Anda di halaman 1dari 14

1

Modul 8
PANCASILA DAN SUMBER INSPIRASI BERDEMOKRASI

Kegiatan Belajar. 16
PANCASILA DALAM MERAWAT KEBHINEKAAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas. Hal ini membuat Indo-
nesia memiliki keberagaman suku bangsa, budaya, agama, ras, kebiasaan, dan golongan
masyarakat. Dengan begitu banyaknya perbedaan, Indonesia masih berdiri kokoh sebagai
satu kesatuan karena adanya Pancasila.

1. Peran Pancasila Dalam Menciptakan Kebhinekaan bangsa,

Peran Pancasila dalam Menciptakan Kebhinekaan bangsa, adalah mewujudkan


Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, Pancasila memper
satukan perbedaan suku, ras, etnis, agama, budaya, dan geografis dalam satu titik
dan mebangun kebhinekaan pada setiap silanya.

Sehingga seluruh keberagaman dan perbedaan dipersatukan oleh Pancasila seba


gai : “dasar negara”, yang memberikan pedoman bagi masyarakat yang beragam
untuk berpe rilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila merupakan “pandangan hidup” yang jelas bagi masyarakat tidak peduli
apapun agama, ras, budaya, maupun status sosialnya.

Pancasila memberikan rambu-rambu pada masyarakat dalam berperilaku serta


mengambil keputusan disaat budaya luar negeri masuk ke Indonesia, walau suku,
agama, ras, bahasa, dan budayanya berbeda, tetapi tetaplah masyarakat Indonesia
yang dipersa tukan oleh Pancasila.

“Visi dan Misi” bangsa yang sama yaitu membangun dan mempertahankan
kedau-latan Indonesia, bangsa indonesia dapat menyikapi kemajuan jaman dengan
baik dan mempertahankan kesatuan serta persatuan bangsa.

Dengan Pancasila, dapat mengambil pengaruh baik dari globalisasi dan menghin
dari pengaruh buruknya, Sehingga Indonesia siap menghadapi kemajuan jaman
tanpa adanya perpecahbelahan masyarakat, Pancasila mempersatukan keberagaman
di Indonesia dgn memberikan : “pandangan hidup, nilai-2 luhur, pedoman hidup,
norma, hukum, dalam berperilaku yang sama”. Sehingga keberagaman tersebut
bukanlah perbedaan yang membatasi, melainkan hal yang saling melengkapi dalam
persatuan, kesatuan, dan kemajuan Bangsa Indonesia.

2. Perjuangan Kemerdekaan Indonesia merupakan Jatidiri Bangsa Indonesia,

Kemerdekaan Indonesia lahir dari sebuah perjuangan yang sangat sulit mulai
dari melawan penjajah sampai merumuskan dasar negara Indonesia, Tentu Indonesia
mempu nyai dasar dan fondasi negara yang kokoh dari Pancasila, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara terinspirasi dari marwah nilai-nilai luhur bangsa, dengan
tujuan yang jelas, menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Sebelum Pancasila digali dan dirumuskan dari nilai-nilainya telah ada yaitu :
“berupa nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kausa materialis, dari bangsa Indonesia yang telah
me-ngakar secara turun temurun, sehingga merupakan pandangan hidup bangsa, dengan
demikian antara Pancasila merupakan “Jati Diri bangsa Indonesia”.
2

Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Pancasila dalam


pembukaan UUD 1945, disahkan menjadi “Dasar Negara atau Ground Slaag”, Se-
hingga Negara & Bangsa Indonesia memiliki cita-cita dan tujuan negara. Maka dalam
pengertian inilah Pancasila diletaknam sebagai “Ideologi Bangsa Indonesia” dan
sekaligus sebagai “Asas Persatuan dan Kesatuan bangsa Indonesia”, Dengan demi-
kian Pancasila sebagai “Falsafah Negara”, secara objektif, bersumber dari “panda-
ngan hidup” bangsa indonesia.

Namun, dalam perjalanan waktu, nilai-nilai Pancasila, dalam kehidupan berbang


sa dan bernegara sering di beri pemaknaan yang beragam sesuai rezim yang berkua
sa, sehingga muncul pertanyaan di kalangan masyarakat, adalah bukankah Pancasila
digali langsung dari rakyat Indonesia, bukankah Pancasila adalah : cerminan jati diri
bangsa Indonesia, jika demikian, mengapa tindakan serta perilaku rakyat maupun para pengu
asa negeri jauh dari nilai-nilai Pancasila ?

Ada berbagai “fenomena yang menjadi penyebab mulai lunturnya nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari”. Sehingga perilaku penyimpangan terhadap nilai panca-
sila kerap kali dijumpai dan terjadi.

Beberapa hal yang menjadi penyebab lunturnya nilai pancasila, yg kurang dalam
masyarakat, sikap apatisme, serta mengarah pada gaya hidup materalistik, dengan
demikian sebagai bangsa Indonesia akan selalu berdiri tegak mempertahankan fon-
dasi kokoh dan pilar-pilar negara Indonesia antara lain :

1. Sila pertama, mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan diantara makhluk
ciptakan Tuhan, berkaitan dengan kehidupan manusia.

