Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang memberikan
morbiditas yang cukup tinggi di dunia, dan merupakan infeksi yang ke-3 teratas
dalam jumlah kematian. Walaupun di beberapa Negara sudah maju tidak dijumpai
lagi infeksi malaria, tetapi lebih dari 106 negara di dunia masih menangani infeksi
malaria, khususnya di daerah tropic maupun negara-negara yang sedang
berkembang yaituk di Afrika, sebagian besar Asia, sebagian besar benua Amerika
(Amerika latin) (Harijanto, 2010).
Kawasan Asia Tenggara juga menjadi perhatian kasus malaria. Terdapat
1,4 miliar penduduk beresiko terkena malaria, dan 352 juta pada resiko tinggi.
Kasus malaria di Asia Tenggara dan Selatan terdapat di 10 negara yakni Timor
Leste, Sri Lanka, Bhutan, Bangladesh, Korea Selatan, Nepal, Myanmar, India,
dan Indonesia. Menurut WHO (2014), kasus malaria di kawasan Asia Tenggara
dan Selatan tahun 2013 sebesar 1,5 juta kasus. Proporsi malaria tertinggi dari
jumlah kasus tahun 2013 adalah India (58%), Myanmar (22%) dan Indonesia
(16%). (Mahmudi, 2015).
Angka kematian malaria di Indonesia cukup tinggi, mencapai 250 juta dan
penyebab 1 juta kematian utamanya pada anak balita di daerah yang terjangkit
malaria, penyakit tersebut dapat menjadi penyebab utama kematian dan
penghambat pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2010). Lima provinsi dengan
insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%). Nusa Tenggara
TImur (6,8% dan 23,3%). Papua Barat (6,7% dan 19,4%). Sulawesi Tengah
(5,1% dan 12,5%). Dan Maluku (3,8% dan 10,7%). (Litbangdepkes, 2013)

Penanggulangan penyakit melalui upaya promotif dan preventif


merupakan salah satu strategi yang diutamakan oleh Kementrian Kesehatan dalam

1
upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu, dan
berkeadilan serta berbasis bukti. Upaya promotif dan preventif yang optimal akan
lebih efisien, proses kuratif dan rehabilitatif yang membutuhkan waktu lebih
lama, biaya yang relatif lebih mahal dan ketergantungan masyarakat terhadap
upaya pemerintah. (Waris, 2012)

Salah satu upaya pencegahan promotif dan preventif adalah dengan cara
mengukur dan memberikan pengetahuan. Pengetahuan yang cukup terhadap
malaria, baik tentang gejala, pengobatan, dan pencegahan, diharapkan bisa
menekan angka kejadian malaria karena dengan pengetahuan yang cukup, maka
warga dapat memiliki sikap untuk melakukan pencegahan terhadap pencegahan
malaria dan bisa menurunkan angka kejadian malaria di masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, adapun rumusan masalah
yang ingin diangkat oleh penulis, yaitu : “ Adakah hubungan tingkat pengetahuan
tentang malaria dengan angka kejadian malaria di rt 01 kampung buton periode
januari – februari 2019?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan angka kejadia malaria di kampung buton.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan warga tentang malaria di
kampung buton.

2
b. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan warga tentang
malaria dengan angka kejadian malaria di kampung buton periode Januari-
Februari 2019.

D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas miniproject internsip
dokter di puskesmas.
2. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya hasanah ilmu
pengetahuan serta merupakan bacaan bagi peneliti berikutnya.
3. Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait guna lebih memberikan
dorongan dalam pencegahan malaria.
4. Sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh serta merupakan pengalaman berharga
bagi peneliti dalam memperluas wawasan dan pengetahuan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan ”what”. Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran
tertentu mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek sehingga
memperoleh hasil yang dapat disusun, sistematis dan diakui secara universal.
Maka terbentuklah ilmu atau lebih sering disebut ilmu pengetahuan
(Notoatmojo, 2010).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Ferry Efendi dan
Makhfudli, 2009). Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan
menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu
dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
Berdasarkan pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengetahuan
adalah hasil tau dari manusia yang dilakukan seseorang terhadap objek
tertentu.

2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2007) domain kognitif yang mempunyai enam
tingkatan pengetahuan sebagai berikut:
a. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari,
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

4
b. Memahami (Comprehension)
Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan
sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,
menggambarkan, memisahkan.
e. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau
objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang sudah ada.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Notoatmojo (2010) ada beberapa faktor yang
mempengaruhipengetahuan seseorang, yaitu :

5
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapijuga
dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang
tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
obyek tersebut.
b. Media massa / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan.Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yangdapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai
bentuk media massa sepertitelevisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-
lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

6
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
beradadalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksitimbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.

7
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkapdan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukanpersiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju
usia tua,selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan
masalah,dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan
pada usia ini.
Ada dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan
selama hidup : Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi
yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru
kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik
maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang
lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan
dengan bertambahnya usia.
g. Cara pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur
dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo,
2010). Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian nilai 1 untuk

8
jawaban benar dan nilai untuk jawaban salah. Kemudian digolongkan
menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, rendah (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Nursalam (2008), kriteria untuk menilai timgkat
pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori :
1) Tingkat pengetahuan tinggi apabila skor atau nilai : 76 – 100 %
2) Tingkat pengetahuan sedang apabila skor atau nilai : 56 – 75 %
3) Tingkat pengetahuan rendah apabila skor atau nilai : < 56 %

B. Malaria

1. Definisi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini mengancam
keluarga miskin dan dapat menjadi salah satu penyebab penurunan kehadiaran
di sekolah dan tempat kerja (WHO, 2010).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus plasmodium yang infektif ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina dan dapat menyerang semua kelompok usia terutama kelompok resiko
tinggi (bayi, balita, dan ibu hamil) serta dapat menurunkan produktifitas kerja.
(Susana, 2010)
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasite
(protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles (Depkes RI,2008).

2. Etiologi
Penyakit malaria pada manusia ada empat jenis dan masing-masing
disebabkan spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah :
a. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan oleh Plasmodium vivax
b. Malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum

9
c. Malaria quartana yang disebabkan Plasmodium malariae.
d. Malaria ovale mirip malaria tertiana, malaria ini paling jarang ditemukan,
disebabkan oleh Plasmodium ovale
e. Malaria knowlesi
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi lebih dari
satu plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection). Di Indonesia paling banyak dua jenis parasite yakni campuran
antara Plasmodium vivax dengan Plasmodium falciparum.

