DISUSUN OLEH:
HURFATUL GINA
2014750020
i
i
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah mellimpahkan
rahmat dan hidayatnya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul „‟Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar pada An. G dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Demam
Thypoid di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Jakarta
Pusat” dari tanggal 13 Mei sampai 15 Mei 2017.
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Program Studi D III
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Walaupun Karya Tulis Ilmiah ini telah selesai dibuat tetapi penulis menyadari
betul bahwa masih banyak menemui hambatan sehingga masih ada
kekurangannya dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis dan penulis
masih dalam proses belajar. Namun berkat adanya bimbingan, pengarahan dan
bantuan serta pengalaman dari berbagai pihak, juga ilmu pengetahuan yang
penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta,
maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM. M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep. Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitan Muhammadiyah Jakarta dan
pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
3. Ibu Ns. Endah W, S.Kep, selaku pembimbing klinik penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
iii
4. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes selaku wali Akademik tingkat III
Angkatan 32 Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
5. Kepala Ruangan dan Staff Perawat di Paviliun Badar Rumah Sakit Ilsam
Jakarta Cempaka Putih.
6. Seluruh Staff Pendidikan Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Orang tua tercinta (Amang Lumri dan Mudari Mahmudah), dan saudara-
saudara (Abdul Malik, Imam Mudin, Ashabul Kahfi, dan Khalikatul zadidah)
yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, terimakasih yang sedalam-
dalamnya atas semua doa yang telah diberikan selama ini.
8. Teman-teman sejawat sepenanggungan seperjuangan dalam KTI tim ANAK
(Amalia Putri Azizah, Indah Warinni dan Siti Rafidah Kamaliah) yang telah
memberikan dukungan dan masukan kepada penulis dan mau berjuang
bersama sama dalam penyelesaian KTI.
9. Kawan seperjuangan Angkatan 32 Program Studi D III Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah banyak
memberikan kesan selama 3 tahun ini yang selalu kompak dan seru. Sukses
untuk kita semua!
10. Kawan-kawan terdekat Anak Cantik terimakasih, yang selalu memberikan
semangat, motivasi, serta doa, dan selalu bersama-sama sampai sekarang.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan sara demi perbaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
tenaga keperawatan pada umumnya bagi penulis khususnya, sehingga dapat
dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan dibidang keperawatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 05 Juni 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Tujuan Peulisan................................................................. 4
1. Tujuan Umum.............................................................. 4
2. Tujuan Khusus.............................................................. 4
C. Ruang Lingkup.................................................................. 5
D. Metode Penulisan.............................................................. 5
E. Sistematika Penulisan....................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS........................................................... 8
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia................................... 8
B. Konsep Dasar Demam Thypoid....................................... 12
1. Definisi......................................................................... 12
2. Etiologi......................................................................... 12
3. Patofisiologi................................................................. 13
4. Manifeatasi Klinis........................................................ 16
5. Komplikasi................................................................... 16
6. Penatalaksanaan........................................................... 17
C. Konsep Tumbuh Kembang Anak...................................... 18
D. Konsep Dampak Hospitalisasi.......................................... 27
E. Konsep Asuhan Keperawatan........................................... 29
1. Pengkajian Keperawatan.............................................. 29
2. Diagnosa Keperawatan................................................. 34
3. Perencanaan Keperawatan............................................ 35
4. Penatalaksanaan Keperawatan..................................... 40
5. Evaluasi Keperawatan.................................................. 41
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................ 42
A. Pengkajian Keperawatan................................................... 42
B. Diagnosa Keperawatan..................................................... 47
C. Perencanaan Keperawatan................................................ 47
D. Penatalaksanaan Keperawatan.......................................... 58
E. Evaluasi Keperawatan....................................................... 59
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 68
A. Pengkajian Keperawatan................................................... 69
B. Diagnosa Keperawatan..................................................... 69
C. Perencanaan Keperawatan................................................ 72
D. Penatalaksanaan Keperawatan.......................................... 73
E. Evaliasi Keperawatan........................................................ 73
v
BAB V PENUTUP................................................................................ 75
A. Kesimpulan....................................................................... 75
B. Saran.................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
FORMAT PENGKAJIAN
SAP
LEAFLEAT
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
salmonel thyposa. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urine penderita. Mencuci
tangan yang tidak bersih setelah buang air besar atau air kecil meningkatkan
resiko tertularnya penyakit, selain itu lalat merupakan carrier (pembawa)
yang dapat memindahkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan (Dwi
Sunar, 2012).
1
Pada umumnya anak yang menderita demam thypoid mengalami masalah
pemenuhan kebutuhan dasar seperti deficit volume cairan, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dan resiko tejadinya infeksi berulang, jika
masalah tersebut tidak ditangani secara adekuat akan menimbulkan
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
2
B. Tujuan Penulis
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diharapkan penulis
mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam memberikan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan: demam thypoid melalui proses pendekatan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam thypoid.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam thypoid.
c. Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam tyhpoid.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam thypoid.
e. Mampu melakukan evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam thypoid.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusi.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan
system pencernaan: demam thypoid.
3
C. Lingkup Masalah
Mengingat banyaknya masalah gangguan system pencernaan yang terjadi
pada anak, maka penulis membatasi pembahasan hanya pada satu masalah
yaitu Asuhan Keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak
dengan gangguan sistem pencernaan: demam thypod di Pavilium Badar
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat selama 3 hari, dimulai dari
tanggal 13 Mei 2017 s/d 15 Mei 2017.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang di gunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini
adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang dipelajari, menganalisa,
dan menarik kesimpulan dari hasil pengalaman secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan dan membandingkan dengan studi
kepustakaan.
Adapun data diperoleh dengan menggunakan tahnik:
1. Studi Kepustakaan
Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku-
buku dan literatur yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan demam thypoid.
2. Studi Kasus
a. Wawancara: wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga, perawat,
dokter dan petugas kesehatan lain yang terkait.
b. Observasi: observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien
yang bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan dan keperawatan
serta hasil dari tindakan yang dilakukan.
4
E. Sistematika Penulisa
Karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab
yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, lingkup masalah,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara bab II dan bab III
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, penatalaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
5
Bab V : Penutup
a. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai Asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: demam thypoid mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
penatalaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
b. Saran
Berisi isi tentang usulan-usulan mengenai hal-hal yang harus di
perbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: demam thypoid serta meningkatkan mutu
dalam pelayanan keperawatan.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai konsep dasar kebutuhan manusia dan
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan
demam thypoid adapun uraian tersebut sebagai beriut:
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut Mubarak (2007), manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi secara memuaskan proses homeostasis, baik fisiologis maupun
psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting,
bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu
sendiri. Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan
teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima
kategori kebutuhan dasar, yakni:
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs).
Kebutuhan Fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.
Umumnya, seorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum
terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya
dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, orang yang
kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha
memenuhi kebutuhan akan makan sebelum memenuhi kebutuhan akan
cinta. Kebutuhan Fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia
untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit.
c. Kebutuhan makanan.
d. Kebutuhan eliminasi.
e. Kebutuhan istirahat dan tidur.
f. Kebutuhan aktivitas.
g. Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh.
h. Kebutuhan seksual.