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan


Ketu-hanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara
menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk
beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

Oleh karena itu, negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
Ketu-hanan Yang Maha Esa, dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, atau anti agama, atau tidak ada satupun yang boleh menistakan
nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

2. Sila kedua, adalah mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia. Saling mencintai sesama manusia, Mengem-
bangkan sikap tenggang rasa dan toleransi,

Dalam hal ini tidak boleh suatu kelompok semena-mena terhadap kelompok
lain, Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,gemar melakukan kegiatan kemanu-
siaan, berani membela kebenaran dan keadilan, dan merawat keberagaman

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia


Inter nasional dan oleh karenanya harus mengembangkan sikap saling hormat-
menghor mati dan bekerja-sama dengan kelompok atau bangsa lain.

3. Sila ketiga, mempunyai tujuan menjaga Persatuan dan Kesatuan dalam bingkai
Nega ra Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), rela berkorban demi bangsa dan
3

negara, Cinta akan Tanah Air, bangga sebagai bagian dari Indonesia, Memajukan
pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang “ber-Bhinneka Tunggal Ika”.

Dalam bingkai kebhinekaan persatuan, merupakan harga mati bagi


Indonesia tidak ada satupun yang boleh memecah belah NKRI dengan alasan
dan cara apapun.

4. Sila keempat, mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, dengan tidak


me-maksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan budaya rembuk atau
musyawarah dan mufakat dalam setiap mengambil keputusan bersama, bermus
yawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat diliputi dengan sema-
ngat kekeluargaan.

Segenap rakyat Indonesia harus menjunjung tinggi suara rakyat tanpa ada
pembungkaman dengan menutup ruang-ruang demokrasi.

Tentu hal ini harus mempunyai komitmen yang kuat bagi para penyeleng-
gara negara, maupun seluruh rakyat Indonesia untuk sedikit demi sedikit berkor
ban menunju kondisi ideal seperti yang terkandung dalam prinsip-prinsip Panca
sila, agar impian para pejuang kemerdekaan untuk membentuk suatu masyara-
kat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera bisa terwujud.

5. Sila Kelima, mempunyai tujuan berlaku adil terhadap sesama, menghormati hak-
hak orang lain, menolong sesama, menghargai orang lain, melakukan pekerjaan
yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.

Semua masyarakat harus menjunjung tinggi supremasi hukum yang bersifat


adil dan perlakuan yang sama didepan hukum untuk mencapai kesejahteraan
rakyat secara adil dan merata.

Sebagai ideologi bangsa, nilai-nilai dan cita-cita bangsa yang terkandung


dalam Pancasila tidak dipaksakan dari luar, melainkan atas kesadaran
masyarakat Indone sia sendiri, dan bukan ideologi luar yang dipaksakan oleh
sekelompok orang,

Oleh karena itu Pancasila merupakan ideologi terbuka, karena digali dan ber-
sumber dari leluhur bangsa sendiri dan tidak diciptakan oleh Negara, melainkan
milik seluruh rakyat Indonesia,

Bahwa dari Sumber : https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/253455/


pancasila-sebagai-solusi-kebangsaan, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut
Mulyono, pada Kamis (15/8/2020), mengingatkan “pentingnya Pancasila sebagai sumber
rujukan dalam mengatasi berbagai persoaan kebangsaan dewasa ini. Khususnya, yang berkaitan
dengan persatuan dan kesatuan bangsa”.

Sayangnya pada kehidupan sekarang ini masih terjadi relasi kuasa yang tidak seim-
bang, sebagian warga negara ada yang merasa superior sedangkan sebagian lainnya
merasa sebagai warga kelas dua, adalah bertentangan dengan tujuan awal Negara Indo
nesiadi dirikan, yakni satu untuk semua dan semua untuk satu.

Lanjut Panut, Ketika Soekarno mencentuskan formula Pancasila, persatuan Pancasila


sebagai satu kesatuan itu diperkenalkan oleh Notonegoro melalui teorinya tentang “hie-
4

rarhi piramida Pancasila, banwa Sila-sila Pancasila tidak dapat dipahami secara terpisah dan terle
pas dari sila sila lainnya",

Pada kesemapatan yang sama, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan
Hamengku Buwono X, menyampaikan harapannya agar dalam : “upaya merajut persatuan
bangsa diharapkan semua elemen bangsa berpegang teguh kepada cita-cita prokla masi yang menji-
wai Pancasila dan UUD 45, yang implisit di dalam substansi pembuka-annya. " Kesadaran ke-
bhinekaan dan taat konstitusi merupakan modal sosial berharga guna membangun pera
daban Indonesia yang menyatu dan bermutu.

Kegiatan Belajar. 17
PENDISIPLINAN ORGANISASI MELALUI AZAS PANCASILA

Pancasila perlu dijadikan sumber inspirasi politik harapan hehidupan bangsa, seba-
gaimana digaungkan di Universitas Gadjah Mada, pada upacara memperingati Hari
Kelahiran Pancasila, sabtu (1/6/2019) di Halaman Balairung UGM, upacara tersebut
diikuti sekitar 4.000 peserta yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa
UGM, serta ASN dari sejumlah kementerian/lembaga, pemerintah daerah.

Upacara Hari Kelahiran Pancasila, dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Kementerian


Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Prof. Ainun Na’im, Ph.D,
M.B.A, dengan menyampaikan sambutan : Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
(BPIP) RI, Hariyono, bahwa Pancasila sebagai : “Dasar negara, ideologi negara dan panda-
ngan hidup bangsa” yang digali oleh para pendiri bangsa merupakan suatu anugerah dari
Tuhan YME bagi bangsa Indonesia.

Dalam konteks itulah, sebagaimana pesan Presiden Jokowi bahwa memperingati dan
merayakan hari kelahiran Pancasila setiap tanggal 1 Juni merupakan suatu keniscayaan
yaitu :

- Pertama, dengan berusaha mengenang dan merefleksikan momentum sejarah saat


pendiri bangsa berhasil menggali nilai-nilai fundamental bangsa Indonesia sebagai
dasar negara sehingga bangsa Nusantara yang beragam dapat bersatu dan menyatu
sebagai satu bangsa, sekaligus meneguhkan komitmen terhadap ideologi negara.

- Kedua, dengan merayakan hari kelahiran Pancasila kita bangun kebersamaan dan
harapan untuk menyongsong kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik,
dan Pancasila sebagai bintang penuntun yang dinamis (leitstars dinamis), mengandung
“visi dan misi” negara yang memberikan orientasi, arah perjuangan dan pembangu-
nan bangsa ke depan, dan sebagai energi positif bangsa indonesia.

Melalui peringatan hari kelahiran Pancasila 1 Juni, Pancasila perlu dijadikan sebagai
sumber inspirasi politik harapan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bagi semua
warga masyarakat, secara konsisten seluruh bangsa Indonesia, bersatu membangun
bangsa untuk merealisasikan tatanan kehidupan masyarakat yang rukun, damai, adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

Kewajiban partai politik berideologi Pancasila, ditinjau dari prinsip-prinsip Negara


Hukum Indonesia, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2011, tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik, dalam Bab-IV, tentang Azas dan Ciri, Pasal 9 dinyatakan :
5

1. Asas Partai Politik tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Partai Politik dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak
dan cita-cita Partai Politik yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Asas dan ciri Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
merupakan penjabaran dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Repu
blik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang tersebut mewajibkan parpol menggunakan asas Pancasila sebagai


asas Partai Politik, masih berlaku sampai sekarang dan kesesuannya dengan prinsip-
prinsip Negara Hukum Indonesia.

Pendisiplinan Organisasi Melalui Asas Pancasila,sebagaimana diredaksilan dalam


Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dan diksi Pancasila dapat dite-
mukan dalam Tap MPR No.XVIII/MPR/1998 Pasal 1 yang berbunyi: “Pancasila sebagai
mana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari Negara Kestuan Republik
Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara”

Namun pemberlakuan pancasila mengalami dinamika dari berbagai estafet rezim


kepemimpinan, Pemberlakuan Pancasila sebagai “Hukum Dasar Negara (Grundnorm)
mengalami kejayaannya dimasa orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Doktrinasi dan idiologisasi nilai pancasila melalui berbagai acara penataran dan legal
formal negara digalakkan demi mendisiplinkan kehidupan berbangsa dan bernegara,
Subject hukum yang menjadi sasaran idiologisasi Pancasila tidak hanya berupa individu-
individu masyarakat (person) tetapi juga berbagai organisasi baik organisasi kemasyara
katan maupun partai politik (recht person).

Pada periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo Pancasila kembali dianggap


penting untuk dipedomani dan diamalkan bagi segenap elemen bangsa Indonesia, atas
dasar hal tersebut melalui Perpres No. 7 Tahun 2018 Presiden Jokowi membentuk sebuah
Badan yang diberi nama “Badan Pembinaan Idiologi Pancasila” (BPIP), yang bertugas
membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila,
melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila
secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standardisasi
pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian
terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga
tinggi negara, kementerian/ lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan
komponen masyarakat lainnya.

A. Idiologisasi Pancasila dalam Ormas

Pasca Reformasi, Undang-undang No. 8 tahun 1985 dicabut dan diganti dengan
Undang-undang No. 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)
pada Bab-II, tentang : Azas, Ciri, dan Sifat Ormas, ditegaskan yaitu :

1). Pasal. 2, Asas Ormas tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6

2). Pasal 3, Ormas dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak
dan cita-cita Ormas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3). Pasal 4, Ormas bersifat sukarela, sosial, mandiri, nirlaba, dan demokratis

Perihal larangan sebagaimana dimaksud dalam Bab. XVI Pasal 59 :

(1). Ormas dilarang :

a. menggunakan bendera atau lambang yang sama dengan bendera atau lam-
bang negara Republik Indonesia menjadi bendera atau lambang Ormas;
b. menggunakan nama, lambang, bendera, atau atribut yang sama dengan nama,
lambang, bendera, atau atribut lembaga pemerintahan;
c. menggunakan dengan tanpa izin nama, lambang, bendera negara lain atau
lembaga/badan internasional menjadi nama, lambang, atau bendera Ormas;
d. menggunakan nama, lambang, bendera, atau simbol organisasi yang mem-
punyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lam-
bang, bendera, atau simbol organisasi gerakan separatis atau organisasi
terlarang;
e. menggunakan nama, lambang, bendera, atau tanda gambar yang mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, ben-
dera, atau tanda gambar Ormas lain atau partai politik.

