Anda di halaman 1dari 63

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT LAUT Halymenia durvillaei
DENGAN PELARUT NON POLAR, SEMI POLAR DAN POLAR

PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh :
KASMINAH
GRESIK – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH
RINGKASAN

KASMINAH. Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei


dengan Pelarut Non Polar, Semi Polar dan Polar . Dosen Pembimbing Prof.
Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. dan Agustono, Ir.,M.Kes.

Produksi rumput laut mengalami kenaikan cukup besar selama 5 (lima)


tahun terakhir yaitu sebesar 33,23% (KKP, 2014). Rumput laut merah
(Rhodophyceae) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di
perairan laut Indonesia yaitu terdapat 452 jenis (Suparmi dan Sahri, 2009).
Rumput laut kaya akan vitamin, serat kasar, polisakarida, dan polifenol. Beberapa
studi menyatakan manfaat dari polifenol termasuk antioksidan, antikoagulan,
antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker (Kim, 2012).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelarut yang dapat
menghasilkan aktivitas antioksidan tertinggi dari Halymenia durvillaei. Penelitian
ini dilakukan secara deskriptif eksploratif (Pramesti, 2013). Deskriptif eksploratif
bertujuan untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena, dalam penelitian ini
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tapi hanya menggambarkan
apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 2010).
Hasil penelitian menggunakan tiga jenis pelarut yaitu n-heksan, etil asetat
dan etanol menunjukkan IC50 pada pelarut etanol yaitu sebesar 1024,57 ± 171,38
ppm, etil asetat sebesar 1250,52 ± 61,40 ppm dan n-heksan sebesar 1280,79 ±
118,57 ppm. Selain itu total fenol dan flavonoid tertinggi juga diperoleh pada
pelarut etanol yaitu sebesar 23,6216 ± 2,29 mg GAE/g sample dan 1,7929 ± 0,6
mg QE/g sample. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai metode aktivitas
antioksidan selain DPPH, serta pengaplikasiannya terhadap bidang pangan
maupun non pangan.
SUMMARY

KASMINAH. Antioxidant activity of Halymenia durvillaei seaweed extracted


by using non polar, semi polar and polar solvent. Academic advisors Prof.
Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. and Agustono, Ir., Kes.

Seaweed production increases large enough for 5 (five) years in the


amount of 33.23% (CTF, 2014). Red seaweed (Rhodophyceae) ranks highest on
the number of species that grow in the ocean waters Indonesia, there are 452
species (Suparmi and Sahri, 2009). Seaweed is rich in vitamins, crude fiber,
polysaccharides and polyphenols. Some studies suggest benefits of polyphenols,
including antioxidant, anticoagulant, antibacterial, anti-inflammatory and
anticancer (Kim, 2012).
The purpose of this research was to determine the solvents that can
produce the highest antioxidant activity of Halymenia durvillaei. This research is
a descriptive exploratory (Pramesti, 2013). Descriptive exploratory aims to
describe the state of a phenomenon, in this research was not intended to test a
specific hypothesis but simply describe what a variable, symptoms or
circumstances (Arikunto, 2010).
The results of this research using three types of solvents are n-hexane,
ethyl acetate and ethanol showed IC50 in ethanol is 1024.57 ± 171.38 ppm, ethyl
acetate at 1250.52 ± 61.40 ppm and n-hexane at 1280.79 ± 118.57 ppm. Besides
the highest total phenolic and flavonoid also obtained in ethanol in the amount of
23.6216 ± 2.29 mg GAE / g sample and 1.7929 ± 0.6 mg QE / g sample. Need for
further research on other methods to obtain antioxidant activity than DPPH, as
well as its application to the food and non-food.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan ridho-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang

berjudul Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei dengan Pelarut

Non Polar, Semi Polar dan Polar. Penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung penulis hingga

selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Surabaya serta sebagai bentuk pengabdian diri penulis kepada masyarakat

Indonesia. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program

Studi Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan

teknologi dalam bidang perikanan, terutama pemanfaatan rumput laut.

Surabaya, 10 Agustus 2016

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rakhmat dan hidayahnya. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan

skripsi ini tidak akan dapat penulis selesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Penulis menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Kedua orangtua tercinta dan keluarga yang tiada henti mencurahkan kasih

sayang, ilmu, semangat, doa dan pengorbanan tak terukur.

2. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., M.P. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga sekaligus ketua penguji skripsi atas masukan,

saran, dan kritik sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. dan Bapak Agustono,

Ir.,M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, semangat,

arahan, petunjuk dan bimbingan dalam proses penelitian dan penulisan skripsi

hingga selesai.

4. Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku dosen wali yang telah memberikan

ilmu, motivasi dan arahan selama masa perkuliahan.

5. Bapak Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si. dan Bapak Boedi Setya Rahardja

selaku dosen penguji skripsi yang sudah memberikan masukan, saran, dan

kritik sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

6. Bapak M. Zakiyul Fikri, S.Pi.,M.Si yang sudah memberikan masukan, saran,

dan kritik mulai awal hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
7. Seluruh staf pengajar dan staf pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga atas segala ilmu yang telah bapak dan ibu berikan.

8. Aditya Akmal, Kak Ilmi dan Kak Win selaku partner penelitian yang sudah

memberikan semangat, doa serta berbagai bantuan mulai awal hingga

terselesaikannya skripsi ini.

9. Mas Deny dan Mbak Wilda yang telah memberikan motivasi dan berkenan

menjadi rekan diskusi serta membantu selama proses penelitian dan penulisan

skripsi.

10. Sahabat dan saudara (Yustika, Fitrotin, Yuyun, Veni, Nisa, Rifky, Hafiz

Randi dan Naufal) atas semnagat dan bantuan yang telah diberikan selama ini

hingga terselesaikannya skripsi ini.

11. Keluarga besar TIHP 2012 dan keluarga besar TIHP FPK UA atas semangat,

kebersamaan dan berbagai bantuan selama ini.

12. Barracuda yang memberikan dukungan, semangat, dan kebersamaaan selama

perkuliahan hingga proses penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi.

13. Teman-teman baik adik kelas maupun kakak kelas yang telah memberi

dukungan dan semangat selama ini.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi

yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu, semoga Allah SWT selalu

mencurahkan ridho-Nya.
DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN........................................................................................................iv

SUMMARY...........................................................................................................v

KATA PENGANTAR..........................................................................................vi

UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................vii

DAFTAR ISI.........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii
I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................3
1.4 Manfaat....................................................................................................4

II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................5
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Halymenia durvillaei.....................................5
2.2 Antioksidan.............................................................................................6
2.2.1 Pengertian dan Fungsi Antioksidan................................................6
2.2.2 Jenis Antioksidan...........................................................................7
2.2.3 Pengujian Antioksidan...................................................................8
2.3 Ekstraksi Bahan Aktif.............................................................................10
2.4 Pelarut......................................................................................................12
2.5 Fitokimia.................................................................................................12

III KERANGKA KONSEPTUAL......................................................................16


3.1 Kerangka Konseptual Penelitian.............................................................16
IV METODOLOGI.............................................................................................19
4.1 Waktu dan Tempat...................................................................................19
4.2 Materi Penelitian......................................................................................19
4.2.1 Peralatan Penelitian........................................................................19
4.2.2 Bahan Penelitian.............................................................................19
4.3 Metode Penelitian.....................................................................................20
4.3.1 Rancangan Penelitian.....................................................................20
4.3.2 Prosedur Kerja................................................................................20
4.4 Parameter Pengamatan.............................................................................24
4.4.1 Parameter Utama............................................................................24
4.4.2 Parameter Pendukung....................................................................24
4.5 Analisis Data............................................................................................25

V HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................26


5.1 Hasil.........................................................................................................26
5.1.1 Aktivitas Antioksidan Halymenia durvillaei.................................26
5.1.2 Kandungan Total Fenol dan Flavonoid.........................................26
5.1.3 Kadar Air Rumput Laut Halymenia durvillaei.............................27
5.1.4 Rendemen Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei...............27
5.2 Pembahasan.............................................................................................28
5.2.1 Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei...........28
5.2.2 Total Fenol dan Flavonoid Rumput Laut Halymenia durvillaei 31
5.2.3 Nilai Rendemen Rumput Laut Halymenia durvillaei....................33

VI SIMPULAN DAN SARAN...........................................................................35


6.1 Simpulan.........................................................................................................35
6.2 Saran...............................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
LAMPIRAN..........................................................................................................43
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Hasil IC50 ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei.....................................26


5.2 Total Fenol dan Flavonoid Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei) 27
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Halymenia durvillaei......................................................................................6


2.2 DPPH (Diphenylpicrylhydrazyl free radical dan nonradical).......................9
2.3 Senyawa Fenol................................................................................................13
2.4 Senyawa Flavonoid........................................................................................14
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian....................................................................18
4.1 Diagram Alir Penelitian..................................................................................25
5.1 Hasil Rendemen Ekstrak................................................................................28
5.2 Perubahan Warna pada Ekstrak......................................................................30
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Rendemen Ekstrak.......................................................................43


2. Perhitungan Total Fenol...................................................................................44
3. Perhitungan Total Flavonoid............................................................................45
4. Perhitungan IC50 Rumput Laut Halymenia durvillaei....................................45
5. Dokumentasi Penelitian....................................................................................49
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat

melimpah. Produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2011 mencapai 5.170.201

ton, tahun 2012 sebesar 6.514.854 ton, dan tahun 2013 sebesar 9.298.474 ton

(KKP, 2014). Produksi rumput laut mengalami kenaikan cukup besar selama 5

(lima) tahun terakhir yaitu sebesar 33,23% (KKP, 2014). Menurut Winarno

(1996), rumput laut dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu alga hijau, alga

hijau biru, alga coklat, dan alga merah. Rumput laut merah (Rhodophyceae)

menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut

Indonesia yaitu terdapat 452 jenis (Suparmi dan Sahri, 2009).

