Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA “A” USIA 2,5 TAHUN

DENGAN KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN DI DESA


JABONTEGAL KECAMATAN PUNGGING
KABUPATEN MOJOKERTO

FENNY IZZA AMALIA


1211010109

Subject : Balita, Stimulasi, Keterlambatan Perkembangan

DESCRIPTION

Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Untuk


memahami perkembangan anak juga perlu dipahami permasalahan-permasalahan
yang dialami anak selama perkembangannya. Perkembangan fisik menjadi bagian
penting yang harus mendapat perhatian karena segala aspek kemampuan anak
perlu didukung oleh sehat atau normalnya perkembangan fisik anak. Studi kasus
ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada balita “A” usia 2,5
tahun dengan keterlambatan perkembangan.
Studi kasus ini dilakukan pada bulan april 2015 di Desa Jabontegal
Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto, subyek studi kasus balita usia 2,5
tahun yang mengalami keterlambatan perkembangan. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode observasi dengan teknik 5 langkah SOAP yaitu untuk
pegkajian data asuhan kebidanan, penentuan diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Pada pengkajian diperoleh data subyektif dan data objektif. Tahap
penentuan diagnosa masalah melalui lembar KPSP didapatkan bahwa anak
mengalami keterlambatan perkembangan pada perkembangan motorik kasar,
motorik halus, sosial dan bahasa. Sesuai dengan langkah asuhan kebidanan maka
perlu dilakukan intervensi berupa stimulasi perkembangan, setelah itu
dilaksanakan langkah-langkah sesuai rencana, kemudian evaluasi.
Pelayanan kebidanan mampu bekerjasama dengan tenaga instansi kesehatan
lainnya dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga, sehingga
mampu memberikan stimulasi perkembangan anaknya sesuai dengan usia
perkembangan.
ABSTRACT

Each child has a different developmental characteristic. To understand


child development is also necessary to understand the problems experienced by
children during their development. Physical development becomes an important
part that must receive attention because all aspects of the child's ability to be
supported by healthy or normal physical development of children . The purpose of
the case study was the implement of midwifery care in “A” under five children
age of 2.5 years with developmental delays.
This case study was conducted in April 2015 in Jabontegal, Pungging,
Mojokerto, the subject of case study was children aged 2.5 years who had
developmental delays. The method used was observation method with 5 steps
SOAP technique that were the midwifery care data assessment ,determination of
diagnosis, planning, implementation and evaluation.
Assessment midwifery of data showed subjective and objective data.
The step of determining diagnoses the problem through the sheet of KPSP found
that children experiencing developmental delays in gross motor development, fine
motor, social and language. In accordance with step midwifery care it was
necessary to intervene in the form of stimulation of development, after it
implemented measures according to plan, then the evaluation.
Midwifery care personnel able to work with other health workers in
providing health education to families, so that able as to provide stimulation of
their child the development appropriate with the development age.

Keywords : Toddlers , Stimulation , Developmental Delay

Contributor : 1. Nurun Ayati K, SST.,M.Kes


2. Dhonna Anggreni, SKM
Date : 10 Juni 2015
Type Material : Laporan Penelitian
Identifier :-
Right : Open Document
Summary :-

