SKRIPSI
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RUMPUT LAUT Halymenia durvillaei
DENGAN PELARUT NON POLAR, SEMI POLAR DAN POLAR
Oleh :
KASMINAH
GRESIK – JAWA TIMUR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan ridho-Nya,
Non Polar, Semi Polar dan Polar. Penulis mengucapkan terima kasih yang
selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi
Indonesia. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
skripsi ini tidak akan dapat penulis selesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
kepada :
1. Kedua orangtua tercinta dan keluarga yang tiada henti mencurahkan kasih
2. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., M.P. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
saran, dan kritik sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. dan Bapak Agustono,
arahan, petunjuk dan bimbingan dalam proses penelitian dan penulisan skripsi
hingga selesai.
4. Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku dosen wali yang telah memberikan
5. Bapak Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si. dan Bapak Boedi Setya Rahardja
selaku dosen penguji skripsi yang sudah memberikan masukan, saran, dan
dan kritik mulai awal hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
7. Seluruh staf pengajar dan staf pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga atas segala ilmu yang telah bapak dan ibu berikan.
8. Aditya Akmal, Kak Ilmi dan Kak Win selaku partner penelitian yang sudah
9. Mas Deny dan Mbak Wilda yang telah memberikan motivasi dan berkenan
menjadi rekan diskusi serta membantu selama proses penelitian dan penulisan
skripsi.
10. Sahabat dan saudara (Yustika, Fitrotin, Yuyun, Veni, Nisa, Rifky, Hafiz
Randi dan Naufal) atas semnagat dan bantuan yang telah diberikan selama ini
11. Keluarga besar TIHP 2012 dan keluarga besar TIHP FPK UA atas semangat,
13. Teman-teman baik adik kelas maupun kakak kelas yang telah memberi
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi
yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu, semoga Allah SWT selalu
mencurahkan ridho-Nya.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN........................................................................................................iv
SUMMARY...........................................................................................................v
KATA PENGANTAR..........................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii
I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................3
1.4 Manfaat....................................................................................................4
II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................5
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Halymenia durvillaei.....................................5
2.2 Antioksidan.............................................................................................6
2.2.1 Pengertian dan Fungsi Antioksidan................................................6
2.2.2 Jenis Antioksidan...........................................................................7
2.2.3 Pengujian Antioksidan...................................................................8
2.3 Ekstraksi Bahan Aktif.............................................................................10
2.4 Pelarut......................................................................................................12
2.5 Fitokimia.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
LAMPIRAN..........................................................................................................43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
I PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat
melimpah. Produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2011 mencapai 5.170.201
ton, tahun 2012 sebesar 6.514.854 ton, dan tahun 2013 sebesar 9.298.474 ton
(KKP, 2014). Produksi rumput laut mengalami kenaikan cukup besar selama 5
(lima) tahun terakhir yaitu sebesar 33,23% (KKP, 2014). Menurut Winarno
(1996), rumput laut dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu alga hijau, alga
hijau biru, alga coklat, dan alga merah. Rumput laut merah (Rhodophyceae)
menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut
bioaktif yang dapat memberi manfaat kesehatan. Manfaat rumput laut salah
satunya yaitu rumput laut Japonica laminaria yang dapat mengurangi kadar
Selain itu, rumput laut Halimedha renchii dan Euchema cottonii dapat sebagai
antibakteri pada Vibrio sp. (Purnama dkk., 2011). Manfaat lain dari rumput laut
dibagi menjadi dua yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetis. Antioksidan
dapat menimbulkan efek samping (Cahyadi, 2006). Bahan sintetis tersebut antara
lain butil hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluen (BHT), propil galat (PG)
yang dapat merusak hati dan bersifat karsinogen (Kumar et al., 2008). BHA (butil
serta menyebabkan perubahan genetik pada sel telur hewan uji. Sedangkan BHT
(butil hidroksiltoluen) dapat menyebabkan kulit menjadi kasar dan dengan dosis
tinggi dapat menyebabkan penyakit liver (Cahyadi, 2006). Efek samping tersebut
dkk., 2015).
