ANEMIA
DI RUANG SARAF (C) RSUD SOEDARSO PONTIANAK
DOSEN PEMBIMBING :
Disusun Oleh :
Muhammad Zakariyya
I4051201024
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah
merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh.
Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari
biasanya. Kondisi ini mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam
sirkulasi. Akibat nya, jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga
berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah (WHO,2015). Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah
sel darah merah yang cukup (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal
anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam
sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga
berkurang. Anemia bukan merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu
tanda adanya gangguan yang mendasari (Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia adalah suatu keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb) dalam
tubuh dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu (Irianto, 2014).
2. Etiologi
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi
atau ganguan genetik. Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan
oleh kekurangan asupan zat besi. Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti
saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan juga dapat
menghilangkan zat besi dalam tubuh. Wanita yang mengalami menstruasi setiap
bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan darah secara perlahan-lahan di
dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon juga dapat
menyebabkan anemia. (Briawan, 2014).
Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada
anak-anak dan remaja. Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi
butiran darah merah tidak dapat menjalankan tugasnya. Hal ini dapat terjadi
karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu. Adapun jenis
berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel darah merah hancur
secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaharuinya.
Penyebab anemia jenis ini bermacam-macam, bisa bawaan seperti talasemia atau
sickle cell anemia (Adriani & Wirjatmadi, 2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala
(2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia
antara lain :
a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi
Peningkatan kebutuhan zat besi pada masa remaja memuncak pada usia
antara 14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun kemudian
pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan kebutuhan zat
besi, sehingga terdapat peluang untuk memperbaiki kekurangan zat besi
terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada remaja perempuan,
menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan
menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif
untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi saat menstruasi. Itulah
sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibanding
remaja putra.
b. Kurangnya Asupan Zat Besi.
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan
buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan
dengan tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
c. Kehamilan pada Usia Remaja.
Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di
Asia Tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi.
Pernikahan dini umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana
kehamilan meningkatkan kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap
semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami
remaja perempuan.
d. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara
berkembang juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan memperbesar
peluang terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi besi.
e. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia,
remaja yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan
dalam menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih luas di
bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga
menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak mengalami
anemia di bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan
(20,6%).
f. Status Gizi
Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.
Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia 1,5
kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut juga di
dukung oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah (2010)
bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor protektif anemia.
g. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat
dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu
sehingga seseorang berprilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada beberapa
penelitian terkait anemia ditemukan pula pada mereka yang memiliki
pengetahuan yang rendah terkait anemia.
3. Patofisiologi
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolong
kan pada tiga kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014) :
a. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit
atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini
terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral
dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan
normal. Kondisi-kondisi yang mengakibatkan anemia ini anrara lain sickle
cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat
besi, vitamin B12, dan folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormone yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
b. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu
bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih
cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik
yang diketahui antara lain :
1) Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia
2) Adanya stressor seperti infeksi, obat-obatan, bisa hewan, atau berbagai
jenis makanan
3) Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
4) Autoimun
5) Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.
c. Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid,
gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat- obatan yang
mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses
kelahiran.
4. Pathway
kadar Hb menurun
penurunan O2 ke jaringan
DS:
3. sedang Edukasi :
Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC. Arisman, 2014. Gizi
Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Bakta, IM. 2015. Hematologi Klinik
Ringkas. Jakarta: EGC.
Chauhan, U., Sandeep, G., Dahake, P, 2016. Correlation Between Iron Deficiency
Anemia And Cognitive Achievement In School Aged Children. Annals Of
International Medical And Dental Research, Vol (2), Issue (4). DOI:
10.21276/aimdr.
Ersila, W., Prafitri, LD, 2016. Efektifitas Pemberian Tablet Zat Besi Ditambah Pepaya
(Carica Papaya L.) Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja
Putri Anemia Di Stikes Muhammadiyah Pekajangan The 4 th Univesity
Research Coloquium 2407-9189.
Jyothirmayi, n., & rao, nm. (2015). Banana medicinal. Journal of medical science &
technology, 4 (2); page no: 152-160.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Pedoman Program Pemberian Pemantauan Mutu
Tablet Tambah Darah Untuk Ibu Hamil. Jakarta: Challenge Corporation.
Rokim, K. F., Eka, Y., Firdaus, W. (2014). Hubungan usia dan status nutrisi terhadap
kejadian anemia pada pasien kanker kolorektal. (Karya Tulis Ilmiah).Malang:
Universitas Diponegoro.