7
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and Security Needs).
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologi, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi:
a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan
infeksi.
b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang buruk atau
asing.
3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs).
Kebutuhan ini meliputi:
a. Memberi dan menerima kasih sayang.
b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain.
c. Kehangatan.
d. Persahabatan.
e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta
lingkungan sosial.
8
Adapun gangguan kebutuhan dasar pada anak dengan demam thypoid
mencakup:
1. Gangguan kebutuhan fisiologis
Masalah yang terjadi pada gangguaan kebutuhan fisiologis diantaranya:
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
Pada umumnya anak mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai salah
satu manifestasi adanya proses infeksi kuman salmonella thyposa.
Meningkatnya metabolisme tubuh dan kehilangan cairan karena
meningkatnya insensibel water loss (IWL) juga merupakan penyebab
dari gangguan pemenuhan kebutuhan cairan. Gangguan kebutuhan
cairan juga dapat terjadi sebagai akibat diare dan muntah pada anak
yang mengalami demam thypoid, yang biasanya terjadi pada minggu
pertama timbulnya panas. Hal ini terjadi karena terjadi proliperasi pada
sistem pencernaan yang dimanifestasikan dengan diare.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi juga biasanya menyertai anak
yang mengalami demam thypoid, hal ini karena terjadi infeksi dan
proses implamasi pada saluran pencernaan oleh kuman salmonella
thyposa terutama pada usus halus yang berfungsi untuk mengabsorpsi
makanan secara adekuat. Selain itu sering muncul manifestasi lidah
kotor/lidah putih yang menyebabkan nafsu makan menurun, maka
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terjadi.
9
B. Konsep dasar
1. Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2008)
Demam tifoid atau tyhpoid fever ialah suatu sindrom sistematik yang
terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam interik adalah
paratifoid yang disebabkan oleh salmonela paratyphi dan salmonell
paratyhpi B dan salmonella paratyphi C. Demam tifoid memperlihatkan
gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lainnya (Widagdo,
2011)
2. Etiologi
Menurut Rampengan (2008), penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman
salmonela typhosa/eberthella typhosa yang merupakan kuman gram
negatif, motif dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik
sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih renda,
serta mati pada suhu 70°C ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini,
diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.
10
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
Antigen O = OhneHauch= antigen somatik (tidak menyebar)
Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada dagelan dan bersifat
termolabil.
Antigen V = kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman
dan melindungi antigen O terhadap favoritisme.
3. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus
kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo
endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan
bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa
jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaksi player ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadu ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan samapi perforasu usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
11
Gejala demam disebabkan oleh edoteksil, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, 2010)
Salmonella Tyhposa
Saluran pencernaan
Nyeri perabaan
Perdarahan dan
perforasi Mual/ tidak
nafsu makan
Perubahan nutrisi
Suriadi 2010)
12
4. Manifestasi klinis
a. Minggu I
Pada minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap
hari, yang biasanya menurun pada pagi hari, kemudian meningkat pada
sore atau malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, sakit kepala,
pusing, anoreksia, mual, muntah dan pernafasan semakin cepat, perut
kembung dan merasa tidak enak badan.
b. Minggu II
pada minggu ke dua suhu tubuh penderita terus menerus dalam
keadaan tinggi (demam). Gejala toksemia semakin berat yang ditandai
dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Lidah tampak
kotor, nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, diare
menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat
terjadi perdarahan.
c. Minggu ke III
Pada minggu ke 3 susu tubuh berangsur-angsur turun dan normal
kembali di akhir minggu. Hal itu terjadi jika tanpa komplikasi atau
berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang
dan temperatur mulai turun.
5. Komplikasi
Menurur Rampengan (2008) Komplikasi yang mungkin muncul pada
demam thypoid yaitu:
a. Perdarahan usus
Perdarahan usus yang terjadi pada penderita demam thypoid biasanya
terjadi pada hari ketujuh belas atau awal minggu ke-3. Angka kejadian
berbeda-beda berkisar antara 0,8-8,6%. Diagnosis yang dapat di
tegakkan dengan penurunan tekanan darah, denyuat nadi bertambah
cepat dan kecil, kulit pucat, penurunan suhu tubuh, serta mengeluh
nyeri perut.
13
b. Perforasi usus
Komplikasi ini sering terjadi pada minggu ke-3 serta angka kejadian
bervariasi, yaitu antara 0,4-2,5%. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya tanda dan gelaja klinis serta pemeriksaan radiologi. Pada
umumnya tanda gejala yang sering didapatkan, penderita mendadak
tampak kesakitan didaerah perut, perut kembung, tekanan darah
menurun, suara bising usus melemah, dan pekak hati keruang.
c. Bronkitis dan bronkopnemonia
Bronkitis terjadi pada akhir minggu pertama dan perjalanan penyakit.
Pada kasus yang berat, bila disertai infekai sekunder, dapat terjadi
bronkopnemonia. Angka kejadian bervariasi antara 2,5-7%.
d. Kolesistitis
Kolesistitis jarang terjadi pada anak. Bila terjadi, umumnya pada akhir
minggu ke-2 dengan gejala dan tanda klinis yang tidak khas. Angka
kejadian pada anak berkisar antara 0-2%. Bila terjadi kolesistitis,
penderita cenderung menjadi seorang karier.
e. Meningitis
Miningitis disebabkan oleh salmonella typhosa atau species salmonella
yang lain lebih sering didapatkan pada neonatus ataupun bayi
dibandingkan pada anak, dengan gejala klinis sering tidak jelas
sehingga diagnosis sering terlambat.
f. Karier Kronik
Tifoid karier adalah seseorang yang tidak menunjukkan gejala
pernyakit demam thypoid, tetapi mengandung kuman salmonella
typhosa di dalam sekretnya. Mengingat karier sangat penting dalam hal
penularan yang tersembunyi, penemuan kasus sedini mungkin serta
pengobatannya sangat penting dalam hal menurunkan angka kematian.
Pengobatan karier merupakan masalah yang sulit, kadang-kadang
dengan pemberian obat-obatan antimikroba didapatkan kegagalan
karena salmonella typhosa bersarang dalam saluran empedu
intrahepatik sehingga diperlukan pengobatan kombinasi obat-obatan
dan operasi.
14
6. Penatalaksanaan
Menurut Rusepno Hassan & Alatas (2007). Penderita yang dirawat dengan
diagnosis observasi demam thypoid harus dianggap dan diperlukan
langsung sebagai penderita demam thypoid dan diberikan pengobatan
sebagai berikut:
a. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit
yang lama, lemah dan anoreksia dan lain-lain.
c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali,
yaitu istirahat mutlak, berbaring terus di tempat tidur. Seminggu
kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
d. Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi
protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas
sehari perlu diberikan.
e. Pemberian kloramfenikol, kecuali bila penderita tidak serasi dapat di
berikan obat lain misalnya ampisilin, kotrimoksazol dan lain-lain.
f. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Mislanya
pemberian cairan intravena untuk penderita denagn dehidrasi dan
asidosis. Bila terdapat bronkopenomoni harus ditambahkan penisilin
dan lain-lain.