rempah. Antioksidan alami tidak hanya terdapat pada tanaman darat, tetapi juga
tanaman laut (Rumiantin, 2011). Senyawa antioksidan adalah senyawa kimia yang
dapat meredam radikal bebas dengan cara menyumbangkan satu atau lebih
elektron kepada radikal bebas (Zubia et al., 2007). Penelitian tentang aktivitas
antioksidan pada rumput laut telah ada sebelumnya yaitu menggunakan berbagai
jenis rumput laut antara lain Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornat
(Putranti, 2013, Pratama dkk., 2015), alga coklat (Demirel et al., 2009), Padina
sp. (Husni dkk., 2014), Kappaphycus alvarezii (Ling et al., 2013), Caulerpa
2006).
2014). Demirel et al. (2009) menyebutkan bahwa senyawa fenol lebih efektif
BHA dan BHT. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diteliti lebih lanjut
pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu n-heksana (nonpolar), etil
asetat (semipolar) dan etanol (polar). Perbedaan jenis pelarut ini akan
1.3 Tujuan
berbagai pelarut.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
1.4 Manfaat
obatan.
II TINJAUAN PUSTAKA
senyawa organik dan anorganik serta serat kasar (Jimenez-Escrig dan Goni, 1999
Kingdom : Plantae
Kelas : Rhodophyta
Subkelas : Florideophysideae
Ordo : Cryptonemiales
Famili : Cryptonemiaceae
Genus : Halymenia
Spesies : Halymenia durvillaei Bory de Saint Vincent, 1828
Rumput laut merah menjadi sumber penting penghasil karaginan untuk bahan
tambahan pada makanan, yogurt, chocolate milk, dan puding, selain itu terdapat
sekitar 8000 spesies alga merah yang mengandung metabolit aktif dibandingan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
jenis alga yang lain. Metabolit aktif (polisakarida, fenol, alkaloid) dapat di
lainnya (Kim, 2012). Rumput laut Halymenia durvillaei mempunyai talus yang
serta mempunyai permukaan talus yang licin dan halus (De Smedt et al., 2001).
Percabangan berselang seling pada rumput laut Halymenia durvillaei pada kedua
sisi talus atau pinnate alternate. Pada talus bagian bawah berbentuk melebar dan
mengecil ke bagian puncak, sedangkan sisi talus bergerigi. Substratnya yaitu pada
daerah berkarang, berbatu, berpasir dan di daerah rataan terumbu karang (Langoy
merah hingga keunguan dan tersebar di daerah Pasifik Barat dan Indo
2.2 Antioksidan
merupakan molekul yang tidak berpasangan dan sangat reaktif. Radikal terbentuk
dalam semua makhluk hidup selama terjadi reaksi oksidasi, hal ini merupakan
metabolisme yang normal. Namun dalam keadaan tertentu seperti adanya tekanan
organisme terutama DNA dan membran (lipid dan protein), selain itu akan terjadi
kerusakan berantai. Reaksi berantai terjadi ketika radikal bereaksi dengan molekul
lain, sehingga menciptakan sebuah radikal yang baru (Vermerris and Ralph,
2006).
dan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron dan menjadi
stabil. Antioksidan dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan
ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan
larut air (sodium metabisulfit, asam sitrat dan vitamin C) dan antioksidan larut
(Rumiantin, 2011).
Selain itu antioksidan juga dibagi berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu
atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal. Antioksidan primer meliputi
produk yang lebih stabil (Winarsi, 2007). Sedangkan antioksidan sekunder atau
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara
meliputi sistem enzim DNA - repair dan metionin sulfoksida reduktase (Winarsi,
2007).
dan Lipid Peroxidation Inhibition Capacity (LPIC) assay. Golongan kedua adalah
Electron Transfer methods (ET) misalnya ferric reducing antioxidant power dan
chemiluminescence.
untuk menguji aktivitas antioksidan suatu bahan. Metode DPPH banyak dipilih
karena mudah, cepat, peka dan hanya membutuhkan sedikit ekstrak sampel
(Hanani dkk., 2005). Senyawa DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan
sehingga molekul tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain.