(2). Ormas dilarang:

a. melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras, atau golongan;


b. melakukan penyalahgunaan, penistaan, atau penodaan terhadap agama yang
dianut di Indonesia;
c. melakukan kegiatan separatis yang mengancam kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
d. melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman dan ketertiban
umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial;
e. melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3). Ormas dilarang:

a. menerima dari atau memberikan kepada pihak mana pun sumbangan dalam
bentuk apa pun yang bertentangan dengan ketentuan pera-turan perundang-
undangan;
b. mengumpulkan dana untuk partai politik.
(4). Ormas dilarang menganut, mengembangkan, serta menyebarkan ajaran atau
paham yang bertentangan dengan Pancasila.

Perihal Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Bab-XVII Pasal 60 :

(1). Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan lingkup tugas dan kewena-
ngannya menjatuhkan sanksi administratif kepada Ormas yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 59.
7

(2). Pemerintah atau Pemerintah Daerah melakukan upaya persuasif sebelum menja
tuhkan sanksi administratif kepada Ormas yang melakukan pelanggaran seba-
gaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 61 : Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) terdiri
atas :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian bantuan dan/atau hibah;
c. penghentian sementara kegiatan;
d. pencabutan surat keterangan terdaftar atau pencabutan status badan hukum.

Pasal 64 :
(1). Dalam hal Ormas tidak mematuhi peringatan tertulis ketiga, Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dapat menjatuhkan sanksi berupa :
a. penghentian bantuan dan/atau hibah; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan.
(2). Dalam hal Ormas tidak memperoleh bantuan dan/atau hibah, Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dapat menjatuhkan sanksi penghentian sementara kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.

Pasal 65 :
(1). Dalam hal penjatuhan sanksi penghentian sementara kegiatan terhadap Ormas
lingkup nasional, Pemerintah wajib meminta pertimbangan hukum dari Mahka
mah Agung.
(2). Apabila dlm jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari Mahkamah Agung
tidak memberikan pertimbangan hukum, Pemerintah berwenang menjatuhkan
sanksi penghentian sementara kegiatan.
(3). Dalam hal penjatuhan sanksi penghentian sementara kegiatan terhadap Ormas
lingkup provinsi atau kabupaten/kota, kepala daerah wajib meminta pertim-
bangan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, kepala kejaksaan, dan
kepala kepolisian sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 66 :
(1). Sanksi penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
ayat (1) huruf b dijatuhkan untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan.
(2). Dalam hal jangka waktu penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimak-
sud pada ayat (1) berakhir Ormas dapat melakukan kegiatan sesuai dengan
tujuan Ormas.
(3) Dalam hal Ormas telah mematuhi sanksi penghentian sementara kegiatan sebe
lum berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
atau Pemerintah Daerah dpt mencabut sanksi penghentian sementara kegiatan.

Pasal 67 :
(1). Dalam hal Ormas tidak berbadan hukum tidak mematuhi sanksi penghentian
sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dlm Pasal 64 ayat (1) huruf b, Peme
rintah atau Pemerintah Daerah dapat menjatuhkan sanksi pencabutan surat kete
rangan terdaftar.
(2). Pemerintah atau Pemerintah Daerah wajib meminta pertimbangan hukum Mah-
kamah Agung sebelum menjatuhkan sanksi pencabutan surat keterangan terdaf
tar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
8

(3). Mahkamah Agung wajib memberikan pertimbangan hukum sebagaimana dimak


sud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhi-
tung sejak diterimanya permintaan pertimbangan hukum.

Pasal 69 :
(1) Pencabutan status badan hukum Ormas dilaksanakan dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya salinan
putusan pembubaran Ormas yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2). Pencabutan status badan hukum Ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

B. Idiologisasi Pancasila dalam Demokrasi Pancasila,

Tatanan kehidupan masyarakat Indonesia memang sangat erat dengan Demo-


krasi Pancasila. Pancasila yang menjadi landasan negara ini memiliki lima sila yang
bertujuan menjadi pedoman masyarakat.
Masyarakat yang memahami pentingnya kehidupan bernegara tentunya akan
berusaha menjalankan nilai-nilai yang diajarkan dalam Pancasila, yang merupakan
dasar Negara, Sejatinya, setiap orang yang memiliki kesadaran bernegara yang baik
akan menggunakan prinsip dari Pancasila dalam bermasyarakat.

Kelima ideologi dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanu-
siaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.

Peringatan lahirnya Idiologi Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni, yang


dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016, dan ditetapkan seba
gai hari libur nasional.