7. Pemeriksaan Penunjang
Dikutib dari buku NAND (2015), pemeriksaan penunjang pada anak
dengan demam thypoid yaitu:
a. Pemeriksaa darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leiksitosis atau kadar leukosit
normal. Eukstosis dapat terjadi walupun tana dsertai infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali noral setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
15
c. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri salmonella typhi. Uji wdial dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya
infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuat antibodi
(aglutinin).
d. Kultur
Kultur darah: hasilnya bisa positif pada minggu I.
Kultur urin: hasil bisa menujukka positif pada akhir minggu kedua.
Kultur feses: hasil bisa positif dari minggu kedua hingga minggu
ketiga.
e. Anti salmonella typhi Igm
Pemerksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 an ke-4
terjadinya demam.
16
anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak
laki-laki cenderung kurus dan tinggi, anak perempuan cenderung gemuk.
Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepet perkembagannya
dari otot.
2. Perkembangan Psikososial
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan
psikoseksual yang dideskripsikan oleh freud sebagai priode laten, yaitu
waktu tenang antara fase odipus pada masa kanak-kanak awal dan erotsme
masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan
teman sebaya sasama jenis setelah pengabaian pada tahun-tahun
sebelumnya da didahului ketertarikkan pada lawan jenis yang menyertai
puberas. Anak-anak usia sekolah ingin sekali mengembangka
keterampilan dan berpartisipasi dalam pekejaanyang berarti dan berguna
secara sosial.
3. Perkembangan Kognitif
Ketika anak memasuki usia sekolah, mereka mulai memperoleh
kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk
menggambarkan mental anak yang dapa di ungkapkan cara verbal atau
pun simbolik. Tahapan ini diistilahkan sebagai oprasional konkret, ketika
anak mampu menggungkapkan proses berpikir untuk mengalami peristiwa
dan tindakkan. Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun
pasekolah digantikan dengan proses pikan yang memungkinkan anak
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
4. Perkembangan Moral
Pada saat pola pikir anak mula berubah dari egosentrisme ke pola pikir
lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan sadaran
diri dan standar moral. Walaun anak usia 6-7 tahun mengetahui peraturan
dan prilaku yang diharapkan dari mereka, mereka tidak memahami
alasannya. Penguatan dan hukuman mengarahkan penilaian mereka suatu
“tindakan yang buruk” adalah yang melanggar pengaturan dan
membahayakan. Oleh kaena itu anak usia 6-7 tahun kemungkinan
17
mengintrepretasikan kecelakan dan ketidak beruntungan sebagai hukuman
atau akibat tindakan “buruk” yang dilakukan anak.
5. Perkembangan Spiritual
Anak-anak usia dini berpikir dalam batasan konkrit tetapi merupakan
pelajar yang baik. Mereka tertarik dengan konsep surga dan neraka dan
dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan,
anak takut akan masuk neraka karena kesalahan dalam berprilaku. Oleh
karenanya konsep agama harus dijelaskan kepada anak dalam istilah yang
konkrit. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan ritual
agama dan jika aktivitas ini merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari
anak, hal ini dapat membantu anak dalam melakukan koping dalam
mengadapi situasi sehari-hari.
6. Perkembangan Sosial
Salah satu agent sosial penting dalam kehidupan anak usia sekolah adalah
kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman
sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Melalui
hubungan teman sebaya, anak belajar bagaimana menghadapi kombinasi
dan permusuhan berhubungan dengan pemimpin dan kekuasaan serta
menggali ide-ide dari lingkungan fisik. Walaupun kelompok sebaya
berpengaruh dan penting untuk perkembangan anak secara normal, orang
tua merupakan pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak,
mebuat standar prilaku dan menetapkan sistem nilai.
18
Reaksi anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat,
sistem pendukung yang tersedia, serta keterampilan koping dalam menangani
stress.
Adapun dampak hospitalisasi pada anak usia sekolah menurut Wong, Donna
L. (2008).
Anak usia sekolah tidak begitu khawatir terhadap nyeri jika dibandingkan
dengan disabilitas, pemulihan yang tidak pasti, atau kemungkinan kematian.
Anak yang menderita penyakit kronis lebih cenderug mengidentifikasi
prosedur intrusif sebagai hal yang menderita penyakit akut cenderung
mengidentifikasikannya dengan gejala fisik. Anak perempuan cenderung
mengekspresikan ketautan yang lebih banyak dan lebih kuat dibandingakan
dengan anak laki-laki, dan hospitalisasi sebelumnya tidak berdampak pada
frekunsi atau intensitas ketakutan tersebut. karena kemampuan kognitif
mereka sedang berkembang, anak usia sekolah waspada terhadap pentingnya
berbagai penyakit yang berbeda, pentingnya anggota tubuh tertentu,
kemungkinan bahaya pengobatan, konsekuensi seumur hidup akibat cedera
permanen atau kehilangan fungsi tubuh, dan makna kematian. Pencarian
informasi cenderung menjadi salah satu cara koping atau mempertahankan
rasa kendali walau stress dan kondisinya yang tidak pasti.
19
dengan “meringis”. Jika anak menunjukkan tanda-tanda resisten yang terbuka,
seperti menggigit, menendang, menarik, mencoba melarikan diri, menangis,
atau tawar-menawar, mereka akan menyangkal reaksi tersebut kemudian,
terutama dihadapan temen-teman sebayanya karena takut malu.
20
2) Biodata orang tua
Nama ayah, ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
alamat, hubungan dengan anak (kandung atau adopsi).
b. Riwayat Kesehatan
1) Riayat kesehatan masa lalu
Keluhan uatma yang biasa terjadi pada anak dengan demam
thypoid, yaitu terjadinya demam atau peningkatan suhu tubuh
terjadi pada hari ke-3 munggu pertama, suhu berangsur-angsur
naik setiap hari pada agi hari dan meningkat pada sore hari dan
malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan pecah-pecah,
ujg ldah kotor dan tepinya kemerahan, pada minggu kedua anak
terus dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangusr-
angsur turun dan normal kembal.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Riwayat penyakit yang pernah diderita yang berkaitan dengan
penyakit sekarang atau pernah kontak dengan penyakit demam
thypoid sebelumnya.
b) Riwayat pemberian imunisasi: kelengkapan anak terhadap
penyakit imunisasi yang diberikan pada usia 0-14 bulan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keseatan keluarga kemungkinan didapati salah satu angota
keluarga yang pernah menderita demam thypoid yang dapat
menularkan atau sebagai carier melalui feses atau urin dan
makanan yang terkontaminasi oleh tangan penderita sehingga
secara tiak lasung keluarga dapat terinfeksi.
4) Riwayat imunisasi
Kelengkapan anak terhadap penyakit imunisasi yang diberikan
pada usia 0-14 bulan dengan macam-macam imunisasi yaitu:
hepatitis, BCG, BPT 1, 2. 3, polio dan campak.
21
c. Kebutuhan dasar
1) Kebutuhan nutrisi
Anak penderita demam thypoid biasanya mengalami gangguan
pada nutrisis karena adanya rasa mual, muntah, dan tidak nafsu
makan sehingga menyebabkan menurunnya berat badan.
2) Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan eleminasi pada penderita demam thypoid mengalami
gangguan dalam pola eleminasi defekasi. Pada minggu pertama
biasanya akan terjadi diare, sedangkan pada minggu kedua akan
terjadi konstipasi.
3) Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur pada minggu pertama, penderita
demam thypoid cenderung mengalami susah untuk tidur terutama
pada malam hari berhubungan dengan adanya peningkatan suhu
tubuh yang terjadi pada sore hari dan malam hari.
4) Kebutuhan aktifitas
Kebutuhan aktifitas penderita demam thypoid akan terganggu
dikarenakan pada anak dengan deman thypoid akut harus
mengalami istirahat total.
5) Kebutuhan hygine
Kebutuhan hygine pada anak dengan demam thypoid umumnya
mengalami kelemahan dan harus istirahat total maka dalam hal ini
kebutuhan personal hygine memerlukan bantuan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Dilihat apakah pada penderita demam thypoid terjadinya muntah,
diare, demam, tidak nafsu makan, lidak yang khas (lidah putih
kotor pada pertengahan lidah dan ujung yanng hiperemisis) dan
suhu tubuh yang meningkat.
22
2) Palpasi
Diraba apakah kulit teraba halus dan lembab, pada bagian abdomen
kembung dan terasa tegang, nyeri perut pada bagian kanan atas.
3) Auskultasi
Frekunsi usu dapat melemah atau meningkat.
4) Perkusi
Kadang ditemukan adanya distensi abdomen.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaa darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leiksitosis atau kadar
leukosit normal. Eukstosis dapat terjadi walupun tanpa dsertai
infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus.
3) Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri salmonella typhi. Uji wial dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita demam thypoid. Akibat
adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuat
antibodi (aglutinin).
4) Kultur
Kultur darah: hasil bisa positif pada minggu I.
Kultur urin: hasil bisa menujukka positif pada akhir minggu kedua.
Kultur feses: hasil bisa positif dari minggu kedua hingga minggu
ketiga.
5) Anti salmonella typhi Igm
Pemerksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3
an ke-4 terjadinya demam.
23
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis
dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosis keperawatan
harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah kesehatan klien berikut
penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan. Diagnosa
keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi, memfokuskan, dan
memecahkan masalah klien secara spesifik. Komponen-komponen dalam
pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiology), dan data (sign and symptom) (Asmadi, 2008).
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan,
sistemmatis, mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah.
Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan
pernyataan diagnosis sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan klien
dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk
mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan klien.
intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis
dan pengetahuan yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada
klien ( Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010).
24
Tiga komponen umum yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut. Diagnosa keperawatan atau masalah
yang diprioritaskan, kriteria hasil yaitu apa hasil yang diharapkan dan
kapan ingun mengetahui hasil yang diharapkan tersebut, intervensi yaitu
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau kriteria hasil.
25
Intervensi:
1) Menilai status nutrisi anak.
2) Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak.
3) Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera anak
meningkat.
4) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
5) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi sering.
6) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan
dengan teknik porsi kecil tetapi sering.
7) Mempertahankan kebersihan mulut anak
8) Menjelakan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyebuhan.
9) Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui perentral jika
pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi
anak.
26
4) Monitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan skala
yang sama
5) Monitor kehilangan ciran yang tidak terlihat (insensible waer loss/
iwl) dengan memberikan kompres dingin atau dengan terapi
sponge.
6) Memberikan antibiotik sesuai program
27
3) Membantu memenuhi kebutuhan dasar anak.
4) Melibatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumetasikan
tindakan yang merupakan tindakkan perawatan khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi. Perawat melakukan tindakan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan
dan respon klien terhadap tindakan tersebut ( Kozier, Erb, Bermain, &
Snyder, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Asmadi (2008). Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandinggan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
28
yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi dilakukan adalah untuk melihat dan menilai
kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukkan apakah tujuan
keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji penyebab bila tujuan
asuhan keperawata belum tercapai. Evaluasi dibagi mencadi 2 jenis yaitu:
Masalah sebagian tercapai atau belum tercapai dapat dibuktikan dari hasil
prilaku klien. Ada tiga hasil evaluasi yang terkait dengan pencapain tujuan
yaitu :
a. Tujuan tercapai
Masalah tercapai apabila klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
waktu atau tanggal yang telah ditentukkan sesuai dengan pernyataan
tujuan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Masalah tercapai sebagian apabila klien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan.
29
c. Tujuan tidak tercapai
Masalah tidak tercapau apabila klien hanya meunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali yang diharapkan atau
tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan mengutarakan kasus tentang Asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada An.G dengan gangguan sistem
pencernaan: demam thypoid di ruang rawat inap anak Paviliun Badar Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana
tindakan, penatalaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data dasar (terlampir)
2. Resume kasus
An.G, perempuan, berusia 7 tahun 2 bulan datang dibawa oleh orang
tuanya ke Poliklinik anak Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada
tanggal 13 Mei 2016 Pukul 10.00 WIB, dengan keluhan demam naik turun
sejak 5 hari yang lalu, mual dan muntah 1 kali sekitar ½ gelas, berisi air,
tidak nafsu makan. Pada saat di Poliklinik Anak dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil: pemeriksaan laboratorium tanggal 13 Mei 2017
jam 11.05 WIB dengan hasil Hemoglobin 12.6 g/dl, Leukosit 6.87 103/µL,
Hematokrit 35 % &, Trombosit L 137 103/µL, Eritrosit 4.84 103/µL, Anti
salmonela IgM (Tubek TF) 6.0 positif. klien dianjurkan untuk dirawat di
Paviliun Badar untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.
3. Data fokus
a) Data subyektif
Ibu klien mengatakan
1) “Suhu tubuh anaknya tidak setabil kadang naik dan turun”
2) “Anaknya muntah 1 kali sekitar ½ gelas berisi air”
31
3) “An. G mengatakan tidak nafsu makan karena mulutnya terasa
pait”
4) “Anaknya makan habis 4-6 sendok makan”
5) “Anak malas minum, minum hanya menghabiskan 3 gelas”
6) “Sebelum sakit berat badan 20 kg”
7) “BAK 5-7 kali/hari dengan warna kuning jernih”
8) “BAB 1 kali/hari, konsistensi lembek dengan warna kuning
kecoklatan”.
9) “Anak lebih sering bersama tantenya karena ibunya bekerja”.
10) “Anak tidak mudah berinteraksi dengan orang asing”
11) “An.G mengatakan sering jajan sembarangan disekiatar rumah dan
sekolah, jika makan terkadang tidak cuci tangan terlebih dahulu”.
b) Data objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik didaparkan data:
1) Keadaan umum lemah dan sakit sedang
2) Kesadaran komposmentis
3) Nadi: 90 x/menit, suhu: 38˚C, RR: 20 x/menit
4) Berat badan: 18 Tinggi badan: 110 cm
5) LILA: 15 cm
6) Rambut: Hitam berkilau, bersih, tidak ada ketombe
7) Mata: Konjungtiva an-ananemis, kelopak mata tidak cekung.
8) Mulut: Mukosa bibir kering, lidah tampak bersih, mukosa mulut
tidak ada stomatitis
9) Abdomen: Cubitan dinding abdomen kembali segera < 3 detik dan
tidak kembung,
10) Akral teraba hangat, kapilery refil < 2 detik
11) Klien tampak tidak nafsu makan, terdapat sisa makanan ¼ porsi,
diit nasi rendah serat dan TKTP.
