing-101-breaking-down-the-basics-
aaaaaaaaabout-car-wash-shampoos/, 4 November 2020.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Uji emulsi
Botol A (sampo hasil percobaan)
o Volume awal 15 mL
8. o Volume akhir 6 mL
Botol B (sampo komersil)
o Volume awal 15 mL
o Volume akhir 5,5 mL
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
ρsampo =
2. Densitas KIT
ρKIT =
( ) ( )
ρKIT = ( ) ( )
ρKIT =
μsampo = μair .
μsampo = 0,89 .
μsampo = 0,89 .
μKIT = 0,89 .
μKIT = 0,89 .
%stabilitas = = = 0,6
%stabilitas = = = 0,63