Lahirnya prinsip-prinsip dalam Pancasila kemudian semakin mengokohkan cara


kehidupan bernegara masyarakat Indonesia, sebuah pola kehidupan masyarakat
Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila. Dimana masyarakat melakukan berba
gai kegiatan dan berperilaku sesuai dengan yang diajarkan dalam asas Pancasila.

Pengertian demokrasi Pancasila bisa dilihat dari dua pengertian yaitu :

1) Pengertian khusus, bahwa demokrasi dalam pengertian dalam Kamus Besar Baha
sa Indonesia, bahwa “Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berda-sarkan sila-
sila Pancasila yang dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh”.

2) Pengertian umum, bahwa “Demokrasi Pancasila adalah sebuah paham demo-krasi


yang dilandasi oleh prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila, adalah merupakan
paham yang telah diyakini oleh masyarakat Indonesia sejak masa lalu”.

Pancasila yang merupakan gambaran nyata, yang mewakili ciri bangsa Indonesia
dari zaman dulu hingga saat ini, dan merupakan hasil dari pemikiran dan perumu
san yang dapat diterapkan pada seluruh aspek kehidupan masyarakat .

Tujuh Landasan Pokok Demokrasi Pancasila, dalam praktek kenegaraan yang


menganut sistim pemerintahan “Demokrasi Pancasila” antara lain :
9

1). Indonesia merupakan negara yang berdasarkan hukum (Rechtstaats),


Segala tindakan warga negaranya harus berlandaskan hokum, Persamaan
kedudukan dalam hukum bagi masyarakat negara ini harus jelas dan tercermin
di dalamnya.

2). Negara Indonesia menganut sistem konstitusional (Hukum Dasar UUD 1945),
Pemerintah negara Indonesia beraktivitas berdasarkan sistem konstitusional
atau hukum dasar yang tidak bersifat absolute, dalam artian kekuasaan peme-
rintahan tidak bersifat mutlak dan terbatas, bahwa kegiatan pemerintahan itu
dibatasi dan dikendalikan oleh undang-undang.

3). Kedaulatan Berada di tangan Rakyat dan Dilaksanakan Menurut Undang-


Undang Dasar.
Pascaamendemen isi dari pasal 1 ayat 2 UUD 1945 menjadi, “Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”

Dalam sistim ketatanegaraan menurut Pasal. 2 UUD 1945, adalah: “Majelis


Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut
dengan undang-undang”, dan memiliki kewenangan : “Membuat Undang-Undang
Dasar, Memberhentikan presiden”,

Maka Majelis Permusyawaratan Rakyat dianggap institusi demokrasi perwa


kilan”, dan MPR memiliki wewenang untuk melaksanakan kedaulatan rakyat,
sebab sebagai salah satu lembaga politik MPR masih memiliki wewenang yang
cukup signifikan, MPR merupakan lembaga Negara yang mengeluarkan peratu
ran yang lebih tinggi, yaitu Undang-Undang Dasar Negara, sehingga, secara
hirarkhi Ilmu Perundang-undangan lembaga MPR, memiliki kedudukan lebih
tinggi dari lembaga Negara yang lain.

4. Presiden merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi,


Presiden yang dipilih langsung melalui Pemilu, maka Presiden merupakan
penyelenggara pemerintahan tertinggi, berarti presiden dalam melaksanakan
tugasnya harus tunduk pada konstitusi negara yang dirumuskan oleh MPR,dan
bertanggungjawab kepada rakyat selaku pemegang kedaulatan.

5. Pengawasan Oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),


Presiden di sini tidak bertanggung jawab kepada DPR, tapi DPR yg menga
wasi pelaksanaan wewenang yang diberikan pada presiden. Dalam pelaksanaan
tugasnya, DPR dan Presiden harus bekerja sama untuk membentuk Undang-Un-
dang termasuk di dalamnya APBN.

Sedangkan untuk mengesahkan Undang-Undang Presiden harus mendapat


persetujuan dari DPR,

Adapun hak-hak DPR di bidang legislasi : adalah : (hak inisiatif, hak amande-
men, dan hak budget),
Sedangkan Hak DPR di bidang pengawasan meliputi : (Hak bertanya pada
pemerintah, Hak interpelasi atau meminta penjelasan atau keterangan pada pemerintah,
Hak Mosi yaitu hak menjatuhkan percaya / tidak percaya pada pemerintah, Hak Angket
atau hak menyelidiki sesuatu dan Hak Petisi atau hak untuk mengajukan saran pada
pemerintah).
10

6. Menteri negara merupakan pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab


pada DPR,

Pada sistem Demokrasi Pancasila, presiden memiliki wewenang untuk meng


angkat dan memberhentikan menteri negara. Para menteri dalam melaksanakan
tugasnya, tidak bertanggung jawab pada DPR, tapi kepada presiden, karena
indonesia menganut sistem kabinet negara “Presidensial”.

7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas,

Presiden memang tidak bertanggung jawab kepada DPR, tapi bukan berarti
memiliki kekuasaan tak terbatas atau absolut, Presiden harus mentaati suara
rakyat, yang direpresentasikan pada lembaga Politik DPR, dan Presiden tidak
dapat membubarkan DPR, dan Semua anggota DPR merangkap juga menjadi
anggota MPR.

C. Asas-asas Demokrasi Pancasila

Untuk mengambil gagasan dan keputusan penting harus dilandaskan asas-asas,


adapun asas yang diterapkan dalam demokrasi Pancasila adalah sbb :
1. Asas Kerakyatan
Asas Kerakyatan adalah : “asas yang mendasari kesadaran kecintaan terha dap
rakyat, juga memiliki jiwa kerakyatan, baik berupa nasib ataupun cita-cita”.
Dalam asas kerakyatan, berarti demokrasi Pancasila ini memiliki rasa cinta
dan menyatu dengan rakyat, agar tercipta satu kesatuan dalam mencapai tujuan.

2. Asas Musyawarah
Asas musyawarah merupakan : “asas yang menghimpun suara dan kehendak
rakyat dalam kelompok musyawarah”.
Hal ini dilakukan untuk menyatukan berbagai pendapat demi mencapai
kesepakatan bersama yang dilandasi rasa kasih sayang, pengorbanan juga keba
hagiaan seluruh anggota.

3. Asas Penjaminan HAM


Asas Penjaminan HAM, dalam hal ini “Negara yang berdasarkan Demokrasi
Pancasila sangat menghormati hak asasi manusia”.
Setiap anggota masyarakat dipandang sama status sosialnya, dalam artian
tidak dibeda-bedakan.

Demokrasi Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 memiliki ke-unggulan
tertentu, seperti yang dikutip dari situs Kemendikbud dalam : Ari Weli anto, (https://www.
kompas.com/skola/read/ 2020/ 04/03/121500469/demokrasi-pancasila--pengertian-dan-keung
gulannya?page=all), memiliki keunggulan tertentu antara lain :

 Demokrasi yang mengutamakan pengambilan keputusan berdasarkan kesepa-katan


bersama yang berlandaskan kekeluargaan.
 Sangat mengutamakan keseimbangan hak dan kewajiban antara kepentingan pribadi dan
sosial.
 Mendahulukan kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepen tingan
pribadi atau golongan.
11

Perkembangan demokrasi mengalami aneka pasang surut, permasalahan menda


sar adalah bagaimana caranya membangun social–perekonomian dan politik masya-
rakat dengan konsep demokratis.
Demokrasi juga bisa dikatakan sebagai kebebasan dalam mengungkapkan piki-
ran dan gagasan, negara yang memberikan kebebasan pada warga negaranya dalam
menyampaikan pendapat.

Berbagai macam Demokrasi Yang Pernah Berlaku Indonesia, pernah diterapkan


seperti berikut ini :

1. Demokrasi Parlementer,
Demokrasi parlementer menonjolkan peranan parlementer dan partai-partai
politik di DPR, Demokrasi ini dinilai kurang cocok untuk diterapkan di Indone-
sia karena lebih menonjolkan kepentingan golongan.
Karena konsep demokrasinya yang lemah, sistem parlementer ini membuka
peluang luas untuk dominasi partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Demokrasi Terpimpin,
Demokrasi terpimpin dinilai telah banyak menyimpang dari demokrasi
konstitusional dan hanya menampilkan beberapa bagian saja dari demokrasi
rakyat.
Terbukti pada masa kejayaan demokrasi, Presiden sebagai kepala negara
memiliki dominasi yang kuat. Partai-partai politik dibatasi ruang geraknya,
sedangkan peran ABRI semakin meluas pengaruhnya.
Selain itu UUD juga memberikan peluang kepada Presiden untuk memim
pin selama yang dikehendaki, Pada masa demokrasi terpimpin cendrung terjadi
penyimpangan dalam pemerintahan.

3. Demokrasi Pancasila
Pada demokrasi pancasila, era orde baru, sistem Presidensial sangat menon
jol, Pada awal diterapkannya demokrasi pancaslia peran ABRI sangat menonjol,
campur tangan pemerintah dalam berbagai aspek juga sangat jelas, kebebasan
berpendapat jadi terhambat.

Pasca reformasi tahun 1998, sistem demokrasi pancasila, mulai di reposisi,


kebebasan berbicara dan kebebasan pers mulai berkembang, kedua unsur terse
but berjalan seimbang sehingga bisa mengontrol sekaligus memberi kritik pada
pemerintahan yang tengah berlangsung.
Masyarakat indonesia telah begitu erat hidup dengan berbagai konsep yang
terkandung dalam ideologi Pancasila, (hidup bersama, saling menghargai, saling
tolong menolong, dan bergotong royong) memang sudah menjadi ciri khas masya
rakat.
Kehidupan keagamaan yang beragam dengan kerukunan yang terjaga juga
sudah menjadi kebiasaan. Prinsip-prinsip ini yang terkandung dalam kelima asas
Pancasila.
Sistem demokrasi pancasila merupakan demokrasi yang pada pelaksanaan-
nya mengutamakan “musyawarah mufakat” untuk kemaslahatan bersama, Kare
na itu setiap asas yang terdapat dalam sila-sila Pancasila harus dapat diaplikasi
kan dalam kehidupan sehari-hari.
12

Demokrasi Pancasila, sangat mengutamakan kebebasan, Terutama kebeba


san berbicara dan berpendapat, dan mendapat pengawasan dan jaminan dari
pemerintah, tentu saja kebebasan yang bertanggung jawab, sebagaimana diru-
muskan dalam undang-undang No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyam
paikan Pendapat di Muka Umum adalah penjaminan terhadap hak asasi manu
sia (HAM).