Proses delokalisasi ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu (violet) pekat yang
(Andriyanti, 2009). Pada metode ini, larutan DPPH yang berperan sebagai radikal
bebas akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah
mereduksi aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin besar nilai IC 50 maka nilai
antioksidan dikatakan sangat kuat apabila memiliki nilai IC50 kurang dari 0,05
mg/ml, kuat untuk IC50 antara 0,05-0,10 mg/ml, sedang untuk IC50 antara 0,10-
0,15 mg/ml dan lemah jika IC50 bernilai antara 0,150-0,20 mg/ml (Molyneux,
2004).
dengan dua cara, yaitu aqueous phase dan organic phase. Ekstraksi aqueous
menggunakan pelarut organik (Winarno dkk., 1973 dalam Rumiantin 2011). Jenis
pelarut yang sering digunakan untuk ekstraksi adalah pelarut organik (Retnowati,
Pelarut non polar, semi polar dan pelarut polar yang digunakan sehingga akan
diperoleh ekstrak kasar yang mengandung berturut-turut senyawa non polar, semi
polar, dan polar. Sedangkan ekstraksi tunggal dilakukan dengan cara merendam
cara meredam sampel dalam pelarut dengan atau tanpa pengadukan, perkolasi
sokletasi, arus balik dan ultrasonik. Sokletasi, yaitu metode ekstraksi secara
sampel dan pelarut saling bertemu melalui gerakan aliran yang berlawanan. Selain
itu ada metode ultrasonik, yaitu metode ekstraksi dengan menggunakan alat yang
diperoleh cairan. Maserasi modern terbuat dari stainless steel atau gelas yang
dilengkapi dengan agitator. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dengan flavor
yang baik karena dilakukan tanpa pemanasan sehingga mengurangi kerusakan
2.4 Pelarut
suatu pelarut saat proses ekstraksi. Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan
faktor penting dalam proses ekstraksi. Jenis dan mutu pelarut yang digunakan
dengan pelarut didasarkan pada sifat kepolaran zat dalam pelarut saat ekstraksi.
Senyawa polar hanya akan larut pada pelarut polar, seperti etanol, metanol,
butanol dan air. Senyawa non-polar juga hanya akan larut pada pelarut non-polar,
senyawa polar lainnya akan terekstrak ke dalam pelarut polar (metanol, etanol)
termasuk likopen, b-karoten, vitamin C, padatan terlarut dan total fenol (Ma’sum
dkk., 2014). Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang
diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik dan
2.4 Fitokimia
yang dibentuk dan ditimbun oleh makhluk hidup, yaitu mengenai struktur
kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara
senyawa yang memiliki satu atau lebih grup hidroksil yang terikat secara langsung
pada sebuah cincin aromatik fenol dalam cincin karbon. Grup hidroksil fenol
fenolik bersifat labil dan membuat fenol bersifat asam lemah (Wijayanti, 2012).
Berikut merupakan gambar senyawa fenol yang dapat dilihat pada gambar 2.3.
mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus hidroksil. Senyawa fenolik adalah kelompok molekul yang besar dan
beragam, terdiri dari kelompok yang berbeda dari metabolit sekunder aromatik
pada tumbuhan. Fenolik adalah metabolit sekunder paling besar pada tanaman dan
lignin, asam hidroksisinamat yang terikat dinding sel dan senyawa terlarut misal
dalam berbagai proses di dalam tanaman dan hewan (Rispail et al., 2005).
