Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DAN REMAJA

DENGAN GANGGUAN JIWA

KELOMPOK 1 :

1. Alifya Asmiasti
2. Chessa Angelia
3. Eka Nur Zabila
4. Febbi Hikmah Hidayati
5. Mauli Titania
6. Mellynia Eka Pratiwy
7. Mutiara
8. Naila Lutfiah
9. Riska Andini
10. Shafira Anisa
11. Tias Nuri Febrian

STIKES IHCSAN MEDICAL CENTRE BINTARO

Jl. Jombang Raya No.56 Sektor IX Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan-Banten 154
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut (WHO, 2009 dalam direja, 2011) adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan
yang mencerminkan kedewasaan kepribadian nya. Adapun gejala-gejala gangguan
jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks antara berbagai factor somatis,
psokologis dan social dan menandakan dekompensasi proses penyesuaian diri, geja
gangguan jiwa tersebut dapat berupa gngguan pemanpilan, Bahasa, proses piker,
sensorium dan fungsi kognitif : kewaspadaan/keterjagaan/kesadaran, perhatian dan
konsentrasi, ingatan, orientasi, fungsi luhr, kemampuasn abstraksi, efek dan emosi,
persepsi, psikomtor, kemauan/dorongan kehendak, kepribadian dan pola hidup
(Maramis & Maramis, 2009).
Banyak orang tua mempunyai pengertian terbatas mengenai proses tumbuh
kembang anak , sehingga sering terjadi benturan-benturan yang menimbulkan
masalah-masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja. Penelitian baru menunjukkan
bahwa paparan pestisida yang digunakan pada makanan anak-anak seperti stroberi
segar, seledri bisa meningkatkan risiko Attention Deficit Hyperactive Disorder
(ADHD) pada anak.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik
anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti cara berpikir,
bertindak dan merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan bermasalah dengan
konsentrasi dan pemusatan pikiran, seperti memicu anak hiperaktif. Ada beberapa
gangguan jiwa pada anak dan remaja yang banyak ditentukan di klinik tumbuh
kembang anak dan remaja rumah sakit.
Child abuse adalah sebagai suatu kelalaian tindakan / perbuatan oleh orang tua
atau yang merawat anak yang mengakibatkan terganggu kesehatan fisik emosional
serta perkembangan anak. (Patricia, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa pada anak dan remaja?
2. Apa yang dimaksud dengan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)?
3. Apa yang dimaksud dengan child Abuse?
4. Apa yang dimaksud dengan tuna grahita ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan anak dan remaja dengan gangguan jiwa?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gangguan jiwa pada anak dan remaja
2. Mengetahui pengertian dari Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)
3. Mengetahui apa itu child abuse
4. Mengetahui apa itu tuna grahita
5. Mengetahui asuhan keperawatan anak dan remaja dengan gangguan jiwa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO), Suatu keadaan yang di
tandai dengan fungsi intelektual berada di bawah norrnal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi
sosial (D.S.M/Budiman M, 1991). Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul
pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di
bawah normal (IQ 70-75 atau kurang ), dan disertai keterbatasan lain seperti :
berbicara dan berbahasa, keterampilan merawat diri, ADL, keterampilan social,
penggunaan sarana masyarakat, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional,
bekerja dan rileks (AAMR, 1992).
Gangguan jiwa pada anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang
mengakibatkan kurangnya atau tergantungnya fungsi adaptif (Townsend, 1999).
Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda baya penting
adanya masalah. Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan, remaja adalah usia
yang rentan, konsep dirinya belum matang, masih terlalu mudah meniru perilaku dari
idolanya. Kemempuan analisanya masih rendah, kemampuan control emosi juga
masih rendah.
Banyak orang tua mempunyai pengertian terbatas mengenai proses tumbuh
kembang anak, sehingga sering terjadi benturan-benturan yang menimbulkan
masalah-masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja. Penelitian baru menunjukkan
bahwa paparan pestisida yang digunakan pada makanan anak-anak seperti stroberi
segar, seledri bisa meningkatkan risiko Attention Deficit Hyperactive Disorder
(ADHD) pada anak.
Para ilmuwan di AS dan kanada menemukan bahwa anak-anak dengan tingkat
residu pestisida yang tinggi dalam urin mereka, rentan mengalami ADHD.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik
anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti cara berpikir,
bertindak dan merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan bermasalah dengan
konsentrasi dan pemusatan pikiran, seperti memicu anak hiperaktif.