Rumput laut mengandung polisakarida, asam amino, mineral, vitamin dan

bioaktif yang dapat memberi manfaat kesehatan. Manfaat rumput laut salah

satunya yaitu rumput laut Japonica laminaria yang dapat mengurangi kadar

glukosa darah dan konsentrasi serum trigliserida dan meningkatkan HDL

kolesterol dalam diabetes tipe 2 (Kim et al., 2008). Sedangkan berdasarkan

penelitian Yuan et al. (2010) rumput laut Kappaphycus striatum dapat

menunjukkan aktivitas antitumor dengan penghambatan tumor sebesar 54,12%.

Selain itu, rumput laut Halimedha renchii dan Euchema cottonii dapat sebagai

antibakteri pada Vibrio sp. (Purnama dkk., 2011). Manfaat lain dari rumput laut

yaitu sebagai sumber antioksidan alami, antioksidan berdasarkan sumbernya

dibagi menjadi dua yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetis. Antioksidan

sintetis telah banyak digunakan, namun penggunaan dalam jumlah berlebihan

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

dapat menimbulkan efek samping (Cahyadi, 2006). Bahan sintetis tersebut antara

lain butil hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluen (BHT), propil galat (PG)

yang dapat merusak hati dan bersifat karsinogen (Kumar et al., 2008). BHA (butil

hidroksianisol) telah diteliti dapat menimbulkan kanker sekitar lambung, tumor

serta menyebabkan perubahan genetik pada sel telur hewan uji. Sedangkan BHT

(butil hidroksiltoluen) dapat menyebabkan kulit menjadi kasar dan dengan dosis

tinggi dapat menyebabkan penyakit liver (Cahyadi, 2006). Efek samping tersebut

mendorong perkembangan penelitian antioksidan alami yang lebih aman (Huliselan

dkk., 2015).

Antioksidan alami dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, dan rempah-

rempah. Antioksidan alami tidak hanya terdapat pada tanaman darat, tetapi juga

tanaman laut (Rumiantin, 2011). Senyawa antioksidan adalah senyawa kimia yang

dapat meredam radikal bebas dengan cara menyumbangkan satu atau lebih

elektron kepada radikal bebas (Zubia et al., 2007). Penelitian tentang aktivitas

antioksidan pada rumput laut telah ada sebelumnya yaitu menggunakan berbagai

jenis rumput laut antara lain Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornat

(Putranti, 2013, Pratama dkk., 2015), alga coklat (Demirel et al., 2009), Padina

sp. (Husni dkk., 2014), Kappaphycus alvarezii (Ling et al., 2013), Caulerpa

serrulata (Pramesti, 2013), Euchema spinosum (Maulana, 2012), rumput laut

merah (Rhimou et al., 2013) serta Halymenia harveyana (Suryaningrum dkk.,

2006).

Rumput laut memiliki senyawa polifenol yang banyak ditemukan pada

beberapa famili Alariceae, Fucaceae, dan Sargassaceae (Firdaus, 2011). Polifenol

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


dapat bersifat sebagai antioksidan karena memiliki sifat pereduksi, yakni agen

pendonor atau penyumbang hidrogen (Rice-Evans et al.,1997 dalam Husni dkk.,

2014). Demirel et al. (2009) menyebutkan bahwa senyawa fenol lebih efektif

dibanding α-tokoferol dan hampir sebanding dengan antioksidan sintetis seperti

BHA dan BHT. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diteliti lebih lanjut

kandungan senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) serta aktivitas antioksidan

pada rumput laut Halymenia durvillaei. Hasil metabolisme sekunder dapat

diperoleh melalui proses ekstraksi. Proses ekstraksi menggunakan 3 (tiga) jenis

pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu n-heksana (nonpolar), etil

asetat (semipolar) dan etanol (polar). Perbedaan jenis pelarut ini akan

mempengaruhi kandungan senyawa bioaktif yang dihasilkan (Huliselan, 2015).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat aktivitas antioksidan dalam rumput laut Halymenia durvillaei

dengan berbagai pelarut ?

2. Pelarut apakah yang dapat menghasilkan aktivitas antioksidan terbaik pada

rumput laut Halymenia durvillaei ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui aktivitas antioksidan rumput laut Halymenia durvillaei dari

berbagai pelarut.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

2. Mengetahui jenis pelarut yang dapat menghasilkan aktivitas antioksidan terbaik

pada rumput laut Halymenia durvillaei.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

bahwa rumput laut Halymenia durvillaei memiliki potensi sebagai antioksidan.

Sehingga dapat di aplikasikan dalam bidang makanan, kosmetik maupun obat-

obatan.

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Halymenia durvillaei

Rumput laut Halymenia durvillaei tergolong kelas Rhodophyceae atau

rumput laut merah yang mengandung pigmen fikoeritrin, karotenoid, klorofil a,

senyawa organik dan anorganik serta serat kasar (Jimenez-Escrig dan Goni, 1999

dalam Suryaningrum, 2006). Berikut merupakan gambar Halymenia durvillaei.

Gambar 2.1. Halymenia durvillaei


(http://www.algaebase.org/)

Klasifikasi Halymenia durvillaei menurut (FAO, 1998) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Kelas : Rhodophyta
Subkelas : Florideophysideae
Ordo : Cryptonemiales
Famili : Cryptonemiaceae
Genus : Halymenia
Spesies : Halymenia durvillaei Bory de Saint Vincent, 1828

Rumput laut merah menjadi sumber penting penghasil karaginan untuk bahan

tambahan pada makanan, yogurt, chocolate milk, dan puding, selain itu terdapat

sekitar 8000 spesies alga merah yang mengandung metabolit aktif dibandingan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

jenis alga yang lain. Metabolit aktif (polisakarida, fenol, alkaloid) dapat di

aplikasikan pada makanan, biomedis, pertanian, lingkungan dan aplikasi industri

lainnya (Kim, 2012). Rumput laut Halymenia durvillaei mempunyai talus yang

panjangnya hingga 42 cm dan bercabang. Talus pada Halymenia durvillaei

mempunyai lebar 5,4 cm serta meruncing.

Halymenia durvillaei mempunyai warna merah muda hingga warna merah

serta mempunyai permukaan talus yang licin dan halus (De Smedt et al., 2001).

Percabangan berselang seling pada rumput laut Halymenia durvillaei pada kedua

sisi talus atau pinnate alternate. Pada talus bagian bawah berbentuk melebar dan

mengecil ke bagian puncak, sedangkan sisi talus bergerigi. Substratnya yaitu pada

daerah berkarang, berbatu, berpasir dan di daerah rataan terumbu karang (Langoy

dkk., 2011). Sedangkan menurut FAO (1998), Halymenia durvillaei berwarna

merah hingga keunguan dan tersebar di daerah Pasifik Barat dan Indo

Archipelago Malaya, Thailand, Vietnam, Cina Selatan, Taiwan dan Filipina.

2.2 Antioksidan

2.2.1 Pengertian dan Fungsi Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan yang

memiliki berat molekul kecil dan mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi

oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal (Rumiantin, 2011). Radikal

merupakan molekul yang tidak berpasangan dan sangat reaktif. Radikal terbentuk

dalam semua makhluk hidup selama terjadi reaksi oksidasi, hal ini merupakan

metabolisme yang normal. Namun dalam keadaan tertentu seperti adanya tekanan

lingkungan, penyakit, dan serangan patogen, konsentrasi radikal bebas akan

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


meningkat di luar tingkat normal. Radikal akan melakukan kerusakan terhadap

organisme terutama DNA dan membran (lipid dan protein), selain itu akan terjadi

kerusakan berantai. Reaksi berantai terjadi ketika radikal bereaksi dengan molekul

lain, sehingga menciptakan sebuah radikal yang baru (Vermerris and Ralph,

2006).

Antioksidan berfungsi untuk menetralisasi radikal bebas, sehingga atom

dan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron dan menjadi

stabil. Antioksidan dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan

dampak negatifnya. Konsumsi antioksidan dapat menurunkan kejadian penyakit

degenerative, seperti kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, osteoporosis, dan

lain-lain (Winarsi, 2007). Pada produk pangan, antioksidan berperan untuk

mempertahankan mutu dalam berbagai kerusakan. Kerusakan tersebut seperti

ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan

fisik lain pada produk pangan (Lulail, 2009).

2.2.2 Jenis Antioksidan

Berdasarkan kelarutanya antioksidan dibagi menjadi dua yaitu antioksidan

larut air (sodium metabisulfit, asam sitrat dan vitamin C) dan antioksidan larut

lemak (BHT, BHA dan vitamin E) (Ibrani, 2012). Sedangkan berdasarkan

sumbernya, antioksidan dibagi menjadi dua yaitu antioksidan sintetis dan

antioksidan alami. Terdapat lima antioksidan sintetis yang diijinkan untuk

makanan yaitu butil hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluena (BHT), propil

galat (PG), tert-butil hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol (vitamin E)

(Rumiantin, 2011).
Selain itu antioksidan juga dibagi berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu

antioksidan primer, sekunder, dan tersier. Antioksidan primer atau antioksidan

endogenus atau enzimatis merupakan suatu senyawa yang dapat memberikan

atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal. Antioksidan primer meliputi

enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase.

Mekanisme kerjanya yaitu enzim menghambat pembentukan radikal bebas dengan

cara memutus reaksi berantai (polimerisasi), kemudian mengubahnya menjadi

produk yang lebih stabil (Winarsi, 2007). Sedangkan antioksidan sekunder atau

antioksidan eksogenus atau nonenzimatis merupakan sistem pertahanan preventif

yang terbentuknya senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan

metal, atau dirusak pembentukannya. Mekanisme kerjanya yaitu dengan cara

memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara

menangkapnya. Antioksidan sekunder meliputi vitamin E, vitamin C, b-karoten,

flavonoid, asam urat, bilirubin, dan albumin. Sedangkan antioksidan tersier

meliputi sistem enzim DNA - repair dan metionin sulfoksida reduktase (Winarsi,

2007).

