Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional Pascasarjana XI – ITS, Surabaya 27 Juli 2011

ISBN No.

PERANCANGAN MODEL PENAKSIRAN PERFORMANSI


ERGONOMI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI PT. PAL INDONESIA

Asri Dwi Puspita, Sri Gunani Partiwi, Arief Rahman

Manajemen Kinerja Strategies, Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya, Indonesia
E-mail: asripuspita85@gmail.com

Abstrak
PT. PAL Indonesia adalah perusahaan milik Negara yang bergerak dalam bidang produksi kapal niaga,
kapal perang, pemeliharaan dan perbaikan kapal serta produksi rekayasa umum. Perkembangan industri
saat ini menjalankan proses pengukuran kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta ergonomi dalam
pelaksanaan proses produksinya. Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah bagaimana
menentukan model performansi ergonomi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. PAL INDONESIA dengan
mengacu pada balanced scorecard serta dapat melakukan upaya perbaikan dalam meningkatkan
performansi ergonomi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan Key Performance Indicators (KPI) yang relevan, mengetahui penyebab
menurunnya performansi ergonomi K3 dengan menggunakan diagram tulang ikan, serta memperoleh
rekomendasi upaya perbaikan dalam meningkatkan performansi ergonomi K3 terhadap kinerja perusahaan.
Hasil dari penelitian ini adalah memberikan konsep model performansi ergonomi keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap kinerja perusahaan, memberikan pengetahuan mengenai penyebab menurunnya
performansi ergonomi K3 terhadap kinerja perusahaan dan membantu perusahaan dalam meningkatkan
performansi ergonomi K3 terhadap kinerja perusahaan.

Kata kunci: Balanced Scorecard, Key Performance Indicators, Performansi ergonomi K3

1. PENDAHULUAN diagram tulang ikan untuk mengidentifikasi


Dalam situasi persaingan global PT. PAL kriteria yang menyebabkan menurunnya
Indonesia (PERSERO) membutuhkan upaya performansi pada PT. PAL Indonesia
perbaikan termasuk dengan melakukan penilaian (PERSERO). Penelitian ini dapat memberikan
atau evaluasi kerja. Semala ini PT. PAL sebuah alat untuk melakukan penilaian terhadap
Indonesia (PERSERO) telah mengukur kinerja kinerja sehingga perusahaan dapat merencanakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara rapi dengan baik upaya strategi perbaikan dimasa
dan terstruktur, akan tetapi pendekatan yang depan yang terus menerus dan sistematis.
selama ini telah dilakukan belum menjamin
perusahaan untuk menciptakan nilai ekonomis 2. METODELOGI PENELITIAN
masa depan. Latar belakang dilakukannya penelitian ini
Program K3 harus diterapkan disemua adalah memperbaiki kinerja dengan memberikan
tempat kerja karena K3 merupakan salah satu alternatif pengembangan sistem pengukuran
persyaratan dalam meningkatkan produktivitas kinerja yang dapat diaplikasikan pada
kerja karyawan (Sutjana, 2006). K3 merupakan pengukuran ergonomi keselamatan dan
bagian dari ergonomi, dalam hal ini ergonomi kesehatan kerja yang mengacu pada metode
juga berupaya menciptakan keselamatan dan balanced scorecard. Langkah awal pada
kesehatan kerja bagi tenaga kerja. Penelitian K3 penelitian ini adalah mengidentifikasi
dan ergonomi selama ini masih hanya keselamatan dan kesehatan kerja untuk
berorientasi pada hal tersebut akan tetapi belum mengetahui kondisi perusahaan.
berorientasi pada K3 dan ergonomi untuk Tahap selanjutnya melakukan pembuatan
mengetahui kontribusi aspek ergonomi terhadap value chain dengan tujuan mengetahui jenis dan
kinerja perusahaan. Faktor terakhir adalah urutan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi
program yang dilaksanakan lebih banyak
dalam menilai sumber daya dan kemampuan
program kuratif dibandingkan dengan program
preventif dan promotif sehingga tampak sebagai organisasi yang berkaitan dengan keselamatan
pengeluaran saja. dan kesehatan kerja. Setelah membuat value
Penelitian ini akan mengevaluasi aspek chain dilakukan penentuan faktor-faktor yang
ergonomic assessment, pengukuran kinerja menjadi Strengths, Weakness, Opportunities, dan
mengacu pada metode balanced scorecard dan Threats yang kemudian dihubungkan dengan
untuk mengetahui kontribusi aspek ergonomi aktivitas di perusahaan yang ada di Value Chain,
terhadap kinerja perusahaan akan menggunakan

1
Seminar Nasional Pascasarjana XI – ITS, Surabaya 27 Juli 2011
ISBN No.

dari hubungan tersebut dapat ditentukan faktor- Tabel 1. Rekapitulasi Identifikasi


faktor SWOT untuk mencapai kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja.
Tahap terakhir adalah perancangan model
performansi dengan menentukan indikator
keempat dimensi pada Balanced Scorecard
(Financial, Customer, Internal business Process,
dan Learning and Growth). Indikator tersebut
akan diberi bobot pada masing-masing perspektif
dengan tujuan untuk merancang scoring
pengukuran performansi. Tujuan dilakukannya
scoring untuk menentukan acuan dalam
perhitungan dan analisis outcome measure tiap
perspektif. Gambar 1 berikut ini adalah kerangka
berfikir dalam penelitian ini.

Evaluasi Identifikasi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

3.2 Penyusunan Value Chain


Hasil Kendala
Identifikasi Perbaikan Setelah melakukan identifikasi keselamatan
dan kesehatan kerja untuk mengetahui kondisi
Pembuatan
Value Chain keselamatan dan kesehatan kerja, kemudian
melakukan pembuatan Value Chain. Value Chain
Perencanaan Pelaksaan Kegiatan adalah sebuah gambaran yang menjelaskan jenis
dan urutan kegiatan yang dilakukan oleh
Pembuatan organisasi dalam mengidentifikasi dan menilai
SWOT
sumber daya dan kemampuan organisasi yang
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan
Strategi (SO)
Strengths – Opportunities
Strategi (ST)
Strengths - Treats
Strategi (WO)
Weakness - Opportunities
Strategi (WO)
Weakness - Treats
kerja.

Perancangan Model
3.3 Strategi SWOT untuk Mencapai Kinerja
Performansi K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Setelah masing-masing faktor dari
Penentuan Penentuan
Strategi Khusus Outcome measures Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats
ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah
Menentukan indikator dengan
mengacu pada perspektif
menentukan strategi yang menggabungkan
balanced Scorecard
keseluruhan faktor. Strategi tersebut terdiri dari
Perspektif Perspektif
Strengths - Opportunities Strategies, Strengths-
Perspektif Perspektif
Finansial Customer
Internal Bisnis
proses
Learning &
Growth
Threats Strategies, Weakness-Opportunities dan
Pembobotan
Weakness-Threats Strategies.
Setiap Perspektif Tabel 2. SWOT
Perancangan
Scoring

Model
Performansi K3

Gambar 1. Flowchart Perancangan Model

3. PENGOLAHAN DATA dan


PERANCANGAN MODEL
3.1 Identifikasi Kinerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja di PT. PALINDONESIA dan untuk
melakukan identifikasi bahaya terhadap faktor-
faktor keselamatan kerja sebagai dasar untuk 3.4 Model Performansi Ergonomi
ergonomic assessment. Identifikasi ini dilakukan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dengan pengamatan dan pengukuran langsung Setelah menerjemahkan kekuatan
pada kondisi lingkungan kerja perusahaan. (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang
(Opportunity), dan ancaman (Threats) yang

2
Seminar Nasional Pascasarjana XI – ITS, Surabaya 27 Juli 2011
ISBN No.

dimiliki PT. PAL Indonesia kedalam strategi, sampai 3. Skor ini ditetapkan dalam diskusi
maka langkah yang harus dilakukan selanjutnya bersama staf dan pimpinan HSE. Pengertian
menerjemahkan strategi tersebut ke dalam suatu skala 1 sampai 3 adalah sebagai berikut:
sistem pengukuran performansi keselamatan dan  Skor 1, artinya performansi organisasi
kesehatan kerja. Agar strategi bisa diukur, maka kurang baik terhadap semua perspektif.
perlu didetailkan ke dalam ukuran yang  Skor 2, artinya performansi organisasi
dinyatakan dengan outcome measures. Outcome cukup baik dengan kemungkinan beberapa
measures ini berupa faktor - faktor yang perspektif baik dan beberapa kurang baik.
dianggap penting, yang dapat dijadikan tolak  Skor 3, artinya performansi organisasi baik
ukur pengukuran performansi keselamatan dan terhadap semua perspektif.
kesehatan kerja di perusahaan. Berikut ini adalah salah satu perancangan scoring
Tabel 3. Rekapitulasi Strategi Khusus, KPI dan yang dilakukan yaitu perancangan scoring
Perspektif financial perspective berisi rancangan skor untuk
masing-masing outcome measures yang terdapat
dalam financial perspektive.

3.7 Pengukuran Performansi


Setelah skor masing – masing outcome
measures diperoleh selanjutnya dilakukan
pengukuran dan analisis performansi pada setiap
outcome measures dari tiap perspektif
berdasarkan periode triwulan sesuai dengan
perusahaan. Kriteria yang digunakan sebagai
dasar analisis pengukuran adalah:
1.00 < total hasil pengukuran < 1.68
Menunjukkan kinerja organisasi kurang baik
1.68 < total hasil pengukuran < 2.34
Menunjukkan kinerja organisasi cukup baik
2.34 < total hasil pengukuran < 3.00
Menunjukkan kinerja organisasi baik.
3.5 Pembobotan Performansi Pengukuran performansi keseluruhan
Melakukan pembobotan terhadap tiap keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan pada
perspektif yang terkait di dalamnya, di mana keempat perspektif pada Balanced Scorecard.
bobot ini menunjukkan tingkat kepentingan dan Dari pengukuran keseluruhan ini dapat diketahui
peranan masing-masing dalam perspektif. tingkat performansi keselamatan dan kesehatan
Adapun metode yang digunakan adalah metode kerja.
Pair Comparison. Pembobotan perspektif Tabel 5. Performansi Keseluruhan Ergonomi
dilakukan diskusi dengan para ahli yaitu tim K3
HSE perusahaan. Pertama kali yang
dibandingkan adalah antara financial perspektive
dengan customer perspective. Tabel 4 berikut ini
adalah matriks perbandingan perspektif.
Tabel 4. Matriks Perbandingan Perspektif

hasil performansi keseluruhan keselamatan dan


kesehatan kerja pada Oktober – Desember 2010
dikategorikan kurang baik, dimana nilai yang
diperoleh adalah 1, 3273. Sedangkan Januari –
maret 2011 dikategorikan cukup baik dengan
nilai 1, 7371. Jadi performansi keseluruhan
3.6 Perancangan Scoring Pengukuran mengalami peningkatan dengan dukungan
Performansi perspektif learning and growth.
Setelah bobot ditentukan, maka dilakukan
perancangan scoring pengukuran performansi 3.8 Model Penaksiran Performansi
dimana perancangan scoring ini dilakukan untuk Ergonomi Keselamatan dan Kesehatan
menentukan acuan dalam perhitungan dan Kerja
analisis performansi outcome measures tiap Setelah melakukan tahapan perancangan
perspektif. Perancangan ini dilakukan dengan model performansi maka diperoleh model
cara diskusi bersama staf dan pimpinan HSE. Performasi Keselamatan Kesehatan Kerja
Skor yang akan diberikan untuk tersebut:
pengukuran performansi menggunakan skala 1

3
Seminar Nasional Pascasarjana XI – ITS, Surabaya 27 Juli 2011
ISBN No.

Biaya investasi untuk Biaya yang


meningkatkan kualitas dikeluarkan karena
keselamatan dan adanya kecelakaan
kehatan kerja kerja
(0,5) (0,5)

Mengurangi Kerugian Evisiensi Biaya yang


finansial yang dikeluarkan
(C) disebabkan kecelakaan perusahaan karena
kerja kecelakaan kerja
Perbaikan tepat Meningkatkan
waktu jumlah Kualitas perbaikan (A) (B)
potensi bahaya pada lingkungan (F) Jumlah Komplain
yang ada kerja Menurunnya Jumlah karyawan terkait
(0,0803) FINANCIAL Komplain karyawan dengan
(0,4761) terhadap kondisi Keselamatan dan
(D) lingkungan kerja Kesehatan Kerja
Mengadakan dan (0,1096)
Jumlah Jenis mengefektifkan training Learning &
PERFORMANCE CUSTOMER
training Rutin untuk meningkatkan Growth
KESELAMATAN DAN (0,2847)
(0,1109) kesadaran Karyawan (0,0899)
terhadap K3 KESEHATAN KERJA Jumlah Komplain
Meningkatkan konsumen terkait
Jumlah Absensi Kepuasan dengan keselamatan
INTERNAL BISNIS dan kesehatan kerja
Karyawan Mengurangi Jumlah Konsumen
PROCESS (0,5813)
(0,3117) absensi karyawan & (0,1494) (G)
employee turnover
akibat kecelakaan kerja Presentase
Order Terlambat
Employee (E) (0,3092)
Mengurangi
Turnover (H)
Kecelakaan Kerja
(0,3441)

Frekuensi Tingkat Keparahan


Kecelakaan Rata-rata Hari Kecelakaan Kerja
Kerja kerja Hilang (0,3333)
(0,3333) (0,3333)

Gambar 2. Model Penaksiran Performansi K3 Gambar 3. Diagram Tulang Ikan Meningkatnya