12) Klien tampak kurus
13) Klien tampak malu berinteraksi dengan perawat klien cenderung
pendiam, ketika ditanya klien hanya menjawab singkat.
14) Ibu klien tampak cemas
32
15) Ibu klien tampak kurang mengetahui tentang penyakit yang
diderita anaknya.
16) Status nutrisi
Berat Badan Ideal: 2x7+8 = 22 kg
Status nutrisi:
22-18 : 22 x 100% = 18% (resiko)
Output:
BAB 1x200 cc = 200 cc
BAK 7x50 = 350 cc
IWL (30-7)x 18 = 414 cc
Muntah 100 cc = 100 cc
Kenaikan suhu
(38C-36,8C) x 12%x 1400 = 201,6 cc+
Jumlah = 1.265,6 cc
Balance cairan: intake-output = 1761-1265,6 = + 495,4 cc/hari
33
19) Penatalaksanaan
a) Terapi infus: RL 14 tetes per menit makrodrip
b) Terapi oral:
parasetamol syirup : 3x1 sdm (jam 06, 12, 18)
Elkana : 2x1 sdm (jam 06,18)
c) Terapi injeksi
Ceftriaxone : 1x1.5 gr (jam 13)
Antrain jika suhu diatas 380C : 1x200 mg
Dexamethason : 3x2,5 mg (jam 8,16,24)
4. Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1 Subjektif Resiko defisit Peningkatan
Ibu An. G mengatakan volume cairan suhu tubuh
demam nak turun sejak 2 hari
yang lalu, mual, muntah
sudah 1 kali, BAB sudah 1
kali, konsistensi lembek
warna kuning kecolatan,
BAK 7 kali dalam sehari,
anaknya malas minum,
minum hanya habis 3
gelas/hari.
Objektif
keadaan umum baik,
kesadaran composmentis.
Anak tampak lemas, suhu
380C, kelopak mata tidak
cekung, mukosa bibir kering,
kapilari refill < 2 detik,
akral hangat, cubitan dinding
perut kembali < 3 detik,
Tubek TF 6.0, Ht: 35%,
Balance cairan: + 495,4
cc/hari
34
Objektif
A. BB saat sakit 18 kg, TB
110 cm, LILA 15 cm.
Penurunan berat badan2
kg, status nutrisi: 18%.
BBI: 22 kg, An. G
tampak kurus.
B. HB : 12.7 g/dl
C. Rambut hitam berkilau,
tidak rontok, konjungtiva
an-anemis, cubitan
dinding abdomen < 3
detik.
D. Makanan yang tersisa
hanya ¼ porsi, An. G di
rumah biasanya makan
habis 1 porsi, An. G
tidak nafsu makan karena
mulutnya terasa pait.
3 Subjektif Takut pada Dampak
Ibu klien mengatakan anak Hospitalisasi:
anak sulit berinteraksi (prsedur
dengan orang asing tindakkan
dantakut pada
Objektif orang asing
Klien tampak
pendiam, saat ditanya
klien hanya menjawab
singkat.
Objektif
Orang tua An. G tampak
tidak mengetahui tentang
penyakit yang diderita
anaknya, ibu klien tampak
cemas dengan kondisi
anaknya.
35
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat membantu untuk mengklasifikasikan intervensi
keperawatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai hasil akhir. Setelah
melakukan pengkajian selanjutnya penulis merumuskan diagnosa keperawatan
pada An. G dengan demam thypoid sebagai berikut:
1) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh.
2) Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
3) Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan orang
tua tentang pencegahan penyakit demam thypoid.
4) Dampak hospitalisasi berhubungan dengan prosedur tindak: (prosed
tidakan dan takut pada orang asing)
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan Setelah diagnosa perencanaan dirumuskan, tahap
berikutnya adalah perencanaan. Perencanaan adalah suatu tindakan
profesional perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Perencanaan meliputi prioritas masalah yang sedang dihadapi klien dan
keluarganya. Dari masalah keperawatan yang ada, maka rencana keperawatan
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. DX. 1: Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.G selama
3x24 jam diharapkan defisit volume cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
a. Tanda-tanda vital klien dalam batas normal (suhu 36°C-37,5°C, nadi
80140x/menit, RR 20-40x/menit)
b. Status hidrasi baik ( kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab,
kulit elastis, akral hangat)
c. Intake dan output seimbang
d. Anak tidak lemas
e. Nilai Laboratorium: Ht normal 33% - 45%
36
Rencana Tindakan:
a. Observasi tanda-tanda vital klien per shif
b. Kaji status hidrasi (kelopak mata, mukosa bibir, turgor kulit, akral
hangat )
c. Monitor intake dan output klien selama 24 jam.
d. Monitor kepatenan tetesan infus (RL 14 tetes/menit)
e. Anjurkan kompres air hangat bila suhu anak masih tinggi
f. Anjurkan kepada keluarga klien agar klien minum banyak + 400
cc/hari.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat:
1) Berikan antibiotik ceftriakson 1x1,5 gr (jam13)
2) Berikan injeksi dextrametason 3x2,5 mg (jam 8,16,24)
3) Berikan obat oral: paracetamol siyrup 3x1 sdm (jam 6,12,18)
h. Pantau hasil laboratorium Ht.
37
g. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dalam
keadaan hangat dan menarik
h. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi
sedikit tetapi sering
i. Anjurkan orang tua untuk memotivasi dan dampingi anak saat makan.
j. Pantau hasil laboraturium: Hb
3. DX. 3: Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi:
(posedur tindakan dan takut pada orang asing)
Tujuan: setelah dilakukan tindakkan keperawatan kepaa An. G selama
3x24 jam diharapkan dampak hospitalisasi pada anak dapat teratasi
Kriteria Hasil:
Anak mau berkomunikasi dengan perawat, anak kooperatif saat dilakukan
prosedur tindakan, merasa nyaman saat hospitalisasi.
Rencana Tindakkan:
a. Bina hubungan trus
b. Lakukan knjungan sering tapi sering
c. Panggil nama anak dan beri sentuhan
d. Alihkan perhatian anak saat melakukan prosedur tindakan
e. Anjurkan orang tua untuk selalu mensuport anaknya
f. Anjurkan orang tua untuk selalu mendampingi anak saat melakukn
prosedur tindakan.
g. Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
38
c. Berikan edukasi dan penyuluhan kesehatan tentang penyakit demam
thypoid kepada orang tua dan klien ( pengertian, penyebab,
penyebaran, tanda-dan gejala, pencegahan dan pengobatan)
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal yang
tidak dimengerti.
e. Anjurkan orang tua agar membiasakan anaknya untuk mencuci tangan
sebelum makan dan sesudah BAB.
D. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada An. G dengan demam
thypoid serta rencana yang sudah dibuat oleh penulis, penulis melakukan
implementasi selama 3 hari masa perawatan mulai dari tanggal 13 Mei - 15
Mei 2017.
39
sesuai dengan dosis 1,5 gr tidak
ada tanda-tanda alergi seperti
kemerahan dan gatal-gatal dll.