2.2.3 Pengujian Antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan terdiri tiga golongan berdasarkan

(Badarinath et al., 2010), golongan pertama adalah Hydrogen Atom Transfer

methods (HAT) misalnya Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC) method

dan Lipid Peroxidation Inhibition Capacity (LPIC) assay. Golongan kedua adalah

Electron Transfer methods (ET) misalnya ferric reducing antioxidant power dan

diphenylpicrylhydrazil (DPPH) free radical scavenging assay. Golongan ketiga


adalah metode lain misalnya Total Oxidant Scavenging Capacity (TOSC) dan

chemiluminescence.

DPPH (diphenilpycrylhydrazil) merupakan metode yang umum digunakan

untuk menguji aktivitas antioksidan suatu bahan. Metode DPPH banyak dipilih

karena mudah, cepat, peka dan hanya membutuhkan sedikit ekstrak sampel

(Hanani dkk., 2005). Senyawa DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan

beraktivitas dengan cara mendelokalisasi elektron bebas pada suatu molekul

sehingga molekul tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain.

Proses delokalisasi ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu (violet) pekat yang

dapat dikarakterisasi pada pita absorbansi pada panjang gelombang 517 nm

(Andriyanti, 2009). Pada metode ini, larutan DPPH yang berperan sebagai radikal

bebas akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah

menjadi diphenilpycrilhydrazyl yang bersifat non-radikal sebagaimana dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

1. Diphenylpicrylhydrazyl (free radical) 2. Diphenylpicrylhydrazine


(non radical)

Gambar 2.2. Diphenylpicrylhydrazyl free radical dan nonradical


(Molyneux, 2004)

Parameter untuk menginterpretasikan hasil pengujian dari metode DPPH

umumnya dibuat dalam bentuk Inhibitor Concentration 50 (IC50) yang


didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan

mereduksi aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin besar nilai IC 50 maka nilai

aktivitas antioksidan akan semakin kecil (Molyneux, 2004). Suatu senyawa

antioksidan dinyatakan baik jika nilai IC50-nya semakin kecil. Senyawa

antioksidan dikatakan sangat kuat apabila memiliki nilai IC50 kurang dari 0,05

mg/ml, kuat untuk IC50 antara 0,05-0,10 mg/ml, sedang untuk IC50 antara 0,10-

0,15 mg/ml dan lemah jika IC50 bernilai antara 0,150-0,20 mg/ml (Molyneux,

2004).

2.3 Ekstraksi Bahan Aktif

Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen atau zat aktif suatu

simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Proses ekstraksi bertujuan untuk

mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen-

komponen aktif (Harborne,1987). Ekstraksi menggunakan pelarut dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu aqueous phase dan organic phase. Ekstraksi aqueous

phase dilakukan dengan menggunakan pelarut air, sedangkan organic phase

menggunakan pelarut organik (Winarno dkk., 1973 dalam Rumiantin 2011). Jenis

pelarut yang sering digunakan untuk ekstraksi adalah pelarut organik (Retnowati,

2006). Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan metode ekstraksi

bertingkat dan ekstraksi tunggal. Ekstraksi bertingkat merupakan cara merendam

sampel dengan pelarut berbeda secara berurutan sesuai tingkat kepolarannya.

Pelarut non polar, semi polar dan pelarut polar yang digunakan sehingga akan

diperoleh ekstrak kasar yang mengandung berturut-turut senyawa non polar, semi
polar, dan polar. Sedangkan ekstraksi tunggal dilakukan dengan cara merendam

sampel dengan satu jenis pelarut tertentu (Harborne, 1987).

Harborne (1987) mengelompokkan metode ekstraksi menjadi dua, yaitu

ekstraksi sederhana dan ekstraksi khusus. Ekstraksi sederhana meliputi maserasi,

perkolasi, reperkolasi dan diakolasi. Maserasi adalah metode ekstraksi dengan

cara meredam sampel dalam pelarut dengan atau tanpa pengadukan, perkolasi

merupakan metode ekstraksi secara berkesinambungan. Sedangkan reperkolasi

adalah perkolasi dimana hasil perkolasi digunakan untuk melarutkan sampel di

dalam perkulator sampai senyawa kimianya terlarut, dan diakolasi merupakan

perkolasi dengan penambahan tekanan udara. Ekstraksi khusus antara lain

sokletasi, arus balik dan ultrasonik. Sokletasi, yaitu metode ekstraksi secara

berkesinambungan untuk melarutkan sampel kering dengan menggunakan pelarut

bervariasi. Arus balik, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan dimana

sampel dan pelarut saling bertemu melalui gerakan aliran yang berlawanan. Selain

itu ada metode ultrasonik, yaitu metode ekstraksi dengan menggunakan alat yang

menghasilkan frekuensi bunyi atau getaran antara 25-100 KHz.

Secara umum teknik ekstraksi menggunakan pelarut organik dapat

dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu maserasi, perkolasi, ekstraksi dengan soklet

dan refluks. Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan perendaman sampel

yang telah dihancurkan menggunakan pelarut beberapa hari sambil dilakukan

pengadukan, kemudian dilakukan penyaringan atau pengepresan sehingga

diperoleh cairan. Maserasi modern terbuat dari stainless steel atau gelas yang

dilengkapi dengan agitator. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dengan flavor
yang baik karena dilakukan tanpa pemanasan sehingga mengurangi kerusakan

komponen aromatik (Lulail, 2009).

2.4 Pelarut

Kandungan senyawa yang terdapat di dalam tanaman dapat ditarik oleh

suatu pelarut saat proses ekstraksi. Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan

faktor penting dalam proses ekstraksi. Jenis dan mutu pelarut yang digunakan

menentukan keberhasilan proses ekstraksi (Harborne, 1987). Proses ekstraksi

dengan pelarut didasarkan pada sifat kepolaran zat dalam pelarut saat ekstraksi.

Senyawa polar hanya akan larut pada pelarut polar, seperti etanol, metanol,

butanol dan air. Senyawa non-polar juga hanya akan larut pada pelarut non-polar,

seperti eter, kloroform dan n-heksana (Gritter et al., 1991).

Pelarut non polar (n-heksana, aseton) dapat mengekstrak likopen,

triterpenoid dan sebagian kecil karotenoid, sedangkan senyawa xanthin dan

senyawa polar lainnya akan terekstrak ke dalam pelarut polar (metanol, etanol)

(Arifulloh, 2013). Sedangkan pelarut semi polar mampu menarik senyawa

termasuk likopen, b-karoten, vitamin C, padatan terlarut dan total fenol (Ma’sum

dkk., 2014). Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang

diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik dan

mudah terbakar (Harborne, 1987).

2.4 Fitokimia

Analisis fitokimia merupakan analisis pada aneka ragam senyawa organik

yang dibentuk dan ditimbun oleh makhluk hidup, yaitu mengenai struktur
kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara

alamiah dan fungsi biologisnya (Harborne, 1987). Senyawa fenolik merupakan

senyawa yang memiliki satu atau lebih grup hidroksil yang terikat secara langsung

pada sebuah cincin aromatik fenol dalam cincin karbon. Grup hidroksil fenol

dipengaruhi oleh keberadaan cincin aromatik, sehingga hidrogen dari hidroksil

fenolik bersifat labil dan membuat fenol bersifat asam lemah (Wijayanti, 2012).

Berikut merupakan gambar senyawa fenol yang dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Senyawa Fenol


(Hardiana dkk., 2012)

Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan

mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua

gugus hidroksil. Senyawa fenolik adalah kelompok molekul yang besar dan

beragam, terdiri dari kelompok yang berbeda dari metabolit sekunder aromatik

pada tumbuhan. Fenolik adalah metabolit sekunder paling besar pada tanaman dan

dapat diklasifikasikan ke dalam senyawa tidak larut misal kondensasi tanin,

lignin, asam hidroksisinamat yang terikat dinding sel dan senyawa terlarut misal

asam fenolat, fenilpropanoid, flavonoid dan quinon. Kelompok tersebut terlibat

dalam berbagai proses di dalam tanaman dan hewan (Rispail et al., 2005).

Flavonoid merupakan salah satu kelompok yang mendapat perhatian

khusus karena berperan ganda pada tanaman dan juga dampaknya terhadap
kesehatan manusia (Rispail et al., 2005). Flavonoid merupakan senyawa yang

umumnya terdapat dalam tumbuhan yang terikat pada gula sebagai glikosida

(Harborne,.1987). Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa

polifenol, sehingga larutan ekstrak yang mengandung komponen flavonoid akan

berubah warna jika diberi larutan basa atau ammonia. Flavonoid dikelompokkan

menjadi 9 (sembilan) kelas yaitu anthosianin, proanthosianin, flavonol, flavon,

gliko flavon, biflavonil, khalkon dan aurone, flavanon serta isoflavon. Flavonoid

pada tanaman berikatan dengan gula sebagai glikosida dan ada pula yang berada

dalam aglikon (Harborne, 1987). Aglikon flavonoid merupakan polifenol yang

mempunyai sifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Flavonoid

merupakan senyawa polar yang dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol,

metanol, butanol, aseton, dimetil sulfoksida, dimetilformamida, dan air. Namun,

sebaliknya untuk aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan

flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam

pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988). Berikut merupakan gambar

2.4. senyawa flavonoid.

Gambar 2.4. Senyawa Flavonoid


(Redha, 2010)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

Penamaan flavonoid berasal dari bahasa latin yang mengacu pada warna

kuning dan sebagian besar flavonoid adalah berwarna kuning. Flavonoid sering

ditemukan dalam bentuk pigmen dan co-pigmen. Flavonoid adalah golongan

pigmen organik yang tidak mengandung molekul nitrogen. Kombinasi dari

berbagai macam pigmen ini membentuk pigmentasi pada daun, bunga, buah dan

biji tanaman. Pigmen juga bermanfaat bagi manusia dan salah satu manfaat

yang penting adalah sebagai antioksidan (Bhat et al., 2009). Flavonoid

merupakan inhibitor kuat terhadap peroksidasi lipida, sebagai penangkap oksigen

atau nitrogen yang reaktif dan juga mampu menghambat aktivitas enzim

lipooksigenase dan siklooksigenase (Rohman dan Sugeng, 2005). Flavonoid

berperan sebagai antioksidan dengan cara menghambat penggumpalan keping-

keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang berperan melebarkan

pembuluh darah, dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker (Winarsi, 2007).