B. Masalah-Masalah / Gangguan Kejiwaan


 Pada Anak
 Ketidakberdayaan
 Retradasi mental
 Gangguan perkembangan
 Gangguan perilaku
 Defisit perawatan diri
 Pada Remaja
 HDR
 Perilaku kekerasan
 Perilaku bunuh diri
 Menarik diri
 Halusinasi
 Waham
 Defisit perawatan diri
 Masalah seksualitas
 Narkoba

C. Klasifikasi
Retardasi mental menurut American Psychiatric Association, 1994, dibagi menjadi :
1. Retardasi mental ringan : tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70
Retardasi ringan misalnya agak terlambat dalam belajar bahasa tapi sebagian
besar dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari, bercakap-cakap, dan
diwawancarai dapat mandiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar, dan
buang air kecil) dan terampil dalam pekerjaan rumah tanga. Namun biasanya
mereka mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolah, misalnya dalam membaca
dan menulis, ini sering disebabkan oleh kekurangan kronik stimulasi intelektual.
2. Retardasi mental sedang : tingkat IQ 35-40 sampai 50-55
Mereka lambat dalam pengembangan pemahaman dan penggunaan bahasa,
keterampilan merawat diri dan keterampilan motorik terlambat. Penderita juga
memerlukan pengawasan seumur hidup dan program pendidikan khusus demi
mengembangkan potensi mereka yang terbatas agar memperoleh beberapa
keterampilan dasar.
3. Restardasi mental berat : tingkat IQ 20-25 sampai 35-40
Keadaan mirip retardasi mental sedang tapi biasanya disertai kondisi fisik
yang berat. Kebanyakan dengan adanya motorik yang berat dan hal ini
menunjukkan kerusakan perkembangan pada susunan saraf pusat.
4. Retardasi mental yang amat sangat berat : tingkat IQ di bawah 20-25
Intelegensi diperkirakan kurang dari 20, yang berarti sangat terbatas
kemampuannya untuk memahami atau mematuhi permintaan atau instruksi.
Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak (sangat terbatas dalam
gerakannya), ngompol, dan hanya mampu mengadakan komunikasi isyarat yang
belum sempurna. Mereka hanya mempunyai sedikit sekali kemampuan mengurus
sendiri kebutuhan dasar mereka. Mereka selalu memerlukan bantuan dan
pengawasan.
5. Retardasi mental dengan keparahan yang tidak disebutkan : jika terdapat dugaan
kuat adanya retardasi mental tetapi intelligence orang tersebut tidak dapat dipuji
dengan tes standart.
D. Etiologi
1. Organik
 Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/down sindrom).
 Faktor prenatal : kelainan pertumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat
teratogenik dan toxin, disfungsi plasenta).
 Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intra kranial, asphyksia
neonatorum dll).
 Faktor post natal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia,
malnutrisi.
2. Anorganik
 Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
 Sosial kultural
 Interaksi anak kurang
 Penelantaran anak
3. Faktor biologik
Kelainan kromosom, kelainan metabolik, gangguan post natal/gangguan perinatal
4. Faktor psikososial
Deprivasi psikososial, misalnya : kurangnya stimulasi sosial, bahasa dan
intelektual, kehidupan keluarga yang tidak harmonis, sering berganti pengasuh
dan tidak adekuat.
5. Faktor-faktor lain : keturunan, pengaruh lingkungan dan kelainan mental lainnya.

