Anda di halaman 1dari 85

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR PADA AN. G DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN: DEMAM THYPOID DI PAVILIUN
BADAR RUMAH SAKIT ISLAM CEMPAKA PUTIH
JAKARTA PUSAT

DISUSUN OLEH:
HURFATUL GINA
2014750020

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH JAKARTA
TAHUN 2017

i
i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah mellimpahkan
rahmat dan hidayatnya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul „‟Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar pada An. G dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Demam
Thypoid di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Jakarta
Pusat” dari tanggal 13 Mei sampai 15 Mei 2017.

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Program Studi D III
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Walaupun Karya Tulis Ilmiah ini telah selesai dibuat tetapi penulis menyadari
betul bahwa masih banyak menemui hambatan sehingga masih ada
kekurangannya dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis dan penulis
masih dalam proses belajar. Namun berkat adanya bimbingan, pengarahan dan
bantuan serta pengalaman dari berbagai pihak, juga ilmu pengetahuan yang
penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta,
maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM. M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep. Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitan Muhammadiyah Jakarta dan
pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
3. Ibu Ns. Endah W, S.Kep, selaku pembimbing klinik penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

iii
4. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes selaku wali Akademik tingkat III
Angkatan 32 Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
5. Kepala Ruangan dan Staff Perawat di Paviliun Badar Rumah Sakit Ilsam
Jakarta Cempaka Putih.
6. Seluruh Staff Pendidikan Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Orang tua tercinta (Amang Lumri dan Mudari Mahmudah), dan saudara-
saudara (Abdul Malik, Imam Mudin, Ashabul Kahfi, dan Khalikatul zadidah)
yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, terimakasih yang sedalam-
dalamnya atas semua doa yang telah diberikan selama ini.
8. Teman-teman sejawat sepenanggungan seperjuangan dalam KTI tim ANAK
(Amalia Putri Azizah, Indah Warinni dan Siti Rafidah Kamaliah) yang telah
memberikan dukungan dan masukan kepada penulis dan mau berjuang
bersama sama dalam penyelesaian KTI.
9. Kawan seperjuangan Angkatan 32 Program Studi D III Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah banyak
memberikan kesan selama 3 tahun ini yang selalu kompak dan seru. Sukses
untuk kita semua!
10. Kawan-kawan terdekat Anak Cantik terimakasih, yang selalu memberikan
semangat, motivasi, serta doa, dan selalu bersama-sama sampai sekarang.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan sara demi perbaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
tenaga keperawatan pada umumnya bagi penulis khususnya, sehingga dapat
dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan dibidang keperawatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 05 Juni 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Hal
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Tujuan Peulisan................................................................. 4
1. Tujuan Umum.............................................................. 4
2. Tujuan Khusus.............................................................. 4
C. Ruang Lingkup.................................................................. 5
D. Metode Penulisan.............................................................. 5
E. Sistematika Penulisan....................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS........................................................... 8
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia................................... 8
B. Konsep Dasar Demam Thypoid....................................... 12
1. Definisi......................................................................... 12
2. Etiologi......................................................................... 12
3. Patofisiologi................................................................. 13
4. Manifeatasi Klinis........................................................ 16
5. Komplikasi................................................................... 16
6. Penatalaksanaan........................................................... 17
C. Konsep Tumbuh Kembang Anak...................................... 18
D. Konsep Dampak Hospitalisasi.......................................... 27
E. Konsep Asuhan Keperawatan........................................... 29
1. Pengkajian Keperawatan.............................................. 29
2. Diagnosa Keperawatan................................................. 34
3. Perencanaan Keperawatan............................................ 35
4. Penatalaksanaan Keperawatan..................................... 40
5. Evaluasi Keperawatan.................................................. 41
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................ 42
A. Pengkajian Keperawatan................................................... 42
B. Diagnosa Keperawatan..................................................... 47
C. Perencanaan Keperawatan................................................ 47
D. Penatalaksanaan Keperawatan.......................................... 58
E. Evaluasi Keperawatan....................................................... 59
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 68
A. Pengkajian Keperawatan................................................... 69
B. Diagnosa Keperawatan..................................................... 69
C. Perencanaan Keperawatan................................................ 72
D. Penatalaksanaan Keperawatan.......................................... 73
E. Evaliasi Keperawatan........................................................ 73

v
BAB V PENUTUP................................................................................ 75
A. Kesimpulan....................................................................... 75
B. Saran.................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
FORMAT PENGKAJIAN
SAP
LEAFLEAT

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
salmonel thyposa. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urine penderita. Mencuci
tangan yang tidak bersih setelah buang air besar atau air kecil meningkatkan
resiko tertularnya penyakit, selain itu lalat merupakan carrier (pembawa)
yang dapat memindahkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan (Dwi
Sunar, 2012).

Berdasarkan data kesehatan dunia yang didapat dari World Health


Organization (WHO) tahun 2015, demam thypoid masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di
dunia dan menyebabkan kematian. Di Indonesia dilaporkan bahwa penderita
demam thypoid sebesar 81.7/100.000 penduduk, pada usia 0-1 tahun tidak di
temukan anak dengan demam thypoid, pada usia 2-4 tahun 148,7/100.000
penduduk, pada usia 5-15 tahun sebesar 180,3/100.000 penduduk dan pada
usia lebih dari 16 tahun sebesar 51,2/100.000 penduduk, angka ini
menunjukkan bahwa penderita demam thypoid terbanyak adalah pada
kelompok usia 2-15 tahun. Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit
Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat tepatnya di ruangan anak Pavilium Badar
selama dua bulan terakhir, terhitung dari bulan Maret sampai April 2017
didapatkan anak yang dirawat dengan demam thypoid berjumlah 15 anak.
Adapun uraian sebagai berikut: usia toddler terjadi 4 anak, dalam usia
prasekolah 3 anak, dalam usia sekolah 6 anak, dan usia remaja 2 anak.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat banyaknya penyakit pada anak dengan
demam thypoid terjadi pada anak usia sekolah. Maka dari itu penanganan
demam thypoid pada anak harus dioptomalkan untuk mencegah terjadinya
peningkatan angka kejadian anak dengan demam thypoid.

1
Pada umumnya anak yang menderita demam thypoid mengalami masalah
pemenuhan kebutuhan dasar seperti deficit volume cairan, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dan resiko tejadinya infeksi berulang, jika
masalah tersebut tidak ditangani secara adekuat akan menimbulkan
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.

Sehubung dengan hal tersebut peran perawat sangat penting dalam


memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi bio,
psiko, sosio, dan spiritual yang diberikan oleh seorang perawat yang
profesional untuk membantu klien mencapai kondisi kesehatan dengan baik.
Upaya yang diperlikan untuk mengurangi jumlah penderita demam thyhoid
peran perawat mencakup upaya promotif dan preventif. Upaya promotif dan
preventif sangat di butuhkah tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Upaya promotif dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan
kesehatan atau penjelasan tentang penyakit demam thpoid. Sedangkan upaya
preventif merupakan upaya untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi
demam thypoid yaitu dengan cara mengajarkan untuk menjaga kebersihan
hygiene dan kebersihan lingkungan serta menjaga pola makan atau gaya
hidup sehat. Sedangkan dalam upaya kuratif yaitu dengan memberikan
pengobatan kepada klien. Upaya rehabilitatif merupakan upaya yang
dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan melalui istirahat yang
cukup serta menghindari makanan yang tidak sehat dan menjaga kebersihan
lingkungan rumah.

Mengingat banyaknya angka kejadian demam thypoid pada anak maka


penulis tertarik untuk mengaplikasikan teori dan konsep yang telah
didapatkan selama dibangku perkuliahan tentang Asuhan Keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam thypoid, oleh sebab itu penulis mengambil judul karya tulis ilmiah ini
denagn judul “pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: demam thypoid di Pavilium Badar Rumah Sakit
Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat.

2
B. Tujuan Penulis
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diharapkan penulis
mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam memberikan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan: demam thypoid melalui proses pendekatan keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam thypoid.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam thypoid.
c. Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam tyhpoid.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam thypoid.
e. Mampu melakukan evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam thypoid.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusi.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan
system pencernaan: demam thypoid.

3
C. Lingkup Masalah
Mengingat banyaknya masalah gangguan system pencernaan yang terjadi
pada anak, maka penulis membatasi pembahasan hanya pada satu masalah
yaitu Asuhan Keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak
dengan gangguan sistem pencernaan: demam thypod di Pavilium Badar
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat selama 3 hari, dimulai dari
tanggal 13 Mei 2017 s/d 15 Mei 2017.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang di gunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini
adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang dipelajari, menganalisa,
dan menarik kesimpulan dari hasil pengalaman secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan dan membandingkan dengan studi
kepustakaan.
Adapun data diperoleh dengan menggunakan tahnik:
1. Studi Kepustakaan
Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku-
buku dan literatur yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan demam thypoid.

2. Studi Kasus
a. Wawancara: wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga, perawat,
dokter dan petugas kesehatan lain yang terkait.
b. Observasi: observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien
yang bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan dan keperawatan
serta hasil dari tindakan yang dilakukan.

4
E. Sistematika Penulisa
Karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab
yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, lingkup masalah,
metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoretis


a. Konsep kebutuhan dasar.
b. Konsep dasar terdiri dari: definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, danpenatalaksanaan.
c. Konsep tumbuh kembang anak.
d. Konsep hospitalisasi.
e. Konsep asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuha
dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam
thypoid melalui pendekatan proses keperawatan meliputi:
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan
penatalaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

Bab III : Tinjauan Kasus


Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebtuha dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam thypoid yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, penatalaksanaan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.

Bab IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara bab II dan bab III
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, penatalaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

5
Bab V : Penutup
a. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai Asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: demam thypoid mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
penatalaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
b. Saran
Berisi isi tentang usulan-usulan mengenai hal-hal yang harus di
perbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: demam thypoid serta meningkatkan mutu
dalam pelayanan keperawatan.

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai konsep dasar kebutuhan manusia dan
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan
demam thypoid adapun uraian tersebut sebagai beriut:
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut Mubarak (2007), manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi secara memuaskan proses homeostasis, baik fisiologis maupun
psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting,
bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu
sendiri. Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan
teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima
kategori kebutuhan dasar, yakni:
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs).
Kebutuhan Fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.
Umumnya, seorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum
terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya
dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, orang yang
kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha
memenuhi kebutuhan akan makan sebelum memenuhi kebutuhan akan
cinta. Kebutuhan Fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia
untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit.
c. Kebutuhan makanan.
d. Kebutuhan eliminasi.
e. Kebutuhan istirahat dan tidur.
f. Kebutuhan aktivitas.
g. Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh.
h. Kebutuhan seksual.

7
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and Security Needs).
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologi, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi:
a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan
infeksi.
b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang buruk atau
asing.

3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs).
Kebutuhan ini meliputi:
a. Memberi dan menerima kasih sayang.
b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain.
c. Kehangatan.
d. Persahabatan.
e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta
lingkungan sosial.

4. Kebutuhan harga diri (Self-Ekstrem Needs). Kebutuhan ini meliputi:


a. Perasaan tidak bergantung pada orang lain.
b. Kompeten.
c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (Needs For Self Actualization). Kebutuhan ini


meliputi:
a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami
diri sendiri)
b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri.
c. Tidak emosional.
d. Mempunyai dedikasi yang tinggi.
e. Kreatif.
f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.

8
Adapun gangguan kebutuhan dasar pada anak dengan demam thypoid
mencakup:
1. Gangguan kebutuhan fisiologis
Masalah yang terjadi pada gangguaan kebutuhan fisiologis diantaranya:
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
Pada umumnya anak mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai salah
satu manifestasi adanya proses infeksi kuman salmonella thyposa.
Meningkatnya metabolisme tubuh dan kehilangan cairan karena
meningkatnya insensibel water loss (IWL) juga merupakan penyebab
dari gangguan pemenuhan kebutuhan cairan. Gangguan kebutuhan
cairan juga dapat terjadi sebagai akibat diare dan muntah pada anak
yang mengalami demam thypoid, yang biasanya terjadi pada minggu
pertama timbulnya panas. Hal ini terjadi karena terjadi proliperasi pada
sistem pencernaan yang dimanifestasikan dengan diare.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi juga biasanya menyertai anak
yang mengalami demam thypoid, hal ini karena terjadi infeksi dan
proses implamasi pada saluran pencernaan oleh kuman salmonella
thyposa terutama pada usus halus yang berfungsi untuk mengabsorpsi
makanan secara adekuat. Selain itu sering muncul manifestasi lidah
kotor/lidah putih yang menyebabkan nafsu makan menurun, maka
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terjadi.