40
G 100 cc
41
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak tidak menolak ketika
diberikan obat.
42
DS: -
DO:
- Tetesan infus lancar 14
tpm/menit, area pemasangan
infus tidak bengkak
43
DO:
- N: 90 x/menit
- S: 36,6 0C
- RR: 20 x/menit
44
masalah jika sering dikunjungi
DO:
- An. G tampak masih tidak mau
berbicara banyak dengan
perawat.
45
memberikan minum kepada An.
G.
10.22 1,2 Memantau hasil laboratorium Hb, Ht Hurfa
DS:-
DO:
- Hasil laboratorium Hb: 11.6 g/dl
- Hasil laboratorium Ht: L 32%
46
12.30 1 Memonitor intake dan output Hurfa
DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
minum habis 1 gelas
- An. G mengatakan siang ini
belum BAB dan BAK sudah 2
kali
DO:
- Infus: 400 cc, IWL: 54 cc, AM:
51 cc.
47
DS:
- Ibu klien mengaatakan senang
jika terus didatangi perawat
DO:
- Anak G tampak sudah mau
berbicara ketika ditanya.
48
17.45 2 Monitor intake nutrisi Hurfa
DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
habis makan hanya ½ porsi
DO:
- Makan tampak habis ½ porsi
49
tpm/menit, area pemasangan
infus tidak bengkak.
05.30 2 Memberika makanan diit rendah Tim
serat TKTP
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memberikan makan kepada An.
G
DO:
- Makanan sudah diberikan
50
07.30 1 Memonitor TTV Hurfa
DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
sudah idakdemam lagi
DO
- N: 80 x/menit
- S: 36,80C
- RR: 20 x/menit
51
08.30 4 Memberikan edukasi kepada klien Hurfa
dan keluarga tentang penyakit
demam thypoid
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
cukup mengerti tentang penyakit
yang diderita anaknya, An. G
mengatakan tidak mau lagi jajan
sembarangan
DO:
- Ibu klien tampak mendengarkan
dengan baik, dan cukup
antusias, An. G tampak mengerti
apa yang sudah di jelaskan.
52
11.45 2 Menganjurkan orang tua untuk Hurfa
memberikan makanan dalam
keadaan hangat
DS:
- Ibu klien mengatakan akan
mencoba memberikan
DO:
- Ibu klien tampak mengerti
53
DO:
- Tetesan infus lancar 14
tetes/menit, area pemasangan
infus tidak bengkak dan bersih.
54
17.50 1 Monitor intake dan output Hurfa
DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
minum habis1 gelas
- An. G mengataka siang ini
belum BAB dan BAK sudah 2
kali
DO:
- Infus: 200 cc, IWL: 54 cc, AM:
51 cc.
E. Evaluasi Keperawatan
No. Dx Hari/tanggal Jam Perkembangan Paraf
1 Minggu 13.00 S: ibu klin mengatakan An. G minum Hurfa
14 Mei 2017 sudah 3 gelas dalam sehari, BAB
sudah 1 kali, BAK sudah 7 kali per
hari.
O: kesadaran composmentis, keadaan
umum lemah, mukosa bibir sedikit
kering, kelopak mata tidak cekung,
cubitan dinding abdomen kembali
segera < 3 detik, kapilery refill < 2
detik.
- N: 92 x/menit
- S: 36,50C
- RR: 20 x/menit
- Ht: L 32%
- Intake : Minum = 600 cc
Infus = 900 cc
AM = 153 cc +
1653 cc/hari
- Output :
BAK (7x50) = 350cc
BAB (1x200) = 200cc
IWL = 414cc+
964 cc/hari
55
- intake – output = 0
1653 - 964 = + 689 cc/hari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
a) Monitor TTV
b) lanjutkan monitor intake dan
output per sifh
c) lanjutkan pemberian antibiotik
ceftriaxon 1x1,5 gr sesuai
anjuran dokter
d) lanjutkan pemberian terapi oral:
PCT siyrup 3x 1 sdm
e) lanjutkan pemberikan terapi
injeksi: antrain 1x200 mg jika
suhu diatas 380C
f) lanjutkan pemeberian terapi
injeksi dextrametason 3x2,5 mg
g) Mengganti cairan infus/12 jam
h) Monitor kepatenan infus RL 14
tetes per menit
i) Pantau hasil laboratorium: Ht
56
keadaan hangat
g) Anjurkan orang tua gar
memotivasi dan mendampingi
anak ketika makan.
h) Memonitor laboratorium: Hb
57
mencuci tangan sebelum makan
dan setelah BAB
4 Senin 13.00 S: ibu klien mengatakan sudah cukup Hurfa
15 Mei 2017 mengerti dan memahami tentang
penyakit demam thypoid, dan akan
membiasakan anaknya untuk mencuci
tangan terlebih dahulu sebelum makan
dan sesudah BAB, An. G mengatakan
tidak akan jajan sembarangan lagi
O: orang tua tampak sudah mengerti
dan memahami tentang penyakit
demam thypoid, orang tua tampak
sudah tidak cemas lagi dengan kondisi
An. G, An. G tampak sudah paham
dan mengerti
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
58
1014 cc/hari
- intake – output = 0
1703 - 1014= +686 cc/hari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a) Memonitor TTV
b) Memonitor intake dan output/8
jam
c) Berikan antibiotik ceftriaxone
1,5 gr sesuai anjuran dokter
d) Berikan terapi oral PCT siyrup
3X1 sdm
e) Berikan terapi injeksi : antrain
1x200 mg jika suhu diatas 380C
f) Mengganti cairan infus/12 jam
g) Monitor kepatenan infus
O:
A: BB 18 kg, TB 110 cm, LILA 15
cm,
B: Hb : 12.7 g/dl
C: Rambut hitam berkilau, rambut
tidak mudah di jabut, konjungtiva an-
anemis.
D: makanan yang dihabiskan hanya ½
porsi, anak biasanya dirumah
menghabiskan makan 1 porsi, makan 3
kali dalam satu hari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a) Catat intake nutrisi klien/8jam
b) Timbang berat badan klien
c) Berikan obat oral : vitamin
(elkana) 2x1 sdm (pagi,sore)
d) Anjurkan keluarga untuk
memberikan An. G makanan
sedikit tapi sering
e) Monitor laboratorium:
Hemoglobin
59
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara
tinjauan teoritis (BAB II) dengan tinjauan kasus (BAB III) pada asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada An. G dengan gangguan
sistem pencernaan: demam thypoid yang dirawat di Paviliun Badar Rumah Sakit
Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat. Penulis akan membahas secara menyeluruh
mengenai masalah-masalah yang ada hubungannya dengan perawatan An. G
dengan demam thypoid yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawataan, penatalaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan pengkajian, penulis tidak menemukan banyak masalah atau
kesulitan karena tersedianya format pengkajian, catatan keperawatan
diruangan, catatan medis, serta keluarga klien yang kooperatif terhadap
tindakan keperawatan. Namun penulis memiliki hambatan dalam mengkaji
dikarena An. G malu ketika ditanya oleh perawat. Sehinga untuk mendapatkan
data yang diperlukan penulis melakukan pendekatan dengan cara bertahap dan
melibatkan orang tua dalam melakukan pengkajian. Pada saat pengkajian
penulis melakukan pengkajian secara komprehensif yang meliputi bio, psiko,
sosio, kultur dan spiritual sebagai dasar dalam merumuskan diagnosa
keperawatan dan dalam rencana asuhan keperawatan bedasarkan masalah
yang dihadapi pada An. G dan keluarga.