3. Epidemiologi
a. Faktor Host
Secara alami, penduduk disuatu daerah endemis malaria yang mudah
dan ada yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan.
Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini
masih menimbulkan masalah. Sejak dahulu telah diketahui bahwa wabah
penyakit ini sering terjadi didaerah pemukiman baru,seperti di daerah
perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karenapara pekerja yang
datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan
terinfeksi. (Natalia, 2010).
Kerentanan manusia terhadap penyakit malaria berbeda-beda. Ada
manusia yang rentan, yang dapat tertular oleh penyakit malaria,tetapi ada
pula yang lebih kebal dan tidak mudah tertular oleh penyakit malaria.
b. Faktor Agent (Penyebab)
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina. Spesies anopheles diseluruh dunia terdapat sekitar2.000
spesies dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular
malaria.Spesies anopheles di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24spesies
diantaranya telah terbukti penular penyakit malaria. Nyamuk anopheles
hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisahidup di

10
daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah
ketinggian lebih dari 2.000-2.500 m. Tempat perindukannya bervariasi
(tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan yaitu
pantai, pedalaman, dan kaki gunung. Nyamuk anopheles betina biasanya
menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak
terbangnya tidak lebihdari 0,5-3 km dari tempat perindukannya (Natalia,
2010).
Nyamuk anophelesbiasa meletakkan telurnya diatas permukaan air
satu persatu.Telur dapat bertahan hidup dalam waktu cukup lama dalam
bentuk dorman. Bila air cukup tersedia, telur-telur tersebut biasanya
menetas 2-3 hari setelah diletakkan. Nyamuk anopheles sering disebut
nyamuk malaria karena banyak jenis nyamuk ini yang menularkan
penyakit malaria (Natalia, 2010).
c. Faktor Enviroment (lingkungan)
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknyamalaria
di suatu daerah. Keberadaan air payau,genangan air hutan,persawahan,
tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatudaerah akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-
tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Natalia,
2010). Hal ini diperburuk dengan adanya perpindahan penduduk dari
daerah endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya (Natalia, 2010).
Tidak semua daerah yang dimasuki penderita malaria akanterjangkit
malaria. Jika di daerah tersebut tidak terdapat nyamuk malaria, penularan
penyakit tersebut tidak akan terjadi. Demikian pula sebaliknya, sekalipun
di suatu daerah terdapat nyamuk malaria tetapi jika di daerah tersebut
tidak ada pen derita malaria, penularan malaria tidak akan terjadi.
Suatu daerah akan terjangkit penyakit malaria apabila di daerah itu ada
nyamuk malaria yang pernah menggigit penderita malaria (Natalia, 2010).

11
4. Patogenesis
Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti pathogenesis
penyakit infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu,
dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan
menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling
berat ,yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ yaitu infeksi asimtomatik.
Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada
berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis
plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah
penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang
rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut
dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid
atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang
Annual Parasite Incidence –nya rendah (Harijanto, 2012).

5. Gejala Klinis
Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting
dalamdiagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain
Plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu
mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu
inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya
parasit dalam darah disebut periode prepaten. Gejala pada anak biasanya
disertai batuk (Harijanto, 2012).
Menurut Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium
(trias malaria), (Harijanto, 2012) :
a. Periode dingin
Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti

12
orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1jam diikuti
dengan meningkatnya temperature.
b. Periode panas
Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat danpanas
badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat,
nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama
dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan
berkeringat.
c. Periode berkeringat.
Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur
turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat
dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa.

6. Masa Inkubasi dan Cara Penularan


Menurut Susana (2010), masa inkubasi adalah rentang waktu sejak
sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam.
Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium. Plasmodium
falciparum mempunyai masa hidup terpendek disbanding plasmodium yang
lain. Masa inkubasi keempat plasmodium dapat dilihat dalam tabel berikut :
Jenis Plasmodium Masa Inkubasi
Plasmodium falciparum 9 – 12 (12 hari)
Plasmodium vivax 12 – 17 (15 hari)
Plasmodium ovale 16 – 18 (17 hari)
Plasmodium malariae 18 – 40 (28 hari)
Plasmodium knowlesi 9 – 12 (12 hari)
Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam
yaitu :
a. Penularan secara alamiah (natural infection)
Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anophelesbetina
yang telah terinfeksi oleh Plasmodium.

13
b. Penularan tidak alamiah (not natural infection)
1) Malaria bawaan (kongenital) disebabkan adanya kelainan pada sawar
plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi
yang dikandungnya.
2) Penularan secara mekanik terjadi melalui jarum suntik. Penularan pada
jarum suntik biasanya terjadi padapara pecandu narkoba yang
menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
3) Secara oral. Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung
(Plasmodium gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan
monyet (Plasmodium knowlesi) yang akhir – akhir ini dilaporkan
menginfeksi manusia.Pada umumnya sumber infeksi malaria pada
manusia adalah manusia lain yang sakit malaria, baik dengan gejala
maupun tanpa gejala klinis (Harijanto, 2012).

7. Diagnosis
Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai
membahayakan jiwa. Gejala utama demam sering didiagnosis dengan infeksi
lain: seperti demam typhoid, demam dengue, leptospirosis, chikungunya, dan
infeksi saluran nafas. Adanya thrombositopenia sering didiagnosis dengan
leptospirosis, demam dengue atau typhoid. Apabila ada demam dengan ikterik
bahkan sering diintepretasikan dengan diagnosa hepatitis dan leptospirosis.
Penurunan kesadaran dengan demam sering juga didiagnosis sebagai infeksi
otak atau bahkan stroke. Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria
makaanamnesis riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap
penderita dengan demam harus dilakukan. Diagnosis malaria ditegakkan
seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan laboratorium. Untuk malaria berat diagnosis ditegakkan
berdasarkan kriteria WHO. Untuk anak <5 tahun diagnosis menggunakan
MTBS namun pada daerah endemis rendah dan sedang ditambahkan riwayat

14
perjalanan ke daerah endemis dan transfusi sebelumnya. Pada MTBS
diperhatikan gejala demam dan atau pucat untuk dilakukan pemeriksaan
sediaan darah. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan
sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic
Test = RDT) (Kemenkes, 2018).
a. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
1) Keluhan: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertaisakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal - pegal.
2) Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
3) Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
4) Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C
2) Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3) Sklera ikterik
4) Pembesaran Limpa (splenomegali)
5) Pembesaran hati (hepatomegali)
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/lapangan/ rumah sakit/ laboratorium klinik untuk
menentukan:
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b) Spesies dan stadium plasmodium.
c) Kepadatan parasit/jumlah parasit.

2) Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid DiagnosticTest)

15
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasite
malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi. Sebelum
menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal
kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan (Kemenkes, 2018).

8. Penatalaksanaan Malaria
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberianACT.
Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah
resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara
oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan dengan ACT
oral. Disamping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.
ACT yang dipakai adalah Dihidroartemisinin - Piperakuin (DHP)
a. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi
1) Malaria falsiparum, malaria knowlesi dan malaria vivax
Pengobatan malaria falsiparum, knowlesi dan vivaks saat ini
menggunakan DHP di tambah primakuin. Dosis DHP untuk malaria
falsiparum, malaria knowlesi samadengan malaria vivaks, Primakuin
untuk malaria falsiparumdan malaria knowlesi hanya diberikan pada
hari pertama sajadengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria
vivaks selama14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak
boleh diberikan pada bayi usia< 6 bulan dan ibu hamil. Pengobatan
malaria falsiparum, malaria knowlesi dan malaria vivaks adalah seperti
yang tertera di bawah ini:

Dihidroartemisinin – Piperakuin (DHP) + Primakuin

16
Tabel II.1 Pengobatan Malaria falsiparum dan malaria knowlesi
menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin

Tabel II.2 Pengobatan Malaria vivax menurut berat badan dengan


DHP dan Primakuin

Catatan :
a) Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan makapemberian
obat dapat berdasarkan kelompok umur.
b) Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan(pada
tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalahberdasarkan
berat badan.
c) Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan beratbadan
ideal.
d) Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
e) Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai
melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat
kehitaman setelah minum obat primakuin, maka pengobatan
diberikan secara mingguan selama 8-12 minggu dengan
dosismingguan 0,75mg/kgBB. Pengobatan malaria pada penderita
dengan Defisiensi G6PD segera dirujuk ke rumah sakit.

17
2) Pengobatan malaria vivax yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan
regimen DHP yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi
0,5 mg/kgBB/hari (harus disertai dengan pemeriksaan laboratorium
enzim G6PD).
3) Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan DHP yaitu DHP
ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya
sama dengan untuk malaria vivaks.
4) Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan DHP 1 kali perhariselama 3
hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak
diberikan primakuin.
5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum +P. vivax / P. ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan DHP selama 3 hari
serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama14
hari(Kemenkes, 2018).

Tabel II.3 Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale


dengan DHP + Primakuin

9. Pencegahan

18
Pencegahan malaria secara umum meliputi tiga hal, yaitu
edukasi,kemoprofilaksis dan upaya menghindari gigitan nyamuk.
a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan
pada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja didaerah endemis.
Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria,
resiko terkena malaria, tanda dan gejala malaria, serta menjaga kondisi
lingkungan agar tetap bersih dan terhindar dari pembiakan nyamuk
terutama rawa atau tempat genangan air.
b. Upaya menghindari gigitan nyamuk Anopheles adalah cara yang paling
efektif untuk mencegah malaria. Upaya tersebut berupa proteksi pribadi,
modifikasi perilaku dan modifikasi lingkungan.Proteksi pribadi dengan
menggunakan kelambu yang dilapisi insektisida permethin, gunakan lotion
anti nyamuk serta baju lengan panjang dan celana panjang. Modifikasi
perilaku berupa mengurang iaktifitas diluar rumah mulai senja sampai
subuh disaat nyamuk. Anopheles umumnya menggigit atau usahakan
tinggal di dalam rumah mulai sore. Sebaiknya pintu rumah ditutup mulai
sore hari,pasang kasa nyamuk dikisi-kisi udara rumah dan tidur dalam
kelambu. Modifikasi lingkungan bertujuan untuk mengurangi habitat
pembiakan nyamuk, berupa perbaikan sistem drainase sehingga
mengurangi genangan air. Mengubur barang-barang bekas, perbaikan
tepian sungai untuk memperlancar aliran air. Pengelolaan lingkungan
tersebut disertai modifikasi perilaku manusia efektif mengurangi resiko
terkena malaria sampai 80-88%.
c. Kemoprofilaksis diberikan bagi para wisatawan yang melancong kedaerah
endemis dalam waktu singkat ataupun mereka yang akan menjalankan
tugas untuk jangka waktu yang lama sampai bertahun - tahun.
Kemoprofilaksis diberikan untuk mengurangi resiko jatuh sakit jika telah
tergigit nyamuk infeksius. Tingkat efektivitas kemoprofolaksis sangat

19
ditentukan oleh tingkat resistensi plasmodium setempat terhadap obat anti
malaria (Harijanto, 2012).

20
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel yang diteliti


Variabel yang tidak diteliti

Gambar III.1 Kerangka Konsep tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang


malaria dengan kejadian malaria di rt 01 kampung buton periode januari – februari
2019

21
Kejadian malaria merupakan masalah global di Indonesia yang
penanganannya harus dilakukan secara serius. Berbagai faktor yang
mempengaruhi terjadinya malaria di suatu daerah mungkin berbeda di daerah
lainnya. Namun kesamaan faktor utama adalah nyamuk Anopheles sebagai vektor.
Maka dalam penelitian ini dilakukan berbagai cara dan ukuran untuk
mengetahui faktor resiko kejadian penyakit malaria di kampung Buton. Adapun
kerangka konsep penelitian berupa variabel yang diteliti terdiri dari variabel
independent berupa tingkat pengetahuan, sedangkan variabel dependent berupa
angka kejadian malaria.

B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dalam kerangka konsep di atas, maka disusunlah
hipotesis sebagai berikut: “Ada Hubungan tingkat pengetahuan dengan angka kejadian
malaria di kampung buton periode Januari-Februari 2019 ”

22
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. Penelitian
analitik digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel
yang diperoleh secara observasional, dimana bentuk hubungan dapat berupa
perbedaan, hubungan atau pengaruh. Metode pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan rancangan cross sectional. Cross sectional merupakan pendekatan
yang datanya dikumpulkan pada satu waktu atau dalam sekali pengambilan data
(point time approach).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RT 01 Kampung Buton wilayah kerja
Puskesmas Twano, Kecamatan Jayapura Selatan, Kota Jayapura.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari tahun 2019.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek/obyek penelitian yang
mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Hidayat, 2009). Populasi dari penelitian ini adalah warga
RT 01 Kampung Buton sebesar 150 KK.

23
2. Sampel

a. Besar sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan

menggunakan cara – cara tertentu (Wasis, 2008). Penentuan besar sampel

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar,

2002) berikut :

Dimana :

n = besar sampel

N = besar populasi

= 150

α = taraf signifikansi

= 0.05

Sehingga besar sampel penelitian ini dapat dihitung :

= 109

Jadi, dalam penelitian ini diperlukan sampel sebanyak 109 KK.

24
b. Kriteria inklusi dan eksklusi
1) Kriteria inklusi
a) Anggota keluarga berusia ≥ 18 - 65 tahun yang bertempat tinggal
di RT 01 Kampung Buton.
b) Warga yang pernah atau sedang menderita malaria pada bulan
januari – februari 2019;
c) Bisa baca tulis;
d) Bersedia menjadi subyek penelitian.
2) Kriteria eksklusi
a) Tidak berada di tempat pada waktu pengumpulan data setelah 2x
ditemui;
b) Anggota keluarga dengan gangguan jiwa atau gangguan kesehatan
lainnya yang menghalangi atau tidak memungkinkan dalam
pengisian kuesioner.

3. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random

sampling. Simple random sampling adalah pengambilan sampel sedemikian

rupa sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama

untuk diambil sebagai sampel (Budiarto, 2002).

D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ukuran atau karakteritik subyek penelitian yang akan
diuji hubungannya terutama variabel bebas dan variabel terikat.

25
1. Variabel terikat
Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat
dari penelitian ini adalah kejadian Malaria di RT 01Kampung Buton yang
selanjutnya disebut kejadian Malaria.

2. Variabel bebas
Adalah obyek karakterisitik subyek penelitian yang memengaruhi
variabel terikat.Pada penelitian ini variable bebas adalah tingkat pengetahuan
tentang Malaria yang selanjutnya disebut tingkat pengetahuan.

E. Definisi operasional

Tabel IV.1 Definisi Operasional, Kategori/Kriteria, Alat Ukur dan Skala


Data dari Variabel Bebas Dan Terikat.

Variabel Definisi Operasional Kategori/kriteria AlatUkur Skala


Bebas : Tingkat pengetahuan adalah 1. Tahu sekali : bila Kuesioner Ordinal
kemampuan menjawab jawaban benar >
Tingkat dengan benar 14 pertanyaan 75%
pengetahuan 2. Tahu : bila jawaban
dalam kuesioner tentang:
benar 56 – 75%.
pengertian malaria,penyebab 3. Kurang Tahu : bila
malaria, penyebaran, cara jawaban benar <
penularan, gejala klinis, 56%.
pengobatan, pencegahan
dengan kategori:
1. Tahu sekali;
2. Tahu;
3. Kurang tahu;
Terikat : Gambaran tentang frekuensi 1. Malaria : bila res- Kuesioner Nominal
penderita Malaria yang ponden pernah /
Kejadian ditemukan pada suatu waktu sedang menderita
malaria pada bulan
Malaria tertentu di suatu kelompok
januari – februari
masyarakat. 2019;
2. Tidak malaria : bila
responden
menyatakan tidak
pernah menderita
Malaria.

26
F. Prosedur Penelitian dan Pengolahan Data

1. Alur Prosedur Penelitian


a. Persiapan penelitian dengan menyiapkan tabel nama-nama dan alamat
sampel, lembar kuesioner dan formulir-formulir lain yang diperlukan.
b. Mengumpulkan anggota sampel di Rumah RT;
c. Memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian;
d. Penandatanganan informed consent;
e. Apabila anggota sampel menolak (tidak bersedia menjadi subyek
penelitian) dicarikan pengganti dari populasi yang memenuhi kriteria
inklusi.
f. Pengisian kuesioner;
g. Editing data mentah (dalam kuesioner) apabila kurang lengkap.
h. Pengolahan data;
i. Analisis data.
j. Penyusunan laporan.

27
Persiapan penelitian dengan lembar kuisioner

Mengumpulkan warga untuk pembagian lembar kuesioner yang didapatkan dari


data PuskesmasTwano periode Januari - Februari 2019

Informed consent

Inklusi Bersedia
Anggota keluarga berusia ≥ 18 - 65 tahun
yang bertempat tinggal di Kampung
Buton.
Warga yang belum pernah atau sedang
menderita malaria bulan januari – februari Eksklusi
Tidak berada di tempat pada waktu
2019;
pengumpulan data setelah 2x ditemui;
Bisa baca tulis; Anggota keluarga dengan gangguan
Bersedia menjadi subyek penelitian. jiwa atau gangguan kesehatan lainnya
yang menghalangi atau tidak
memungkinkan dalam pengisian
kuesioner

Besar sampel pada penelitian ini adalah 109 KK

Matching

Data Primer dan Kuesioner

Odds Ratio

Uji Statistik

Hasil Akhir

28
Gambar IV.1 Alur penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang malaria dengan angka kejadian malaria di rt 01 kampung buton periode
januari - februari 2019.

2. Kualifikasi dan Jumlah Petugas


Jumlah petugas yang secara formal yang memilki kompetensi dalam
pengukuran data penelitian antara lain :
a. Petugas Puskesmas Twano Kota Jayapura yang khusus memegang
program Malaria sebanyak 1 orang.
b. Kader di Kampung Buton, Kecamatan Jayapura Selatan, Kota Jayapura
sebanyak 1 orang.
c. Dokter Internship yang melakukan penelitian sebanyak 6 orang.

3. Pengumpulan data

a. Data yang dikumpulkan/diperlukan


1) Data Primer
Diperoleh dari kuisioner langsung yang diberikan kepada responden.
2) Data Sekunder
Diperoleh dari dokumen yang ada di Puskesmas Twano dan sumber
data lain yang diperlukan.

b. Jadwal Waktu Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari tahun 2019.

4. Alat dan instrumen penelitian


Alat dan instrument penelitian data dari penelitian antara lain :
a. Daftar nama warga yang menjadi anggota sampel; Terlampir pada
Lampiran;

29
b. Alat-alat tulis;
c. Kuesioner sejumlah 109 set ditambah beberapa set sebagai cadangan;

5. Teknik Pengolahan Data


Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-langkah:
a. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul pada
lembar kuesioner (checklist) dan lembar observasi.
b. Coding, yaitu memberikan code numerik (angka) terhadap data yang
terdiri dari beberapa kategori untuk memudahkan memasukan data ke
program komputer.
c. Saving, yaitu menyimpan data sebelum data diolah atau dianalisis.
d. Data entry, yaitu memasukan data yang telah disimpan kedalam program
komputer untuk dilakukan analisis lanjut.
e. Cleaning, yaitu pengetikan kembali data yang sudah dientri untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak.
f. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk program komputer
kemudian direkap dan di susun dalam bentuk tabel supaya memudahkan
dalam membaca data (Wawansiswa, 2012).

G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis

univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis setiap

variabel yang ada secara deskriptif yaitu mendeskripsikan demografi pasien

seperti umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Analisis bivariat bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Malaria dengan

kejadian Malaria di RT 01 Kampung Buton Periode Januari - Februari 2019

menggunakan uji statistik korelasi spearman pada derajat kepercayaan 95% (α =

30
0,05) dengan bantuan program dari SPSS 16 for windows (Mongisidi Gabby,

2015).

31
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Kampung Buton terletak di daerah ketinggian Bukit Skyline. Warga yang
bermukin di kampung itu heterogen, mulai dari suku Buton, Jawa hingga
masyarakat asli Papua.

B. Karateristik Responden
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner di RT 01 Kampung Buton, data
yang diperoleh dari 109 responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

1. Umur responden

Tabel V.I Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RT 01 Kampung


Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura

Umur Frekuensi Persentase %


18 – 33 tahun 28 26
34 – 49 tahun 51 47
50 - 65 tahun 30 27
Total 109 100
Sumber: Hasil Survei, 2019

32
Gambar V.1 Proporsi Responden Berdasarkan Umur di RT 01
Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura

Tabel V.1 dan Gambar V.1 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden di RT 01 Kampung Buton memiliki rentang usia antara 33 – 49
tahun (47%).

2. Tingkat pendidikan

Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RT


01 Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase %


SD 44 40
SMP 40 37
SMA / PerguruanTinggi 25 23
Total 109 100
Sumber: Hasil Survei, 2019

Gambar V.2 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


di RT 01 Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura

33
Tabel V.2 dan Gambar V.2 menunjukkan bahwa hampir separuh
responden di RT 01 Kampung Buton berpendidikan rendah (SD), yaitu
sebanyak 40%.

3. Pekerjaan

Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RT 01


Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase %


Pegawai Negeri 4 3
Karyawan swasta / wiraswasta 53 49
Ibu rumah tangga 52 48
Total 109 100
Sumber: Hasil Survei, 2019

Gambar V.3 Proporsi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RT 01


Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura

Tabel V.3 dan Gambar V.3 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden di RT 01 Kampung Buton bekerja sebagai pegawai swasta yaitu
sebesar 49%.

4. Tingkat Pengetahuan

34
Tabel V.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tentang Malaria di RT 01 Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota
Jayapura

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase %


Tahu Sekali 22 20
Tahu 28 26
Kurang Tahu 59 54
Total 109 100
Sumber: Hasil Survei, 2019

Gambar V.4 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Malaria di RT 01 Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota
Jayapura

Tabel V.4 dan Gambar V.4 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden di RT 01 Kampung Buton (54%) kurang tahu tentang Malaria.

5. Angka Kejadian Malaria

Tabel V.5 Distribusi Responden Berdasarkan Angka Kejadian Malaria


di RT 01 Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase %

35
Malaria 50 46
Tidak Malaria 59 54
Total 109 100
Sumber: Hasil Survei, 2019

Gambar V.5 Proporsi Responden Berdasarkan Angka Kejadian Malaria


di RT 01 Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura

Tabel V.5 dan Gambar V.5 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden di RT 01 Kampung Buton, yaitu sebanyak 54% tidak menderita
Malaria dan sisanya sebanyak 46% pernah atau sedang menderita Malaria.

C. Analisis
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel (univariat) dapat
diteruskan dengan analisis bivariat untuk menguji hipotesis :
H0: Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian malaria di
RT 01 Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura.
H1: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian malaria di
RT 01 Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura.

36
Tabel V.6 Angka Kejadian Malaria menurut Tingkat Pengetahuan tentang
Malaria di RT 01 Kampung Buton, Kelurahan Entrop, Kota Jayapura

Tingkat Kejadian Malaria


Total p value
Pengetahuan Malaria Tidak Malaria

Tahu Sekali 10 (45,4%) 12 (54,6%) 22 (100%)


Tahu 12 (42,9%) 16 (57,1%) 28 (100%) 0,774
Kurang Tahu 28 (47,5%) 31 (52,5%) 59 (100%)

Total 50 (100%) 59 (100%) 109 (100%)


Sumber : Hasil Survei, 2019

Dan berdasarkan hasil uji statistik Tabel V.14 dengan Spearman correlation
test diperoleh nilai Sig. p = 0,774 (> 0,05). Maka, korelasi dianggap tidak
signifikan (H0 diterima). Sehingga pada penelitian ini didapatkan hasil : “Tidak
ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang malaria dengan angka
kejadian Malaria di RT 01 Kampung Buton periode januari – februari 2019.

37
BAB VI
PEMBAHASAN

Malaria masih menjadi permasalahan utama dalam kacamata kesehatan


dunia. Secara langsung, malaria dapat menyebabkan anemia dan menurunkan
tingkat produktivitas. Penyakit ini juga menjadi salah satu pembunuh terbesar
terutama pada kelompok dengan faktor risiko tinggi misalnya bayi, anak balita
dan ibu hamil. Upaya penanggulangan malaria masih menjadi target utama dalam
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini dikarenakan
penyakit malaria masih endemis di daerah-daerah tertentu terutama di Negara -
negara beriklim tropis seperti benua asia dan afrika (Kemenkes RI, 2011).
Terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria yaitu faktor
intrinsik yang berasal dari individu dan faktor ekstrinsik yang berasal dari lingkungan
(Serumpaet, 2007). Salah satu faktor intrinsik yang berasal dari individu adalah
tingkat pengetahuan tentang Malaria itu sendiri.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang bersifat kognitif merupakan
domain yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan. Tindakan yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan responden.
Ternyata pendapat tersebut bertentangan dengan hasil penelitian ini yang
menurut hasil analisis disebutkan bahwa tidak ada hubungan tingkat pengetahuan
dengan angka kejadian malaria di RT 01 Kampung Buton.
Hasil penelitian terhadap 109 responden menunjukkan bahwa dari 100%
responden yang kurang tahu tentang malaria 52,5% menderita malaria, dan 47,5%
tidak malaria. Dari 100% responden yang tahu tentang malaria 42,9% menderita
malaria, dan 57,1% tidak menderita. Sedangkan dari 100% responden yang tahu

38
sekali tentang malaria 47,5% menderita malaria dan 52,5% tidak menderita. Dan
berdasarkan hasil uji spearman correlation diperoleh nilai Sig. = 0,774 (> 0,05),
artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang malaria dengan
kejadian malaria di RT 01 Kampung Buton. Dari kenyataan ini, berarti tingkat
pengetahuan bukan satu-satunya faktor risiko yang menyebabkan malaria di RT 01
Kampung Buton, kemungkinan ada faktor risiko lain yang mempengaruhi.
Diantaranya faktor tersebut antara lain kebiasaan pemakaian kelambu,
kebiasaan pemakain obat anti nyamuk, pekerjaan dan lingkungan. Kalangie et al
(2015) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa responden yang tidak menggunakan
kelambu memiliki resiko 4.727 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang
memakai kelambu dan responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk
memiliki resiko 5.979 lebih besar terkena Malaria dari responden yang selalu
menggunakan obat anti nyamuk.
Sebagian besar responden bermatapencaharian dengan berkebun (swasta).
Kurniawan (2008) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa individu yang
bekerja di lingkungan hutan berisiko untuk tertular penyakit malaria karena hutan
merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan nyamuk Anopheles sp. dengan
kepadatan yang tinggi. Dibuktikan juga dengan hasil penelitian Simanjuntak (2009)
bahwa ada hubungan bermakna antara jenis pekerjaan (berkebun, nelayan, dan buruh
yang bekerja pada malam hari) dengan kejadian malaria. Hal ini dapat mempengaruhi
angka kejadian malaria di daerah ini karena nyamuk Anopheles betina aktif menggigit
terutama saat sore dan malam hari.
Daerah Kampung Buton Kelurahan Entrop merupakan lingkungan yang
dikelilingi banyak pepohonan rimbun. Selain itu banyaknya genangan air yang
kebanyakan berada dekat dengan rumah tempat tinggal warga seperti berada
dibelakang rumah dan samping rumah. Adanya lokasi daerah genangan air yang
berada di lingkungan rumah warga ini sebagian besar muncul akibat dari air
hujan yang mengguyur daerah Kampung Buton. Sisa air hujan berkumpul di
daerah yang rendah dan membentuk genangan air yang menjadi tempat

39
perkembang-biakkan nyamuk Anopheles yang merupakan vektor dari penyakit
malaria.Genangan air yang disukai oleh nyamuk malaria adalah genangan yang
kotor sehingga dalam genangan ini vektor malaria dapat berkembang biak secara
optimal. Tentunya apabila perkembangan ini terjadi maka akan menyebabkan
nyamuk tersebut mencari Host atau pejamu untuk mematangkannya, sehingga
dari hal tersebut akan rentan terhadap kejadian malaria, dengan demikian maka
orang yang tinggal di rumah yang terdapat genangan air disekitarnya akan lebih
berisiko untuk menderita penyakit malaria (Ari Krisna, 2013). Faktor inilah yang
dapat menyebabkan populasi nyamuk Anopheles betina yang menjadi vektor penyakit
malaria menjadi tinggi dan menjadikan daerah Kampung Buton sebagai salah satu
daerah endemis malaria di Kelurahan Entrop. Hal ini terbukti pada laporan bulan
Januari – Februari 2019 angka kejadian Malaria di Kampung Buton sebesar 85 kasus
dari 295 kasus positif malaria di wilayah kerja Puskesmas Twano.

40
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden di RT 01 Kampung Buton, yaitu sebanyak 54%
bukan penderita Malaria dan sisanya sebanyak 46% pernah atau sedang
menderita Malaria.
2. Tingkat pengetahuan tentang Malaria terdistribusi sebagai berikut: pada
responden yang pernah atau sedang mengalami Malaria, sebagian besar
kurang tahu tentang penyakit Malaria (47,5%). Sedangkan pada responden
yang tidak malaria, sebagian besar tahu tentang penyakit Malaria (57,1%).
3. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang malaria dengan
angka kejadian Malaria di RT 01 Kampung Buton yang di tunjukkan dengan
hasil uji Spearmen Correlation diperoleh nilai Sig. = 0,774 (>0,05).

B. Saran – saran
1. Bagi subjek penelitian
a. Perlunya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan
agar penyebaran penyakit Malaria dapat berkurang
b. Perlunya kesadaran masyarakat untuk mencegah gigitan nyamuk dengan
menggunakan kelambu, memakai obat anti nyamuk atau menghindari
keluar saat malam hari.
c. Perlu untuk mendorong peningkatan pemahaman tentang penyakit malaria
dengan cara aktif mencari informasi dari berbagai sumber terutama dari
tenaga kesehatan setempat.

41
2. Bagi petugas kesehatan
a. Diperlukan adanya tambahan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat
khususnya tentang malaria. Hal ini dapat dilakukan melalui sosialisasi
pada saat PKK, Posyandu, atau pada saat ke Puskesmas.
b. Perlunya evaluasi wilayah RT yang memiliki angka kejadian Malaria yang
tinggi untuk membantu memberi pemahaman tentang pentingnya menjaga
lingkungan agar terhindar dari Malaria.
c. Kejasama dengan kader, tokoh masyarakat dan pihak – pihak lain untuk
sosialisasi lebih lanjut pentingnya menjaga lingkungan agar terhindar dari
Malaria
3. Bagi penelitian selanjutnya
a. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang kejadian
malaria diharapkan menggunakan variabel bebas selain faktor
pengetahuan, misalnya kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan
menggunakan obat anti nyamuk, pekerjaan dan lingkungan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. 2002.”Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat”, hal.


18. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Harijanto, P.N, Nugroho, Agung dan Gunawan Carta A. 2009. Malaria: dari
Molekuler ke Klinis Ed 2. EGC: Jakarta.

Harijanto.2010.Malaria, bab 80 Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. Interna


Publishing.

Kementrian Kesehatan RI.2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2010. Penuntun Hidup Sehat Edisi


Keempat. Kerja sama UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP,
UNAIDS, WFP dan the World Bank.

Kemenkes RI.2018.Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria hal 13. Jakarta. Depkes RI

Mahmudi, M dan Yudhastuti R. 2015. Pola Pencarian Pengobatan Klinis Malaria


Impor pada Pekerja Migran. Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi.

Notoatmojo, Soekidjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Jakarta

Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta

Susana D. 2012. The changed occupation and behavioral among imported malaria
cases 2009-2011 in Sukabumi District-West Java, Indonesia. Malaria
Journal. Switzerland. Biomed Central.

Umar, H. 2002. “Metode Riset Bisnis : Panduan Mahasiswa Untuk Melaksanakan


Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan
Akuntansi”. hal. 141. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

43
Wasis. 2008. “Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat”, hal. 45. Jakarta: EGC.

Waris, Lukman, dkk.2012. Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap


malaria di Desa Kekayap Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur.
Tanah Bumbung. Jurnal BUSKI.

World Health Organizatiton, Elmination case study 2, moving towards sestainable


elimination of malaria in cape verde, 2010, WHO, Geveve.

44
Lampiran 1 : Daftar Responden
Umur Jenis
No Pendidikan Pekerjaan
(tahun) Kelamin

1 62 P SD IRT

2 34 P SD IRT

3 33 P SMA IRT

4 18 P SMA SWASTA

5 48 P SD IRT

6 37 P SD SWASTA

7 40 L SMA SWATA

8 23 P SMA IRT

9 27 L SD SWASTA

10 43 L SMP SWASTA

11 38 L SMAA SWASTA

12 34 P SMA IRT

13 19 P SMA SWASTA

14 34 L PT PNS

15 34 P SD IRT

16 59 L SD SWASTA

17 27 L SMP SWASTA

18 30 L SMA SWASTA

19 31 P SMA IRT

20 45 P SMP IRT

21 59 L SD SWASTA

45
22 62 L SD SWASTA

23 46 P SMA SWASTA

24 56 P SMP IRT

25 52 L SD IRT

26 34 P SMA IRT

27 65 P SD IRT

28 46 P SMP IRT

29 37 P SD IRT

30 39 P SMA IRT

31 65 L SMA SWASTA

32 24 P SD IRT

33 21 L SMA SWASTA

34 53 P SD IRT

35 47 P SMA IRT

36 45 P SMP IRT

37 43 P SMP SWASTA

38 42 P SMA IRT

39 25 P SD SWASTA

40 45 L SMP SWASTA

41 21 P SD IRT

42 30 P SD IRT

43 29 P SD IRT

44 56 P SD SWASTA

46
45 42 L SMP SWASTA

46 39 L SMP SWASTA

47 54 P SMA SWASTA

48 52 L SMA SWASTA

49 53 L SD IRT

50 64 P SD IRT

51 46 L SMP SWASTA

52 35 P SMP SWASTA

53 41 P SMA IRT

54 54 P SD SWASTA

55 39 P SMP SWASTA

56 60 P SD SWASTA

57 37 P SMS SWASTA

58 32 P SD SWASTA

59 19 P SMP IRT

60 43 P SD IRT

61 39 L PT PNS

62 41 P SMA IRT

63 22 P SD IRT

64 29 P SMA IRT

65 40 P SD IRT

66 37 L SD SWASTA

67 36 L SMP IRT

68 20 P SMP IRT

47
69 36 L SMA SWASTA

70 36 L SMA SWASTA

71 59 P SD IRT

72 28 L SMA SWASTA

73 31 L SMP IRT

74 29 P SMP IRT

75 44 L SMA IRT

76 59 P SD SWASTA

77 61 P SMP IRT

78 48 L SD SWASTA

79 55 P SD SWASTA

80 53 P SD SWASTA

81 65 P SD IRT

82 35 P SMA SWASTA

83 46 P SMA PNS

84 41 P SD IRT

85 54 L SD SWASTA

86 53 P SMA SWASTA

87 47 P SMA SWASTA

88 45 L SD IRT

89 43 L SMP IRT

90 42 P SMA SWASTA

91 25 L SMA SWASTA

92 21 L SMA SWASTA

48
93 45 P PT PNS

94 30 L SD SWASTA

95 39 P SD IRT

96 29 L SMP IRT

97 56 P SMA SWASTA

98 42 L SMA SWASTA

99 54 L SMP IRT

100 52 L SD IRT

101 54 P SD IRT

102 34 L SMA SWASTA

103 65 P SMP IRT

104 46 L SD SWASTA

105 37 L SMA SWATA

106 39 P SMP IRT

107 65 P SMP SWASTA

108 24 P SD SWASTA

109 21 L SD IRT

Lampiran 2
Tabel SPSS

49
Lampiran 3 : Pengantar Kuesioner

50
KUESIONER

Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data penelitian


mengenai“Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Malaria dengan
Angka Kejadian Malaria di RT 01 Kampung Buton Periode Januari - Februari
2019”.
Kampung Buton adalah kampung yang memiliki angka kejadian malaria
tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Twano. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan tentang malaria berpengaruh terhadap
angka kejadian malaria di RT 01 Kampung Buton Periode Januari - Februari 2019.
Untuk mencapai tujuan tersebut mohon kerjasamanya untuk mengisi kuesioner
berikut serta bersedia memberikan informasi yang cukup untuk melengkapi data
penelitian ini. Terima kasih atas kesempatan yang telah Anda berikan dan mohon
maaf apabila dalam penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan.