2. Kebutuhan rasa aman dan nyaman.


Pada umumnya anak dengan demam thypoid mengalami takut pada orang
asing dan prosedur tindakan, hal ini terjadi pada setiap anak yang dirawat
di rumah sakit dan akan menyebabkan gangguan kebutuhan rasa aman dan
nyaman. Orang tua akan mengalami kecemasan, yang termasuk dalam
kebutuhan keselamatan dan keamanan. Hal ini terjadi pada orang tua
karena kurangnya informasi tentang penyakit anak tersebut dan kurangnya
pengetahuan pada orang tua.

9
B. Konsep dasar
1. Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2008)

Demam tifoid atau tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi menular


yang terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang peling
rentan terkena demam tifoid, yang biasanya banyak terjadi pada anak usia
5-19 tahun (Ratna Dewi Pudiastuti , 2010)

Demam tifoid atau tyhpoid fever ialah suatu sindrom sistematik yang
terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam interik adalah
paratifoid yang disebabkan oleh salmonela paratyphi dan salmonell
paratyhpi B dan salmonella paratyphi C. Demam tifoid memperlihatkan
gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lainnya (Widagdo,
2011)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa demam


thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh salmonella
typhosa mengenai usus halus disertai gangguan pada saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu.

2. Etiologi
Menurut Rampengan (2008), penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman
salmonela typhosa/eberthella typhosa yang merupakan kuman gram
negatif, motif dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik
sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih renda,
serta mati pada suhu 70°C ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini,
diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.

10
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
 Antigen O = OhneHauch= antigen somatik (tidak menyebar)
 Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada dagelan dan bersifat
termolabil.
 Antigen V = kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman
dan melindungi antigen O terhadap favoritisme.

Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan


pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinasi.
Campbell tulisan juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan
dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.
Ada 3 spesies utama, yaitu:
 Salmonella typhosa (satu serotipe)
 Salmonella cholerasius (satu serotipe)
 Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)

3. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus
kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo
endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan
bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa
jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaksi player ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadu ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan samapi perforasu usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.

11
Gejala demam disebabkan oleh edoteksil, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, 2010)

Salmonella Tyhposa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri masuk aliran darah sistemik

Kelenjar linfoid Hati Limpa Edotoksin


usus halus

Hepatomegali Splenomegali Demam


Tukak

Nyeri perabaan
Perdarahan dan
perforasi Mual/ tidak
nafsu makan

Perubahan nutrisi

Resiko kekurangan volume cairan

Suriadi 2010)

12
4. Manifestasi klinis
a. Minggu I
Pada minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap
hari, yang biasanya menurun pada pagi hari, kemudian meningkat pada
sore atau malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, sakit kepala,
pusing, anoreksia, mual, muntah dan pernafasan semakin cepat, perut
kembung dan merasa tidak enak badan.
b. Minggu II
pada minggu ke dua suhu tubuh penderita terus menerus dalam
keadaan tinggi (demam). Gejala toksemia semakin berat yang ditandai
dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Lidah tampak
kotor, nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, diare
menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat
terjadi perdarahan.
c. Minggu ke III
Pada minggu ke 3 susu tubuh berangsur-angsur turun dan normal
kembali di akhir minggu. Hal itu terjadi jika tanpa komplikasi atau
berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang
dan temperatur mulai turun.

5. Komplikasi
Menurur Rampengan (2008) Komplikasi yang mungkin muncul pada
demam thypoid yaitu:
a. Perdarahan usus
Perdarahan usus yang terjadi pada penderita demam thypoid biasanya
terjadi pada hari ketujuh belas atau awal minggu ke-3. Angka kejadian
berbeda-beda berkisar antara 0,8-8,6%. Diagnosis yang dapat di
tegakkan dengan penurunan tekanan darah, denyuat nadi bertambah
cepat dan kecil, kulit pucat, penurunan suhu tubuh, serta mengeluh
nyeri perut.

13
b. Perforasi usus
Komplikasi ini sering terjadi pada minggu ke-3 serta angka kejadian
bervariasi, yaitu antara 0,4-2,5%. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya tanda dan gelaja klinis serta pemeriksaan radiologi. Pada
umumnya tanda gejala yang sering didapatkan, penderita mendadak
tampak kesakitan didaerah perut, perut kembung, tekanan darah
menurun, suara bising usus melemah, dan pekak hati keruang.
c. Bronkitis dan bronkopnemonia
Bronkitis terjadi pada akhir minggu pertama dan perjalanan penyakit.
Pada kasus yang berat, bila disertai infekai sekunder, dapat terjadi
bronkopnemonia. Angka kejadian bervariasi antara 2,5-7%.
d. Kolesistitis
Kolesistitis jarang terjadi pada anak. Bila terjadi, umumnya pada akhir
minggu ke-2 dengan gejala dan tanda klinis yang tidak khas. Angka
kejadian pada anak berkisar antara 0-2%. Bila terjadi kolesistitis,
penderita cenderung menjadi seorang karier.
e. Meningitis
Miningitis disebabkan oleh salmonella typhosa atau species salmonella
yang lain lebih sering didapatkan pada neonatus ataupun bayi
dibandingkan pada anak, dengan gejala klinis sering tidak jelas
sehingga diagnosis sering terlambat.
f. Karier Kronik
Tifoid karier adalah seseorang yang tidak menunjukkan gejala
pernyakit demam thypoid, tetapi mengandung kuman salmonella
typhosa di dalam sekretnya. Mengingat karier sangat penting dalam hal
penularan yang tersembunyi, penemuan kasus sedini mungkin serta
pengobatannya sangat penting dalam hal menurunkan angka kematian.
Pengobatan karier merupakan masalah yang sulit, kadang-kadang
dengan pemberian obat-obatan antimikroba didapatkan kegagalan
karena salmonella typhosa bersarang dalam saluran empedu
intrahepatik sehingga diperlukan pengobatan kombinasi obat-obatan
dan operasi.

14
6. Penatalaksanaan
Menurut Rusepno Hassan & Alatas (2007). Penderita yang dirawat dengan
diagnosis observasi demam thypoid harus dianggap dan diperlukan
langsung sebagai penderita demam thypoid dan diberikan pengobatan
sebagai berikut:
a. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit
yang lama, lemah dan anoreksia dan lain-lain.
c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali,
yaitu istirahat mutlak, berbaring terus di tempat tidur. Seminggu
kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
d. Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi
protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas
sehari perlu diberikan.
e. Pemberian kloramfenikol, kecuali bila penderita tidak serasi dapat di
berikan obat lain misalnya ampisilin, kotrimoksazol dan lain-lain.
f. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Mislanya
pemberian cairan intravena untuk penderita denagn dehidrasi dan
asidosis. Bila terdapat bronkopenomoni harus ditambahkan penisilin
dan lain-lain.

7. Pemeriksaan Penunjang
Dikutib dari buku NAND (2015), pemeriksaan penunjang pada anak
dengan demam thypoid yaitu:
a. Pemeriksaa darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leiksitosis atau kadar leukosit
normal. Eukstosis dapat terjadi walupun tana dsertai infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali noral setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.

15
c. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri salmonella typhi. Uji wdial dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya
infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuat antibodi
(aglutinin).
d. Kultur
Kultur darah: hasilnya bisa positif pada minggu I.
Kultur urin: hasil bisa menujukka positif pada akhir minggu kedua.
Kultur feses: hasil bisa positif dari minggu kedua hingga minggu
ketiga.
e. Anti salmonella typhi Igm
Pemerksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 an ke-4
terjadinya demam.

C. Konsep Tumbuh Kembang Anak


Menurur A. Aziz alimun dan Musrifatul (2014) konsep tumbuh kembang
adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di
seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis
protein-protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara
keseluruh atau sebagian. Perkembangan (development) adalah perubahan
secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh
meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
kematangan, atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).

Menurut Cahyaningsih dan Dwi Suliastyo (2011) Perkembangan pada anak


usia sekolah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Biologis
Saat usia 6-12 tahun, pertumbuhan serta 5 cm pertahun untuk tinggi badan
dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut

16
anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak
laki-laki cenderung kurus dan tinggi, anak perempuan cenderung gemuk.
Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepet perkembagannya
dari otot.
2. Perkembangan Psikososial
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan
psikoseksual yang dideskripsikan oleh freud sebagai priode laten, yaitu
waktu tenang antara fase odipus pada masa kanak-kanak awal dan erotsme
masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan
teman sebaya sasama jenis setelah pengabaian pada tahun-tahun
sebelumnya da didahului ketertarikkan pada lawan jenis yang menyertai
puberas. Anak-anak usia sekolah ingin sekali mengembangka
keterampilan dan berpartisipasi dalam pekejaanyang berarti dan berguna
secara sosial.
3. Perkembangan Kognitif
Ketika anak memasuki usia sekolah, mereka mulai memperoleh
kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk
menggambarkan mental anak yang dapa di ungkapkan cara verbal atau
pun simbolik. Tahapan ini diistilahkan sebagai oprasional konkret, ketika
anak mampu menggungkapkan proses berpikir untuk mengalami peristiwa
dan tindakkan. Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun
pasekolah digantikan dengan proses pikan yang memungkinkan anak
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
4. Perkembangan Moral
Pada saat pola pikir anak mula berubah dari egosentrisme ke pola pikir
lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan sadaran
diri dan standar moral. Walaun anak usia 6-7 tahun mengetahui peraturan
dan prilaku yang diharapkan dari mereka, mereka tidak memahami
alasannya. Penguatan dan hukuman mengarahkan penilaian mereka suatu
“tindakan yang buruk” adalah yang melanggar pengaturan dan
membahayakan. Oleh kaena itu anak usia 6-7 tahun kemungkinan

17
mengintrepretasikan kecelakan dan ketidak beruntungan sebagai hukuman
atau akibat tindakan “buruk” yang dilakukan anak.
5. Perkembangan Spiritual
Anak-anak usia dini berpikir dalam batasan konkrit tetapi merupakan
pelajar yang baik. Mereka tertarik dengan konsep surga dan neraka dan
dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan,
anak takut akan masuk neraka karena kesalahan dalam berprilaku. Oleh
karenanya konsep agama harus dijelaskan kepada anak dalam istilah yang
konkrit. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan ritual
agama dan jika aktivitas ini merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari
anak, hal ini dapat membantu anak dalam melakukan koping dalam
mengadapi situasi sehari-hari.
6. Perkembangan Sosial
Salah satu agent sosial penting dalam kehidupan anak usia sekolah adalah
kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman
sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Melalui
hubungan teman sebaya, anak belajar bagaimana menghadapi kombinasi
dan permusuhan berhubungan dengan pemimpin dan kekuasaan serta
menggali ide-ide dari lingkungan fisik. Walaupun kelompok sebaya
berpengaruh dan penting untuk perkembangan anak secara normal, orang
tua merupakan pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak,
mebuat standar prilaku dan menetapkan sistem nilai.

D. Konsep Dampak Hospitalisasi


Konsep hospitalisasi menurut Rekawati Susilaningrum (2013).
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis yang utama tampak pada
anak. Anak yang dirawat di rumah sakit mudah mengalami krisis diakibatkan:
1. Anak mengalami perubaha, baik terhadap status kesehatan maupun
lingkungan dari kebiasaan sehari-hari.
2. Anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk
mengatasi masalah kejadian-kejadian yang beraifat menekan.

18
Reaksi anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat,
sistem pendukung yang tersedia, serta keterampilan koping dalam menangani
stress.

Adapun dampak hospitalisasi pada anak usia sekolah menurut Wong, Donna
L. (2008).
Anak usia sekolah tidak begitu khawatir terhadap nyeri jika dibandingkan
dengan disabilitas, pemulihan yang tidak pasti, atau kemungkinan kematian.
Anak yang menderita penyakit kronis lebih cenderug mengidentifikasi
prosedur intrusif sebagai hal yang menderita penyakit akut cenderung
mengidentifikasikannya dengan gejala fisik. Anak perempuan cenderung
mengekspresikan ketautan yang lebih banyak dan lebih kuat dibandingakan
dengan anak laki-laki, dan hospitalisasi sebelumnya tidak berdampak pada
frekunsi atau intensitas ketakutan tersebut. karena kemampuan kognitif
mereka sedang berkembang, anak usia sekolah waspada terhadap pentingnya
berbagai penyakit yang berbeda, pentingnya anggota tubuh tertentu,
kemungkinan bahaya pengobatan, konsekuensi seumur hidup akibat cedera
permanen atau kehilangan fungsi tubuh, dan makna kematian. Pencarian
informasi cenderung menjadi salah satu cara koping atau mempertahankan
rasa kendali walau stress dan kondisinya yang tidak pasti.

Anak usia sekolah mulai menunjukkan kekhawatiran terhadap kemungkinan


efek menguntungkan dan merugikan suatu prosedur. Selain ingin tahu apakah
prosedur tersebut akan menyakitkan atau tidak, mereka juga ingin tahu untuk
apa prosedur itu, bagaimana prosedur tersebut dapat membuat mereka lebih
baik, dan cedera atau bahaya yang dapat terjadi. Pada usia 9 atau 10 tahun,
sebagian besar anak usia sekolah menunjukkan ketakutan yang lebih sedikit
atau resistensi yang lebih terbuka terhadap nyeri dibandingkan anak-anak
yang lebih kecil. Secara umum mereka telah mempelajari metode koping
untuk menghadapi rasa tidak nyaman, seperti berpegangan dengan erat,
mengepalkan tangan atau mengatupkan gigi, atau mencoba bertindak berani

19
dengan “meringis”. Jika anak menunjukkan tanda-tanda resisten yang terbuka,
seperti menggigit, menendang, menarik, mencoba melarikan diri, menangis,
atau tawar-menawar, mereka akan menyangkal reaksi tersebut kemudian,
terutama dihadapan temen-teman sebayanya karena takut malu.

Anak usia sekolah jua menggunakan kata-kata untuk mengendalikan reaksi


mereka terhadap nyeri. Misalnya, anak memilih berpratisipasi dalam posedur,
sedangkan yang lainnya memilih menjauhkan diri dengan tidak melihat pada
apa yang sedang terjadi. Sebagaian besar menghargai penjelasan prosedur
yang diberikan dan tampak tidak begitu takut jika mereka mengetahui apa
yang akan terjadi.

E. Konsep Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada


Anak dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Demam Thypoid
1. Penkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukkan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan
aspek biologis, fisikologis, sosial, maupun sepiritual klien. Tujuan
pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien. pengkajian dilakukan saat klien masuk instansi layanan
kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap
selanjutnya dalam proses keperawatan. Kegiatan yang utama dalam tahap
pengkajian adalah penggumpulan data, pengelompokkan data, dan analisa
data untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Metode utama yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, No. Medrec,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruangan dan diagnosa medis.

20
2) Biodata orang tua
Nama ayah, ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
alamat, hubungan dengan anak (kandung atau adopsi).

b. Riwayat Kesehatan
1) Riayat kesehatan masa lalu
Keluhan uatma yang biasa terjadi pada anak dengan demam
thypoid, yaitu terjadinya demam atau peningkatan suhu tubuh
terjadi pada hari ke-3 munggu pertama, suhu berangsur-angsur
naik setiap hari pada agi hari dan meningkat pada sore hari dan
malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan pecah-pecah,
ujg ldah kotor dan tepinya kemerahan, pada minggu kedua anak
terus dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangusr-
angsur turun dan normal kembal.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Riwayat penyakit yang pernah diderita yang berkaitan dengan
penyakit sekarang atau pernah kontak dengan penyakit demam
thypoid sebelumnya.
b) Riwayat pemberian imunisasi: kelengkapan anak terhadap
penyakit imunisasi yang diberikan pada usia 0-14 bulan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keseatan keluarga kemungkinan didapati salah satu angota
keluarga yang pernah menderita demam thypoid yang dapat
menularkan atau sebagai carier melalui feses atau urin dan
makanan yang terkontaminasi oleh tangan penderita sehingga
secara tiak lasung keluarga dapat terinfeksi.
4) Riwayat imunisasi
Kelengkapan anak terhadap penyakit imunisasi yang diberikan
pada usia 0-14 bulan dengan macam-macam imunisasi yaitu:
hepatitis, BCG, BPT 1, 2. 3, polio dan campak.

21
c. Kebutuhan dasar
1) Kebutuhan nutrisi
Anak penderita demam thypoid biasanya mengalami gangguan
pada nutrisis karena adanya rasa mual, muntah, dan tidak nafsu
makan sehingga menyebabkan menurunnya berat badan.
2) Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan eleminasi pada penderita demam thypoid mengalami
gangguan dalam pola eleminasi defekasi. Pada minggu pertama
biasanya akan terjadi diare, sedangkan pada minggu kedua akan
terjadi konstipasi.
3) Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur pada minggu pertama, penderita
demam thypoid cenderung mengalami susah untuk tidur terutama
pada malam hari berhubungan dengan adanya peningkatan suhu
tubuh yang terjadi pada sore hari dan malam hari.
4) Kebutuhan aktifitas
Kebutuhan aktifitas penderita demam thypoid akan terganggu
dikarenakan pada anak dengan deman thypoid akut harus
mengalami istirahat total.
5) Kebutuhan hygine
Kebutuhan hygine pada anak dengan demam thypoid umumnya
mengalami kelemahan dan harus istirahat total maka dalam hal ini
kebutuhan personal hygine memerlukan bantuan.

d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Dilihat apakah pada penderita demam thypoid terjadinya muntah,
diare, demam, tidak nafsu makan, lidak yang khas (lidah putih
kotor pada pertengahan lidah dan ujung yanng hiperemisis) dan
suhu tubuh yang meningkat.

22
2) Palpasi
Diraba apakah kulit teraba halus dan lembab, pada bagian abdomen
kembung dan terasa tegang, nyeri perut pada bagian kanan atas.
3) Auskultasi
Frekunsi usu dapat melemah atau meningkat.
4) Perkusi
Kadang ditemukan adanya distensi abdomen.

e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaa darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leiksitosis atau kadar
leukosit normal. Eukstosis dapat terjadi walupun tanpa dsertai
infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus.
3) Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri salmonella typhi. Uji wial dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita demam thypoid. Akibat
adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuat
antibodi (aglutinin).
4) Kultur
Kultur darah: hasil bisa positif pada minggu I.
Kultur urin: hasil bisa menujukka positif pada akhir minggu kedua.
Kultur feses: hasil bisa positif dari minggu kedua hingga minggu
ketiga.
5) Anti salmonella typhi Igm
Pemerksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3
an ke-4 terjadinya demam.

23
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis
dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosis keperawatan
harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah kesehatan klien berikut
penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan. Diagnosa
keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi, memfokuskan, dan
memecahkan masalah klien secara spesifik. Komponen-komponen dalam
pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiology), dan data (sign and symptom) (Asmadi, 2008).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan demam


thypoid menurut Suriadi (2010) adalah sebagai berikut:
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
b. Peruahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berubungan dengan
tidak ada nafsu makan, mual dan kembung.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya
intake cairan, dan peningkatan sushu tubuh.
d. Perubaan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.
e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.

3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan,
sistemmatis, mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah.
Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan
pernyataan diagnosis sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan klien
dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk
mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan klien.
intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis
dan pengetahuan yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada
klien ( Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010).

24
Tiga komponen umum yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut. Diagnosa keperawatan atau masalah
yang diprioritaskan, kriteria hasil yaitu apa hasil yang diharapkan dan
kapan ingun mengetahui hasil yang diharapkan tersebut, intervensi yaitu
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau kriteria hasil.

Adapun intervensi yang dilaukan setiap diagnsa keperawatan pada anak


dengan demam thypoid menurut Suriadi (2010) adalah sebagai berikut:
a. Diagnosa I: hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan:
Mempertahankan suhu dalam batas normal.
Kriteria hasil:
Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi:
1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermi.
2. Observasi suhu, nadi tekanan darah dan pernafasan.
3. Berikan kompres air biasa.
4. Beri minum yang cukup.
5. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat.
6. Pemberia obat antipireksia.
7. Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat.

b. Diagnosa II: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual dan kembung.
Tujuan:
Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan.
Kriteria hasil:
Kebutuhan nutrisi pada klien dapat terpenuhi.

25
Intervensi:
1) Menilai status nutrisi anak.
2) Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak.
3) Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera anak
meningkat.
4) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
5) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi sering.
6) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan
dengan teknik porsi kecil tetapi sering.
7) Mempertahankan kebersihan mulut anak
8) Menjelakan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyebuhan.
9) Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui perentral jika
pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi
anak.

c. Dagnosa III: Resiko kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan:
Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil:
Mencegah kurangnya volume cairan.
Intervensi:
1) Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) palling sedikit
setiap empat jam.
2) Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis ubun ubun cair produksi urin minimal, memberan
mukosa kering bibir pecah-pecah.
3) Mengobservasi dan mencatat intake dan output dan
mempertahankan intake dan output yang adekuat.

26
4) Monitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan skala
yang sama
5) Monitor kehilangan ciran yang tidak terlihat (insensible waer loss/
iwl) dengan memberikan kompres dingin atau dengan terapi
sponge.
6) Memberikan antibiotik sesuai program

d. Diagnosa IV: Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


penurunan kesadaran.
Tujuan:
Mempertahankan fungsi persepsi sensori
Kriteria hasil:
Klien tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebih
lanjut.
Intervensi:
1) Kaji status neorologis
2) Istirahatkan anak hingga suhu dan tanda-tanda vital setabil
3) Hindai aktivitas berlebihan
4) Pantau tanda-tanda vital.

e. Diagnosa V: Kurang pengetahuan diri berhubungan dengan


istirahat total.
Tujuan:
Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
Kriteria hasil:
Klien dapat melakukan aktivitas sesui dengan kondisi fisik dan tingkat
kembang anak.
Intervensi:
1) Mengkaji aktivitas yang dapat dulakukan anak sesuai dengan tugas
perkembangan anak.
2) Menjelaskan kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan
tidak dapat dilakukan hingga demam berangsur angsur turun

27
3) Membantu memenuhi kebutuhan dasar anak.
4) Melibatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.

4. Penatalaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumetasikan
tindakan yang merupakan tindakkan perawatan khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi. Perawat melakukan tindakan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan
dan respon klien terhadap tindakan tersebut ( Kozier, Erb, Bermain, &
Snyder, 2010).

Tujuan dari implementasi adalah:


a) Membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b) Mencakup peningkatan kesehatan.
c) Mencakup pencegahan penyakit.
d) Mencakup pemulihan kesehatan.
e) Memfasilitasi koping klien.

Adapun prinsip-prinsip implementasi pada tiap-tiap diagnosa adalah


sebagai berikut:
a) Mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh.
b) Mempertahankan status nutrisi.
c) Mempertahankan suatu dehidrasi anak.
d) Mempertahankan fungsi persepsi sensori.
e) Membantu kebutuhan perawatan diri anak.

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Asmadi (2008). Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandinggan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil

28
yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi dilakukan adalah untuk melihat dan menilai
kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukkan apakah tujuan
keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji penyebab bila tujuan
asuhan keperawata belum tercapai. Evaluasi dibagi mencadi 2 jenis yaitu:

a. Evaluasi Formatif (proses)


Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan untuk menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yaitu subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisa data (pembandingan data dengan teori), dan
perencanaan.
b. Evaluasi Sumatif (akhir)
Evalasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan dilakukan, sesuai dengan waktu yang telah
diteteapkan dalam tujuan untuk dapat menilai bahwa tujuan itu
tercapai.

Masalah sebagian tercapai atau belum tercapai dapat dibuktikan dari hasil
prilaku klien. Ada tiga hasil evaluasi yang terkait dengan pencapain tujuan
yaitu :
a. Tujuan tercapai
Masalah tercapai apabila klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
waktu atau tanggal yang telah ditentukkan sesuai dengan pernyataan
tujuan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Masalah tercapai sebagian apabila klien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan.

29
c. Tujuan tidak tercapai
Masalah tidak tercapau apabila klien hanya meunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali yang diharapkan atau
tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun evaluasi pada anak dengan demam thypoid adalah sebagai


berikut:
a. Suhu dalam batas normal.
b. Status nutrisi adekuat.
c. Defisit cairan dalam batas normal.
d. Perubahan persepsi sensori tidak terjadi.
e. Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.

30
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mengutarakan kasus tentang Asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada An.G dengan gangguan sistem
pencernaan: demam thypoid di ruang rawat inap anak Paviliun Badar Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana
tindakan, penatalaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data dasar (terlampir)
2. Resume kasus
An.G, perempuan, berusia 7 tahun 2 bulan datang dibawa oleh orang
tuanya ke Poliklinik anak Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada
tanggal 13 Mei 2016 Pukul 10.00 WIB, dengan keluhan demam naik turun
sejak 5 hari yang lalu, mual dan muntah 1 kali sekitar ½ gelas, berisi air,
tidak nafsu makan. Pada saat di Poliklinik Anak dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil: pemeriksaan laboratorium tanggal 13 Mei 2017
jam 11.05 WIB dengan hasil Hemoglobin 12.6 g/dl, Leukosit 6.87 103/µL,
Hematokrit 35 % &, Trombosit L 137 103/µL, Eritrosit 4.84 103/µL, Anti
salmonela IgM (Tubek TF) 6.0 positif. klien dianjurkan untuk dirawat di
Paviliun Badar untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.

Di Paviliun Badar dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data: keadaan


umum baik, kesadaran composmentis, nadi: 92 x/menit, suhu: 380C, RR:
22 x/menit, LILA 15 cm, berat badan saat ini 18 kg, tinggi badan 110,
konjungtiva ananemis, kelopak mata tidak cekung, muksa bibir kering,
cubitan dinding abdomen kembali segera < 3 detik, kapilary sefill kembali
< 2 detik, akral teraba hangat. Masalah keperawatan yang muncul adalah
resiko defisit volume cairan. Intervensi yang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah: mengobserfasi TTV, memonitor status
dehidrasi, pemasangan infus dan pemberian terapi infus RL 14tpm/12jam,
menganjurkan orang tua agar anak banyak minum. Memberikan terapi oral
parasetamol sirup 3x1 sdm, dan terapi injeksi ceftriaxone 1x1,5gr jam 13,
antrain 1x200mg.

3. Data fokus
a) Data subyektif
Ibu klien mengatakan
1) “Suhu tubuh anaknya tidak setabil kadang naik dan turun”
2) “Anaknya muntah 1 kali sekitar ½ gelas berisi air”

31
3) “An. G mengatakan tidak nafsu makan karena mulutnya terasa
pait”
4) “Anaknya makan habis 4-6 sendok makan”
5) “Anak malas minum, minum hanya menghabiskan 3 gelas”
6) “Sebelum sakit berat badan 20 kg”
7) “BAK 5-7 kali/hari dengan warna kuning jernih”
8) “BAB 1 kali/hari, konsistensi lembek dengan warna kuning
kecoklatan”.
9) “Anak lebih sering bersama tantenya karena ibunya bekerja”.
10) “Anak tidak mudah berinteraksi dengan orang asing”
11) “An.G mengatakan sering jajan sembarangan disekiatar rumah dan
sekolah, jika makan terkadang tidak cuci tangan terlebih dahulu”.

b) Data objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik didaparkan data:
1) Keadaan umum lemah dan sakit sedang
2) Kesadaran komposmentis
3) Nadi: 90 x/menit, suhu: 38˚C, RR: 20 x/menit
4) Berat badan: 18 Tinggi badan: 110 cm
5) LILA: 15 cm
6) Rambut: Hitam berkilau, bersih, tidak ada ketombe
7) Mata: Konjungtiva an-ananemis, kelopak mata tidak cekung.
8) Mulut: Mukosa bibir kering, lidah tampak bersih, mukosa mulut
tidak ada stomatitis
9) Abdomen: Cubitan dinding abdomen kembali segera < 3 detik dan
tidak kembung,
10) Akral teraba hangat, kapilery refil < 2 detik
11) Klien tampak tidak nafsu makan, terdapat sisa makanan ¼ porsi,
diit nasi rendah serat dan TKTP.
12) Klien tampak kurus
13) Klien tampak malu berinteraksi dengan perawat klien cenderung
pendiam, ketika ditanya klien hanya menjawab singkat.
14) Ibu klien tampak cemas

32
15) Ibu klien tampak kurang mengetahui tentang penyakit yang
diderita anaknya.
16) Status nutrisi
Berat Badan Ideal: 2x7+8 = 22 kg
Status nutrisi:
22-18 : 22 x 100% = 18% (resiko)

17) Kebutuhan cairan dan kalori:


An.G usia 7 tahun, berat badan 18 kg
- 10x 100 = 1000
- 8x50 = 400 +
Jumlah = 1400 cc

18) Intake dan output dalam 24 jam


Intake:
Minum 3x200 = 600 cc
AM 8,5x18 = 153 cc
Infus 14x3x24 = 1008cc+
Jumlah = 1.761 cc

Output:
BAB 1x200 cc = 200 cc
BAK 7x50 = 350 cc
IWL (30-7)x 18 = 414 cc
Muntah 100 cc = 100 cc
Kenaikan suhu
(38C-36,8C) x 12%x 1400 = 201,6 cc+
Jumlah = 1.265,6 cc
Balance cairan: intake-output = 1761-1265,6 = + 495,4 cc/hari

19) Data Penunjang


- Hasil laboratorium tanggal 13 Mei 2017 jam 18.14 WIB
a) Hemoglobin : 12.7 g/dL
b) Leukosit : 9.17 103/ µL
c) Hematokrit : 35%
d) Trombosit : L 136 103/ µL
e) Eritrosit : 4.91 103/ µL

33
19) Penatalaksanaan
a) Terapi infus: RL 14 tetes per menit makrodrip
b) Terapi oral:
parasetamol syirup : 3x1 sdm (jam 06, 12, 18)
Elkana : 2x1 sdm (jam 06,18)
c) Terapi injeksi
Ceftriaxone : 1x1.5 gr (jam 13)
Antrain jika suhu diatas 380C : 1x200 mg
Dexamethason : 3x2,5 mg (jam 8,16,24)

4. Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1  Subjektif Resiko defisit Peningkatan
Ibu An. G mengatakan volume cairan suhu tubuh
demam nak turun sejak 2 hari
yang lalu, mual, muntah
sudah 1 kali, BAB sudah 1
kali, konsistensi lembek
warna kuning kecolatan,
BAK 7 kali dalam sehari,
anaknya malas minum,
minum hanya habis 3
gelas/hari.

 Objektif
keadaan umum baik,
kesadaran composmentis.
Anak tampak lemas, suhu
380C, kelopak mata tidak
cekung, mukosa bibir kering,
kapilari refill < 2 detik,
akral hangat, cubitan dinding
perut kembali < 3 detik,
Tubek TF 6.0, Ht: 35%,
Balance cairan: + 495,4
cc/hari

2  Subjektif Resiko perubahan Intake yang


Ibu An. G mengatakan nutrisi: kurang tidak adekuat
makan hanya habis 4-6 drai kebutuhan
sendok makan, BB sebelum tubuh
sakit 20 kg, BB saat ini 18
kg. An. G mengatakan tidak
nafsu makan karena
mulutnya terasa pait.

34
 Objektif
A. BB saat sakit 18 kg, TB
110 cm, LILA 15 cm.
Penurunan berat badan2
kg, status nutrisi: 18%.
BBI: 22 kg, An. G
tampak kurus.
B. HB : 12.7 g/dl
C. Rambut hitam berkilau,
tidak rontok, konjungtiva
an-anemis, cubitan
dinding abdomen < 3
detik.
D. Makanan yang tersisa
hanya ¼ porsi, An. G di
rumah biasanya makan
habis 1 porsi, An. G
tidak nafsu makan karena
mulutnya terasa pait.
3  Subjektif Takut pada Dampak
Ibu klien mengatakan anak Hospitalisasi:
anak sulit berinteraksi (prsedur
dengan orang asing tindakkan
dantakut pada
 Objektif orang asing
Klien tampak
pendiam, saat ditanya
klien hanya menjawab
singkat.

4  Subjektif Resiko penyakit Kurang


Orang tua An. G berulang pengetahuan
mengatakan tidak mengerti orang tua
tentang penyakit yang tentang
diderita anaknya, tidak pencegahan
mengerti cara pencegahan penyakit demam
demam thypoid, tidak thypoid
mengetahui penyebaran
demam thypoid, anak tidak
pernah sakit seperti ini, jika
sakit biasanya hanya batuk,
pilek demam biasa saja.

 Objektif
Orang tua An. G tampak
tidak mengetahui tentang
penyakit yang diderita
anaknya, ibu klien tampak
cemas dengan kondisi
anaknya.

35
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat membantu untuk mengklasifikasikan intervensi
keperawatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai hasil akhir. Setelah
melakukan pengkajian selanjutnya penulis merumuskan diagnosa keperawatan
pada An. G dengan demam thypoid sebagai berikut:
1) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh.
2) Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
3) Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan orang
tua tentang pencegahan penyakit demam thypoid.
4) Dampak hospitalisasi berhubungan dengan prosedur tindak: (prosed
tidakan dan takut pada orang asing)

C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan Setelah diagnosa perencanaan dirumuskan, tahap
berikutnya adalah perencanaan. Perencanaan adalah suatu tindakan
profesional perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Perencanaan meliputi prioritas masalah yang sedang dihadapi klien dan
keluarganya. Dari masalah keperawatan yang ada, maka rencana keperawatan
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. DX. 1: Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.G selama
3x24 jam diharapkan defisit volume cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
a. Tanda-tanda vital klien dalam batas normal (suhu 36°C-37,5°C, nadi
80140x/menit, RR 20-40x/menit)
b. Status hidrasi baik ( kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab,
kulit elastis, akral hangat)
c. Intake dan output seimbang
d. Anak tidak lemas
e. Nilai Laboratorium: Ht normal 33% - 45%

36
Rencana Tindakan:
a. Observasi tanda-tanda vital klien per shif
b. Kaji status hidrasi (kelopak mata, mukosa bibir, turgor kulit, akral
hangat )
c. Monitor intake dan output klien selama 24 jam.
d. Monitor kepatenan tetesan infus (RL 14 tetes/menit)
e. Anjurkan kompres air hangat bila suhu anak masih tinggi
f. Anjurkan kepada keluarga klien agar klien minum banyak + 400
cc/hari.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat:
1) Berikan antibiotik ceftriakson 1x1,5 gr (jam13)
2) Berikan injeksi dextrametason 3x2,5 mg (jam 8,16,24)
3) Berikan obat oral: paracetamol siyrup 3x1 sdm (jam 6,12,18)
h. Pantau hasil laboratorium Ht.

2. DX. 2: Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.G selama
2x24 jam diharapkan resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
a. Nafsu makan meningkat
b. Tidak ada mual dan muntah
c. Konjungtiva ananemis
d. Dapat menghabiskan 1 porsi makanan yang disajikan
e. Nilai laboraturium: Hb normal 10.8-12,8 g/dL
Rencana Tindakan:
a. Kaji status nutrisi
b. Catat intake nutrisi klien per shif
c. Timbang berat badan klien (bila memungkinkan)
d. Pantau adanya mual dan muntah
e. Berikan makanan rendah serat dan TKTP sesuai dengan program
f. Berikan terapi oral: vitamin (elkana) 2x1 (jam 06, 18)

37
g. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dalam
keadaan hangat dan menarik
h. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi
sedikit tetapi sering
i. Anjurkan orang tua untuk memotivasi dan dampingi anak saat makan.
j. Pantau hasil laboraturium: Hb
3. DX. 3: Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi:
(posedur tindakan dan takut pada orang asing)
Tujuan: setelah dilakukan tindakkan keperawatan kepaa An. G selama
3x24 jam diharapkan dampak hospitalisasi pada anak dapat teratasi
Kriteria Hasil:
Anak mau berkomunikasi dengan perawat, anak kooperatif saat dilakukan
prosedur tindakan, merasa nyaman saat hospitalisasi.
Rencana Tindakkan:
a. Bina hubungan trus
b. Lakukan knjungan sering tapi sering
c. Panggil nama anak dan beri sentuhan
d. Alihkan perhatian anak saat melakukan prosedur tindakan
e. Anjurkan orang tua untuk selalu mensuport anaknya
f. Anjurkan orang tua untuk selalu mendampingi anak saat melakukn
prosedur tindakan.
g. Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit

4. DX. 4: Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang


pengetahuan tentang pencegahan penyakit demam thypoid.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kapada An.G diharpkan
resiko penyakit berulang tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
a. Keluarga klien mampu mengetahui tentang penyakit demam thypoid
b. Keluarga klien mampu mengetahui cara pencegahan penyakit demam
thypoid
c. Kecemasan pada orang tua berkurang, ekspresi wajah rileks dan tenang
Rencana Tindakan:
a. Kaji tingkat pendidikan orang tua
b. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit demam thypoid

38
c. Berikan edukasi dan penyuluhan kesehatan tentang penyakit demam
thypoid kepada orang tua dan klien ( pengertian, penyebab,
penyebaran, tanda-dan gejala, pencegahan dan pengobatan)
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal yang
tidak dimengerti.
e. Anjurkan orang tua agar membiasakan anaknya untuk mencuci tangan
sebelum makan dan sesudah BAB.

D. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada An. G dengan demam
thypoid serta rencana yang sudah dibuat oleh penulis, penulis melakukan
implementasi selama 3 hari masa perawatan mulai dari tanggal 13 Mei - 15
Mei 2017.

Hari/Tanggal Jam No DX Tindakkan dan Respon Paraf


Sabtu 12.00 3 Membina hubungan trust pada An. G Hurfa
13 mei 2017 DS:
- Ibu klien mengatakan senang
jika ada perawat yang
mengunjungi
DO:
- Anak tampak diam saat perawat
datang.
- Ibu klien tampak kooperatif

12.00 1 Memantau TTV Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
masih demam
DO:
- Nadi: 92 x/menit
- Suhu: 38 C
- RR: 22 x/menit

12.10 1 Mengkaji adanya status hidrasi Hurfa


DS: -
DO:
- Kelopak mata An. G tiak
cekung, mukosa bibir kering,
turgor kulit elastis, akral hangat

13.00 1 Memberikan antibiotik ceftriaxone Hurfa


1,2 gr drip
DS: -
DO:
- Obat ceftriakson telah diberikan

39
sesuai dengan dosis 1,5 gr tidak
ada tanda-tanda alergi seperti
kemerahan dan gatal-gatal dll.

13.05 1 Memonitot kepatenan infus Hurfa


DS:-
DO:
- Tetesan infus lancar 14
tpm/menit, area pemasangan
infus tidak bengkak

13.15 1 Memberikan terapi oral parasetamol Hurfa


1 sdm
DS:
- Ibu klien mengatakan obat sudah
diberikan 1 sdm
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tidak menolak ketika diberikan
obat

13.15 2 Memberkan obat oral vitamin Hurfa


(elkana) 1 sdm
DS:-
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak tidak menolak

14.00 3 Melakukan kunjungan sering tapi Hurfa


singkat
DS:
- Ibu klien mengatakan tidak
masalah jika dikunjungi oleh
perawat
DO:
- An. G masih tampak malu jika
kedatangan perawat, jika ditanya
An. G hanya menjawab singak.

14.15 3 Memanggil nama An. G dan Hurfa


memberikan sentuan
DS:
DO:
- An. G tampak diam

15.00 1 Menganjurkan kepada keluarga agar Hurfa


anak banyak minum + 400cc/hari
DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
minum sudah habis ½ gelas
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
memberikan minum kepada An.

40
G 100 cc

15.05 2 Memantau adanya mual, dan muntah Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan ananya
sudah tidak muntah lagi, An. G
mengatakan sudah tidak mual.
DO:
- An. G tamak sudah tidak mual
dan muntah

15.10 2 Mengkaji status nutrisi klien Hurfa


DS:
- Ibu klien mengaakan An. G BB
sbelum sakit 20 Kg, saat ini sulit
untu makan.
DO:
- BB An. G saat akit 18 Kg, An. G
tampak tidak nafsu makan.

15.20 2 Menganjurkan kepada keluarga Hurfa


untuk memberikan makan dalam
porsi sedikit tapi sering
DS:
- Ibu klien mengatakn sudah
mencoba memberikan makan
sedikit tapi sering, tapi saat ini
anak malas untuk mengemil.
DO:
- Ibu klien tampak mengerti, An.
Tampak acuh saat diberi makan
oleh ibunya.

17.00 2 Memberikan diit rendah serat TKTP Hurfa


DS: -
DO:
- An. G tampak memakan-
makanan yang diberikan.

17.30 1 Memberikan terapi oral: parasetamol Hurfa


1 sdm
DS:
- Ibu klien mengatakan obat telah
diberikan 1 sdm, An. G tidak
muntah
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak tidak menolak ketika
diberikan obat.

17.30 2 Memberikan terapi oral: vitamin Hurfa


(elkana) 1 sdm
DS:

41
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak tidak menolak ketika
diberikan obat.

17.35 1 Monitor intake dan output Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
minum habis 1 gelas
- An. G mengatakan belum BAB
dan BAK sudah 2 kali
DO:
- Infus 200 cc, IWL 54 cc, AM:
51 cc

17.35 2 Monitor intake nutrisi Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
habis makan hanya 4 sdm
DO:
- Makan tampak tersisa ¼ porsi

18.14 1,2 Memantau hasil laboratosium Hb, Ht Hurfa


DS: -
DO:
- Hasil laboratorium Hb: 12.7 g/dl
- Hasil laboratorium Ht: 35%

20.00 1 Memantau TTV Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
sudah tidak demam lagi
DO:
- N: 88 x/menit
- S: 36, 80C
- RR: 20 x/menit

22.00 1 Memonitor kepatenan infus Tm


DS:
- Ibu klien mengataka infus
senantiasa lancar
DO:
- Tetesan infus lancar 4
tpm/menit, area pemasangan
infus tidak bengkaka.

Minggu 01.00 1 Mengganti cairan infus Tim


14 Mei 2017 DS: -
DO:
- Cairan infus RL sudah diganti 14
tetes/menit

01.05 1 Memonitor kepatenan infus Tim

42
DS: -
DO:
- Tetesan infus lancar 14
tpm/menit, area pemasangan
infus tidak bengkak

05.30 2 Memberika makanan diit rendah Tim


serat TKTP
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memberikan makan kepada
anaknya
DO:
- Makanan sudah diberikan, An. G
tampak sulit untuk makan

06.00 1 Memberikan obat oral: parasetamol Tim


1 sdm
DS:-
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak meminum obat dengan
baik

06.00 2 Memberikan obat oral: vitamin Tim


(elkana) 1 sdm
DS:-
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak meminum obat dengan
baik

06.05 1 Memonitot intake dan output Tim


DS:
- Ibu klien mengakatan An. G
minum habis 1 gelas
- An. G mengatakan BAK sudah 3
kali, BAB sudah 1 kali
DO:
- Cairan infus: 300 cc, IWL:
54/8jam, AM: 51 cc

06.10 2 Monitor intake nutrisi Tim


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
makan habis 6 sdm
DO:
- Makanan tampak habis ½ pors

07.30 1 Mengobservasi TTV Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
sudah tidak demam lagi

43
DO:
- N: 90 x/menit
- S: 36,6 0C
- RR: 20 x/menit

07.35 1 Mengkaji status hidrasi Hurfa


DS: -
DO:
- Kelopak mata tidak cekung,
mukosa bibir masih kering,
integritas kulit elastis

07.40 2 Mengkaji adanya mual dan muntah Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan anak
sudah tidak mual dan muntah
DO:
- An. G tampak tidak mual

07.45 1 Menganjurkan kepada keluarga agar Hurfa


anak banyak minum + 400cc/hari
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
berusaha memberikan An. G
minum sesuai dengan
kebutuhan.
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
memberikan minum kepada An.
G

08.00 1 Memberikan antibiotik ceftriaxone Hurfa


1,5 gr (drip)
DS:-
DO:
- Obat dapat dierikan sesuai
dengan dosis, tanda-tanda alergi
tidak ada seperti kemerahan dan
gatal-gatal.

08.05 1 Memantau kepatenan infus Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan tetesan
infus senantiasa lancar
DO:
- Tetesan infius lancar 14
tpm/menit, area pemasangan
infus tidak bengkak.

08.20 3 Melakukan kunjungan sering tapi Hurfa


singkat
DS:
- Ibu klien mengatakan tidak

44
masalah jika sering dikunjungi
DO:
- An. G tampak masih tidak mau
berbicara banyak dengan
perawat.

08.25 3 Menganjurkan oranng tua untuk Hurfa


mendampingi anak saat melakukan
prosedur tindakan
DS:
- Ibu klien mengatakan selalu
menemani An. G
DO:
- Ibu klien tampak mau/bersedia

09.00 4 Mengkaji tingkat pendidikan orang Hurfa


tua klien
DS:
- Ibu klien mengatakan, ibunya
berpedidikan SMA, ayahnya
berpendidikan SMP.
DO: -

09.20 4 Mengkaji tingkat pengetahuan Hurfa


keluarga tentang penyakit demam
thypoid
DS:
- Ibu klien mengatakan kurang
mengetahui tentang penyakit
demam thypoid
DO:
- Ibu klien An. G tampak belum
paham

09.40 2 Menganjurkan kepada keluarga Hurfa


untuk memberikan makan dalam
porsi sedikit tapi sering
DS:
- Ibu klien mengatakn anak sudah
mau makan sedikit-sedikit tapi
sering
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
mau memberikan

10.00 1 Menganjurkan keluarga klien agar Hurfa


An. G banyak minum + 400cc/hari
DS:
- Ibu klien mengatakan suah
memberikan An. G minum 1 ½
gelas.
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan

45
memberikan minum kepada An.
G.
10.22 1,2 Memantau hasil laboratorium Hb, Ht Hurfa
DS:-
DO:
- Hasil laboratorium Hb: 11.6 g/dl
- Hasil laboratorium Ht: L 32%

11.00 2 Menimbang BB klien Hurfa


DS: -
DO:
- BB An. G tetap 18 kg

11.15 2 Memberikan diit rendah serat TKTP Hurfa


DS:
- Ibu klirn mengatakan sudah
memberikan makanan kepada
anaknya
DO:
- Makanan sudah diberikan, An. G
tampak memakan-makanan yang
diberikan

11.15 2 Menganjurkan orang tua untuk Hurfa


memberikan makanan dalam
keadaan hangat
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
mencoba memberikannya,
DO:
- Ibu klien tampak mengerti, dan
memberikan makanan kepada
An.g

11.20 2 Menganjurkan orang tua agar Hurfa


memotivasi dan mendampingi anak
saat makan
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memotivasi dan mendampingi
An. G agar nafsu makan
bertambah.
DO:
- Ibu klien tampak paham dan
mengerti

12.00 2 Memberikan terapi oral: vitamin Hurfa


(elkana) 1 sdm
DS:-
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak meminum obat dengan
baik

46
12.30 1 Memonitor intake dan output Hurfa
DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
minum habis 1 gelas
- An. G mengatakan siang ini
belum BAB dan BAK sudah 2
kali
DO:
- Infus: 400 cc, IWL: 54 cc, AM:
51 cc.

12.35 2 Memonitor intake nutrisi Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
habis makan hanya ½ sdm
DO:
- Makan tampak habis ½ porsi

13.00 1 Mengganti cairan infus Hurfa


DS: -
DO:
- Cairan infus RL sudah diganti

13.05 1 Memonitor kepatenan infus Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan tetesan
infus lancar
DO:
- Tetesan infus lancar 14
tetes/menit, area pemasangan
infus tidak bengkak dan bersih.

13.30 3 Melakukan kunjungan sering tapi Hurfa


singkat
DS:
- Ibu klien mengatakan senang
jika perawat sering datang.
DO:
- An. G tampak menjawab ketika
ditanya oleh perawat

14.00 1 Memantau TTV Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
sudah tidak demam lagi
DO:
- N: 92 x/menit
- S: 36,50C
- RR: 20 x/menit

14.10 3 Membina hubungan tras Hurfa

47
DS:
- Ibu klien mengaatakan senang
jika terus didatangi perawat
DO:
- Anak G tampak sudah mau
berbicara ketika ditanya.

14.25 3 Menganjurkan orang tua untuk Hurfa


selalu mensupor anaknya
DS:
- Ibu klien mengatakan akan
selalu mensuport anaknya agar
An. G cepet sembuh dan cepet
pulang
DO:
- Ibu klien tampak mau mensuport
An. G

14.30 2 Memantau adanya mual dan muntah Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
sudah tidak mual dan muntah
DO:
- An. G tampak tidak mual dan
muntah

17.00 2 Memberikan diit rendah serat TKTP Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memberikan makan kepada
ankanya
DO:
- Makanan sudah diberikan
kepada AN. G

17.20 2 Memberikan terapi oral: vitamin Hurfa


(elkana) 1 sdm
DS:-
DO:
- Obat telah diberikan kepada An.
G, anak tampak minu obat
dengan baik

17.40 1 Monitor intake dan output Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
minum habis 1 ½ gelas
- An. G menegataka siang ini
sudah 1 kali BAB dan BAK
sudah 3 kali
DO:
- Infus 200 cc, IWL 54 cc, AM:
51 cc

48
17.45 2 Monitor intake nutrisi Hurfa
DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
habis makan hanya ½ porsi
DO:
- Makan tampak habis ½ porsi

20.00 1 Memonitor TTV Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
sedikit demam
DO:
- N: 90 x/menit
- S: 370C
- RR: 20 x/menit

22.30 1 Memonitor suhu Tim


DS:
- Ibu klien mengatakan sepertinya
An. G demam
DO:
- S: 38,40C
- An. G tampak demam

22.30 1 Memberikan terapi injeksi Antrain Tim


200 mg
DS: -
DO:
- Obat sudah diberikan sesuai
dengan dosis,

22.35 1 Menganjurkan orang tua agar Tim


mengompres anaknya jika masih
demam
DS:
- Ibu klien mengatakan akan
mengompres anaknya jika masih
demam
DO:
- Ibu klien tampak mengerti

Senin 01.00 1 Mengganti cairan infus Tim


15 Mei 2017 DS:-
DO:
- Cairan infus sudah diganti
dengan RL

01.05 1 Memonitor kepatenan infus Tim


DS: -
DO:
- Tetesan infus lancar 14

49
tpm/menit, area pemasangan
infus tidak bengkak.
05.30 2 Memberika makanan diit rendah Tim
serat TKTP
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memberikan makan kepada An.
G
DO:
- Makanan sudah diberikan

06.00 1 Memberikan antibiotibiotik Tim


ceftriaxone 1,5 gr
DS: -
DO:
- Obat ceftriaxon telah diberikan
sesuai dengan dosis 1,5 gr,
tanda-tanda alergi tidak ada
seperti kemerahan dan gatal-
gatal.