khusus karena berperan ganda pada tanaman dan juga dampaknya terhadap
kesehatan manusia (Rispail et al., 2005). Flavonoid merupakan senyawa yang
umumnya terdapat dalam tumbuhan yang terikat pada gula sebagai glikosida
berubah warna jika diberi larutan basa atau ammonia. Flavonoid dikelompokkan
gliko flavon, biflavonil, khalkon dan aurone, flavanon serta isoflavon. Flavonoid
pada tanaman berikatan dengan gula sebagai glikosida dan ada pula yang berada
mempunyai sifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Flavonoid
merupakan senyawa polar yang dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol,
sebaliknya untuk aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan
flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam
pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988). Berikut merupakan gambar
Penamaan flavonoid berasal dari bahasa latin yang mengacu pada warna
kuning dan sebagian besar flavonoid adalah berwarna kuning. Flavonoid sering
berbagai macam pigmen ini membentuk pigmentasi pada daun, bunga, buah dan
biji tanaman. Pigmen juga bermanfaat bagi manusia dan salah satu manfaat
atau nitrogen yang reaktif dan juga mampu menghambat aktivitas enzim
keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang berperan melebarkan
pembuluh darah, dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker (Winarsi, 2007).
Rumput laut kaya akan vitamin, serat kasar, polisakarida, dan polifenol.
keadaan segar. Selain itu terdapat metabolisme sekunder seperti karotenoid (α-
tokoperol) (Kim, 2012). Salah satu jenis rumput laut yaitu Halymenia durvillaei
senyawa antioksidan. Rumput laut jenis Halymenia sp. merupakan rumput laut
yang mempunyai masa tanam 15 hari. Pertumbuhan rumput laut Halymenia sp.
selama 15 hari adalah sebesar 105, 67% (Dewi dan Suprabadevi, 2016).
sintetis dan alami (Rumiantin, 2011). Antioksidan sintetis antara lain butil
hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), dan propil galat (PG)
dapat merusak hati dan bersifat karsinogen (Kumar et al., 2008), sehingga perlu
adanya antioksidan alami. Antioksidan alami dapat diperoleh dari biota laut, salah
melalui proses ekstraksi salah satunya yaitu maserasi. Maserasi merupakan cara
merendam sampel dalam pelarut, sehingga pelarut akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Maserasi
menggunakan tiga pelarut dengan kepolaran yang berbeda sehingga setiap pelarut
akan menarik senyawa yang berbeda pula. Pelarut non polar berfungsi menarik
kandungan lipid dan minyak yang ada pada suatu bahan sehingga senyawa yang
terkandung dalam bahan akan mudah ditarik oleh pelarut semi polar dan polar.
heksan (non polar), etil asetat (semi polar) dan etanol (polar). Hal ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh dari tiga jenis pelarut terhadap kandungan fenolik,
Rumput Laut
Komponen bioaktif
Sintetis Alami
Non Polar
Semi Polar Polar
Pengujian
IV METODOLOGI
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2016 di
kertas saring, blender, kantung plastik, pisau, toples, gelas becker, gelas ukur,
analitik, tabung reaksi, rak tabung, pipet, mikropipet, lemari es, batang pengaduk,
ambil di Pantai Kutuh, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung,
Provinsi Bali. Pelarut yang digunakan ekstraksi adalah etanol, etil asetat, n-
heksan. Bahan yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan meliputi ekstrak
metanol p.a dan antioksidan vitamin C sebagai standar. Bahan-bahan untuk uji
fenol adalah reagen Folin Ciocalteu 50%, asam galat dan larutan natrium karbonat
2%.. Bahan untuk uji flavonoid ada aluminium klorida 2% dan kuersetin.
dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tapi
hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto,
2010). Metode yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan adalah DPPH yang
larutan substrat atau sampel yang akan mereduksi aktivitas DPPH sebesar 50%.
Semakin besar nilai IC50 maka nilai aktivitas antioksidan akan semakin kecil
(Molyneux, 2004).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel
meliputi variabel bebas yaitu tiga jenis pelarut, variabel terkontrol yaitu rumput
laut dan variabel terikat meliputi kandungan fenol, flavonoid, dan aktivitas
antioksidan. Perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan diuji total fenol, total
flavonoid dan antioksidan Halymenia durvillaei. Terdiri dari tiga ekstrak yang
Kutuh, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Rumput laut kemudian dibersihkan dari pasir dan kotoran-kotoran yang
menempel dengan menggunakan air tawar (Putranti, 2013). Rumput laut yang
Analisis kadar air berdasarkan AOAC (2005) adalah cawan porselen yang
akan digunakan untuk menganalisis kadar air dimasukkan ke dalam oven dengan
tersebut dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam oven selama 6 jam. Cawan
poselen berisi sampel yang telah dioven kemudian dimasukkan ke dalam desikator
Keterangan :
A = Berat sampel rumput laut
Kadar Air % = B - C x 100% B = Berat cawan dan sampel
A C = Berat cawan dan sampel yang
telah dioven.
4.3.2.3 Ekstraksi Bahan Aktif
Rumput laut yang telah kering selanjutnya di blender sehingga diperoleh tekstur
yang halus. Berdasarkan (Putranti, 2013) yang dimodifikasi dengan Rohman dan
menggunakan tiga macam pelarut yang kepolarannya dari terendah yaitu n-heksan
sehingga dihasilkan filtrat dan residu. Menurut Senja dkk. (2014) proses maserasi
40oC hingga diperoleh ekstrak kasar (crude extract) berupa pasta (Putranti,
2013). Ekstrak kasar yang diperoleh kemudian dilakukan beberapa uji antara lain,
perhitungan rendemen ekstrak, uji fenol, uji flavonoid dan uji aktivitas
dengan konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm dan 2000 ppm
tersebut diinkubasi pada suhu 30oC selama 30 menit pada tempat gelap, kemudian
dengan rumus:
Absorbansi Blangko
dengan 1 ml larutan DPPH 100 µM dalam tabung reaksi. Setelah didapat nilai
perhitungan nilai regresi linear dimana x adalah konsentrasi (µg/ml) dan y adalah
presentase inhibisi (%). Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah menggantikan y
dengan 50. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan.
Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai
IC50 kurang dari 50 ppm (IC50 < 50 ppm), kuat (50 ppm < IC50 < 100 ppm), sedang
(100 ppm < IC50 < 150 ppm), lemah (150 ppm < IC50 < 200 ppm), dan sangat
dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 0,1 mL reagen Folin Ciocalteu
dibaca panjang gelombang 750 nm. Kandungan total fenolik dinyatakan sebagai
ekuivalen asam galat dalam mg/g sample menurut Kumari and Ram (2015)
sample menurut Kumari and Ram (2015) menggunakan rumus sebagai berikut :
utama. Parameter pendukung dalam penelitian ini adalah rendemen dan kadar air
yang dihasilkan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
menurut Molyneux (2004). Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.6
Rumput laut
Halymenia durvillaei
Ekstraksi
Ekstraksi menggunakan 3 pelarut selama
secara bertingkat 3x24 jam
Ekstrak n-
Ekstrak
heksan
Ekstrak etil etanol
asetat
5.1 Hasil
tiga jenis pelarut yaitu etanol, etil asetat dan n-heksan ditandai dengan nilai IC50,
dan vitamin C digunakan sebagai standar. Hasil IC50 dapat dilihat pada table 5.1.
C 1024,57 ± 171,38
Keterangan : Ekstrak A merupakan ekstrak menggunakan pelarut n-heksan, B
menggunakan pelarut etil asetat, C menggunakan pelarut etanol dan standar baku
menggunakan vitamin C.
kandungan total fenol dan flavonoid terbesar dibandingkan ekstrak etil asetat dan
n-heksan. Berikut merupakan tabel 5.2 hasil total fenol dan flavonoid, untuk
perhitungan total fenol dan flavonoid dapat dilihat pada Lampiran. Kandungan
total fenol yang diekstraksi menggunakan pelarut yang berbeda, berkurang seiring
Tabel 5.2 Total Fenol dan Flavonoid Ekstrak Rumput Laut Halymenia durvillaei
(Rata-rata ± SD)
Jenis Ekstrak Total fenol (mg GAE/g Total flavonoid (mg QE/g
sample) sample)
A 1,5870 ± 1,23 0,1554 ± 0,22
yang hilang yaitu selisih berat awal dengan berat akhir. Pengujian kadar air
dilakukan dengan menimbang beberapa bahan dan di oven selama 5 jam. Hasil
pelarut, terdapat tiga jenis pelarut yaitu etanol, etil asetat dan n-heksan. Pelarut
tertinggi dibandingkan dengan pelarut etil asetat dan n-heksan. Hasil rendemen
ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei dapat dilihat pada Gambar 5.1.