E. Patofisiologi
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti
atau tidak lengkap. Ini terutama ditandai adanya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
Retardasi mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang
muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai dengan
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbahasa dan
berbicara, keterampilan merawat diri, keterampilan sosial, penggunaan sarana-sarana
komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai
dan bekerja.
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab prenatal,
yaitu penyakit kromosom (trisomi 21/down sindrom, sindrom Fragile-X, gangguan
sindrom (distrofi otot duchenne, neurofibromatosis (tipe 1) dan gangguan
metabolisme sejak lahir (fenilketonuria), perinatal. Penyebab perinatal yaitu yang
berhubungan dengan masalah intrauterin seperti abrupti plasenta, DM, prematur, serta
kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intra cranial. Post natal yaitu
mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi dan gangguan
degenaratif dan demielinisdasi. Sindrom Fragile X, sindrom Down, dan sindrom
alkohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang menderita retardasi mental.
Munculnya masalah-masalah seperti paralisis serebral, defisit sensoris, gangguan
psikiatrik dan kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak, prognosis
jangka panjang ditentukan seberapa jauh penderita dapat berfugsi mandiri dalam
masyarakat.
Penanganannya antara lain dengan mempersiapkan kemandirian, pemeriksaan
ke psikiater, tes psikologi/tes intelegensi, diberi farmakoterapi, psikoterapi suportif
individual, konseling keluarga, sekolah luar biasa.

F. Manifestasi Klinik
 Gangguan kognitif
 Lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa
 Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
 Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
 Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
 Kemungkinan tonus otot abnormal
 Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
 Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar
 Iritabilitas
 Agresivitas
 Gerakan-gerakan stereotipik
 Gangguan neurologik terutama pada RM berat

G. Komplikasi
 Serebral palsi
 Gangguan kejang
 Gangguan konsentrasi/hiperaktif
 Defisit komunikasi
 Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi,
kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
H. Child Abuse
Kekerasan anak atau child abuse adalah perlakuan orang dewasa atau anak
yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak
berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari orangtua atau pengasuh yang
berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat/kematian. Kekerasan pada anak lebih
bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada
tubuh sang anak (Sutanto,2006).
Etiologi child abuse, yaitu :
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor
penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
1. Karakteristik orangtua dan keluargaFaktor-faktor yang banyak terjadi dalam
keluarga dengan child abuse antara lain:
a. Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
b. Orangtua yang agresif dan impulsif.
c. Keluarga dengan hanya satu orangtua.
d. Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara
emosional dan ekonomi.
e. Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
f. Tidak mempunyai pekerjaan.
g. Jumlah anak yang banyak.
h. Adanya konflik dengan hokum
i. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
j. Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
k. Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat
dukungan dari sanak keluarga sertakawan-kawan.
2. Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salahBeberapa faktor anak yang
berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah:
a. Anak yang tidak diinginkan.
b. Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi neonatal,
berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan
perawatan yang berkepanjangan.
c. Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
d. Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
3. Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban terhadap
perawatan anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak dilakukan
oleh orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan social ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup dalam
kemiskinan meningkatkan laporanpenyiksaan fisik terhadap anak-anak. Hal ini
mungkin disebabkan karena:
a. Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau
hidup yang berdesakan).
b. Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
c. Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
d. Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan
orang tua tunggal (single parent).(Hidayat,2008).
I. Tuna Grahita (Keterbelakangan Mental)
Tuna grahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan intelektual
dengan kognitif yang berada dibawah rata-rata dibandingkan anak pada umumnya.
Kondisi ini dapat terjadi pada bayi setelah lahir, sejak bayi berada di dalam
kandungan atau selama proses persalinan. Penyebab tuna grahita yang paling umum :
1. Kondisi genetic
2. Komplikasi kehamilan
3. Masalah kelahiran
4. Penyakit atau cedera serius
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Pasien laki-laki umur 12 tahun diantar oleh kedua orang tua nya ke rumah sakit. Pasien
dikeluhkan berbicara sendiri dan cenderung mengatakan hal-hal berhubungan dengan dewa.
Selain itu, pasien juga menunjukan sikap atau perilaku yang aneh seperti kedua tangan
menyihir atau seperti orang memegang genta pada saat menyawab pertanyaan dokter yang
memeriksa. Pasien juga cenderung menentang dokter ketika ditanya dan menjawab dengan
perkataan kasar. Selama wawancara pasein cenderung tidak menjawab sesuai pertanyaan,
senyum-senyum sendiri. Menurut ibu pasien, anak nya melihat hantu selama dirumah, dan
sering mengamuk, serta berbicara dengan nada teriak-teriak terutama ketika tidak dituruti
keinginannya. Pasien bahkan akan menghancurkan barang dan berbicara dengan mengancam
jika sedang mengamuk. Menurut ayah pasein, anaknya mulai berbicara sendiri sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan diawali dengan sakit kepala.

Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Proses Pikir : Waham

Harga Diri Rendah

Analisa Data

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1 DS : Menurut ibu pasien, anak nya Resiko perilaku kekerasan
melihat hantu selama dirumah,
dan sering mengamuk, serta
berbicara dengan nada teriak-
teriak terutama ketika tidak
dituruti keinginannya. Pasien
bahkan akan menghancurkan
barang dan berbicara dengan
mengancam jika sedang
mengamuk.
DO : Pasien juga cenderung menentang
dokter ketika ditanya dan
menjawab dengan perkataan kasar.
2 DS : orang tua pasien mengatakan Gangguan Proses Pikir : Waham
Pasien berbicara sendiri dan
cenderung mengatakan hal-hal
berhubungan dengan dewa.
Selain itu, pasien juga
menunjukan sikap atau perilaku
yang aneh seperti kedua tangan
menyihir atau seperti orang
memegang genta pada saat
menyawab pertanyaan dokter
yang memeriksa.
DO : Selama wawancara pasein
cenderung tidak menjawab sesuai
pertanyaan, senyum-senyum
sendiri.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan proses pikir : waham

Intervensi keperawatan

N
Tg Diagnosa
o Tujuan Kriteria hasil Intervensi
l keperawatan
dx
1 Resiko TUM : Setelah dilakukan 1. Monitor adanya benda
perilaku Pasien dan tindakan keperawata yang berpotensi
kekerasan keluarga selama 3x24 jam. membahayakan (mis.
mampu interaksi klien Benda tajam)
mengatasi dan menunjukkan tanda-tanda 2. Monitor selama
mengendalikan percaya kepeda perawat : penggunaan barang
risiko perilaku 1. Wajah cerah, yang dapat
kekerasan tersenyum membahayakan (mis.
TUK : 2. Mau berkenalan Pisau cukur)
Klien dapat 3. Ada kontak mata 3. Pertahankan
melakukan 4. Bersedia mencritakan lingkungan bebas dari
komunikasi perasaan bahaya secara rutin
dengan baik. 4. Libatkan keluarga
dalam perawatan
5. Latih mengurangi
kemarahan secraa
verbal dan nonverbal
(mis. Relaksasi,
bercerita)
2 Gangguan TUM : Kriteria hasil : 1. Monitor waham yang
proses pikir : Klien dapat 1. Klien menjawab isinya membahayakan
waham melakukan salam dari perawat. diri sendiri, oranglain
komunikasi 2. Klien menjawab dan lingkungan.
dengan baik. pertanyaan dari 2. Bina hubungan
perawat. interpersonal saling
TUK : 3. Klien dapat percaya.
Setelah mempertahankan 3. Tunjukkan sikap tidak
dilakukan kontak mata terhadap menghakimi secara
pertemuan perawat. konsisten.
klien dapat 4. Klien dapat 4. Diskusikan waham
membina menyebutkan nama dengan berfokus pada
hubungan perawat perasaan yang
saling percaya. 5. Klien dapat mendasari waham
mengungkapkan (“anda terlihat seperti
perasaan tentang sedang merasa
waham ketakutan”)
5. Hindari memperkuat
gagasan waham.
6. Sediakan lingkungan
aman dan nyaman
7. Anjurkan
mengungkapkan dan
memvalidasi
waham(uji realitas)
dengan orang lain yang
dipercaya (pemberi
asuhan/keluarga)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat, sesuai indikasi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO), Suatu keadaan yang di tandai
dengan fungsi intelektual berada di bawah norrnal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi
sosial (D.S.M/Budiman M, 1991). Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada
masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah
normal (IQ 70-75 atau kurang ), dan disertai keterbatasan lain seperti : berbicara dan
berbahasa, keterampilan merawat diri, ADL, keterampilan social, penggunaan sarana
masyarakat, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bekerja dan rileks (AAMR,
1992).
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-
anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti cara berpikir, bertindak dan
merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan bermasalah dengan konsentrasi dan
pemusatan pikiran, seperti memicu anak hiperaktif.

B. Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana
asuhan keperawatan anak dan remaja dengan gangguan jiwa. sehingga bisa berpikir kritis
dalam melakukan tindakan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai