Anda di halaman 1dari 15

PAPER

TEORI KOMUNIKASI MASSA

“Normatif Theory”

MATA KULIAH : KOMUNIKASI MASSA

DOSEN PENGAMPU : DIMAS AKHSIN AZHAR

KELAS : KM.2C

NAMA MAHASISWA : ANTHONY NITIBASKARA

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN DESAIN


ILMU KOMUNIKASI

ARS UNIVERSITY

Abstrak

Teori normatif tentang pers mengandung beberapa pandangan tenta


ng harapan masyarakat terhadap pers dan peran yang seharusnya dimainka
n oleh pers tersebut. Setiap ragam utama teori normatif ini cenderung dikai
tkan dengan sistem politik/pemerintahan dimana pers tersebut menjadi sub
sistemnya. Teori normatif media massa memiliki gagasan pokok bagaiman
a media seharusnya, atau setidaknya diharapkan, dikelola dan bertindak un
tuk kepentingan publik yang lebih luas maupun untuk kebaikan masyaraka
t secara keseluruhan sebagai penyebab keberhasilan dalam komunikasi. M
edia diasumsikan tidak hanya memiliki dampak obyektif tertentu terhadap
masyarakat, namun media juga menjalankan tujuan-tujuan sosial tertentu.
dampak yang direncanakan (intended effect) yang dianggap positif.

Kata Kunci : Teori Normatif


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teori normatif tentang pers mengandung beberapa pandangan tenta


ng harapan masyarakat terhadap pers dan peran yang seharusnya dimainka
n oleh pers tersebut. Meskipun setiap bangsa cenderung menganut teori no
rmatif tersendiri yang khas dan rinci, namun masih terdapat beberapa prins
ip umum yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi berbagai konsep kh
usus yang dianut oleh berbagai bangsa. Setiap ragam utama teori normatif
ini cenderung dikaitkan dengan sistem politik/pemerintahan dimana pers te
rsebut menjadi subsistemnya.
Media serta komunikasi massa dianggap memiliki pengaruh yang s
angat kuat dalam mempengaruhi alam pikiran, pendapat dan tindakan sese
orang. Atas asumsi itu pula, media harus bisa menjalankan perannya, deng
an mempertimbangkan tanggung jawab sosial sebagaimana tujuan media d
alam komunikasi massa . Media komunikasi modern tidak bisa seenaknya
saja memproduksi dan menampilkan berita yang dianggap bisa berakibat ti
dak baik bagi pembaca, pendengar ataupun penonton.
Dalam hal ini, sebenarnya apakah hubungan antara teori normatif d
an komunikasi massa itu sendiri dalam macam-macam komunikasi kelomp
ok dan penyebab kecemasan organisasi dalam komunikasi . Untuk memah
aminya lebih dalam, maka kita akan membahas satu persatu mengenai pen
gertian, konsep, serta penerapan teori normatif dalam komunikasi massa te
rutama media massa. Dibawah ini akan diuraikam secara singkat, simak se
lengkapnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Normatif Theory

Teori normatif dalam komunikasi massa berkaitan dengan persoala


n klasik dalam industri media massa sebagai pemegang utama dalam komu
nikasi massa. Yakni pertarungan antara idealisme dan bisnis. Pertarungan
antara profesionalisme pekerja pers dengan tuntutan ekonomi sebuah medi
a. Pertarungan antara mejalankan fungsi pers sebagai pemegang tanggung j
awab sosial dengan tuntutan meraih rating yang tinggi.

Teori normatif media massa memiliki gagasan pokok bagaimana m


edia seharusnya, atau setidaknya diharapkan, dikelola dan bertindak untuk
kepentingan publik yang lebih luas maupun untuk kebaikan masyarakat se
cara keseluruhan sebagai penyebab keberhasilan dalam komunikasi . Ini b
erangkat dari kenyataan bahwa media diasumsikan tidak hanya memiliki d
ampak obyektif tertentu terhadap masyarakat, namun media juga menjalan
kan tujuan-tujuan sosial tertentu. Di antaranya adalah bahwa media bisa di
gunakan untuk menghasilkan dampak yang direncanakan (intended effect)
yang dianggap positif.