06.00 1 Memberikan obat oral: parasetamol Tim


1 sdm
DS :-
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak meninum obat dengan
baik

06.00 2 Memberikan obat oral: vitamin Tim


(elkana) 1 sdm
DS:-
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak minum obat dengan
baik.

06.05 1 Memonitot intake dan output Tim


DS:
- Ibu klien mengakatan An. G
minum habis 1 gelas
- An. G mengatakan belum BAB,
BAK sudah 3 kali
DO:
- Cairan infus: 300 cc, IWL: 54
cc, AM: 51 cc.

06.10 2 Monitor intake nutrisi Tim


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
makan habis ½ porsi
DO:
- Makanan tampak habis ½ pors

50
07.30 1 Memonitor TTV Hurfa
DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
sudah idakdemam lagi
DO
- N: 80 x/menit
- S: 36,80C
- RR: 20 x/menit

07.40 1 Mengkaji status hidrasi Hurfa


DS: -
DO:
- Kelopak mata tidak cekung,
mukosa bibir masih kering,
integritas kulit elastis

07.45 2 Mengkaji adanya mual dan muntah Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan anak
sudah tidak mual dan muntah
DO:
- An. G tampak tidak mual

07.50 1 Menganjurkan kepada keluarga agar Hurfa


anak banyak minum + 400cc/hari
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memberikan An. G minum ½
gelas, An. G mengatakan sudah
minum
DO:
- Ibu klien tampak mengerti, an. G
tampak menghabiskan minum ½
gelas

08.00 1 Memberikan terapi injeksi Hurfa


dexamethason 2,5 mg
DS: -
DO:
- Anak tampak tenang pada saat
disuntikkan obat. Obat
dexamethason telah diberikan
sesuai dosis 2,5 mg

08.05 1 Memantau kepatenan infus Hurfa


DS:-
DO:
- Tetesan infius lancar 14
tpm/menit, area penusukan infus
tidak bengkak.

51
08.30 4 Memberikan edukasi kepada klien Hurfa
dan keluarga tentang penyakit
demam thypoid
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
cukup mengerti tentang penyakit
yang diderita anaknya, An. G
mengatakan tidak mau lagi jajan
sembarangan
DO:
- Ibu klien tampak mendengarkan
dengan baik, dan cukup
antusias, An. G tampak mengerti
apa yang sudah di jelaskan.

09.00 4 Memberikan kesempatan kepada Hurfa


keluarga untuk bertanya tentang hal
yang tidak dimengerti
DS:
- Ibu klien mengatakan tidak ada
pertanyaan
DO:
- Ibu klien tampak tidak bertanya

09.15 4 Menganjurkan keluarga klien untuk Hurfa


selalu mengingatkan anaknya cuci
tangan
DS:
- Ibu klien mengatakan akan
membiasakan anaknya untuk
cuci tangan terlebih dahulu baik
sebelum makan atau setelah
BAB
DO:
- Ibu klien tampak paham dan
mnegerti

11.30 2 Menimbang BB Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan BB
sebelum sakit 20 kg
DO:
- BB An. G saat sakit 18 kg, anak
G mengalami penurunan berat
badan.

11.40 2 Memberikan diit rendah serat TKTP Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan akan
memberikan makanan kepada
anaknya
DO:
- Makanan sudah diberikan

52
11.45 2 Menganjurkan orang tua untuk Hurfa
memberikan makanan dalam
keadaan hangat
DS:
- Ibu klien mengatakan akan
mencoba memberikan
DO:
- Ibu klien tampak mengerti

12.15 1 Memberikan terapi oral: parasetamol Hurfa


1 sdm
DS: -
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak meminum obat dengan
baik

12.25 2 Memberikan terapi oral: vitamin Hurfa


(elkana) 1 sdm
DS:-
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampa meminum obat dengan
baik

12.20 1 Memonitor intake dan output Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
minum habis 1 gelas
- Ibu tua mnegataka siang ini An.
G sudah 1 kali BAB dan BAK
sudah 2 kali
DO:
- Infus: 350 cc, IWL: 54 cc, AM:
51 cc

12.20 2 Memonitor intake nutrisi Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
habis makan hanya ½ porsi
DO:
- Makan tampak habis ½ porsi

13.00 1 Mengganti cairan infus Hurfa


DS: -
DO:
- Cairan infus RL sudah diganti

13.05 1 Memonitor kepatenan infus Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan tetesan
infus senantiasa lancar

53
DO:
- Tetesan infus lancar 14
tetes/menit, area pemasangan
infus tidak bengkak dan bersih.

14.00 1 Memantau TTV Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
sudah tidak demam lagi
DO:
- N: 92 x/menit
- S: 36,50C
- RR: 20 x/menit

16.00 2 Memantau adanya mual dan muntah Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
sudah tidak mual dan muntah
DO:
- An. G tampak tidak mual dan
muntah

17.20 2 Memberikan diit rendah serat TKTP Hurfa


DO:
- Ibu klien mengatakan anak
makan habis ½ porsi
DS:
- Makanan sudah diberikan, anak
tampak memakan-makanan yang
diberiakn, makan tersisa ½ porsi

17.40 1 Memberikan terapi oral: parasetamol Hurfa


1 sdm
DS:
DO:
- Obat telah diberikan, anak
tampak meminum obat dengan
baik

17.40 2 Memberikan terapi oral: vitamin Hurfa


(elkana) 1 sdm
DS:
DO:
- Obat telah diberikan, An. G
tampak meminum obat dengan
baik

17.44 1,2 Memantau hasil laboratorium Hb Hurfa


DS:-
Do:
- Hasil laboratorium Hb: 12.7 g/dl
- Hasil laboratorium Ht: 36%

54
17.50 1 Monitor intake dan output Hurfa
DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
minum habis1 gelas
- An. G mengataka siang ini
belum BAB dan BAK sudah 2
kali
DO:
- Infus: 200 cc, IWL: 54 cc, AM:
51 cc.

17.55 2 Monitor intake nutrisi Hurfa


DS:
- Ibu klien mengatakan An. G
habis makan hanya ½ porsi
DO:
- Makan tampak habis ½ porsi

18.00 1 Memonitor TTV Hurfa


DS:-
DO:
- N: 90 x/menit
- S: 36,80C
- RR: 20 x/menit

E. Evaluasi Keperawatan
No. Dx Hari/tanggal Jam Perkembangan Paraf
1 Minggu 13.00 S: ibu klin mengatakan An. G minum Hurfa
14 Mei 2017 sudah 3 gelas dalam sehari, BAB
sudah 1 kali, BAK sudah 7 kali per
hari.
O: kesadaran composmentis, keadaan
umum lemah, mukosa bibir sedikit
kering, kelopak mata tidak cekung,
cubitan dinding abdomen kembali
segera < 3 detik, kapilery refill < 2
detik.
- N: 92 x/menit
- S: 36,50C
- RR: 20 x/menit
- Ht: L 32%
- Intake : Minum = 600 cc
Infus = 900 cc
AM = 153 cc +
1653 cc/hari
- Output :
BAK (7x50) = 350cc
BAB (1x200) = 200cc
IWL = 414cc+
964 cc/hari

55
- intake – output = 0
1653 - 964 = + 689 cc/hari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
a) Monitor TTV
b) lanjutkan monitor intake dan
output per sifh
c) lanjutkan pemberian antibiotik
ceftriaxon 1x1,5 gr sesuai
anjuran dokter
d) lanjutkan pemberian terapi oral:
PCT siyrup 3x 1 sdm
e) lanjutkan pemberikan terapi
injeksi: antrain 1x200 mg jika
suhu diatas 380C
f) lanjutkan pemeberian terapi
injeksi dextrametason 3x2,5 mg
g) Mengganti cairan infus/12 jam
h) Monitor kepatenan infus RL 14
tetes per menit
i) Pantau hasil laboratorium: Ht

2 13.00 S: ibu klien mengatakan An. G Hurfa


menghabiskan makanan hanya ½
porsi, An. G susah menghabiskan
makanannya karena malas untuk
makan, An. G sudah tidak mual dan
muntah, BB sebelum sakit 20 kg
O:
A: BB 18 kg, TB 110 cm, LILA 15
cm,
B: Hb: 11.6 g/dl
C: Rambut hitam berkilau, rambut
tidak mudah dijabut, konjungtiva an-
anemis.
D: Makanan yang dihabiskan hanya ½
porsi, An. G biasanya di rumah
menghabiskan makan 1 porsi, makan 3
kali dalam satu hari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a) Pantau intake nutrisi klien/ shif
b) Pantau adanya mual dan muntah
c) Timbang berat badan klien
d) Lanjutkan pemberikan obat oral :
vitamin (elkana) 2x1 sdm
(pagi,sore)
e) Anjurkan keluarga untuk
memberikan An. G makanan
sedikit tapi sering
f) Anjurkan orang tua untuk
memberikan makanan dalam

56
keadaan hangat
g) Anjurkan orang tua gar
memotivasi dan mendampingi
anak ketika makan.
h) Memonitor laboratorium: Hb

3 13.00 S: ibu klien mengatakan senang jika Hurfa


ada perawat yang mengunjungi, anak
memang sulit untuk berinteraksi
dengan orang asing, anak cenderung
pendiam.
O: ibu klien tampak kooperatif, saat
dilakukan tindakan anak cenderung
diam dan tidak merasa takut, anak
kurang kooperatif.
A: Masalah belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi:
a) Membina hubungan trust
b) Lakukan kunjunngan sering
tapi singkat .
c) Panggil nama anak dan beri
sentuhan
d) Alihkan perhatian anak saat
melakukan prosedur tindakan
e) Anjurkan orangtua untuk
selalu mensuport anaknya
f) Libatkan orangtua dalam
setiap tindakan

4 13.00 S: Ibu klien mengatakan kurang Hurfa


mengerti tentang penyakit yang sedang
diderita anaknya, An. G sebelumnya
tidak pernah sakit seperti ini, An. G
mengatakan suka jajan sembarangan,
tidak mencuci tangan ketika akan
makan.
O: Ibu klien tampak kurang mengerti
tentang penyakit yang di derita
anaknya, An. G tampak tidak mengerti
cara cuci tangan dengan baik
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
a) Berikan penyuluhan kesehatan
tentang penyakit demam
thypoid
b) Berikan kesempatan kepada
orang tua untuk bertanya
tentang hal yang tidak
dimengerti
c) Ajarkan kepada orang tua cara
cuci tangan dengan 6 benar
d) Anjurkan kepada orang tua agar
membiasakan anaknya untuk

57
mencuci tangan sebelum makan
dan setelah BAB
4 Senin 13.00 S: ibu klien mengatakan sudah cukup Hurfa
15 Mei 2017 mengerti dan memahami tentang
penyakit demam thypoid, dan akan
membiasakan anaknya untuk mencuci
tangan terlebih dahulu sebelum makan
dan sesudah BAB, An. G mengatakan
tidak akan jajan sembarangan lagi
O: orang tua tampak sudah mengerti
dan memahami tentang penyakit
demam thypoid, orang tua tampak
sudah tidak cemas lagi dengan kondisi
An. G, An. G tampak sudah paham
dan mengerti
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

3 13.00 S: ibu klien mengatakan anak sudah Hurfa


terbiasa dengan kedatangan perawat,
ibu klien mengatakan sudah
memotivasi anaknya
O: klien tampak tidak takut saat
perawat datang, klien tampak
kooperatif dengan kedatangan perawat,
saat dilakukan tindakan klien
cenderung memperhatikan ketika
perawat akan melakukan tindakan.
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

1 18.00 S: ibu klin mengatakan An. G minum Hurfa


3 ½ gelas dalam 24 jam , BAB sudah 2
kali, BAK sudah 8 kali.
O: kesadaran composmentis, keadaan
baik, mukosa bibir lembab, kelopak
mata tidak cekung, cubitan dinding
abdomen kembali segera < 3 detik,
kapilery refill < 2 detik.
- N : 80 x/menit
- S : 36,80C
- RR : 20 x/menit
- Intake :
Minum = 700 cc
Infus = 850 cc
AM = 153 cc+
1703 cc/hari
- Output :
BAK (8x50) = 400cc
BAB (2x100) = 200cc
IWL = 414cc+

