Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUGAS 3
UNIVERSITAS TERBUKA
1. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting
untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, pemerintah pun memberikan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah, serta
memberikan diskresi dalam penetapan tarifnya. Dalam UU Republik Indonesia No, 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah diatur tentang Cara Pemungutan dan tentang Surat
tagihan Pajak. Anda diminta untuk menjelaskan kedua Hal tersebut.
Jawaban :
1. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting
untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, pemerintah pun memberikan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah, serta
memberikan diskresi dalam penetapan tarifnya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota. Pajak provinsi terdiri atas pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok.
Adapun pajak kabupaten/kota terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame,
pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak
sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB P2), serta bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).
Sementara itu, retribusi daerah terbagi menjadi tiga golongan, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa
usaha dan retribusi perizinan tertentu. Retribusi jasa umum yaitu pungutan atas pelayanan yang
disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum, serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Termasuk dalam retribusi jasa umum yaitu retribusi pelayanan kesehatan, retribusi
persampahan/kebersihan, retribusi Kartu Tanda Penduduk dan akte catatan sipil, retribusi
pemakaman/pengabuan mayat, retribusi parkir di tepi jalan umum, pelayanan pasar, retribusi pengujian
kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak
peta, retribusi pelayanan tera/tera ulang, retribusi penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah cair,
retribusi pelayanan pendidikan, dan retribusi pengendalian menara komunikasi.
Retribusi jasa usaha yaitu pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial, yang meliputi pelayanan daerah dengan menggunakan/memanfaatkan
kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan, dan/atau pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang
belum disediakan secara memadai oleh swasta.
Termasuk dalam golongan retribusi ini yaitu retribusi jasa usaha pemakaian kekayaan daerah, retribusi
pasar grosir/pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir,
retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/vila, retribusi rumah potong hewan, retribusi pelayanan
kepelabuhanan, retribusi tempat rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air, serta retribusi
penjualan produksi usaha daerah.
Sementara itu, retribusi perizinan tertentu adalah pungutan atas pelayanan perizinan tertentu oleh
pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Termasuk dalam golongan retribusi ini yaitu retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin tempat
penjualan minuman beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi izin trayek, dan retribusi izin usaha
perikanan.
Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor yaitu: kendaraan bermotor beroda beserta
gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7
(tujuh Gross Tonnage) Ketentuan ini telah diatur pada Dalam UU Republik Indonesia No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah Karena kendaraan bermotor merupakan
jenis objek pajak Daerah. Dapatkah anda menjelaskan siapa subjek pajak kendaraan bermotor,
bagaimana penentuan nilai objek pajaknya serta berapa tarif yang dikenakan pada pajak
kendaraan bermotor?
Jawaban :
Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai
Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki
Kendaraan Bermotor. Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus
atau kuasa Badan tersebut.
Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor yang tertuang dalam Pasal 5 UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009 adalah hasil perkalian dari 2 unsur pokok, yaitu:
Khusus untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan umum, termasuk alat-alat berat dan
alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah NJKB.
Bobot kendaraan dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 atau lebih besar dari 1, dengan pengertian
sebagai berikut:
Koefisien sama dengan 1 berarti kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan oleh penggunaan
Kendaraan Bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi; dan
Koefisien lebih besar dari 1 berarti penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut dianggap melewati batas
toleransi.
Untuk penghitungan bobot kendaraan yang berlaku di Provinsi Jawa Barat besarannya ditentukan
berdasarkan PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 68 TAHUN 2011 yaitu :
Untuk bobot kendaraan bermotor jenis sedan, sedan station, jeep, stationwagon, minibus, mikrobus,
bus, alat-alat berat, alat-alat besar yang bergerak, sepeda motor dan sejenisnya ditetapkan sebesar 1,00
(satu koma nol nol)
Bobot kendaraan bermotor jenis mobil barang/beban, kendaraan khusus dan kereta gandengan/kereta
tempelan, ditetapkan sebesar 1,30 (satu koma tiga nol).
Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) ditentukan berdasarkan Harga Pasaran Umum atas suatu
Kendaraan Bermotor. Harga Pasaran Umum adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber
data yang akurat. NJKB ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran Umum pada minggu pertama bulan
Desember Tahun Pajak sebelumnya.
Dalam hal Harga Pasaran Umum suatu Kendaraan Bermotor tidak diketahui, NJKB dapat ditentukan
berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor:
Harga Kendaraan Bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga yang sama;
Harga Kendaraan Bermotor dengan tahun pembuatan Kendaraan Bermotor yang sama;
Jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin, gas, listrik, tenaga surya,
atau jenis bahan bakar lainnya; dan
Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin Kendaraan Bermotor yang dibedakan
berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.
Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dinyatakan dalam suatu tabel yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri
Keuangan.
Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor sebagaimana yang didefinisikan dalam
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2011, NJKB dijadikan dasar pengenaan BBN-
KB. Dasar pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang ditetapkan sebesar 60%
(enam puluh persen). Dasar pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang
ditetapkan sebesar 80% (delapan puluh persen).
Sedangkan penghitungan dasar pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor yang dioperasikan di air
ditetapkan berdasarkan penjumlahan nilai jual rangka/body dan nilai jual motor penggerak kendaraan
bermotor di air. NJKB untuk kendaraan bermotor yang dioperasikan di air ditetapkan berdasarkan HPU
atas suatu kendaraan bermotor yang dioperasikan di air pada minggu pertama bulan Desember tahun
sebelumnya. Nilai jual rangka/body kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dibedakan menurut
jenis, isi kotor (GT/gross tonnage) antara GT 5 sampai dengan GT 7, fungsi, dan umur rangka/body. Nilai
jual motor penggerak kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dibedakan menurut daya
kuda/horse power dan umur motor.
Pasal 5 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009 hanya mengatur bahwa
penetapan batas bawah dan batas atas tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi. Sedangkan kepastian
penetapan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor diatur berdasarkan peraturan daerah pada masing-masing
provinsi.
Penetapan batas bawah dan batas atas tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai
berikut:
1. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling
tinggi sebesar 2% (dua persen);
2. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif
paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama.
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan,
lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen)
dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar
0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Daerah, untuk penghitungan tarif Pajak
Kendaraan Bermotor yang berlaku di Provinsi Jawa Barat besarannya ditentukan berdasarkan
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 68 TAHUN 2011 yaitu :
1. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama, sebesar 1,75% (satu koma tujuh lima persen).
2. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 4 (empat) kedua dan seterusnya didasarkan atas nama
dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri, ditetapkan secara progresif sebagai berikut :
3. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 2 (dua) atau roda 3 (tiga) kedua dan seterusnya,
didasarkan atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri, ditetapkan secara progresif
sebagai berikut :
4. Penerapan tarif PKB progresif tidak berlaku bagi Kendaraan Bukan Umum yang dimiliki oleh Badan,
Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/ Polri dan kendaraan umum.
6. Tarif PKB ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan
ditetapkan sebesar 0,5 % (nol koma lima persen).
7. Tarif PKB Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/Polri ditetapkan sebesar 0,5 % (nol koma lima persen).
8. PKB alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen).
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor umum adalah sebagai berikut :
1. 1,75% (satu koma tujuh puluh lima persen) untuk kendaraan bermotor bukan umum;
2. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 4 (empat) kedua dan seterusnya didasarkan atas nama
dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri, ditetapkan secara progresif sebagai berikut :
3. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 2 (dua) atau roda 3 (tiga) kedua dan seterusnya,
didasarkan atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri, ditetapkan secara progresif
sebagai berikut :
4. Penerapan tarif PKB progresif tidak berlaku bagi Kendaraan Bukan Umum yang dimiliki oleh Badan,
Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/ Polri dan kendaraan umum.
3. Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebesar Rp 1.240.000,00 yang
diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2019 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2019.
Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran pajak dalam jangka waktu 5
(lima) bulan dengan jumlah yang tetap sebesar Rp.248.000,00. Sanksi administrasi berupa
Diminta:
Hitung Berapa angsuran ke-1 hingga ke-5 yang diterima oleh wajib pajak?
Jawaban :
2. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a diperbolehkan untuk menunda pembayaran pajak
sampai dengan tanggal 30 Juni 2019.Sanksi administrasi berupa bunga atas penundaan pembayaran
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut sebesar 5 x 2% x Rp1.240.000,00= Rp. 124.000,00
4. PT BOGA RASA merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa catering. Perusahaan ini
juga memberikan layanan antar kepada para konsumennya. Oleh karena itu, PT BOGA RASA
menyewa kendaraan milik PT SOLUSI seharga Rp. 100.000.000 pada bulan Januari untuk masa
sewa selama 5 bulan. Kedua perusahaan tersebut telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Jawaban :
Penjelasan: Berdasarkan ketentuan PPh pasal 23, sewa kendaraan PT. SOLUSI dikenai PPh pasal 23
dengan tarif 2% dari penghasilan bruto. Jumlah PPH pasal 23 yang dipotong adalah Rp. 2.000.000
(Rp100.000.000×2%).
Akun PPh 23 dibayar di muka adalah aktiva lancar yang akan ditutup (dikreditkan) ke PPh terutang pada
akhir tahun fiskal.