Berbicara tentang teori normatif, maka rujukannya adalah gagasan


mengenai hak dan kewajiban yang mendasari harapan akan munculnya ha
l-hal baik yang dilakukan oleh media bagi masyarakat. Masalah dominann
ya adalah bahwa media dalam masyarakat yang bebas tidak memiliki kewa
jiban selain apa yang selama in dirujuk dan yang diterima apa adanya. Ma
ksudnya, sebagai sebuah institusi, posisi media kerap sama dengan institus
i sosial yang lain dalam hal relasinya dengan masyarakat. Media memiliki
batasan-batasan nirma yang tentunya tidak boleh dilanggar.

Media tidaklah dijalankan oleh pemerintah maupun bertindak atas


nama masyarakat. Karenanya, kewajiban media adalah sama dengan instit
usi lain maupun warga masyarakat secara umum. Yang dikehendaki adalah
tidak menyakiti dan merugikan yang lin. Di luar itu, media memiliki kebeb
asan untuk menentukan berbagai tujuannya. Namun tentunya tetap memili
ki batasan-batasan norma yang dianut oleh masyarakat kita.

Dari dimensi sejarah, pertumbuhan dan perkembangan pers dunia,


maka kita mengenal beberapa macam teori atau konsep dasar tentang pers,
yang masing-masing mencerminkan sistem sosial dan sistem politik diman
a pers itu berkembang. McQuaill (1987) menambahkan lagi dengan dua te
ori normatif pers. Yaitu: Teori Pers Pembangunan, dan Teori Pers Demokr
atik-Partisipan.

Penerapan Teori Normatif Dalam Komunikasi Massa

Dalam konteks Indonesia, banyak contoh yang menggambarkan ba


hwa sebagian media sudah memiliki kearifan dan tanggung jawab dalam p
emberitaan. Salah satu contohnya adalah ketika terjadi konflik suku antara
penduduk asli di Sambas, Kalimantan Barat dengan penduduk pendatang d
ari Madura, Jawa timur. Konflik tersebut menyebabkan banyaknya korban
jiwa akibat tindakan kekerasan dan pembunuhan. Salah satu media televisi
mendapat gambar eksklusif, yakni penduduk lokal yang membunuh musuh
nya dengan cara memenggal kepala.

Proses pembunuhan itu terekam dengan jelas di kamera wartawan.


Gambar tersebut selanjutnya di kirim ke kantornya di Jakarta untuk segera
di tayangkan. Namun, setelah melalui proses rapat redaksi, diputuskan bah
wa gambar tersebut tidak akan di tayangkan. Meski exclusive, namun pena
yangan gambar tersebut dianggap dapat memperuncing konflik yang terjad
i. Tidak hanya itu, gambar tersebut dianggap juga bisa menimbulkan traum
a bagi keluarga korban dan menimbulkan kebencian terhadap satu kelomp
ok masyarakat.

Dari gambar tersebut jika ditilik akan lebih banyak sisi negatif yan
g diperoleh, sehingga sebagai bentuk tanggung jawa sosial, gambar tersebu
t akhirnya tidak di tayangkan. Inilah yang kemudian membuat teori normat
if erat kaitannya dengan media massa dan komunikasi massa. Sebab teori i
ni akan mengontrol para awak media untuk lebih mengedepankan aspem n
orma yang tentunya sangat lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
Terlebih lagi anda bisa membayangkan jika media massa tidak mengedepa
nkan teori ini maka tentu pemberitaan yang ada malah akan bisa memperk
eruh suasana.

1. Teori Pers Otoriter (authorian)

Teori otoriter lahir pada abad kelima belas sampai keenam belas pa
da masa bentuk pemerintahan bersifat otoriter (kerajaan absolut). Dalam te
ori ini pers berfungsi menunjang negara (kerajaan) dan pemerintah dengan
kekuasaan untuk memajukan rakyat sebagai tujuan utama. Oleh karena itu
pemerintah langsung menguasai dan mengawasi kegiatan pers. Akibatnya
sistem pers sepenuhnya berada di bawah pengawasan pemerintah. Kebebas
an pers sangat bergantung pada kekuasaan raja yang mempunyai kekuasaa
n mutlak.

2. Teori Pers Liberal

Sistem pers liberal ini berkembang pada abad ketujuh belas dan ke
delapan belas sebagai akibat timbulnya revolusi industri dan perubahan be
sar di dalam pemikiran-pemikiran masyarakat di Barat pada waktu itu yan
g lebih dikenal sebagai abad aufklarung (abad pencerahan).

Menurut teori ini, manusia pada dasarnya mempunyai hak-haknya


secara alamiah untuk mengejar dan mengembangkan potensinya apabila di
berikan iklim kebebasan menyatakan pendapat. Hal ini tidak mungkin berl
aku apabila terdapat kontrol dari pemerintah. Menurut paham liberalisme,
manusia pada hakekatnya dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendal
ikan oleh ratio atau akalnya. Kebahagiaan dan kesejahteraan individu meru
pakan tujuan dari manusia, masyarakat, dan negara.

3.Teori Pers Komunis

Teori ini berkembang pada awal abad kedua puluh sebagai akibat d
ari sistem komunis di Uni Soviet. Sistem ini mendasarkan diri pada teori K
arl Marx tentang perubahan sosial yang diawali oleh teori Dialektika Hegel
Sesuai dengan sejarah kelahirannya dan pertumbuhannya yang tidak dapat
dilepaskan dari sejarah ideologi komunis dan berdirinya negara Uni Soviet,
maka teori pers ini lebih sering disebut dengan istilah Pers Totalitar Soviet
atau Pers Komunis Soviet.

4. Teori Pers Tanggung jawab Sosial

Teori tanggung jawab sosial ini muncul pada permulaan abad kedu
a puluh sebagai protes terhadap kebebasan yang mutlak dari teori lebertari
an yang mengakibatkan kemerosotan moral pada masyarakat. Dasar pemik
iran teori ini adalah kebebasan pers harus disertai tanggung jawab kepada
masyarakat. Teori ini merupakan hasil pemikiran para ahli pikir ketika itu
yang merasa bahwa teori lebertarian murni dan tradisional sudah tidak sesu
ai lagi dengan keadaan zaman dan kebutuhan masyarakat pada waktu itu.
Teori ini sering dianggap sebagi bentuk revisi terhadap teori-teori sebelum
nya, yang menganggap bahwa tanggung jwab pers terhadap masyarakat sa
ngat kurang.

5. Teori Pers Pembangunan.

Titik tolak bagi teori pembangunan yang tersendiri tentang pers ial
ah adanya fakta beberapa kondisi umum negara berkembang yang membat
asi aplikasi teori lain atau yang mengurangi kemungkinan maslahatnya. Sa
lah satu kenyataan adalah tiadanya beberapa kondisi yang diperlukan bagi
pengembangan sistem komunikasi massa: infrastruktur komunikasi; ketra
mpilan profesional; sumber daya produksi dan budaya; audiens yang terse
dia. Faktor lain, yang berhubungan, adalah ketergantungan pada dunia tela
h berkembang atas hal-hal yang menyangkut produk teknologi, ketrampila
n, dan budaya. Ketiga, masyarakat sedang berkembang sangat gandrung m
enekankan pembangunan ekonomi, politik, dan sosial sebagai tugas utama
nasional, untuk mana semua lembaga lain harus bermuara.

6. Teori Pers Demokratik-Partisipan.

Seperti kebanyakan teori, teori ini muncul sebagai reaksi terhadap t


eori lain dan pengalaman aktual dan sekaligus sebagai gerakan positif ke a
rah bentuk baru lembaga pers. Lokasinya terutama dalam masyarakat liber
al yang telah berkembang tetapi ia bergabung dengan beberapa unsur yang
ada dalam teori pers pembangunan, khususnya penekanan pada basis masy
arakat, pada nilai komunikasi horisontal, dan bukan pada komunikasi verti
kal. Stimulus teori ini adalah reaksi terhadap komersialisasi dan pemonopo
lian pers yang dimiliki secara pribadi dan terhadap sentralisme dan birokra
tisasi lembaga siaran publik, yang diadakan sesuai dengan norma tanggung
jawab sosial.

2.2 Sejarah Normatif Theory

Dari dimensi sejarah, pertumbuhan dan perkembangan pers dunia,


maka kita mengenal beberapa macam teori atau konsep dasar tentang pers,
yang masing-masing mencerminkan sistem sosial dan sistem politik diman
a pers itu berkembang. Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wibur Schr
amm (1963), dalam Four Theories of the Press membedakan teori pers ke
dalam: Teori Pers Otoriter, Teori Pers Liberal, Teori Pers Komunis, Teori
Pers Tanggungjawab Sosial. Kemudian, McQuaill (1987) menambahkan la
gi dengan dua teori normatif pers. Yaitu: Teori Pers Pembangunan, dan Te
ori Pers Demokratik-Partisipan..

Dimana pers itu berkembang. Fred S. Siebert, Theodore Peterson d


an Wibur Schramm (1963), dalam Four Theories of the Press membedakan
teori pers ke dalam: Teori Pers Otoriter, Teori Pers Liberal, Teori Pers Ko
munis, Teori Pers Tanggungjawab Sosial. Kemudian, McQuaill (1987) me
nambahkan lagi dengan dua teori normatif pers. Yaitu: Teori Pers Pemban
gunan, dan Teori Pers Demokratik-Partisipan.

2.4 Contoh kasus media massa yang bisa menjabarkan teori tersebut

1. Serangan 11 September atau serangan 9/11


Serangkaian empat serangan bunuh diri yang telah diatur terhadap beberap
a target di New York City dan Washington, D.C. pada 11 September 2001.
Pada pagi itu, 19 pembajak dari kelompok militan Islam, al-Qaeda, memba
jak empat pesawat jet penumpang. Para pembajak sengaja menabrakkan d
ua pesawat ke Menara Kembar World Trade Center di New York City ked
ua menara runtuh dalam kurun waktu dua jam. Pembajak juga menabrakka
n pesawat ketiga ke Pentagon di Arlington, Virginia. Ketika penumpang b
erusaha mengambil alih pesawat keempat, United Airlines Penerbangan 93,
pesawat ini jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania dan gagal
mencapai target aslinya di Washington, D.C. Menurut laporan tim investig
asi 911, sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan ini. Media massa tidak
mempublikasikan Foto – Foto Korban lewat TV karena itu akan
Memperkeruh Suasana yang sedang Berduka.
2. Pengeboman Bali 2002
(Disebut juga Bom Bali I) adalah rangkaian tiga peristiwa pengeboman ya
ng terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama
terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, seda
ngkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat,
walaupun jaraknya cukup berjauhan. Rangkaian pengeboman ini merupak
an pengeboman pertama yang kemudian disusul oleh pengeboman dalam s
kala yang jauh lebih kecil yang juga bertempat di Bali pada tahun 2005. Te
rcatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera, kebanyakan k
orban merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung ke lokasi yang
merupakan tempat wisata tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai peristiw
a terorisme terparah dalam sejarah Indonesia. Setelah melewati proses pen
yelidikan, Polri berhasil menangkap para pelaku yang dinyatakan terlibat,
di antaranya Amrozi, Ali Imron, Imam Samudra, dan Ali Gufron. Ali Imro
n divonis hukuman seumur hidup. Hukuman untuk Ali Imron yang menjad
i "sutradara" pengeboman itu lebih ringan dari tiga tersangka lainnya yang
divonis hukuman mati. Ini lantaran Ali Imron dinilai kooperatif dan memb
antu polisi mengungkap tabir otak terorisme di Indonesia. Tim Investigasi
Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk mena
ngani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan berjenis TNT seberat
1 kg dan bom RDX berbobot antara 50-150 kg.
Peristiwa Bom Bali I ini diangkat menjadi film layar lebar dengan judul "L
ong Road to Heaven", dengan pemain antara lain Surya Saputra sebagai H
ambali dan Alex Komang, serta melibatkan pemeran dari Australia dan In
donesia. Jika dihitung-hitung, bom yang meledak di dua tempat hiburan di
Jalan Legian, Kuta, Bali itu tepat 1 tahun, 1 bulan dan 1 hari setelah bom y
ang mengguncang World Trade Center (WTC) Amerika Serikat pada 11 S
eptember 2001. Tak cuma warga di Indonesia, dunia pun bergetar menden
gar kabar ini.
3. Tragedi pesawat Ukraina jatuh
Sebuah pesawat penumpang Ukraina yang membawa 180 penumpang dan
awak jatuh di dekat Teheran, Iran. Pesawat dengan jenis Boeing 737 ini
jatuh di dekat Bandara Internasional Teheran Imam Khomeini, seperti
yang dilansir oleh TV lokal Iran. Seorang koresponden urusan Iran untuk
BBC, melaporkan insiden itu pada Selasa malam dan mengatakan media
Iran melaporkan pesawat mengalami masalah teknis kemudian turun
beberapa menit setelah lepas landas di Teheran. Pesawat yang dilaporkan
mengalami kecelakaan, Boeing 737-800, adalah generasi sebelumnya dari
737 keluarga jet Boeing. Generasi saat ini, 737 Max, telah diterbangkan ke
seluruh dunia sejak Maret 2019. Namun ada dua kecelakaan fatal oleh
sistem kontrol penerbangan yang salah. Kedua 737 Max itu mogok dalam
beberapa menit setelah take-off. sebanyak 83 penumpang merupakan
warga Iran dan 63 lainnya warga Kanada. Selebihnya terdiri dari 3 warga
Inggris, 11 Ukraina, 10 Swedia, 4 Afganistan, dan 4 warga Jerman.
Semua penumpang ini tewas dalam kecelakaan saat pesawat tipe Boeing
737 itu lepas landas dari bandara Imam Khomeini internasional di
Teheran. Kecelakaan pesawat ini terjadi hanya berselang beberapa jam
setelah sembilan rudal milik Iran menghantam dua pangkalan militer AS
di Irak sebagai balasan atas kematian pemimpin pasukan elit Garda
Revolusi Iran, jenderal Qassem Soleimani pekan lalu.
4. Tragedi Penembakan Masjid Christchurch Selandia Baru
Jamaah yang kemungkinan telah meninggal atau terluka terbaring di lantai
masjid. Salah seorang yang berada di Masjid Al-Noor, Christchurch,
mengatakan kepada media, pelaku merupakan warga kulit putih, pirang
mengenakan helm serta rompi anti peluru. "Pelaku memegang senjata
besar, dia datang dan menembakan orang yang berada di masjid, di sudut
mana saja," ujar Ahmad Al-Mahmoud, salah satu saksi. Sejumlah jamaah
mencoba menghindar dari tembakan. Mereka melarikan diri dengan
memecahkan pintu kaca. Radio Selandia Baru, mengutip saksi di dalam
masjid, mengatakan, ia mendengar tembakan dan melihat empat orang
terbaring serta darah di mana-mana. Pemerintah Selandia Baru
mengonfirmasi, setidaknya 40 orang telah meninggal. Sebanyak 30 di
Masjid Al-Noor dan 10 lainnya di masjid di Linwood. "Ini adalah salah
satu hari tergelap bagi Selandia baru," ujar Perdana Menteri Jacinda
Ardern, Jumat (15/3).Ardern mengatakan, terduga pelaku penembakan
telah ditahan polisi. Namun tidak menutup kemungkinan ada pelaku
lainnya yang masih berkeliaran. Apalagi penembakan terjadi di dua masjid
di wilayah Christchurch. "Saat ini polisi memiliki satu pelaku, namun
mungkin ada pelaku lain yang terlibat," kata Ardern.
5. Bom Bunuh Diri di Depan Katedral Makassar
Bom bunuh diri terjadi di gerbang Gereja Katedral Makassar, Sulawesi
Selatan, pukul 10.30 WITA. Tidak sendiri, pelaku teror bom bunuh diri
adalah pasangan suami isteri yang diidentifikasi sebagai L dan YSF.
Identifikasi keduanya dilakukan Tim Inafis Polrestabes Makassar dan Tim
Labfor Mabes Polri. Keduanya masih muda dan disebut polisi sebagai
"milenial". L dan YSF berboncengan mengendarai sepeda motor dengan
nomor polisi DD 5984 MD. Identifikasi sebagai suami isteri didapat polisi
dari keterangan Rizaldi. Rizaldi menikahkan L dan YSF pada September
2020. Rizaldi ditangkap polisi pada Januari 2021. Rizaldi ditangkap
bersama Zulfikar, menantunya yang tewas ditembak polisi. Menurut
keterangan polisi, Rizaldi bersama Zulfikar adalah anggota jaringan
Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang diidentifikasi terkait bom Jolo di
Filipina, 2018. Terkait pasangan suami isteri ini, polisi menyebut L dan
YSF bertugas sebagai pemberi doktrin, mempersiapkan jihad dengan bom
bunuh diri dan membeli bahan untuk bom bunuh diri. Polisi mendapati
bukti, L dan YSF kerap hadir dalam pengajian di Villa Mutiara, Cluster
Biru, Makassar dan memberikan doktrin jihad sebelum mempersiapkan
bom bunuh diri.
6. Bom Kedubes Australia di Jakarta
Bom di Kedutaan Australia ini menambah luka bangsa Indonesia l
antaran bom berkekuatan besar meledak di Bali pada tahun 2002.
Kemudian setahun kemudian bom kembali meledak di JW Marriott p
ada tahun 2003. Pengeboman di depan Kedubes Australia dikaitkan dengan
sosok Doktor Azahari bin Husin dan Noordin M. Top, warga Malaysia yang
diduga menjadi dalang sejumlah pengeboman di Tanah Air. Dugaan
keterlibatan dua teroris kelas kakap itu semakin kuat, setelah polisi
menangkap dalang lainnya yakni Iwan Darmawan alias Rois, Heri Sigu
Samboja alias Neri Anshori, Ahmad Hasan, dan Apui. Keempatnya telah
diadili dan diberi hukuman.
Heri divonis tujuh tahun penjara dengan tuduhan menyembunyikan Doktor
Azahari dan menyiapkan mobil boks yang digunakan untuk membawa bom
dari rumah kontrakan mereka ke kawasan depan Kedubes Australia. Hasan,
Apul dan Rois yang juga dihukum karena menjadi dalang pengeboman di
Kuningan dijatuhi hukuman mati.
7. Pada tanggal 15 April 2013, dua bom meledak saat Maraton Boston 2013
berlangsung sekitar pukul 14:50 EDT (18:50 UTC) di Boylston Street
dekat Copley Square, tepat sebelum garis akhir.Ledakan ini menewaskan 3
orang dan melukai 176 lainnya. Tersangka pengeboman Dzokhar Tsarnaev
ditangkap dalam kondisi terluka dan sempat dirawat di rumah sakit,
sedangkan kakaknya yang juga menjadi tersangka, Tamerlan Tsarnaev
tewas dalam baku tembak dengan polisi. Dua bom meledak dengan selang
jarak 550 kaki (170 m), menewaskan 3 orang dan melukai sedikitnya 176
orang. Video yang diambil dari garis akhir menunjukkan jeda 12 detik seb
elum bom kedua meledak. Bom pertama meledak di luar toko Marathon S
ports di 671 Boylston Street, sementara bom kedua terletak sekitar satu blo
k dari garis akhir. Jam lomba di garis akhir menunjukkan pukul 04:09:43
(4 jam, 9 menit, 43 detik sejak gelombang ketiga pelari memulai maraton)
saat ledakan pertama terjadi. Para pemenang sudah melintasi garis akhir d
ua jam sebelumnya, sedangkan pelari lain masih terus berdatangan. Jendel
a pertokoan di sekitarnya pecah akibat getaran ledakan, dan jendela di lant
ai tiga Boston Public Library (di seberang jalan lokasi ledakan) rusak. Piha
k berwenang meyakini ledakan ini dipicu oleh bom rakitan. Tidak ada anc
aman berarti sebelum maraton dimulai.
BAB III

KESIMPULAN

Teori normatif media massa memiliki gagasan pokok bagaimana media se


harusnya, atau setidaknya diharapkan, dikelola dan bertindak untuk kepentingan p
ublik yang lebih luas maupun untuk kebaikan masyarakat secara keseluruhan seba
gai penyebab keberhasilan dalam komunikasi. Teori normatif tentang pers menga
ndung harapan masyarakat terhadap pers dan peran yang seharusnya dimainkan ol
eh pers tersebut. Dari dimensi sejarah, pertumbuhan dan perkembangan pers dunia,
maka kita mengenal beberapa macam teori atau konsep dasar tentang pers, yang
masing-masing mencerminkan sistem sosial dan sistem politik dimana pers itu ber
kembang. McQuaill (1987) menambahkan lagi dengan dua teori normatif pers. Ya
itu: Teori Pers Pembangunan, dan Teori Pers Demokratik-Partisipan. Media tidakl
ah dijalankan oleh pemerintah maupun bertindak atas nama masyarakat. Karenan
ya, kewajiban media adalah sama dengan institusi lain maupun warga masyarakat
secara umum. Yang dikehendaki adalah tidak menyakiti dan merugikan yang lin.
Di luar itu, media memiliki kebebasan untuk menentukan berbagai tujuannya. Na
mun tentunya tetap memiliki batasan-batasan norma yang dianut oleh masyarakat
kita.
DAFTAR PUSTAKA

Puput Purwant. 2017. Teori Normatif Dalam Komunikasi Massa beserta Penerap
annya Di Indonesia

https://pakarkomunikasi.com/teori-normatif-dalam-komunikasi-massa.

Anda mungkin juga menyukai