58
1014 cc/hari
- intake – output = 0
1703 - 1014= +686 cc/hari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a) Memonitor TTV
b) Memonitor intake dan output/8
jam
c) Berikan antibiotik ceftriaxone
1,5 gr sesuai anjuran dokter
d) Berikan terapi oral PCT siyrup
3X1 sdm
e) Berikan terapi injeksi : antrain
1x200 mg jika suhu diatas 380C
f) Mengganti cairan infus/12 jam
g) Monitor kepatenan infus

2 18.00 S: ibu klien mengatakan An. G Hurfa


menghabiskan makanan hanya ½
porsi, An. G sudah tidak mual dan
muntah, ibu klien mengatakan sudah
memitovasi anaknya agar banyak
makan, ibu kilien mengatakan BB
sebelum sakit 20 kg,

O:
A: BB 18 kg, TB 110 cm, LILA 15
cm,
B: Hb : 12.7 g/dl
C: Rambut hitam berkilau, rambut
tidak mudah di jabut, konjungtiva an-
anemis.
D: makanan yang dihabiskan hanya ½
porsi, anak biasanya dirumah
menghabiskan makan 1 porsi, makan 3
kali dalam satu hari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a) Catat intake nutrisi klien/8jam
b) Timbang berat badan klien
c) Berikan obat oral : vitamin
(elkana) 2x1 sdm (pagi,sore)
d) Anjurkan keluarga untuk
memberikan An. G makanan
sedikit tapi sering
e) Monitor laboratorium:
Hemoglobin

59
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara
tinjauan teoritis (BAB II) dengan tinjauan kasus (BAB III) pada asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada An. G dengan gangguan
sistem pencernaan: demam thypoid yang dirawat di Paviliun Badar Rumah Sakit
Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat. Penulis akan membahas secara menyeluruh
mengenai masalah-masalah yang ada hubungannya dengan perawatan An. G
dengan demam thypoid yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawataan, penatalaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan pengkajian, penulis tidak menemukan banyak masalah atau
kesulitan karena tersedianya format pengkajian, catatan keperawatan
diruangan, catatan medis, serta keluarga klien yang kooperatif terhadap
tindakan keperawatan. Namun penulis memiliki hambatan dalam mengkaji
dikarena An. G malu ketika ditanya oleh perawat. Sehinga untuk mendapatkan
data yang diperlukan penulis melakukan pendekatan dengan cara bertahap dan
melibatkan orang tua dalam melakukan pengkajian. Pada saat pengkajian
penulis melakukan pengkajian secara komprehensif yang meliputi bio, psiko,
sosio, kultur dan spiritual sebagai dasar dalam merumuskan diagnosa
keperawatan dan dalam rencana asuhan keperawatan bedasarkan masalah
yang dihadapi pada An. G dan keluarga.

Pada tahap pengkajian ini, penulis menemukan beberapa kesenjangan atau


ketidak sesuain antara teori dengan kasus An. G. Perbedaan yang didapatkan
antara lain: Pada landasan teoritis didapatkan manifestasi klinis berupa,
demam yang naik turun, tidak nafsu makan, mual, muntah, perut kembung,
lidak kotor (coated tongoe). Sedangkan pada kasus tidak didapatkan
manifestasi tersebut, manifestasi yang terjadi pada An. G diantaranya: demam
yang naik turun, tidak nafsu makan, mual dan muntah. Hal ini dikarenakan
pada An. G masih dalam rentang terjadi penyebaran infeksi pada minggu I.

60
Pada etiologi yang terdapat ditinjauan teoritis sesuai dengan kasus yang ada,
penyebab yang terjadi pada An. G adalah faktor infeksi bakteri salmonella
Thypi yang sudah didapatkan dari hasil pemeriksaan penunjang Tubek TF
pada An. G. Hasil pemeriksaan Tubek TF pada An. G positif 6.0. bakteri
didapat melalui kebiasaan orang tua yang mengabaikan prilaku hidup sehat
dan bersih. Pada saat pengkajian didapatkan data sebagai berikut: orang tua
mengatakan tidak begitu mengawasi anaknya karena orang tua sibuk bekerja,
anak lebih sering bersama tantenya, An. G megatakan sering jajan
sembarangan didepan rumah dan di sekolah, dan kebiasaan saat memakan
tidak mecuci tangan terlebih dahulu. Hal tersebut, kemungkinan merupakan
beberapa peyebab terjadinya demam thypoid.

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan darah lengkap, SGOT


dan SGPT, Uji Widal, Kultur, dan Anti Salmonlla Thypi IgM (Tubek TF).
Namun selama perawatan pada An. G yang dilakukan selama 3 hari hanya
dilakukan pemeriksaan darah lengkap, dan Tubek TF, hal ini di karenakan
pada pemeriksaan Uji Widal kurang memberikan hasil yang bermakna untuk
mendeteksi penyakit demam thypoid, terkecuali klien tersebut sudah pernah
menderita demam thypoid pemeriksaan Uji Widal mungkin perlu dilakukan,
pemeriksaan Anti salmonela typhi IgM dengan reagen Tubek TF dilakukan
untuk mendeteksi infeksi akut lebih dini, karena antibody IgM muncul paling
awal setelah 3-4 hari, pemeriksaan tubek Tf itu sendiri memiliki tingkat
sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik daripada Uji Widal, hal ini sudah
dianggap cukup untuk dapat menegakkan diagnosa pasti pada An. G.

Faktor pendukung selama proses pengkajian adalah tersedianya alat


pemeriksaan fisik yang memadai, status klien yang cukup lengkap, sehingga
memudahkan penulis dalam melakukan pengumpulan data. Selain itu,
terjalinnya kerjasama yang baik antara penulis dengan klien dan keluarga, tim
perawat ruangan dan tim kesehatan lain. Faktor pendukung lain yang
ditemukan adalah tersedianya format pengkajian yang lengkap dan sistematis,

61
sehingga data yang terkumpul mudah dikelompokan dan dianalisa. Pada tahap
ini tidak ditemukan faktor penghambat yang berarti.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sesuai antara kasus dan teori, adalah:
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh. Diagnosa ini ditemukan pada tinjauan teoritis namun pada tinjauan
kasus hal ini masih beresiko, hal ini terjadi karena terjadinya proses infeksi
pada anak G sehingga didapatkan data bahwa An. G BAB 1 kali dala
sehari, BAK 5-6 kali dalam sehari, minum + 3 gelas/hari. An. G tampak
lemas, suhu 380C, mukosa bibir kering, kebutuhan caran 1400 ml/hari,
kapilery refill kembali < 2 detik, akral teraba hangat, balance cairan
+495,4 cc/hari, leukosit: 6.87 103/ µL, Ht: 35%, Tubek TF: 6.0.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekua. Diagnosa ini ditemukan pada tinjuan
teoritis namun pada tinjauantoritis diagnosa perubaan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sudahenjadi diagnosa yang akutal sedangkan pada kasus
dianosa tersebut masih bersifat resiko. Kuman salmonela yang masuk
kedalam tubuh manusia akan menyaerang bagian usus halus, dimana usus
halus akan mengakibatkan gangguan mengabsorpsi makanan, hal ini
mgakibatkan timbulnya tidak nafsu makan, mual, dan muntah pada An. G.
An. G makan hanya menghabiskan 4-6 sdm, BB sebelum sakit 20 kg, BB
saat sakit 18 kg, HB : 12,7 g/dl. BB An. G mengalami penurunan 2 kg,
(berat badan ideal: 22 kg dan terjadi penurunan BB: 18% ) dari data
tersebut anak belum mengalami penurunan 20 %.

Diagnosa keperawatan yang ada dikasus namun tidak ada pada tinjuan teoritis,
adalah:
1. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi: orang asng
diagnosa ini ada pada kasus karena didukung dengan data, klien tampang
kurang kooperatif pada saat perawat datang, klien tampak pendiam, jika
ditanya hanya menjawab singkat.

62
2. Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan orang
tua tentang pencegahan penykit demam thypoid. Diagnosa ini ditemukan
pada kasus karena pada tinjuaan teoritis dipaparkan bakteri salmonela
thyposa yang masuk kedalam saluran pencernaan yang diserep oleh asam
lambung dan ada beberapa yang masuk ke organ lain seperti usua halus,
limpa, hati kelenjar getah bening ddl, hal ini merupakan faktor pendukung
bawha pednerita demam thipoid meski dikatakan sembuh, bukan tidak
mungkin penderita demam thypoid akan mengalami penyakit berulang
demam thypoid, hal ini dikarenakan bakteri salmonella ynag masuk
didalam tubuh bisa bertahan berbulan-bualan bahkan bertahun-tahun di
dalam tubuh penderita demam thypoid, hal ini dianggap sudah cukup
untuk menegakkan diagnosa tersebut ditambah didapatkan data An. G
hanya mengalami demam thypoid 1 kali, keluarga mengatakan An. G
belum pernah mengalami demam thypoid sebelumnya, keluarga juga tidak
mempunyai riwayat demam thypoid, keluarga kurang mengetahuai tentang
penyakit demam thypoid.

Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada tinjauan kasus namun ada pada
tinjauan teori, adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Diagnosa ini tidak muncul
karena hipertermi sudah tidak dijadikan diagnosa namun data-data yang
menunjang pada hipertermi dimasukkan didalam diagnosa devisit atau
resiko volume cairan.
2. Perubaan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Diagnosa ini tiak muncul karena klien tidak mengalami penuruanan
kesadaran.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total. Diagnosa
ini tidak muncul karena klien masih mampu melakukan aktifitas, bergerak
dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.

Faktor pendukung yang penuli temukan saat merumuskan diagnosa adala


terdapat data-data yang relevan ynag memudahkan penulis dalam

63
merumuskan dagnosa keperawatan. faktor pendukung lain seperti adanya
bimbingan dari pembimbing yang mendukung terkumpulnya data dan
mempermuda penulis mengangkat diagnosa.

C. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan tahap perencenaan penulis mengacu pada perencanaan yang
terdapat di landasan teoritis di mana perencanaan dibagi menjadi 3 tahap
yaitu menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan kriteria
hasil dan merencenakan tindakan keperawatan. Dalam pembuatan rencana
penulis bekerja sama dengan keluarga klien dan perawat ruangan sehingga ada
kesempatan dalam memecahkan masalah yang dialami klien. Hal ini menjadi
prioritas karena data-data yang menunjang baik dari pemeriksaan fisik,
balance cairan, dan pemeriksaan labolatorium, karena pemeriksaan tersebut
merupakan masalah yang terjadi saat ini.

Penyusunan tujuan dan kriteria hasil dibuat sesuai dengan tinjauan teoritis
yang mencakup variebel SMART yaitu tujuan yang ingin dicapai sesuai
dengan landasan teori, kriteria hasil yang dibuat spesifik dan sama dengan
landasan teori, dapat diukur, dapat dicapai, rasional dan ada batas waktu yang
jelas untuk tiap diagnosa masalah yang muncul. Tujuan yang ditetapkan pada
masing-masing diagnosa disesuaikan berdasarkan kondisi klien, berat
masalahnya dari hasil manifestasi klinis dan diagnostik. Sehingga waktu yang
ditetapkan untuk masing-masing diagnosa berbeda-beda. Dalam hal ini jika
tujuan belum teratasi dalam batas waktu yang ditentukan maka rencana
tindakan yang dibuat dapat dilimpahkan kepada perawat ruangan tempat klien
dirawat. Dalam penyusunan rencana tindakan, penulis tidak mendapatkan
kesulitan, karena keluarga klien dan perawat ruangan yang kooperatif dan mau
diajak bekerja sama serta tersedianya alat yang cukup memadai untuk
melakukan tindakan keperawatan.

D. Penatalaksanaan Keperawatan

64
Dalam masalah asuhan keperawatan pada An. G pada dasarnya telah
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat dengan
meperhatikan kondisi dan fasilitas yang ada di ruangan. Dalam hal
pelaksanaannya penulis berkolaborasi dengan perawat yang ada di ruangan
untuk mengatasi masalah keperawatan.

Untuk setiap diagnosa keperawatan, perawat ruangan sudah melakukan


pelaksanaannya sesuai rencana tindaan yang telah dibuat oleh penulis. Untuk
diagnosa takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi: orang
asing, penulis hanaya melakukan pendekatan secara bertahap pada klien dan
perawat sediripun tampak belum memperhatikan hal tersebut, dan untuk
diagnosa resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan
orang tua terhadap pencegahan penyakit demam thypoid penulis hanya
melakukan pendidikan kesehatan kepada orang tua dan klien bagaimana cara
pencegahan penyakit demam thypoid, mengajarkan agar An. G tidak jajan
sebarangan, perawat ruangan tampak kurang memberikan pemahaman tentang
penyakit pada keluarga klien.