Petunjuk Pengumpulan Data


1. Memberi salam sebelum masuk ke tempat tinggal responden
2. Memeperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuan penelitian ini
kepada responden
3. Meminta kesediaan responden menjadi sampel dalam penelitian ini dengan cara
mengisi tanda tangan di lembar persetujuan menjadi responden
4. Melakukan wawancara sesuai dengan kuesioner
5. Apabila saat wawancara terdapat jawaban tambahan dari responden agar dicatat
6. Setelah wawancara selesai, ucapkan terima kasih kepada responden

Lampiran 4 : Surat Persetujuan Menjadi Responden


SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

51
(Informed Consent)
Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat penelitian
yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Malaria dengan Angka
Kejadian Malaria di RT 01 Kampung Buton Periode Januari - Februari 2019”, saya
mengerti bahwa saya diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab pertanyaan
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat partisipasi dalam pelaksanaan
program keluarga berencana. Saya memerlukan waktu sekitar 15 - 20 menit
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Saya memahami bahwa penelitian ini
tidak membawa risiko. Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional,
penelitian akan dihentikan dan peneliti akan memberi dukungan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian akan dirahasiakan, dan
kerahasiaannya ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan ditulis
pada instrumen penelitian dan akan tersimpan secara terpisah di tempat yang aman.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai responden
atau mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan semua hak
saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau
mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan
memuaskan.Secara sukarela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini
dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden.
Entrop,..............................
Responden,
(..........................................)
Saksi :
1. .............................................. (nama terang)(...............................)(tanda tangan)
2. .............................................. (nama terang)(...............................)(tanda tangan)

52
Lampiran 5 : Lembar Kuesioner
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MALARIA
DENGAN ANGKA KEJADIAN MALARIA DI RT 01 KAMPUNG BUTON
PERIODE JANUARI - FEBRUARI 2019
PETUNJUK: Isilah jawaban yang benar dari pernyataan/pertanyaan berikut dengan
cara memberi tanda silang (x) pada kotak yang tersedia.

DATA UMUM

1. No Responden :
2. Alamat responden : RT ........ RW ........
3. Jenis Kelamin :

IDENTITAS RESPONDEN

1. Umur Responden : tahun

2. Pendidikan formal terakhir :


a) SD
b) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
c) Sekolah Menengah Atas (SMA) / Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan Responden :
a) Pegawai Negeri
b) Karyawan swasta / Wiraswasta
c) Lain-lain. (sebutkan) .................................................

53
TINGKAT PENGETAHUAN
1. Menurut anda , apakah penyakit malaria itu?
a. Penyakit menular yang dapat menyerang semua orang
b. Penyakit yang menular dari orang ke orang
c. Penyakit tidak menular
2. Menurut anda, bagaimana cara penularan penyakit malaria?
a. Melalui gigitan nyamuk anopheles
b. Melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
c. Melalui angin/udara
3. Menurut anda , bagaimana gejala penyakit malaria?
a. Demam panas, menggigil, berkeringat dan disertai sakit kepala, mual,
muntah
b. Demam panas, menggigil
c. Demam panas, bintik-bintik merah di kulit
4. Menurut anda siapakah yang bisa terkena malaria?
a. Penyakit malaria bisa terjadi pada semua golongan umur
b. Bisa terjadi pada bayi dan ibu hamil
c. Hanya terjadi pada orang yang bekerja di hutan
5. Apakah yang dikandung nyamuk anopheles sehingga bisa menyebabkan
penyakit malaria?
a. Parasit plasmodium
b. Parasit
c. Bakteri
6. Kapan nyamuk malaria aktif menggigit ?
a. Malam hari
b. Siang hari
c. Pagi hari
7. Menurut anda, apa yang mempengaruhi penyebaran penyakit malaria ?
a. Nyamuk, lingkungan dan perilaku manusia

54
b. Nyamuk dan lingkungan
c. Lingkungan
8. Menurut anda , bagaimana cara pencegahan gigitan nyamuk malaria?
a. Memasang kawat kasa pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu saat
tidur malam hari, menggunakan obat nyamuk bakar atau semprot, keluar
rumah malam hari menggunakan obatnyamuk oles, menghindari keluaR
rumah di malam hari
b. Memasang kawat kasa pada ventilasi rumah dan menggunakan obat
nyamuk bakar/semprot waktu tidur malam hari
c. Menutup tempayan dan mengubur barang-barang bekas dan menimbun air
yang tergenang.
9. Menurut anda dimana tempat nyamuk malaria bisa berkembang biak?
a. Pada tempat yang ada air yang tergenang seperti, bekas jejak kaki atau
roda kenderaan, sawah, kolam, saluran irigasi tambak dan lain-lain.
b. Pada tempat-tempat yang rimbun dan gelap
c. Dalam bak mandi dan tempat-tempat penampungan air
10. Apabila anda atau anggota keluarga sakit malaria, kemana dibawa berobat ?
a. Puskesmas, dokter, petugas kesehatan
b. Beli obat malaria di warung
c. Dukun
11. Menurut anda, bagaimana penyakit malaria dapat disembuhkan?
a. Dengan obat malaria dari petugas kesehatan yang diminum secara teratur
b. Dengan obat malaria yang dijual di warung
c. Dengan pengobatan sendiri /dukun
12. Menurut anda, apa akibatnya bila obat tidak diminum sampai habis secara
teratur?
a. Penyakit tidak akan sembuh sempurna dan sewaktu-waktu bisa kambuh
lagi
b. Penyakit tidak akan sembuh

55
c. Bisa menyebabkan cacat
13. Menurut anda bagaimana cara mencegah supaya gejala malaria tidak kambuh
atau berulang?
a. Minum obat malaria secara teratur sesuai dosis dan petunjuk dokter atau
petugas kesehatan serta menhindari gigitan nyamuk.
b. Menjaga kebersihan lingkungan dan memakai kelambu saat tidur malam.
c. Pantang makanan tertentu seperti ketan dan nasi goreng
14. Apa saja program pencegahan malaria?
a. Pemberdayan masyarakat dalam melakukan pemeliharan lingkungan
b. Melakukan penyemprotan di lingkungan yang sudah ada penderita malaria
c. Membersihkan pekarangan rumah masing-masing warga

ANGKA KEJADIAN MALARIA

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Bapak / Ibu pernah atau sedang menderita Malaria

56
Lampiran 6 : Dokumentasi

57
58

Anda mungkin juga menyukai