Kegiatan Belajar. 18
PANCASILA DALAM PUSARAN PILKADA

Demokrasi Pancasila harus menyatukan bangsa bukan justru memecah belah bangsa.
Hal itu bisa diimplementasikan, pada pelaksanaan Pemilu, dengan berpijak pada Sila ke-
empat Pancasila. Demikian disampaikan oleh Ahmad Basarah (Wakil Ketua MPR RI )
dalam acara Seminar Kebangsaan pada tanggal 3 April 2019 di Aula Poltek Pembangunan
Pertanian Malang Jatim, dengan acara tunggal bertajuk Pancasila Sebagai Ideologi Terbaik
Bagi Bangsa Indonesia dihadapan seribu peserta lintas profesi, agama dan keyakinan.

Lebih lanjut Legislator asal daerah pemilihan Malang Raya memaparkan bahwa
hakekat dari Pemilu adalah wujud dari daulat rakyat, untuk memilih pemimpin dan
membentuk pemerintahan dengan tujuan melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa
terkecuali demi terciptanya sila ke lima yaitu : “Keadilan Sosial”, dan tidak terlepas dari
Sila Ketiga yaitu : “Persatuan Indonesia”.

Menurut : Batamraya, (dalam http://batamraya.com/pesta-demokrasi-tanpa-perpe


cahan-dalam-bingkai-pancasila/), Pesta Demokrasi Tanpa Perpecahan Dalam Bingkai
Pancasila, Karena Pancasila juga mengatur tentang “konstitusi negara Indonesia” terletak
pada Undang – Undang Dasar Tahun 1945, sehingga Pancasila mampu sebagai tameng
perpe cahan bangsa akibat adanya tahun politik yang perlu dikuatkan oleh nilai-nilai
Pancasila yang tidak hanya dipahami melainkan diterapkan dalam kehidupan sehari-
harinya.

Penyelenggaran Pilkada, pada Desember 2020 saat pandemi memang tidak mudah.
apalagi Pilkada harus mengelola dua aspek sekaligus, yakni : teknis pelaksanaan dan
ketaatan protokol kesehatan. Hal tersebut untuk menjamin proses Pilkada berlangsung
dalam situasi terkendali. Sehingga, ajang pilkada tersebut tidak menciptakan klaster
positif Covid-19. Hal tersebut diungkapkan oleh : M. Dipo Nusantara (anggota MPR dari
F-PKB) usai kegiatan sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kabupaten Ngada Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Sabtu (14/11/2020).

Lanjut, M. Dipo Nusantara, Alumnus FH Universitas Airlangga, Surabaya, Berpesan


kepada seluruh elemen masyarakat agar tetap menjunjung tinggi “Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika” dalam kompetisi politik, Demokrasi melalui Pilkada merupakan prasyarat
penting untuk mengukur sejauhmana kualitas demokrasi bangsa Indonesia secara nasio-
nal. “Sebab, sukses dan tidaknya kualitas demokrasi di Indonesia salah satunya dapat dilihat pelak
sana praktek Pilkada,”.

Kualitas demokrasi menjadi salah satu yang dipertaruhkan dalam pelaksanaan Pil-
kada 2020 di era new normal. Pasalnya, suksesi dalam penentuan pemimpin daerah di
kala pandemi dapat terhambat oleh ancaman penyebaran virus Corona. Pemerintah, DPR
dan Penyelenggara Pemilu seperti KPU, Bawaslu, DKPP pada rapat dengar pendapat
yang dilaksanakan pada 23 Mei 2020 telah memutuskan kelanjutan tahapan Pilkada
13

serentak pada 9 Desember 2020. “Keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan bahwa
penyelenggara Pemilu dapat menggunakan protokol kesehatan pandemi Covid-19, namun juga
tetap menjaga kualitas demokrasi”.