Penulis merasa ada sedikit hambatan dalam informasi respon subjektif


maupun objektif karena dalam pendokumentasian di ruangan umumnya
perawat hanya menuliskan kegiatan harian yang sudah pasti ditanyakan oleh
dokter ataupun data yang diperlukan untuk laporan pada setiap pertukaran
shift seperti, TTV, kolaborasi dalam pemberian terapi, intake-output cairan
dan nutrisi dan hanya berorientasi pada diagnosa keperawatan atau masalah
keperawatan pada awal klien masuk. Selama penulis melakukan asuhan
keperawatan klien tampak tenang karena klien sudah berusia 7 tahun yang
dimana sudah mulai mengerti tentang perawatan di rumah sakit.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dinilai bedasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditentukan. Adapun dalam mengevaluasi penulis menggunakan

65
teknik SOAP sehingga masalah terlihat apakah sudah teratasi, teratasi
sebagian, belum teratasi atau masalah tidak terjadi.
5) Diagnosa resiko defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh masalah teratasi sebagian dikarenakan An. G
intake dan output An. G belum balance, mukosa bibir sudah tidak kering,
mata tidak cekung, BAB 1 kali sehari, turgor kulit elastis.
6) Diagnosa resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat masalah teratasi sebagian
dikarenakan An. G makan habis ½ porsi, konjungtiva ananemis dan
keluarga memberikan makanan pada An. G dalam porsi kecil dan sering
juga dalam keadaan hangat.
7) Diagnosa takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi:
orang asingdapat teratasi dikarenakan An. G sudah dapat kooperatif
dengan kedatangan perawat, ketika dilakukan tindakan An. G cenderung
tidak takut dan memperhatikan tindakkan.
8) Diagnosa resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang
pengetahuan orang tua tentang pencegahan penyakit demam thypoid dapat
teratasi dikarenakan orang tua sudah memahami tentang pencegahan
penyakit demam thypoid.

Masalah-masalah tersebut dapat diatasi karena adanya sikap keluarga yang


kooperatif. Adapun kendala yang didapatkan oleh penulis adalah perawat
ruangan tidak mencatat catatan keperawatan dengan rinci untuk setiap
diagnosa keperawatan, mungkin karena perawat diruangan banyak
keterbatasan dan kegiatan lainnya yang harus dikerjakan, namun catatan
keperawatan sangat penting sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat serta
penting untuk mengetahui kondisi dan perkembangan klien sehingga penulis
berupaya dengan cara memvalidasi kembali tentang keluhan klien terkait
dengan tindakan keperawatan yang telah penulis dan perawat ruangan
lakukan.

66
BAB V
PENUTUP

Setelah membandingkan secara menyeluruh tentang asuhan keperawatan dalam


pemenuhan kebutuhan dasar pada An. G dengan gangguan sistem pencernaan:
demam thypoid di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Jakarta, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan pembaca pada umumnya dan khususnya bagi perawat dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
A. Kesimpulan
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh salmonella
typhosai mengenai usus halus disertai gangguan pada saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu.

Demam thypod yang di derita An. G dengan manifestasi yang muncul pada
An. G adalah peningkatan suhu tubuh ynag tidak setabil, tidak nafsu makan,
mual, dan muntah serta hasil pemeriksaan laboratorium Tubek TF positif 6.0.

Diagnosa keperawatan yang dimunculkan oleh penulis mengacu pada tinjauan


teoritis dan disesuaikan dengan keadaan klien saat ini. Dalam teori terdapat 5
diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus ada 3 diagnosa. Dari 3
diagnosa yang ditegakkan, masalah yang teratasi dan tidak terjadi adalah
resiko penyakit berulang dan adapun masalah yang tidak teratasi yaitu: resiko
defisit volume cairan dan resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh.

Untuk diagnosa yang belum dapat terselesaikan penulis bekerja sama dengan
tim perawat yang ada di ruangan untuk terus dilakukannya asuhan
keperawatan pada An. G secara komperhensif

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada dasarnya sudah dilakukan dengan teliti


dan seksama dengan memperhatikan kondisi dan masalah yang ada pada klien.
Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi

67
dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada An.G, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 hari dan evaluasi akhir dilakukan pada tanggal
15 Mei 2017

B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang didapatkan, penulis menganggap perlu adanya
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan, agar dapat membantu klien untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keinginan penulis tersebut
dituangkan berupa saran yang diharapkan dapat membantu dalam peningkatan
pemberian asuhan keperawatan khususnya pada anak dengan demam thypoid.
1. Untuk institusi
Hendaknya menyediakan sumber-sumber buku yang lebih lengkap dengan
tahun terbit yang terbaru khususnya untuk buku asuhan keperawatan pada
anak, sehingga dalam penyusunan karya tulis ilmiah maupun tugas-tugas
lainnya mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam mencari sumber-
sumber buku. Akan tetapi institusi sudah menyediakan free hotspot bagi
mahasiswa yang ingin mencari sumber lain.

2. Untuk perawat ruangan


a. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya setelah melakukan
tindakan harus didokumentasikan secara lengkap (respon subjektif dan
objektif) dan catatan keperawatan terintegrasi lebih mudah dan paham
untuk dimengerti.
b. Diharapkan untuk tindakan keperawatan harus lebih berkembang lagi
sehingga tindakan keperawatan tidak hanya rutinitas yang ada
diruangan saja atau tindakan yang diperintahkan oleh dokter agar
asuhan keperawatan yang diberikan dapat terlaksana secara optimal.
c. Diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
klien mengenai penyakit yang sedang diderita klien.

68
3. Untuk keluarga klien
Diharapkan keluarga meningkatkan perilaku hidup yang bersih dan sehat
agar kesehatan keluarga lebih optimal, serta memonitor anak untuk
mengkonsumsi makanan yang hgienis dan bergizi agar daya tahan tubuh
anak meningka dan membiasakan anak untuk selalu mencuci tangan
sebelum makan atau sesudah BAB sehingga orang tua dapat mencegah
terjadinya penyakit berulang demam thypoid.

4. Rumah Sakit
Hendaknya memberikan fasilitasi dan pelatihan khususnya untuk perawat
ruangan anak dalam asuhan keperawatan yang terkait dengan pendekatan
terapi bermain.

5. Penulis
Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan dengan cara: banyak belajar dan membaca melalui literatur
yang terbaru dan terkini, agar tidak ketinggalan informasi.

69
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.


Cahyaningsih, Dwi Suliastyo. (2011). Pertumbuhan perkembangan anak dan
remaja. Edisi 2. Jakarta: Trans Info Media.
Ditjen PPM & PL, Kementrian Kesehatan RI. (2015)
.http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16030700001, di unduh pada,
Rabu 8 Feburuari 2017, 15:15:00 WIB.
Hidayat, A. Aziz Alimun, & Uliyah, Musrifatul. (2014). Pengantar kebutuhan
dasar manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Hassan & Alatas. (2007). Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kozier, Erb, Bermain, & Snyder. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan.
Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit I, & Chayain, N. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia.
Jakarta: EGC.
Nurarif.A.H, K. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA NIC- NOC. Yogyakarta: Mediaaction.
Pudiastuti, Ratna, Dewi. (2010). Waspadi penyakit pada anak. Jakarta: Indeks.
Rampengan, T, H. 2008. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta: EGC.
Suriadi, & Yuliani, Rita. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta:
CV. Sagung Seto.
Susilaningrum R, Nursalam & Utami, Sri. (2013). Asuhan keperawatan bayi dan
anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba Midika.
Widagdo. 2011. Masalah dan tatalaksana penyakit infeksi pada anak. Jakarta:
Sagung Seto.
Wong, Donna L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. Jakarta: CV.
Sagung Seto.

70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Riwayat Diri
Nama Lengkap : Hurfatul Gina
NIM : 2014750020
Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 29 Oktober 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Warakas 1 RT 09/ RW 01 No. 55, Kel:
Warakas. Kec: Tanjung Priok Jakarta Utara

B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Umun
a. SD Mas Intan Jakarta Utara Tahun 2002-2008
b. MTS AL-Islah Bobos Cirebon Tahun 2008-2011
c. MAN 3 Jakarta Tahun 2011-2014
d. Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta Tahun 2014-2017

2. Pendidikan Tambahan
a. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2016
b. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Tahun 2014
c. Course National English Center Tahun 2014-2017
d. Pelatihan Darul Arqom Dasar Tahun 2014
e. pelatihan Baitul Arqom Tahun 2014
f. Pelatihan Kegawat Daruratan Tahun 2014

71
A. Susunan keluarga ( genogram 3 generasi )

Tn. E (30thn) Ny. M (29thn)

An. G (7th) An. A (5bln)

KETERANGAN

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal serumah
--------

: Klien

72
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

I. Topok : Demam Thypoid


II. Waktu : 30 menit
III. Sasaran : Orang tua An. G

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama ± 30 menit, keluarga klie mengerti
dan memahami cara pencegahan demam thypoid.

B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan keluarga klien mampu:
1. Menyebutkan pengertian demam thypoid
2. Menyebutkan apa penyebab demam thypoid
3. Menyebutkan bagaimana cara penularan demam thypoid
4. Menyebutkan bagaimana tanda dan gejala demam thypoid
5. Mengetahui pencegahan demam thypod
6. Menyebutkan bagaimana cara pengobatan demam thypoid

IV. Materi (terlampir)

V. Metode dan media


1. Metode : Ceramah demonstrasi dan tanya jawab
2. Media : Leafleat

VI. Tabel kegiatan belajar mengajar


Krgiatan belajar mengajar
kegiatan
Waktu Tahap kegiatan
Penyuluh Sasaran
5 menit Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam

2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan


tujuan Penkes kepada penyuluh

sasaran menyampaikan tujuan

73
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan pelaksanaan kesepakatan waktu
Penkes dengan sasaran pelaksanaan

15 menit Kegiatan inti 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan


penyuluhan kepada penyuluh
sasaran menyampaikan materi

2. Memberikan kesempatan 2. Menanyakan hal-hal


kepada sasaran untuk yang tidak dimengerti
menanyakan hal-hal yang dari materi
belum dimengerti dari penyuluhan
materri yang dijelaskan
penyuluh

10 menit Evaluasi/penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab pertanyaan


kepada sasaran tentang yang diajukan
materi yang sudah penyuluhan
disampaikan penyuluh
2. Mendengarkan
2. Menyimpulkan materi
penyampaian
penyuluhan yang sudah
kesimpulan
disampaikan kepada
sasaran

3. Mendengarkan
3. Menutup acara dengan penyuluh menutup
mengucapkan salam serta acara dan menjawab
terima kasih kepada salam
sasaran

74
VII. Evalasi:
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Tanya jawab
4. Butir pertanyaan:
a. Apa pengertian demam thypoid?
b. Sebutkan hal-hal yang menyebabkan demam thypoid?
c. Bagaimana cara penularan demam thypoid?
d. Sebutkan tanda dan gejala demam thypoid?
e. Bagaimana cara pencegahan demam thypoid?
f. Bagaimana cara pengobatan demam thypoid?

75
Materi Lampiran:
1. Pengertian
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi pada anak
maupun dewasa. Anak merupakan yang peling rentan terkena demam tifoid,
yang biasanya banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun
2. Penyebab
Penyakit thypoi disebabkan oleh infeksi kuman salmonela typhosa/eberthella
typhosa
3. Cara penularan demam thypoid
Melalui 4F, 1V diantaranya : Food (makanan), finger (jari-jari), flies (lalat),
feses (tinja)dan Vomitus (muntah).
4. Tanda dab gejala demam thypoid
Demam, suhu tubuh berasngsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya
menurun pada pagi hari, kemudian meningkat pada sore atau malam har.
Biasanya degan atau tanpa sakit kepala, pusing, tidak nafsu makan, mual,
muntah dan perut kembung dan merasatidak enak badan. Lidah tampak kotor,
nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menuru dan terjadi siare akibar
peradangan usus.
5. Cara pencegahan demam thypoid
1. Mencuci tangan
2. Tidak makan dan minuman yang mentah
3. Tidak makan-makanan sembarangan
4. Hindari makanan dan lingkungan dari kecoa, lalat dan tikus.
5. Melakukan vaksin
6. Cara pengobatan demam thypoid
1. Istirahat 7 hari sampai 14 hari
2. Pergerakan bertahap
3. Diet cukup dan tinggi protein. Hindari makanan tinggi serat.
4. Pengobatan lebih lanjut.

76
77
78

Anda mungkin juga menyukai