Biaya yang Dikeluarkan karena Adanya
Model tersebut dirumukan dengan dengan rumus Kecelakaan Kerja.
fungsi sebagai berikut:
PK = 0,4761 FC + 0,2847 CT + 0,1494 IB + 4. KESIMPULAN DAN SARAN
0,0899 LG  Model yang dibangun berdasarkan empat
= 0,4761 (A+B) + 0,2847 (F+G) + 0,1494 perspektif balance scorecard yaitu
H + 0,0899 (C+D+E) Financial, customer, internal business
= 0,4761 (0,5A1 + 0,5 B1) + 0,1494 process, dan learning and growth. Empat
(0,1096 F1 + (0,5813G1 + 0,3092G2)) + perspektif tersebut menghasilkan KPI
0,1494 (0,3333H1 + 0,3333H2 + antara lain, pada financial menghasilkan 2
0,3333H3) + 0,0899 (0,0803C1 + 0,1109 KPI, customer menghasilkan 3 KPI,
D1 + (0,3117 E1 + 0,3441 E2)) internal business process menghasilkan 3
Keterangan: KPI dan learning and growth menghasilkan
FC = Perspektif Finansial 3 KPI.
CT = Perspektif Customer
IB = Perspektif Internal Bisnis Proses  Rumusan model Performasi Keselamatan
LG = Perspektif learning and Growth Kesehatan Kerja tersebut:
PK = 0,4761 FC + 0,2847 CT + 0,1494
3.9 Perbaikan Kinerja Keselamatan dan IB + 0,0899 LG
Kesehatan Kerja = 0,4761 (A+B) + 0,2847 (F+G) +
Berdasarkan outcome measures kemudian 0,1494 H + 0,0899 (C+D+E)
dilakukan pencarian faktor yang menjadi = 0,4761 (0,5A1 + 0,5 B1) + 0,1494
penyebabnya dengan bantuan diagram tulang (0,1096 F1 + (0,5813G1 +
ikan. Beriku ini salah satu perbaikan pada 0,3092G2)) + 0,1494 (0,3333H1 +
financial perspektive. Outcome measures adalah 0,3333H2 + 0,3333H3) + 0,0899
biaya yang dikeluarkan karena adanya (0,0803C1 + 0,1109 D1 + (0,3117
kecelakaan kerja. Faktor - faktor yang E1 + 0,3441 E2))
menyebabkan meningkatnya outcome measures Keterangan:
biaya yang dikeluarkan karena adanya FC = Perspektif Finansial
kecelakaan kerja yaitu adanya kecelakaan kerja CT = Perspektif Customer
yang terjadi. Akibat dari kecelakaan perusahaan IB = Perspektif Internal Bisnis Proses
harus mengeluarkan biaya untuk mengganti LG = Perspektif learning and Growth
kerusakan yang terjadi dan sebagai biaya
kompensasi karyawan yang mengalami  Rekomendasi dari upaya perbaikan
kecelakaan. Kecelakaan kerja yang terjadi ini performansi keselamatan dan kesehatan
disebabkan lingkungan kerja yang tidak kerja prioritas perbaikan dalam
memenuhi standar keselamatan dan kesehatan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kerja. kesehatan kerja adalah mengadakan dan
mengefektifkan training sehingga kesadaran
keselamatan dan kesehatan kerja
meningkat.

4
Seminar Nasional Pascasarjana XI – ITS, Surabaya 27 Juli 2011
ISBN No.

5. DAFTAR PUSTAKA
Asfahl, C. (1999). Industrial safety and health
management - 4th edition (Vols.
chapter: 5,7,12). New Jersey: Prentice-
Hall.Inc.
Bridger, Robert. 1995. Introduction to
ergonomis. New York: McGraw – Hill,
Inc.
Chaudhry, A. M. 1999. To Be a ProblemSolver,
Be a Classicist. Quality Progress Vol.
32, No. 6, pp. 47-51, The American
Society for Quality (ASQ), Wisconsin.
Ervil, Rico. (2010). Pengembangan Model
Pengukuran Kinerja Supply Chain
Berbasis Balanced Scorecard. Thesis
Teknik Industri. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Hendrick, H.W. 1987. Macroergonomi A Consep
Whose Time has Come. Human Factor
Society Bulletin, February 1987.
Sudiajeng, Lilik dan Jokodaryanto. (2007).
Evaluasi Terhadap Organisasi Dan
Sistem Kerja Melalui Pendekatan
Ergonomi Total Pada PT.Garuda
Angkasa Unit Cargo Internasional
Bandar Udara Ngurah Rai Denpasar,
Bali. Prosiding Seminar Nasional
Ergonomi Dan K3. Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung.
Widodo, Lamto. 2007. Konsep Self Organizing
Sisten Dan Need Fulfill Compensation
Dalam Pendekatan Ergonomi Makro
Sebuah Tinjauan Filosofis. Prosiding
Seminar Nasional Ergonomi 2007
Integrasi Ergonomi Di Dalam Product
Development. Bandung
Wignjosoebroto, S. (2003). Ergonomi Studi
Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna
Widya.
www.OSHA.gov. (n.d.). Retrieved March 20,
2008, from Occupational safety and
health administration (OSHA):
www.osha.gov

Anda mungkin juga menyukai