0,3
0,2 0,1085
0,1
0,0208
0
Etanol Etil asetat n-heksan
Hasil rendemen ekstrak rumput laut Halymenia durvillaei diperoleh dari selisih
berat ekstrak dengan berat simplisia rumput laut Halymenia durvillaei. Berat
5.2 Pembahasan
diberikan. Pelarut etanol menunjukkan nilai IC50 sebesar 1024,57 ± 171,38 ppm
lebih tinggi dibandingkan menggunakan pelarut etil asetat dan n-heksan. Hal ini
bioaktif lebih banyak bersifat polar dibandingkan semipolar dan non polar.
konsentrasi yang tinggi pula (Lampiran 4). Nurhayati (2009) menyatakan semakin
kesehatan sel, meningkatkan penyerapan asupan zat besi, dan memperbaiki sistem
logam Cu, serta mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel
senyawa oksigen reaktif dan mencegah terjadinya LDL teroksidasi (Levine et al.,
1995). Aktivitas antioksidan dinyatakan sangat kuat apabila IC50 yang dihasilkan
yaitu kurang dari 50 ppm, sedangkan sangat lemah apabila lebih dari 200 ppm.
dengan perubahan warna ungu menjadi kuning pucat (Moluneux 2004). Senyawa
antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom
kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm (Aranda et al., 2009).
Perubahan warna ungu menjadi kuning terjadi pada konsentrasi 1000 dan
2000 ppm, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani dkk.
aktivitas antioksidan lebih tinggi pula. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka
persentase penghambatan radikal bebas cenderung semakin besar. Hal ini diduga
karena pada konsentrasi tertinggi, jumlah ekstrak yang digunakan paling banyak
(Dwihandita, 2009).
tergolong sangat lemah yaitu lebih dari 200 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa
jenis rumput laut lain yang mempunyai IC50 sangat lemah salah satunya yaitu
Euchema spinosum yang mempunyai IC50 3315,60 ppm pada pelarut metanol pa
(Maulana, 2012), rumput laut S. cristaefolium pada pelarut metanol IC50 yang
mempunyai IC50 1170 ppm dengan pelarut etil asetat, S. duplicatum mempunyai
IC50 sebesar 3798,4 ppm pada pelarut n-heksan (Widowati et al.,2013) dan
lemah pada rumput laut disebabkan karena ekstrak yang diuji masih berupa
ekstraksi, musim, lokasi dan spesies yang digunakan dalam penelitian akan
mempengaruhi kandungan fenol dan aktivitas antioksidan dari suatu bahan. Selain
itu, suhu pengeringan bahan yang lebih dari 50oC akan menyebabkan menurunnya
formulasi antiacne dan sebagai inhibitor lipase (Ruiz et al., 2005). Penelitian
kandungan fenol pada rumput laut Halymenia durvillaei didapatkan hasil tertinggi
sample. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harborne (1987), senyawa fenol
cenderung larut dalam pelarut polar. Komponen fenol larut air pada umumnya
dapat diekstrak dengan etanol, metanol, air dan aseton (Markham dan Bloor
1998). Etanol mempunyai polaritas yang mendekati polaritas fenol pada tanaman
sehingga dapat digunakan sebagai pelarut pada ekstraksi. Selain itu etanol
merupakan pelarut alkohol yang paling aman diantara yang lain karena diperoleh
dari sumber biologis dengan proses fermentasi dan termasuk dalam kategori
pada bahan tersebut (Susanti 2008). Sehingga pada penelitian ini total fenol
pelarut etanol.