Pasca reformasi, berdasarkan buku pedoman sosialisasi MPR, Pancasila kembali


dihayati, dan diamalkan intisari atau butir-2 dari sila-sila Pancasila menjadi : 19 butir,
sehingga kelima sila Pancasila dikembangkan dalam butir-butir secara proporsional.
Akan tetapi, sebagai seorang akademisi, harus menilai secara adil jika sesuatu hal
yang dikembangkan dan dijadikan sebagai bahan kajian dan reformulasi nilai Pancasila
itu sendiri. Pengembangan butir Pancasila dikembangkan menjadi indikator kepemim
pinan Pancasila (IKP). :

1. Pertama, indikator tersebut dijadikan acuan pertimbangan politik bagi setiap partai,
untuk melakukan proses rekrutmen politik bagi siapa saja yang akan diusung partai
tersebut sebagai kandidat yang bergelut dalam perhelatan pesta demokrasi, baik
pada kelembagaan legislatif maupun eksekutif.
2. Kedua, indikator itu digunakan KPU untuk melakukan verifikasi calon pemimpin,
baik dalam level nasional, provinsi, maupun kabupaten/ kota, apakah layak sebagai
bakal calon.
3. Ketiga, indikator tersebut dijadikan alat ukur bagi para pemilih, mana saja pemimpin
yang memiliki skor paling tinggi dalam hasil penghitungan indeks kepemimpinan
Pancasila itu sehingga memiliki keteguhan batin ketika sampai di TPS, untuk
memilih pemimpin yang paling mendekati karakter Pancasilais.
4. Keempat, indikator kepemimpinan Pancasila dapat pula dijadikan sebagai alat ukur
kualitas kepemimpinan kepala daerah ketika sudah menjabat selama satu periode
(lima tahun).

Fenomena tersebut memunculkan wacana evaluasi : 100 hari kerja pertama dan satu
tahun masa kepemimpinan, dan bahkan sampai lima tahun masa kepemimpinan para
pejabat politik, berdasarkan pada indikator Pancasila untuk menilai bobot kepemimpi-
nannya.

Mengapa menjadi hal yang sangat penting mengembangkan indikator kepemim-


pinan Pancasila, Agar dapat mengikis perilaku parasit politik dari oknum elite politik
yang dapat menghambat kemajuan bangsa sehingga sendi-sendi pembangunan nasional
mengacu pada ketercapaian kesejahteraan bangsa dan negara, atas dasar budaya politik
Pancasila yang menjadi tolok ukur praktik politik kenegarawanan.

Meskipun sebagai bangsa dengan dasar negara Pancasila, yang masih belum secara
sempurna merealisasikan nilai-nilai Pancasila,namun diakui bahwa “Eksistensi ke-
Indonesiaan baik sebagai bangsa maupun negara masih dapat bertahan hingga kini berkat
Pancasila”, Oleh karena itu Pancasila sebagai suatu pendirian yang asasi harus terus
diperjuangkan.

Keberagaman kondisi Tri Gatra (geografis, demografis dan Sumber daya alam (SDA)
hingga aspek antropologis dan sosiologis masyarakat hanya dapat dirajut dalam bingkai
kebangsaan yang inklusif. Berkat Pancasila yang merupkan kristalisasi dari nilai-nilai
inklusivitas, toleransi dan gotong-royong dari keberagaman yang ada menjadi suatu
berkah, sehingga Pancasila mampu menuntun keberagaman yang ada dan dapat dirajut
menjadi identitas nasional dalam wadah dan slogan “Bhineka Tunggal Ika”.
14

Dalam konteks itulah, Presiden Jokowi, menyegarkan bahwa peringatan dan


Perayaan “Hari Kelahiran Istilah Pancasila” setiap tanggal 1 Juni merupakan suatu
keniscayaan karena :

1. Pertama, dengan berusaha mengenang dan merefleksikan momentum sejarah


saat pendiri bangsa berhasil menggali nilai-nilai fundamental bangsa Indonesia
sebagai dasar negara sehingga bangsa Nusantara yang beragam dapat bersatu
dan menyatu sebagai satu bangsa yaitu Bangsa Indonesia.

Untuk menghormati jasa pendiri bangsa sekaligus meneguhkan komitmen


terhadap ideologi negara itulah maka Peringatan hari kelahiran Pancasila seba-
gai salah satu kebanggaan nasional,

2. Kedua, dengan merayakan hari kelahiran Pancasila, bermakna membangun


kebersamaan dan harapan untuk menyongsong kehidupan berbangsa dan ber-
negara yang lebih baik.

Pancasila sebagai ide bintang penuntun (ide leitstars) yang dinamis, mengan
dung visi dan misi negara yang memberikan orientasi, arah perjuangan dan pem
bangunan bangsa ke depan. Sebagai energi positif bangsa, Pancasila terus
memberikan harapan untuk masa depan, khususnya dalam merealisasikan visi
dan misi bangsa Indonesia.

Indonesia untuk kita semua dan Pancasila adalah rumah kita semua, untuk itu, diper
lukan kesadaran dan pemahaman untuk saling menghormati, saling bekerja sama, bergo-
tong royong dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Kondisi demikian dapat ber-
kembang melalui budaya politik kewargaan yang demokratis.

Melalui peringatan hari kelahiran Pancasila 1 Juni, Pancasila perlu dijadikan sebagai
sumber inspirasi politik harapan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan semua
komponen bangsa, harus terus menerus secara konsisten merealisasikan Pancasila seba-
gai : “Dasar negara, ideologi negara, Falsafah Bangsa dan pandangan hidup” yang dapat
membawa kemajuan dan kebahagiaan seluruh bangsa Indonesia, Bersatu membangun
bangsa untuk merealisasikan tatanan kehidupan masyarakat yang rukun, damai, adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

Anda mungkin juga menyukai