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Rumput laut kaya akan vitamin, serat kasar, polisakarida, dan polifenol.

Beberapa studi menyatakan manfaat dari polifenol termasuk antioksidan,

antikoagulan, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker (Kim, 2012). Rumput laut

diketahui mengandung antioksidan seperti ascorbat dan glutathione ketika dalam

keadaan segar. Selain itu terdapat metabolisme sekunder seperti karotenoid (α-

dan β-karoten, fukoxantin, astaxantin), mykosporine seperti asam amino

(mikosporin-glisine) dan katesin, galat, plorotanin, dan tokoperol (α, χ-, δ-

tokoperol) (Kim, 2012). Salah satu jenis rumput laut yaitu Halymenia durvillaei

yang masih sedikit penelitian tentang identifikasi senyawa bioaktif seperti

senyawa antioksidan. Rumput laut jenis Halymenia sp. merupakan rumput laut

yang mempunyai masa tanam 15 hari. Pertumbuhan rumput laut Halymenia sp.

selama 15 hari adalah sebesar 105, 67% (Dewi dan Suprabadevi, 2016).

Antioksidan berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua yaitu antioksidan

sintetis dan alami (Rumiantin, 2011). Antioksidan sintetis antara lain butil

hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), dan propil galat (PG)

(Cahyadi, 2006). Antioksidan sintetis yang digunakan dalam jumlah berlebihan

dapat merusak hati dan bersifat karsinogen (Kumar et al., 2008), sehingga perlu

adanya antioksidan alami. Antioksidan alami dapat diperoleh dari biota laut, salah

satunya yaitu rumput laut (Ling et al., 2013).

Senyawa antioksidan seperti fenolik, polifenol dan flavonoid dapat

menangkal radikal bebas seperti peroksida, hidroperoxida atau lipid peroxil

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

sehingga bisa menghambat mekanisme oksidatif yang menyebabkan penyakit

degeneratif (Ahmed, 2012). Sedangkan senyawa bioaktif pada rumput laut

Halymenia harveyana terdapat pigmen karoten dan klorofil yang berpotensi

sebagai antioksidan (Suryaningrum, 2006). Senyawa bioaktif dapat diperoleh

melalui proses ekstraksi salah satunya yaitu maserasi. Maserasi merupakan cara

merendam sampel dalam pelarut, sehingga pelarut akan menembus dinding sel

dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Maserasi

menggunakan tiga pelarut dengan kepolaran yang berbeda sehingga setiap pelarut

akan menarik senyawa yang berbeda pula. Pelarut non polar berfungsi menarik

kandungan lipid dan minyak yang ada pada suatu bahan sehingga senyawa yang

terkandung dalam bahan akan mudah ditarik oleh pelarut semi polar dan polar.

Keuntungan maserasi adalah peralatan yang digunakan sederhana dan tanpa

pemanasan sehingga kerusakan analit oleh adanya panas dapat diminimalisir

(Arifulloh, 2013). Proses ekstraksi pada rumput laut Halymenia durvillaei

menggunakan 3 jenis pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu n-

heksan (non polar), etil asetat (semi polar) dan etanol (polar). Hal ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh dari tiga jenis pelarut terhadap kandungan fenolik,

flavonoid serta aktivitas antioksidan yang dihasilkan yang nantinya dapat di

aplikasikan pada makanan, kosmetik maupun obat-obatan.

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Potensi Hasil Perikanan

Rumput Laut

Komponen bioaktif

Antimikroba Antikanker Antiinflamasi Antioksidan Antidiabetes Antiobesitas

Sintetis Alami

Kelebihan : Rumput Laut Halymenia durvillaei


Masa tanam Halymenia sp.
hanya 15 hari (Dewi dan
Suprabadevi, 2016).
Ekstraksi (maserasi)

Non Polar
Semi Polar Polar

Pengujian

Fenol Flavonoid Uji Aktivitas Antioksidan

Antioksidan terbaik dari ekstrak rumput laut Halymenia durivillaei


Keterangan :
= Aspek yang diteliti
= Aspek yang tidak diteliti

Gambar 2.5. Kerangka Konseptual Penelitian

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

IV METODOLOGI

4.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2016 di

Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

4.2 Materi Penelitian

4.2.1 Peralatan Penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian adalah timbangan, cawan,

kertas saring, blender, kantung plastik, pisau, toples, gelas becker, gelas ukur,

spatula, rotary evaporator, inkubator, aluminium foil, vial, corong, neraca

analitik, tabung reaksi, rak tabung, pipet, mikropipet, lemari es, batang pengaduk,

vortex, desikator, tanur, cawan porselen, spektrofotometer UV VIS.

4.2.2 Bahan Penelitian

Bahan penelitian ini adalah rumput laut Halymenia durvillaei yang di

ambil di Pantai Kutuh, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung,

Provinsi Bali. Pelarut yang digunakan ekstraksi adalah etanol, etil asetat, n-

heksan. Bahan yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan meliputi ekstrak

kasar etanol, etil asetat, n-heksana, kristal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH),

metanol p.a dan antioksidan vitamin C sebagai standar. Bahan-bahan untuk uji

fenol adalah reagen Folin Ciocalteu 50%, asam galat dan larutan natrium karbonat

2%.. Bahan untuk uji flavonoid ada aluminium klorida 2% dan kuersetin.

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif eksploratif (Pramesti, 2013).

Deskriptif eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena,

dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tapi

hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto,

2010). Metode yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan adalah DPPH yang

umumnya dibuat dalam bentuk inhibitor concentration 50 (IC50) yaitu konsentrasi

larutan substrat atau sampel yang akan mereduksi aktivitas DPPH sebesar 50%.

Semakin besar nilai IC50 maka nilai aktivitas antioksidan akan semakin kecil

(Molyneux, 2004).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel

meliputi variabel bebas yaitu tiga jenis pelarut, variabel terkontrol yaitu rumput

laut dan variabel terikat meliputi kandungan fenol, flavonoid, dan aktivitas

antioksidan. Perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan diuji total fenol, total

flavonoid dan antioksidan Halymenia durvillaei. Terdiri dari tiga ekstrak yang

akan di uji yaitu A yaitu ekstrak yang menggunakan pelarut n-heksan, B

menggunakan etil asetat dan C menggunakan pelarut etanol. Vitamin C digunakan

sebagai standar antioksidan.

4.3.2 Prosedur Kerja

4.3.2.1 Preparasi Sampel

Pengambilan sampel rumput laut Halymenia durvillaei dilakukan di Pantai

Kutuh, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Rumput laut kemudian dibersihkan dari pasir dan kotoran-kotoran yang

menempel dengan menggunakan air tawar (Putranti, 2013). Rumput laut yang

sudah dibersihkan kemudian dikeringkan selama tiga hari (Rumiantin, 2011).

Pengeringan rumput laut dilakukan dengan cara diangin-anginkan atau tidak

langsung terkena matahari (Alawiyah, 2007). Hal ini dilakukan untuk

menghindari kerusakan senyawa bioaktif suatu bahan (Putranti, 2013).

4.3.2.2 Analisis kadar air

Analisis kadar air berdasarkan AOAC (2005) adalah cawan porselen yang

akan digunakan untuk menganalisis kadar air dimasukkan ke dalam oven dengan

suhu 105oC selama 1 jam. Cawan porselen tersebut kemudian dimasukkan ke

dalam desikator hingga beratnya konstan dan kemudian ditimbang beratnya.

Sampel rumput laut sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan porselen

tersebut dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam oven selama 6 jam. Cawan

poselen berisi sampel yang telah dioven kemudian dimasukkan ke dalam desikator

selama 15 menit atau hingga beratnya konstan, selanjutnya ditimbang kembali.

Perhitungan kadar air menggunakan formula :

Keterangan :
A = Berat sampel rumput laut
Kadar Air % = B - C x 100% B = Berat cawan dan sampel
A C = Berat cawan dan sampel yang
telah dioven.
4.3.2.3 Ekstraksi Bahan Aktif

Rumput laut yang telah kering selanjutnya di blender sehingga diperoleh tekstur

yang halus. Berdasarkan (Putranti, 2013) yang dimodifikasi dengan Rohman dan

Sugeng (2005) sampel selanjutnya di maserasi secara bertingkat menggunakan


pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol dengan perbandingan 1 : 2 (w/v). Ekstraksi

dilakukan untuk menghasilkan ekstrak kasar rumput laut dengan menggunakan

pelarut. Ekstraksi yang dilakukan adalah ekstraksi bertingkat dengan

menggunakan tiga macam pelarut yang kepolarannya dari terendah yaitu n-heksan

(non polar), etil asetat (semi polar) dan etanol (polar).

Maserasi atau perendaman dilakukan 3 (tiga) kali sampai filtrat

mendekati bening. Hasil maserasi kemudian disaring dengan kertas saring

sehingga dihasilkan filtrat dan residu. Menurut Senja dkk. (2014) proses maserasi

dilakukan selama 3 x 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan. Filtrat yang

diperoleh kemudian dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu

40oC hingga diperoleh ekstrak kasar (crude extract) berupa pasta (Putranti,

2013). Ekstrak kasar yang diperoleh kemudian dilakukan beberapa uji antara lain,

perhitungan rendemen ekstrak, uji fenol, uji flavonoid dan uji aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH. Berikut merupakan rumus rendeman ekstrak :

% Rendemen = Jumlah berat ekstrak berupa pasta (g) x 100 %


Jumlah berat kering (g)

4.3.2.4 Uji Aktivitas Antioksidan

Ekstrak sampel Halymenia durvillaei dilarutkan menggunakan metanol p.a

dengan konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm dan 2000 ppm

(Maulana, 2012). Masing-masing konsentrasi tersebut dipipet 3 ml dan

dicampurkan dengan 1 ml larutan DPPH 100 μM (Putranti, 2013). Campuran

tersebut diinkubasi pada suhu 30oC selama 30 menit pada tempat gelap, kemudian

diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang maksimum 517 nm (Sharma and Tej, 2009). Aktivitas


antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan % inhibisi. Nilai ini diperoleh

dengan rumus:

%Inhibisi = Absorbansi Blangko – Absorbansi Sampel X 100%

Absorbansi Blangko

Absorbansi dari larutan blanko diukur untuk melakukan perhitungan

persen inhibisi. Larutan blanko dibuat dengan mereaksikan 3 ml pelarut metanol

dengan 1 ml larutan DPPH 100 µM dalam tabung reaksi. Setelah didapat nilai

inhibisi dari masing-masing perlakuan, persamaan y = A + Bx ditentukan dengan

perhitungan nilai regresi linear dimana x adalah konsentrasi (µg/ml) dan y adalah

presentase inhibisi (%). Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah menggantikan y

dengan 50. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan.

Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai

IC50 kurang dari 50 ppm (IC50 < 50 ppm), kuat (50 ppm < IC50 < 100 ppm), sedang

(100 ppm < IC50 < 150 ppm), lemah (150 ppm < IC50 < 200 ppm), dan sangat

lemah (IC50 > 200 ppm) (Putranti, 2013).

4.3.2.5 Uji Kandungan Total Fenolik

Kandungan total fenolik ditentukan menggunakan metode Folin-

Ciocalteau (Conde et al., 1997). Sebanyak 0,1 mL masing-masing larutan ekstrak

dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 0,1 mL reagen Folin Ciocalteu

50%. Campuran tersebut divortex, lalu ditambahkan 2 mL larutan natrium

karbonat 2%. Selanjutnya campuran diinkubasi selama 30 menit. Absorbansinya

dibaca panjang gelombang 750 nm. Kandungan total fenolik dinyatakan sebagai
ekuivalen asam galat dalam mg/g sample menurut Kumari and Ram (2015)

menggunakan rumus sebagai berikut :


(CxV)
Ket : T = Total fenol (mg GAE/g sample)
T=
C = konsentrasi (mg/ml)
M
M = berat ekstrak dalam metanol (g)
V = volume ekstrak (ml)

4.3.2.6 Uji Kandungan Total Flavonoid

Kandungan total flavonoid ditentukan menurut metode Meda et al. (2005).

Sebanyak 1 mL masing – masing larutan ekstrak dimasukkan dalam tabung

reaksi, lalu ditambahkan 2 mL aluminium klorida 2%. Campuran tersebut

divorteks, dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 415 nm.

Kandungan total flavonoid dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin dalam mg/g

sample menurut Kumari and Ram (2015) menggunakan rumus sebagai berikut :

(CxV) Ket : T = Total fenol (mg GAE/g sample)


T= C = konsentrasi (mg/ml)
M M = berat ekstrak dalam metanol (g)
V = volume ekstrak (ml)

4.4 Paramater Pengamatan

4.4.1 Paramater Utama

Parameter utama pada penelitian ini adalah aktivitas antioksidan,

kandungan total fenol, dan kandungan total flavonoid.

4.4.2 Paramater Pendukung

Parameter pendukung digunakan untuk melengkapi data dari parameter

utama. Parameter pendukung dalam penelitian ini adalah rendemen dan kadar air

yang dihasilkan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

4.5 Analisis Data

Pengolahan data IC50 yang menunjukkan kekuatan aktivitas antioksidan

dijelaskan secara deskriptif berdasarkan penggolongan kekuatan antioksidan

menurut Molyneux (2004). Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.6

Rumput laut
Halymenia durvillaei

Uji kadar air


Dicuci dan di keringkan

Dihaluskan menggunakan blender

Ekstraksi
Ekstraksi menggunakan 3 pelarut selama
secara bertingkat 3x24 jam

Evaporasi pada suhu 400 C

Ekstrak n-
Ekstrak
heksan
Ekstrak etil etanol
asetat

Uji total fenol


Uji total flavonoid
Uji aktivitas antioksidan

Analisis Data dan Kesimpulan

Gambar 4.1. Diagram Alir Penelitian

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei

Aktivitas antioksidan dari rumput laut Halymenia durvillaei menggunakan

tiga jenis pelarut yaitu etanol, etil asetat dan n-heksan ditandai dengan nilai IC50,

dan vitamin C digunakan sebagai standar. Hasil IC50 dapat dilihat pada table 5.1.

Tabel 5.1. Hasil IC50 ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei.

Jenis Ekstrak IC50 (ppm)±SD Standar Baku IC50 (ppm)±SD


A 1280,79 ± 118,57 Vitamin C 1,55 ± 0,16
B 1250,52 ± 61,40

C 1024,57 ± 171,38
Keterangan : Ekstrak A merupakan ekstrak menggunakan pelarut n-heksan, B
menggunakan pelarut etil asetat, C menggunakan pelarut etanol dan standar baku
menggunakan vitamin C.

5.1.2 Kandungan Fenol dan Flavonoid Rumput Laut Halymenia durvillaei

Kandungan total fenol ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu, dan

dinyatakan dalam ekuivalen asam galat. Sedangkan kandungan total flavonoid

ditentukan dengan metode aluminium klorida kolorimetri yang dinyatakan dalam

ekuivalen kursetin. Hasil menunjukan ekstraksi menggunakan etanol memiliki

kandungan total fenol dan flavonoid terbesar dibandingkan ekstrak etil asetat dan

n-heksan. Berikut merupakan tabel 5.2 hasil total fenol dan flavonoid, untuk

perhitungan total fenol dan flavonoid dapat dilihat pada Lampiran. Kandungan

total fenol yang diekstraksi menggunakan pelarut yang berbeda, berkurang seiring

dengan menurunnya tingkat kepolaran pelarut (Andayani dkk., 2008).

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

Tabel 5.2 Total Fenol dan Flavonoid Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei
(Rata-rata ± SD)

Jenis Ekstrak Total fenol (mg GAE/g Total flavonoid (mg QE/g
sample) sample)
A 1,5870 ± 1,23 0,1554 ± 0,22

B 12,2653 ± 1,55 0,5338 ± 0,44

C 23,6216 ± 2,29 1,7929 ± 0,6

Keterangan : Ekstrak A merupakan ekstrak menggunakan pelarut n-heksan, B


menggunakan pelarut etil asetat dan C menggunakan pelarut etanol.

5.1.3 Kadar Air Rumput Laut Halymenia durvillaei

Kadar air rumput laut Halymenia durvillaei dihitung berdasarkan berat

yang hilang yaitu selisih berat awal dengan berat akhir. Pengujian kadar air

dilakukan dengan menimbang beberapa bahan dan di oven selama 5 jam. Hasil

perhitungan menunjukkan kadar air simplisia rumput laut Halymenia durvillaei

adalah sebesar 20,7675 %.

5.1.4 Rendemen Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei

Nilai rendemen ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei dengan berbagai

pelarut, terdapat tiga jenis pelarut yaitu etanol, etil asetat dan n-heksan. Pelarut

etanol mampu menghasilkan rendemen ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei

tertinggi dibandingkan dengan pelarut etil asetat dan n-heksan. Hasil rendemen

ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei dapat dilihat pada Gambar 5.1.

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


Rendemen Ekstrak (%)
0,5
0,4142
0,4

0,3

0,2 0,1085
0,1
0,0208
0
Etanol Etil asetat n-heksan

5.1. Hasil rendemen ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei

Hasil rendemen ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei diperoleh dari selisih

berat ekstrak dengan berat simplisia rumput laut Halymenia durvillaei. Berat

simplisia awal rumput laut Halymenia durvillaei adalah 200 gr.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Halymenia durvillaei

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada rumput laut

Halymenia durvillaei terdapat aktivitas antioksidan pada perlakuan yang

diberikan. Pelarut etanol menunjukkan nilai IC50 sebesar 1024,57 ± 171,38 ppm

lebih tinggi dibandingkan menggunakan pelarut etil asetat dan n-heksan. Hal ini

menunjukkan bahwa ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei memiliki senyawa

bioaktif lebih banyak bersifat polar dibandingkan semipolar dan non polar.

Sedangkan persen inhibisi ekstrak Halymenia durvillaei semakin tinggi pada

konsentrasi yang tinggi pula (Lampiran 4). Nurhayati (2009) menyatakan semakin

tinggi konsentrasi ekstrak, maka persentase penghambatan ekstrak terhadap

aktivitas radikal bebas DPPH semakin tinggi. Sedangkan aktivitas antioksidan


vitamin C yaitu 1,55 ppm, lebih kuat dibandingkan semua ekstrak Halymenia

durvillaei. Vitamin C merupakan antioksidan kuat yang mampu menjaga

kesehatan sel, meningkatkan penyerapan asupan zat besi, dan memperbaiki sistem

kekebalan tubuh (Kumalaningsih, 2006). Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja

sebagai donor elektron dengan cara memindahkan satu elektron ke senyawa

logam Cu, serta mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel

netrofil, monosit, protein lensa dan retina. Vitamin C mampu menghilangkan

senyawa oksigen reaktif dan mencegah terjadinya LDL teroksidasi (Levine et al.,

1995). Aktivitas antioksidan dinyatakan sangat kuat apabila IC50 yang dihasilkan

yaitu kurang dari 50 ppm, sedangkan sangat lemah apabila lebih dari 200 ppm.

Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi

(Molyneux 2004). Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan

apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya ditandai

dengan perubahan warna ungu menjadi kuning pucat (Moluneux 2004). Senyawa

antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom

hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke

kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm (Aranda et al., 2009).

Perubahan warna yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.2.


Gambar. 5.2 Perubahan warna pada ekstrak

Perubahan warna ungu menjadi kuning terjadi pada konsentrasi 1000 dan

2000 ppm, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani dkk.

(2008) yang menyatakan pada konsentrasi yang lebih tinggi menunjukkan

aktivitas antioksidan lebih tinggi pula. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka

persentase penghambatan radikal bebas cenderung semakin besar. Hal ini diduga

karena pada konsentrasi tertinggi, jumlah ekstrak yang digunakan paling banyak

sehingga ekstrak lebih efektif untuk menangkap molekul radikal bebas

(Dwihandita, 2009).

Perubahan warna ini membuktikan bahwa ekstrak kasar rumput laut

Halymenia durvillaei memiliki aktivitas antioksidan meskipun pada konsentrasi

yang tinggi. Aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei

tergolong sangat lemah yaitu lebih dari 200 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa

kemampuan ekstrak Halymenia durvillaei dalam menghambat 50% radikal bebas

sangat lemah dibandingkan dengan kemampuan vitamin C. Terdapat beberapa

jenis rumput laut lain yang mempunyai IC50 sangat lemah salah satunya yaitu

Euchema spinosum yang mempunyai IC50 3315,60 ppm pada pelarut metanol pa
(Maulana, 2012), rumput laut S. cristaefolium pada pelarut metanol IC50 yang

diperoleh sebesar 1603 ppm (Rohimat dkk., 2014), S. aquifolium yang

mempunyai IC50 1170 ppm dengan pelarut etil asetat, S. duplicatum mempunyai

IC50 sebesar 3798,4 ppm pada pelarut n-heksan (Widowati et al.,2013) dan

P.austalis menggunakan pelarut etil asetat 1160,21 ppm (Podungge, 2012).

Berdasarkan penelitian Husni dkk. (2014) aktivitas antioksidan yang

lemah pada rumput laut disebabkan karena ekstrak yang diuji masih berupa

campuran berbagai senyawa, sedangkan vitamin C merupakan senyawa murni.

Selain kandungan senyawa di dalamnya menurut Budhiyanti et al. (2012), metode

ekstraksi, musim, lokasi dan spesies yang digunakan dalam penelitian akan

mempengaruhi kandungan fenol dan aktivitas antioksidan dari suatu bahan. Selain

itu, suhu pengeringan bahan yang lebih dari 50oC akan menyebabkan menurunnya

aktivitas antioksidan secara signifikan (Azizah et al. 1998). Metode untuk

mengetahui aktivitas antioksidan juga berpengaruh, berdasarkan penelitian

Matanjun et al. (2007) aktivitas antioksidan rumput laut Halymenia durvillaei

menggunakan metode TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Activity) dan FRAP

(Ferric Reducing Antioxidant Power) memberikan hasil sebesar 1,67 ± 0,04

mM/mg dan 182,29 ±13,35 mM/mg yang menunjukkan kemampuan menangkal

radikal bebas sangat lemah.

5.2.2 Total Fenol dan Flavonoid Rumput Laut Halymenia durvillaei

Kandungan fenol dan flavonoid dalam bahan mempengaruhi aktivitas

antioksidan yang ada didalamnya. Selain sebagai antioksidan, flavonoid juga

mempunyai aktivitas sebagai enzim dan memproduksi sistem sel, antitumor,


pelindung hati, serta antiinflamasi. Flavonoid juga mempunyai komponen

formulasi antiacne dan sebagai inhibitor lipase (Ruiz et al., 2005). Penelitian

kandungan fenol pada rumput laut Halymenia durvillaei didapatkan hasil tertinggi

pada ekstrak menggunakan pelarut etanol yaitu 23,6216 ± 2,29 mg GAE/g

sample. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harborne (1987), senyawa fenol

cenderung larut dalam pelarut polar. Komponen fenol larut air pada umumnya

dapat diekstrak dengan etanol, metanol, air dan aseton (Markham dan Bloor

1998). Etanol mempunyai polaritas yang mendekati polaritas fenol pada tanaman

sehingga dapat digunakan sebagai pelarut pada ekstraksi. Selain itu etanol

merupakan pelarut alkohol yang paling aman diantara yang lain karena diperoleh

dari sumber biologis dengan proses fermentasi dan termasuk dalam kategori

GRAS (Generraly recognized as safe) (Saxena et al. 2011).

Total fenol pada Halymenia durvillaei hampir sama dengan penelitian

Matanjun et al. (2008) yaitu sebesar 18,90±1,03 mg PGE/g ekstrak. Kandungan

senyawa fenol pada bahan berperan menentukan adanya kandungan antioksidan

pada bahan tersebut (Susanti 2008). Sehingga pada penelitian ini total fenol

berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan yang tertinggi yaitu menggunakan

pelarut etanol.

Sedangkan total flavonoid ekstrak Halymenia durvillaei adalah 1,7929 ±

0,6 mg QE/g sample pada pelarut etanol. Hal ini disebabkan flavonoid

mengandung gugus gula sebagai glikosida, sehingga bersifat polar dan umumnya

larut pada pelarut polar (Markham, 1988). Polifenol dapat bersifat sebagai
antioksidan karena mampu mendonorkan atom hidrogen, menangkap radikal

bebas, dan sebagai pengikat logam (Lee et al., 2004).

5.2.3 Nilai Rendemen Rumput Laut Halymenia durvillaei

Selain aktivitas antioksidan tertinggi pada pelarut etanol, rendemen

tertinggi juga diperoleh pada ekstrak pelarut etanol. Rendemen pada pelarut etanol

yaitu sebesar 0,4142 %. Pelarut etanol merupakan pelarut polar yang

dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada pada sampel, selain

itu pelarut polar juga mudah menguap sehingga mudah dibebaskan dari ekstrak

(Andayani dkk., 2008). Pelarut polar atau etanol sebagai pelarut yang digunakan

di akhir ekstraksi dapat menarik semua komponen aktif yang tertinggal pada

ekstraksi sebelumnya, sehingga rendemen ekstrak etanol lebih besar dibandingkan

pelarut yang lain (Nurhayati, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian Suryanto

dkk. (2008) proses ekstraksi beberapa tanaman herbal menggunakan pelarut yang

berbeda menghasilkan rendemen terbanyak pada pelarut yang bersifat polar.

Penentuan rendemen berfungsi untuk mengetahui kadar metabolit sekunder yang

terbawa oleh pelarut, namun tidak dapat menentukan jenis senyawanya

(Ukieyanna, 2012). Selain dipengaruhi pelarut, rendemen juga dipengaruhi oleh

kadar air yang ada pada suatu bahan. Ekstraksi yang dilakukan pada bahan kering

menghasilkan rendemen lebih banyak dibandingkan bahan yang segar. Hal itu

disebabkan adanya sel yang mengalami kerusakan atau pecah dan kandungan

airnya sangat rendah, sehingga ekstraksi dengan pelarut organik menjadi mudah

dan memberikan hasil rendemen lebih banyak (Drastinawati, 2005).


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

Pada penelitian ini kadar air yang dihasilkan yaitu 20,7679 %, hal ini

sesuai dengan penelitian Dwihandita (2009) pada rumput laut Caulerpa racemosa

yang menghasilkan kadar air sebesar 19,48%. Tingginya kadar air dalam suatu

bahan mempengaruhi adanya bakteri, kapang, dan khamir tumbuh berkembang

biak sehingga dapat mengalami kebusukan dan mempengaruhi proses ekstraksi

(Muchtadi dan Ayustaningwarno, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian

Dwihandita (2009) kadar air bahan yang dikeringkan dengan udara harusnya 10-

20%. Penelitian lain menyebutkan bahwa kadar air simplisia rumput laut yaitu

sebesar 20-30 % (Aulanni’am dkk.,2011). Kadar air yang lebih rendah pada

penelitian ini disebabkan adanya pengaruh lingkungan saat penjemuran sehingga

memperbesar penguapan kandungan air. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi pengeringan adalah luas permukaan bahan, suhu pengeringan,

aliran udara, dan tekanan uap yang di udara (Winarno dkk., 1980). Menurut

Bassey et al. (2011) adanya kadar air bahan suatu makanan berfungsi sebagai

indeks yang berguna untuk menjaga kualitas, kerentanan terhadap infeksi, jamur,

dan kadar air yang rendah dapat memperpanjang masa simpan dari suatu bahan.

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian tentang aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut

Halymenia durvillaei maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei menggunakan

tiga jenis pelarut etanol, etil asetat dan n-heksan sangat lemah yaitu lebih dari

200 ppm.

2. Aktivitas antioksidan atau IC50 ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei

terbaik diperoleh pada pelarut etanol yaitu sebesar 1024,57 ± 171,38 ppm, hal

ini sebanding dengan total fenol dan total flavonoid yang tinggi pula.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian aktivitas antioksidan ekstrak

rumput laut Halymenia durvillaei dengan berbagai metode tidak hanya

metode DPPH.

2. Peneliti diharapkan dapat mengaplikasikan ekstrak rumput laut Halymenia

durvillaei baik dalam bidang pangan maupun non pangan.

3. Peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian aktivitas yang lain pada

rumput laut Halymenia durvillaei, semisal aktivitas antibakteri.

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, R. 2012. In-Vitro Determination Of Antioxidant Capacity For Methanolic


Extract Of Amaranthus Gangeticus, Spinacia Oleracea L, And Ipomoea
Aquatica By DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) Free Radical
Scavenging Assay. Skripsi. Department Of Pharmacy East West
University.

Alawiyah, L. 2007. Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa Lam.)


sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol.
Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Hal 4.

Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar


Fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum Lycopersicum L).
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 13 (1): 1-9.

Andriyanti, R. 2009. Ekstraksi Senyawa Aktif Antioksidan dari Lintah Laut


(Discodoris sp.) Asal Perairan Kepulauan Belitung. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Aranda, RS., Luis APL, JL Arroyo, BAA Garza, NW de Torres. 2011.


Antimicrobial and Antioxidant Activities of Plants from Northeast of
Mexico. Article. Mexico. Vol. 2011.
Arifulloh. 2013. Ekstraksi Likopen dari Buah Tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.) dengan Berbagai Komposisi Pelarut. Skripsi. Universitas Jember.
Jember.
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
Jakarta : Rineka Cipta.
Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of
Official Analytical of Chemist. The Association of Official Analytical
Chemist, Inc. Arlington.
Aulanni’am., Anna R, N L Rahmah. 2011. Potensi Fraksi Etanol dan Etil Asetat
Rumput Laut Coklat (Sargassum duplicatum Bory) Terhadap Penurunan
Kadar Malondialdehid dan Perbaikan Gambaran Histologis Jejunum Usus
Halus Tikus IBD (Inflammatory Bowel Disease). Jurnal Ilmiah Kedokteran
Hewan Vol.4, No. 1. Universitas Brawijaya. Malang.

Azizah AH, Ruslawati NMN, Tee TS. 1998. Extraction and characterization from
antioxidant of cocoa by-product. Journal of Food Chemistry. 64: 199-202.

Badarinath A.V., K Mallikarjuna, C M S Chetty, S Ramkanth, T V S Rajan, K


Gnanaprakash. 2010. A Review On In-Vitro Antioxidant Methods:

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT KASMINAH


Comparisions, Correlations And Considerations. Journal Pharmacy
Technology Research, India. 2(2):1276-1285.
Bassey SCO, Eteng MU, Eyong EU, Ofem OE, Akunyoung EO, Umoh IB. 2011.
Comparative nutritional and biochemical evaluation of Ergeria radiata
(clams) and Pomecia palludosa (gastropods). Res J Agric Biol Sci. 7(1):
98- 104.

Bhat, S V., B A Nagasampagi, M Sivakumar. 2009. Chemistry of Natural


Products. Springer Berlin Heidelberg New York. pp 585.

Budhiyanti, S.A., S. Raharjo, D.W. Marseno and I.Y.B. Lelana, 2012. Antioxidant
activity of brown algae Sargassum species extracts from the coastline of
java island. Am. J. Agric. Biol. Sci., 7: 337-346.

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal 120.

Conde, E.F., M.C.Cadahia, Garcia-Vallejo, B.F.D. Simon and J.R.G.


Adrados.1997. Low Molecular Weight Polyphenol in Cork of Quercus
Suber. J. Agric. Food Chem. 45:2695-2700.

Demirel, Z., F F Y Koz, U N K Yavasoglu, G Ozdemir and A Sukatar. 2009.


Antimicrobial And Antioxidant Activity Of Brown Algae From The
Aegean Sea. Jurnal of the Serbian Chemical Society. Department of
Pharmaceutical Microbiology, Izmir, Turkey

De Smedt G., O De Clerckt., F Leliaert, E Coppejans and L M Liao. 2001.


Morphology and systematics of the genus Halymenia C. Agardh
(Halymeniales, Rhodophyta) in the Philippines. Nova Hedwigia 73 3-4
293-322 Stuttgart. Ghent University, K.L.Ledeganckstraat.

Dewi, A P W K dan S A Saraswati. 2016. Kajian Pengembangan Usaha Budidaya


Rumput Laut Di Pantai Kutuh, Badung, Provinsi Bali. Journal of Marine
and Aquatic Sciences. Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas
Udayana, Badung. J. Mar. Aquat. Sci. 2(1): 1–5 (2016).
Drastinawati Y. 2005. Ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari daun tanaman
tutup bumi. Jurnal Sains dan Teknologi. 4: 16-19.
Dwihandita, N. 2009. Perubahan Kandungan Antioksidan Anggur Laut
(Caulerpa Racemosa) Akibat Pengolahan. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
FAO. 1998. Species Identification Guide for Fishery Purposes The Living Marine
Resources Of The Western Central Pacific Volume 1 Seaweeds, Corals,
Bivalves And Gastropods. Roma.
Firdaus, M. 2011. Aktivitas Antioksidan Ekstrak RumputLaut Coklat (Sargassum
echinocarpum) sebagai Pencegah Disfungsi Sel Endotelium Aorta Tikus
Diabetes Melitus. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Gritter, R J., J M Bobbitt, A E Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi.
Bandung. Penerbit ITB. Hal 82-84.

Harborne J B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung. Penerbit ITB.

Hanani E., M Abdul, S Ryany. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam


Spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
Kefarmasian. Universitas Indonesia Depok. 2(3):127-133.

Hardiana, R., Rudiyansyah, T A Zaharah. 2012. Aktivitas Antioksidan Senyawa


Golongan Fenol Dari Beberapa Jenis Tumbuhan Famili Malvaceae.
Universitas Tanjungpura. Volume 1 (1). Hal 8-13 Issn 2303-1077.

Huliselan, Y M., M R J Runtuwene, dan D S. Wewengkang. 2015. Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Etanol, Etil Asetat, dan n-Heksan dari Daun
Sesewanua (Clerodendron Squamatum Vahl.). Jurnal Ilmiah Farmasi.
Unsrat. Manado. 4(3): 155-163.

Husni, A., D R. Putra, dan I Y B Lelana. 2014. Aktivitas Antioksidan Padina sp.
Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan. JPB Perikanan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. Vol. 9 No. 2

Ibrani, M F. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Stabilitas Fisik Gel Antiaging yang
Mengandung Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.).
Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program
Ekstensi Departemen Farmasi. Depok.

Kim M S, Kim J Y, Choi W H And Lee S S. 2008. Effects Of Seaweed


Supplementation On Blood Glucose Concentration, Lipid Profile, And
Antioxidant Enzyme Activities In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus.
Nutr. Res. Pract., 2, 62–67.

Kim, Se-Kwon. 2012. Handbook of Marine Macroalgae Biotechnology and


Applied Phycology Pukyong National Universit. A John Wiley & Sons,
Ltd., Publication.

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2014. Kelautan dan Perikanan dalam
Angka 2014. Pusat Data, Statistik, dan Informasi Sekretariat Jenderal,
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. hal. 37.

Kusriningrum R S. 2015. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press.


Surabaya. Hal 31-51.

Kumar, P S., Sucheta S, Deepa. V.S, Selvamani P, dan Latha S. 2008. Antioxidant
Activity In The Some Selected Indian Medical Plants. African Journal of
Biotechnology. 7(12): 1826–1828.
Kumari, A., Ram A S. 2015. Estimation of Total Phenol, Flavonoid Contents and
DPPH Free Radical Scavenging Activity of Oxalis corniculata Linn.
International Journal of Biological and Pharmaceutical Research.
University of Rajasthan. India. 6(3):178-181.

Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas. Surabaya.


Trubus Agrisarana.

Langoy, M L D., Saroyo, F N J Dapas, D Y Katili, S B Hamsir. 2011. Deskripsi


Alga Makro Di Taman Wisata Alam Batuputih, Kota Bitung. Jurnal Ilmiah
Sains. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Ling, A L M., S Md Yasir, P Matanjun and M F A Bakar. 2013. Antioxidant


Activity, Total Phenolic and Flavonoid Contents of Selected Commercial
Seaweeds of Sabah, Malaysia. International Journal of Pharmaceutical and
Phytopharmacological Research (eIJPPR). Malaysia. ISSN 2249-6084.

Lee, J., Koo, N., & Min, D.B. 2004. Reactive oxygen species, aging, and
antioxidative nutrceuticals. Comprehensive Reviews in Food Science and
Food Safety. 3: 21–33.

Levine, M., K R Dhariwal, RW Welch, Y Wang, dan J B Park. 1995.


Determination of Optimal Vitamin C Requirements in Humans. The
American Journal of Clinical Nutrition. 62 (Suppl): 1347S-1356S

Lulail, J. 2009. Kajian Hasil Riset Potensi Antioksidan Di Pusat Informasi


Teknologi Pertanian Fateta IPB Serta Aplikasi Ekstrak Bawang Putih,
Lada Dan Daun Sirih Pada Dendeng Sapi. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Maulana, A. 2012. Aktivitas Antioksidan Rumput Laut Euchema spinosum.


Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Markham, K R., 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.


Hal. 15.

Ma’sum J., Isnaini, R Primaharinastiti, F Annuryanti. 2014. Perbandingan


Aktivitas Antioksidan Ekstrak Aseton Tomat Segar Dan Pasta Tomat
Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Jurnal Farmasi dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Vol.1
No.2.

Matanjun, P., S Mohamed, NM Mustapha, K Muhammad dan CH Ming. 2007.


Antioxidant activities and phenolics content of eight species of seaweeds
from north Borneo. Springer. J Appl Phycol (2008) 20:367–373.
Muchtadi T, Ayustaningwarno F. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan.
Bogor: Alfabeta.

Meda, A., Charles E L, M Romito, J Millogo. O G Nacoulma . 2005.


Determination of the total phenolic, flavonoid and proline contents in
Burkina Fasan honey, as well as their radical scavenging activity. Food
Chemistry. Universite´ de Ouagadougou, 01 BP 7021 Ouaga 01, Burkina
Faso. 91 (2005) 571–577.

Molyneux, P. 2004. The Use Of Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl


(DPPH) For Estimating Antioksidan Activity. Journal Science
Technology. 26(2):211- 219.

Nurhayati, T., Ditha Aryanti, Nurjanah. 2009. Kajian Awal Potensi Ekstrak Spons
sebagai Antiosidan Preliminary Study of Sponge Extract as Antioksidan.
Jurnal Kelautan Naasional. IPB. Vol 2.

Putranti, R I. 2013. Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput


Laut Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornata dari Jepara. Tesis.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Undip. Semarang.

Purnama, R., Melki, Wike Ayu EP, Rozuwan. 2011. Potensi Ekstrak Rumput Laut
Halimeda renchii dan Euchema cottonii sebagai Antibakteri Vibrio sp.
Maspari Journal 02 (2011) 82-88. Universitas Sriwijaya.

Pramesti, R. 2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Caulerpa


serrulata dengan Metode DPPH (1,1 difenil 2 pikrilhidrazil ). Ejournal
Buletin Oseanografi Marina. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Undip. Semarang. vol. 27 – 15.

Pratama, D M., K M Yuliawati, R A Kodir. 2015. Identifikasi Senyawa


Antioksidan dalam Rumput Laut Sargassum duplicatum J.G Agardh dari
Pantai Ujung Genteng. Prosiding Penelitian UNISBA. Bandung. ISSN
2460-6472.

Podungge, F. 2012. Kandungan Fenol, Senyawa Fitokimia dan Aktivitas


Antioksidan Rumput Laut Padina australis. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Rispail, N., P Morris., K Judith Webb. 2005. Phenolic Compound : Extraction and
Analysis. UK. Lotus Japonicus Handbook.

Rhimou, B., R Hassane, B Nathalie. 2013. Antioxidant Activity of Rhodophyceae


Extracts From Atlantic and Mediterranean Coasts of Morocco. African
Journal of Plant Science Vol. 7(3).
Rumiantin, R O. 2011. Kandungan Fenol, Komponen Fitokimia Dan Aktivitas
Antioksidan Lamun Enhalus acoroides. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Ruiz C, Falcocchio S, Xoxi E, Villo L, Nicolosi G, Pastor FIJ, Diaz P, and Sso L.
2005. Inhibition of Candida rugosa lipase by saponins, flavonoids and
alkaloids. J Biosci. Biotechnol. Biochem. 63:539-560.

Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam


Sistem Biologis. Jurnal Belian Vol. 9 No. 2 Sep. 2010: 196 – 202. Jurusan
Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak.

Retnowati, A. 2006. Karakteristik Emulsifieip Dari Otak Sapi Yang Dekstrak


Dengan Imenggunakan Felarut Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Rohman, A., S Riyanto. 2005. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kemuning
(Murraya paniculata (L) Jack) Secara In Vitro. Majalah Farmasi
Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Rohimat., Ita W, Agus T. 2014. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput


Laut Coklat (Turbinaria conoides Dan Sargassum cristaefolium) yang
Dikoleksi dari Pantai Rancabuaya Garut Jawa Barat. Journal Of Marine
Research. Universitas Diponegoro. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Hal.
304-313.

Saxena DK, Sharma SK, Shambi SS. 2011. Comparative extraction of cottonseed
oil by n-hexane and etanol. Journal of Enginering and Applied Science 6
(1): 84-89.

Senja, R M., E Issusilaningtyas, A K Nugroho, E P Setyowati. 2014.


Perbandingan Metode Ekstraksi dan Variasi Pelarut terhadap Rendemen
dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var.
Capitata F. rubra. Traditional Medicine Journal. Fakultas Farmasi.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sharma, Om P., Tej K B. 2009. Analytical Methods DPPH Antioxidant Assay


Revisited. Food Chemistry 113 (2009) 1202–1205.

Suryaningrum, Th. Dwi., T Wikanta., dan H Kristiana. 2006. Uji Aktivitas


Senyawa Antioksidan dari Rumput Laut Halymenia harveyana dan
Eucheuma cottonii. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan Vol. 1 No. 1.

Suryanto E, Wehantou F, Raharjo S. 2008. Aktivitas penstabilan senyawa oksigen


reaktif dari beberapa herbal. Jurnal Obat Bahan Alam 7(1):62-68.
Susanti DY. 2008. Efek suhu pengeringan terhadap kandungan fenolik dan
kandungan katekin ekstrak daun kering gambir. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta. 1-13

Suparmi., A Sahri. 2009. Mengenal Potensi Rumput Laut : Kajian Pemanfaatan


Sumber Daya Rumput Laut dari Aspek Industri dan Kesehatan. Jurnal
Sultan Agung Vol Xliv No. 96.

Ukieyanna, E. 2012. Aktivitas antioksidan, kadar fenolik, dan flavanoid total


tumbuhan suruhan (Peperomia pellucid L. Kunth). Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Vermerris, W., R Nicholson. 2006. Phenolic Compound Biochemistry.


Netherlands. Publish by Springer.

Widowati, I., A. B. Susanto, M. Puspita, V. Stiger-Pouvreau and N. Bourgougnon.


2013. Potentiality of Using Spreading Sargassum Species from Jepara,
Indonesia as an Interesting Source of Antibacterial and Antioxidant
Compound : A Preliminary Study. 21st International Seaweed
Symposium. International Seaweed Association Council, Bali, pp. 118.

Winarno, F G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan.


Jakarta. Hal 107.

Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta:


Gramedia.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanasius.


Yogyakarta.

Wijayanti, I. 2012. Pengaruh Penambahan Komponen Fenolik Teroksidasi


Terhadap Karakteristik Gel Surimi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Yuan, H., J Song, X Li, Ning Li, Song Liu. 2010. Enhanced Immunostimulatory
And Antitumor Activity Of Different Derivatives Of Κ-Carrageenan
Oligosaccharides From Kappaphycus striatum. Institute Of Oceanology,
Chinese Academy Of Sciences, Qingdao 266071, People’s Republic Of
China. Springer Science+Business Media B.V. J Appl Phycol (2011)
23:59–65.

Zubia, M., D Robledo, Y F Pelegrin. (2007). Antioxidant Activities In Marine


Macroalgae From The Coasts Of Quintana Roo And Yucatan, Mexico.
Journal Of Applied Phycology.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Rendemen Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei

% Rendemen Ekstrak etanol = 0,8284 gr x 100%


200 gr
= 0,4142 %

% Rendemen Ekstrak etil asetat = 0,2171 gr x 100%


200 gr
= 0,1085 %

% Rendemen Ekstrak n-heksan = 0,0416 gr x 100%


200 gr
= 0,0208 %

Lampiran 2. Perhitungan Total Fenol

Kurva standart asam galat

asam galat
y = 0,004x + 0,012
0,25 R² = 0,994
0,2
0,15
0,1
0,05
0

0102030405060
Data Perhitungan Total Fenol
T (mg
C GAE/g
Pelarut Absorban (mg/ml) V (ml) M (gr) sample Rata-rata SD
Etanol 0,053 9,7619 5 0,0021 23,2461 23,6216 2,290704
0,058 10,9523 5 0,0021 26,0769
0,05 9,0476 5 0,0021 21,5419
etil 0,035 5,4761 5 0,0022 12,4456 12,2653 1,551569
0,038 6,1904 5 0,0022 14,069
0,031 4,5238 5 0,0022 10,2813
n-
0,238
heksan 0,013 5 0,002 0,595 1,587067 1,23912
0,014 0,4761 5 0,002 1,1902
0,017 1,1904 5 0,002 2,976

Lampiran 3. Perhitungan Total Flavonoid

Kurva Standart Kuersetin

Kuersetin y = 0,019x + 0,030


R² = 0,998
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0

0 10 20 30 40 50 60

Data Perhitungan Total Flavonoid


C
Pelarut Absorban (mg/ml) V (ml) M (gr) T Rata-rata SD
etanol 0,043 0,632124 5 0,0021 1,505057982 1,792911 0,608547
0,042 0,580311 5 0,0021 1,381692573
0,051 1,046632 5 0,0021 2,491981248
Etil 0,031 0,010363 5 0,0022 0,023551578 0,533836 0,445824
0,037 0,321244 5 0,0022 0,730098917
0,038 0,373057 5 0,0022 0,847856806
n-
heksan 0,031 0,010363 5 0,002 0,025906736 0,15544 0,224359
0,031 0,010363 5 0,002 0,025906736
0,034 0,165803 5 0,002 0,414507772
Lampiran 4. Perhitungan IC50 Rumput Laut Halymenia durvillaei

Ulangan

Ekstrak 1 2 3 IC50 SD
Etanol 31,3588 28,223 27,5261 1024,576 171,3893
12,1951 40,7665 39,3728
42,5087 40,7665 50,871
36,5853 63,4146 62,0209
74,9128 72,4738 75,9581
Etil asetat 12,8571 13,5714 27,5 1250,523 61,4006
20,7142 20 16,7857
38,2142 40 42,1428
51,0714 51,7857 46,4285
64,6428 68,2142 75
n-Heksan 30,84746 38,98305 38,98305 1280,796 118,5782
35,25424 41,69492 40,67797
37,9661 44,74576 43,38983
39,32203 50,16949 46,77966
61,69492 55,25424 63,72881
Vitamin C 44,8413 44,4444 44,0476
1,55 0,16
(standar) 59,5238 52,7778 56,3492
70,6349 71,4286 73,0159
82,5397 82,1429 82,5397
90,4762 90,4762 95,2381

Kurva Regresi IC50 Rumput Laut Halymenia durvillaei

Etanol y = 0,029x + 12,67


R² = 0,779
80
70
60
50
40
30
20
10
0

0 500 1000 1500 2000 2500

Kurva ekstrak rumput laut pelarut etanol ulangan 1


y = 0,024x + 26,79
Etanol R² = 0,847
100
80
60
40
20
0

0 500 1000 1500 2000 2500

Kurva ekstrak rumput laut pelarut etanol ulangan 2

y = 0,026x + 27,24
Etanol R² = 0,900
100
80
60
40
20
0

0 500 1000 1500 2000 2500

Kurva ekstrak rumput laut pelarut etanol ulangan 3

y = 0,029x + 10,94
Etil asetat R² = 0,877

80
70
60
50
40
30
20
10
0

0 500 1000 1500 2000 2500

Kurva ekstrak rumput laut pelarut etil asetat ulangan 1


y = 0,030x + 13,84
Etil asetat R² = 0,886

80
70
60
50
40
30
20
10
0

0 500 1000 1500 2000 2500

Kurva ekstrak rumput laut pelarut etil asetat ulangan 2

y = 0,031x + 10,41
Etil asetat R² = 0,891

80
70
60
50
40
30
20
10
0

0 500 1000 1500 2000 2500

Kurva ekstrak rumput laut pelarut etil asetat ulangan 3

n-Heksan y = 0,017x + 25,26


R² = 0,970
70
60
50
40
30
20
10
0

0 500 1000 1500 2000 2500

Kurva ekstrak rumput laut pelarut n-heksan ulangan 1


n-Heksan y = 0,009x + 37,75
60 R² = 0,926
50
40
30
20
10
0

0 500 1000 1500 2000 2500

Kurva ekstrak rumput laut pelarut n-heksan ulangan 2

n-Heksan y = 0,014x + 33,56


70 R² = 0,981
60
50
40
30
20
10
0

05001000150020002500

Kurva ekstrak rumput laut pelarut n-heksan ulangan 3

y = 5,248x + 40,96
Vitamin C R² = 0,976
100

80

60

40

20

0 0 2 4 6 8 10 12

Kurva vitamin C sebagai standar


Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Pencucian bahan Pengeringan bahan

Filtrat hasil ektraksi n-heksan, etil asetat dan etanol

Proses rotary Ekstrak rumput laut Proses pengenceran

Pembacaan dengan Spektrofotometer

Anda mungkin juga menyukai