0,6 mg QE/g sample pada pelarut etanol. Hal ini disebabkan flavonoid
mengandung gugus gula sebagai glikosida, sehingga bersifat polar dan umumnya
larut pada pelarut polar (Markham, 1988). Polifenol dapat bersifat sebagai
antioksidan karena mampu mendonorkan atom hidrogen, menangkap radikal
tertinggi juga diperoleh pada ekstrak pelarut etanol. Rendemen pada pelarut etanol
dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada pada sampel, selain
itu pelarut polar juga mudah menguap sehingga mudah dibebaskan dari ekstrak
(Andayani dkk., 2008). Pelarut polar atau etanol sebagai pelarut yang digunakan
di akhir ekstraksi dapat menarik semua komponen aktif yang tertinggal pada
pelarut yang lain (Nurhayati, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian Suryanto
dkk. (2008) proses ekstraksi beberapa tanaman herbal menggunakan pelarut yang
kadar air yang ada pada suatu bahan. Ekstraksi yang dilakukan pada bahan kering
menghasilkan rendemen lebih banyak dibandingkan bahan yang segar. Hal itu
disebabkan adanya sel yang mengalami kerusakan atau pecah dan kandungan
airnya sangat rendah, sehingga ekstraksi dengan pelarut organik menjadi mudah
Pada penelitian ini kadar air yang dihasilkan yaitu 20,7679 %, hal ini
sesuai dengan penelitian Dwihandita (2009) pada rumput laut Caulerpa racemosa
yang menghasilkan kadar air sebesar 19,48%. Tingginya kadar air dalam suatu
Dwihandita (2009) kadar air bahan yang dikeringkan dengan udara harusnya 10-
20%. Penelitian lain menyebutkan bahwa kadar air simplisia rumput laut yaitu
sebesar 20-30 % (Aulanni’am dkk.,2011). Kadar air yang lebih rendah pada
aliran udara, dan tekanan uap yang di udara (Winarno dkk., 1980). Menurut
Bassey et al. (2011) adanya kadar air bahan suatu makanan berfungsi sebagai
indeks yang berguna untuk menjaga kualitas, kerentanan terhadap infeksi, jamur,
dan kadar air yang rendah dapat memperpanjang masa simpan dari suatu bahan.
6.1 Simpulan
tiga jenis pelarut etanol, etil asetat dan n-heksan sangat lemah yaitu lebih dari
200 ppm.
terbaik diperoleh pada pelarut etanol yaitu sebesar 1024,57 ± 171,38 ppm, hal
ini sebanding dengan total fenol dan total flavonoid yang tinggi pula.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :
metode DPPH.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah AH, Ruslawati NMN, Tee TS. 1998. Extraction and characterization from
antioxidant of cocoa by-product. Journal of Food Chemistry. 64: 199-202.
Budhiyanti, S.A., S. Raharjo, D.W. Marseno and I.Y.B. Lelana, 2012. Antioxidant
activity of brown algae Sargassum species extracts from the coastline of
java island. Am. J. Agric. Biol. Sci., 7: 337-346.
Husni, A., D R. Putra, dan I Y B Lelana. 2014. Aktivitas Antioksidan Padina sp.
Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan. JPB Perikanan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. Vol. 9 No. 2
Ibrani, M F. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Stabilitas Fisik Gel Antiaging yang
Mengandung Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.).
Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program
Ekstensi Departemen Farmasi. Depok.
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2014. Kelautan dan Perikanan dalam
Angka 2014. Pusat Data, Statistik, dan Informasi Sekretariat Jenderal,
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. hal. 37.
Kumar, P S., Sucheta S, Deepa. V.S, Selvamani P, dan Latha S. 2008. Antioxidant
Activity In The Some Selected Indian Medical Plants. African Journal of
Biotechnology. 7(12): 1826–1828.
Kumari, A., Ram A S. 2015. Estimation of Total Phenol, Flavonoid Contents and
DPPH Free Radical Scavenging Activity of Oxalis corniculata Linn.
International Journal of Biological and Pharmaceutical Research.
University of Rajasthan. India. 6(3):178-181.
Lee, J., Koo, N., & Min, D.B. 2004. Reactive oxygen species, aging, and
antioxidative nutrceuticals. Comprehensive Reviews in Food Science and
Food Safety. 3: 21–33.