60
Pada etiologi yang terdapat ditinjauan teoritis sesuai dengan kasus yang ada,
penyebab yang terjadi pada An. G adalah faktor infeksi bakteri salmonella
Thypi yang sudah didapatkan dari hasil pemeriksaan penunjang Tubek TF
pada An. G. Hasil pemeriksaan Tubek TF pada An. G positif 6.0. bakteri
didapat melalui kebiasaan orang tua yang mengabaikan prilaku hidup sehat
dan bersih. Pada saat pengkajian didapatkan data sebagai berikut: orang tua
mengatakan tidak begitu mengawasi anaknya karena orang tua sibuk bekerja,
anak lebih sering bersama tantenya, An. G megatakan sering jajan
sembarangan didepan rumah dan di sekolah, dan kebiasaan saat memakan
tidak mecuci tangan terlebih dahulu. Hal tersebut, kemungkinan merupakan
beberapa peyebab terjadinya demam thypoid.
61
sehingga data yang terkumpul mudah dikelompokan dan dianalisa. Pada tahap
ini tidak ditemukan faktor penghambat yang berarti.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sesuai antara kasus dan teori, adalah:
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh. Diagnosa ini ditemukan pada tinjauan teoritis namun pada tinjauan
kasus hal ini masih beresiko, hal ini terjadi karena terjadinya proses infeksi
pada anak G sehingga didapatkan data bahwa An. G BAB 1 kali dala
sehari, BAK 5-6 kali dalam sehari, minum + 3 gelas/hari. An. G tampak
lemas, suhu 380C, mukosa bibir kering, kebutuhan caran 1400 ml/hari,
kapilery refill kembali < 2 detik, akral teraba hangat, balance cairan
+495,4 cc/hari, leukosit: 6.87 103/ µL, Ht: 35%, Tubek TF: 6.0.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekua. Diagnosa ini ditemukan pada tinjuan
teoritis namun pada tinjauantoritis diagnosa perubaan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sudahenjadi diagnosa yang akutal sedangkan pada kasus
dianosa tersebut masih bersifat resiko. Kuman salmonela yang masuk
kedalam tubuh manusia akan menyaerang bagian usus halus, dimana usus
halus akan mengakibatkan gangguan mengabsorpsi makanan, hal ini
mgakibatkan timbulnya tidak nafsu makan, mual, dan muntah pada An. G.
An. G makan hanya menghabiskan 4-6 sdm, BB sebelum sakit 20 kg, BB
saat sakit 18 kg, HB : 12,7 g/dl. BB An. G mengalami penurunan 2 kg,
(berat badan ideal: 22 kg dan terjadi penurunan BB: 18% ) dari data
tersebut anak belum mengalami penurunan 20 %.
Diagnosa keperawatan yang ada dikasus namun tidak ada pada tinjuan teoritis,
adalah:
1. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi: orang asng
diagnosa ini ada pada kasus karena didukung dengan data, klien tampang
kurang kooperatif pada saat perawat datang, klien tampak pendiam, jika
ditanya hanya menjawab singkat.
62
2. Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan orang
tua tentang pencegahan penykit demam thypoid. Diagnosa ini ditemukan
pada kasus karena pada tinjuaan teoritis dipaparkan bakteri salmonela
thyposa yang masuk kedalam saluran pencernaan yang diserep oleh asam
lambung dan ada beberapa yang masuk ke organ lain seperti usua halus,
limpa, hati kelenjar getah bening ddl, hal ini merupakan faktor pendukung
bawha pednerita demam thipoid meski dikatakan sembuh, bukan tidak
mungkin penderita demam thypoid akan mengalami penyakit berulang
demam thypoid, hal ini dikarenakan bakteri salmonella ynag masuk
didalam tubuh bisa bertahan berbulan-bualan bahkan bertahun-tahun di
dalam tubuh penderita demam thypoid, hal ini dianggap sudah cukup
untuk menegakkan diagnosa tersebut ditambah didapatkan data An. G
hanya mengalami demam thypoid 1 kali, keluarga mengatakan An. G
belum pernah mengalami demam thypoid sebelumnya, keluarga juga tidak
mempunyai riwayat demam thypoid, keluarga kurang mengetahuai tentang
penyakit demam thypoid.
Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada tinjauan kasus namun ada pada
tinjauan teori, adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Diagnosa ini tidak muncul
karena hipertermi sudah tidak dijadikan diagnosa namun data-data yang
menunjang pada hipertermi dimasukkan didalam diagnosa devisit atau
resiko volume cairan.
2. Perubaan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Diagnosa ini tiak muncul karena klien tidak mengalami penuruanan
kesadaran.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total. Diagnosa
ini tidak muncul karena klien masih mampu melakukan aktifitas, bergerak
dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
63
merumuskan dagnosa keperawatan. faktor pendukung lain seperti adanya
bimbingan dari pembimbing yang mendukung terkumpulnya data dan
mempermuda penulis mengangkat diagnosa.
C. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan tahap perencenaan penulis mengacu pada perencanaan yang
terdapat di landasan teoritis di mana perencanaan dibagi menjadi 3 tahap
yaitu menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan kriteria
hasil dan merencenakan tindakan keperawatan. Dalam pembuatan rencana
penulis bekerja sama dengan keluarga klien dan perawat ruangan sehingga ada
kesempatan dalam memecahkan masalah yang dialami klien. Hal ini menjadi
prioritas karena data-data yang menunjang baik dari pemeriksaan fisik,
balance cairan, dan pemeriksaan labolatorium, karena pemeriksaan tersebut
merupakan masalah yang terjadi saat ini.
Penyusunan tujuan dan kriteria hasil dibuat sesuai dengan tinjauan teoritis
yang mencakup variebel SMART yaitu tujuan yang ingin dicapai sesuai
dengan landasan teori, kriteria hasil yang dibuat spesifik dan sama dengan
landasan teori, dapat diukur, dapat dicapai, rasional dan ada batas waktu yang
jelas untuk tiap diagnosa masalah yang muncul. Tujuan yang ditetapkan pada
masing-masing diagnosa disesuaikan berdasarkan kondisi klien, berat
masalahnya dari hasil manifestasi klinis dan diagnostik. Sehingga waktu yang
ditetapkan untuk masing-masing diagnosa berbeda-beda. Dalam hal ini jika
tujuan belum teratasi dalam batas waktu yang ditentukan maka rencana
tindakan yang dibuat dapat dilimpahkan kepada perawat ruangan tempat klien
dirawat. Dalam penyusunan rencana tindakan, penulis tidak mendapatkan
kesulitan, karena keluarga klien dan perawat ruangan yang kooperatif dan mau
diajak bekerja sama serta tersedianya alat yang cukup memadai untuk
melakukan tindakan keperawatan.
D. Penatalaksanaan Keperawatan
64
Dalam masalah asuhan keperawatan pada An. G pada dasarnya telah
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat dengan
meperhatikan kondisi dan fasilitas yang ada di ruangan. Dalam hal
pelaksanaannya penulis berkolaborasi dengan perawat yang ada di ruangan
untuk mengatasi masalah keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dinilai bedasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditentukan. Adapun dalam mengevaluasi penulis menggunakan
65
teknik SOAP sehingga masalah terlihat apakah sudah teratasi, teratasi
sebagian, belum teratasi atau masalah tidak terjadi.
5) Diagnosa resiko defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh masalah teratasi sebagian dikarenakan An. G
intake dan output An. G belum balance, mukosa bibir sudah tidak kering,
mata tidak cekung, BAB 1 kali sehari, turgor kulit elastis.
6) Diagnosa resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat masalah teratasi sebagian
dikarenakan An. G makan habis ½ porsi, konjungtiva ananemis dan
keluarga memberikan makanan pada An. G dalam porsi kecil dan sering
juga dalam keadaan hangat.
7) Diagnosa takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi:
orang asingdapat teratasi dikarenakan An. G sudah dapat kooperatif
dengan kedatangan perawat, ketika dilakukan tindakan An. G cenderung
tidak takut dan memperhatikan tindakkan.
8) Diagnosa resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang
pengetahuan orang tua tentang pencegahan penyakit demam thypoid dapat
teratasi dikarenakan orang tua sudah memahami tentang pencegahan
penyakit demam thypoid.
66
BAB V
PENUTUP
Demam thypod yang di derita An. G dengan manifestasi yang muncul pada
An. G adalah peningkatan suhu tubuh ynag tidak setabil, tidak nafsu makan,
mual, dan muntah serta hasil pemeriksaan laboratorium Tubek TF positif 6.0.
Untuk diagnosa yang belum dapat terselesaikan penulis bekerja sama dengan
tim perawat yang ada di ruangan untuk terus dilakukannya asuhan
keperawatan pada An. G secara komperhensif
67
dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada An.G, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 hari dan evaluasi akhir dilakukan pada tanggal
15 Mei 2017
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang didapatkan, penulis menganggap perlu adanya
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan, agar dapat membantu klien untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keinginan penulis tersebut
dituangkan berupa saran yang diharapkan dapat membantu dalam peningkatan
pemberian asuhan keperawatan khususnya pada anak dengan demam thypoid.
1. Untuk institusi
Hendaknya menyediakan sumber-sumber buku yang lebih lengkap dengan
tahun terbit yang terbaru khususnya untuk buku asuhan keperawatan pada
anak, sehingga dalam penyusunan karya tulis ilmiah maupun tugas-tugas
lainnya mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam mencari sumber-
sumber buku. Akan tetapi institusi sudah menyediakan free hotspot bagi
mahasiswa yang ingin mencari sumber lain.
68
3. Untuk keluarga klien
Diharapkan keluarga meningkatkan perilaku hidup yang bersih dan sehat
agar kesehatan keluarga lebih optimal, serta memonitor anak untuk
mengkonsumsi makanan yang hgienis dan bergizi agar daya tahan tubuh
anak meningka dan membiasakan anak untuk selalu mencuci tangan
sebelum makan atau sesudah BAB sehingga orang tua dapat mencegah
terjadinya penyakit berulang demam thypoid.
4. Rumah Sakit
Hendaknya memberikan fasilitasi dan pelatihan khususnya untuk perawat
ruangan anak dalam asuhan keperawatan yang terkait dengan pendekatan
terapi bermain.
5. Penulis
Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan dengan cara: banyak belajar dan membaca melalui literatur
yang terbaru dan terkini, agar tidak ketinggalan informasi.
69
DAFTAR PUSTAKA
70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Riwayat Diri
Nama Lengkap : Hurfatul Gina
NIM : 2014750020
Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 29 Oktober 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Warakas 1 RT 09/ RW 01 No. 55, Kel:
Warakas. Kec: Tanjung Priok Jakarta Utara
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Umun
a. SD Mas Intan Jakarta Utara Tahun 2002-2008
b. MTS AL-Islah Bobos Cirebon Tahun 2008-2011
c. MAN 3 Jakarta Tahun 2011-2014
d. Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta Tahun 2014-2017
2. Pendidikan Tambahan
a. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2016
b. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Tahun 2014
c. Course National English Center Tahun 2014-2017
d. Pelatihan Darul Arqom Dasar Tahun 2014
e. pelatihan Baitul Arqom Tahun 2014
f. Pelatihan Kegawat Daruratan Tahun 2014
71
A. Susunan keluarga ( genogram 3 generasi )
KETERANGAN
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
--------
: Klien
72
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama ± 30 menit, keluarga klie mengerti
dan memahami cara pencegahan demam thypoid.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan keluarga klien mampu:
1. Menyebutkan pengertian demam thypoid
2. Menyebutkan apa penyebab demam thypoid
3. Menyebutkan bagaimana cara penularan demam thypoid
4. Menyebutkan bagaimana tanda dan gejala demam thypoid
5. Mengetahui pencegahan demam thypod
6. Menyebutkan bagaimana cara pengobatan demam thypoid
73
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan pelaksanaan kesepakatan waktu
Penkes dengan sasaran pelaksanaan
3. Mendengarkan
3. Menutup acara dengan penyuluh menutup
mengucapkan salam serta acara dan menjawab
terima kasih kepada salam
sasaran
74
VII. Evalasi:
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Tanya jawab
4. Butir pertanyaan:
a. Apa pengertian demam thypoid?
b. Sebutkan hal-hal yang menyebabkan demam thypoid?
c. Bagaimana cara penularan demam thypoid?
d. Sebutkan tanda dan gejala demam thypoid?
e. Bagaimana cara pencegahan demam thypoid?
f. Bagaimana cara pengobatan demam thypoid?
75
Materi Lampiran:
1. Pengertian
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi pada anak
maupun dewasa. Anak merupakan yang peling rentan terkena demam tifoid,
yang biasanya banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun
2. Penyebab
Penyakit thypoi disebabkan oleh infeksi kuman salmonela typhosa/eberthella
typhosa
3. Cara penularan demam thypoid
Melalui 4F, 1V diantaranya : Food (makanan), finger (jari-jari), flies (lalat),
feses (tinja)dan Vomitus (muntah).
4. Tanda dab gejala demam thypoid
Demam, suhu tubuh berasngsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya
menurun pada pagi hari, kemudian meningkat pada sore atau malam har.
Biasanya degan atau tanpa sakit kepala, pusing, tidak nafsu makan, mual,
muntah dan perut kembung dan merasatidak enak badan. Lidah tampak kotor,
nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menuru dan terjadi siare akibar
peradangan usus.
5. Cara pencegahan demam thypoid
1. Mencuci tangan
2. Tidak makan dan minuman yang mentah
3. Tidak makan-makanan sembarangan
4. Hindari makanan dan lingkungan dari kecoa, lalat dan tikus.
5. Melakukan vaksin
6. Cara pengobatan demam thypoid
1. Istirahat 7 hari sampai 14 hari
2. Pergerakan bertahap
3. Diet cukup dan tinggi protein. Hindari makanan tinggi serat.
4. Pengobatan lebih lanjut.
76
77
78