Nurhayati, T., Ditha Aryanti, Nurjanah. 2009. Kajian Awal Potensi Ekstrak Spons
sebagai Antiosidan Preliminary Study of Sponge Extract as Antioksidan.
Jurnal Kelautan Naasional. IPB. Vol 2.
Purnama, R., Melki, Wike Ayu EP, Rozuwan. 2011. Potensi Ekstrak Rumput Laut
Halimeda renchii dan Euchema cottonii sebagai Antibakteri Vibrio sp.
Maspari Journal 02 (2011) 82-88. Universitas Sriwijaya.
Rispail, N., P Morris., K Judith Webb. 2005. Phenolic Compound : Extraction and
Analysis. UK. Lotus Japonicus Handbook.
Ruiz C, Falcocchio S, Xoxi E, Villo L, Nicolosi G, Pastor FIJ, Diaz P, and Sso L.
2005. Inhibition of Candida rugosa lipase by saponins, flavonoids and
alkaloids. J Biosci. Biotechnol. Biochem. 63:539-560.
Rohman, A., S Riyanto. 2005. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kemuning
(Murraya paniculata (L) Jack) Secara In Vitro. Majalah Farmasi
Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Saxena DK, Sharma SK, Shambi SS. 2011. Comparative extraction of cottonseed
oil by n-hexane and etanol. Journal of Enginering and Applied Science 6
(1): 84-89.
Yuan, H., J Song, X Li, Ning Li, Song Liu. 2010. Enhanced Immunostimulatory
And Antitumor Activity Of Different Derivatives Of Κ-Carrageenan
Oligosaccharides From Kappaphycus striatum. Institute Of Oceanology,
Chinese Academy Of Sciences, Qingdao 266071, People’s Republic Of
China. Springer Science+Business Media B.V. J Appl Phycol (2011)
23:59–65.
asam galat
y = 0,004x + 0,012
0,25 R² = 0,994
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0102030405060
Data Perhitungan Total Fenol
T (mg
C GAE/g
Pelarut Absorban (mg/ml) V (ml) M (gr) sample Rata-rata SD
Etanol 0,053 9,7619 5 0,0021 23,2461 23,6216 2,290704
0,058 10,9523 5 0,0021 26,0769
0,05 9,0476 5 0,0021 21,5419
etil 0,035 5,4761 5 0,0022 12,4456 12,2653 1,551569
0,038 6,1904 5 0,0022 14,069
0,031 4,5238 5 0,0022 10,2813
n-
0,238
heksan 0,013 5 0,002 0,595 1,587067 1,23912
0,014 0,4761 5 0,002 1,1902
0,017 1,1904 5 0,002 2,976
0 10 20 30 40 50 60
Ulangan
Ekstrak 1 2 3 IC50 SD
Etanol 31,3588 28,223 27,5261 1024,576 171,3893
12,1951 40,7665 39,3728
42,5087 40,7665 50,871
36,5853 63,4146 62,0209
74,9128 72,4738 75,9581
Etil asetat 12,8571 13,5714 27,5 1250,523 61,4006
20,7142 20 16,7857
38,2142 40 42,1428
51,0714 51,7857 46,4285
64,6428 68,2142 75
n-Heksan 30,84746 38,98305 38,98305 1280,796 118,5782
35,25424 41,69492 40,67797
37,9661 44,74576 43,38983
39,32203 50,16949 46,77966
61,69492 55,25424 63,72881
Vitamin C 44,8413 44,4444 44,0476
1,55 0,16
(standar) 59,5238 52,7778 56,3492
70,6349 71,4286 73,0159
82,5397 82,1429 82,5397
90,4762 90,4762 95,2381
y = 0,026x + 27,24
Etanol R² = 0,900
100
80
60
40
20
0
y = 0,029x + 10,94
Etil asetat R² = 0,877
80
70
60
50
40
30
20
10
0
80
70
60
50
40
30
20
10
0
y = 0,031x + 10,41
Etil asetat R² = 0,891
80
70
60
50
40
30
20
10
0
05001000150020002500
y = 5,248x + 40,96
Vitamin C R² = 0,976
100
80
60
40
20
0 0 2 4 6 8 10 12