LATAR BELAKANG
Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda.
Untuk memahami perkembangan anak juga perlu dipahami permasalahan-
permasalahan yang dialami anak selama perkembangannya. Kelainan
perkembangan pada anak dapat dilihat melalui tingkah laku yang ditunjukkan
anak ataupun keluhan-keluhan yang disampaikan oleh orang-orang disekitar anak
(Agustin, 2011). Perkembangan fisik menjadi bagian penting yang harus
mendapat perhatian karena perkembangan segala aspek kemampuan anak perlu
didukung oleh sehat atau normalnya perkembangan fisik anak. Gangguan
pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan diatas normal dan gangguan
pertumbuhan dibawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola
pertumbuhan anak. Apabila grafik berat badan anak lebih dari 120 %
kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal, sementara itu
apabila grafik berat badan dibawah normal kemungkinan anak mengalami kurang
gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal (Adriana Dian,2011).
Negara maju seperti Amerika, anak mulai berjalan pada umur 11,4 – 12,4
bulan, dan anak – anak di eropa antara 12,4 – 13,6 bulan. Sedangkan di Indonesia,
pada sampel yang diteliti adalah 14,2 bulan (Endah, 2008). Belum ada data
prevalensi anak Indonesia yang mengalami gangguan perkembangan. Beberapa
penelitian di Indonesia mendeteksi gangguan perkembangan anak pada usia pra
sekolah 12,8 % s/d 28,5%. Sebuah penelitian di Jakarta Barat menggunakan uji
tapis Denver II menemukan 25% populasi anak berusia 6 bulan-3 tahun termasuk
dalam kategori tersangka menderita gangguan perkembangan. 4 Penelitian lain di
Bandung dengan subjek bayi berusia 12-14 bulan dengan riwayat berat badan
lahir rendah (BBLR) mendapatkan hasil 22,4% mengalami tersangka gangguan
perkembangan menurut uji tapis Denver II dan 17,6% menurut Kuesioner
Praskrining Perkembangan (KPSP) (Hertanto dkk, 2014). Penelitian-penelitian
terdahulu menunjukkan hasil skrining perkembangan yang berbeda-beda,dengan
rentang nilai sebesar 13%-28,5% (1,2). Tujuh puluh persen anak dengan
keterlambatan tidak teridentifikasi tanpa skrining, sedangkan 70%-80% anak
dengan keterlambatan perkembangan teridentifikasi dengan skrining
perkembangan yang baik (3,4) (Ariani, 2014). Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 Maret 2015 di Desa
Watukenongo Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto. Melalui wawancara
dengan orang tua anak diketahui bahwa perkembangan anak yang menderita
penyakit jantung bawaan mengalami keterlambatan diantaranya adalah
keterlambatan perkembangan motorik kasar seperti belum bisa berjalan, berdiri
satu kaki, selain itu juga mengalami keterlamabatan perkembangan motorik halus
seperti memegang sendok saat makan, serta perkembangan sosial yaitu belum bisa
bermain peran layaknya anak sesusianya, pada perkembangan bahasa anak belum
bisa menyebutkan namanya dengan lengkap atau belum bisa berbicara aku dan
saya saja. Hal ini telah dibuktikan dengan perkembangan anak lainya yang tidak
mempunyai kelainan jantung bawaan.
Menurut Ari Sulistyawati (2014), secara umum terdapat dua faktor yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu : faktor genetik (berbagai
faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, dan suku bangsa) dan
faktor lingkungan (lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal). Dari
lingkungan postnatal pada factor lingkungan biologis yang terdiri atas ras/suku
bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap
penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormone. Dan pada faktor
psikososial dipengaruhi oleh stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman
yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas
interaksi anak dan orang tua.
Lingkungan psikososial yang mempengaruhi perkembangan motorik anak
adalah stimulasi. Stimulasi psikososial untuk merangsang pertumbuhan anak tidak
akan memberi arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak tidak
menguntungkan. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara
pengasuhan dan pemberian makan serta stimulasi anak pada usia dini yang sering
disebut critical period ini. Rendahnya derajat kesehatan akan menghambat
pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga berlangsung sangat cepat pada
tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada pertumbuhan
fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode berikutnya, dan jika kondisi
ini terus berlanjut, dapat mengakibatkan cacat permanen (Susanto Ahmad, 2011).
Upaya yang dapat dilakukan dalam membantu perkembangan anak adalah
memberikan stimulasi yang tepat terhadap aspek perkembangan yang dimiliki
oleh setiap anak. Stimulasi merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar
anak usia 0-6 tahun agar berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapatkan stimulasi rutin secara dini dan terus-menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi perkembangan anak dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh
anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Selain itu kadang secara otomatis anak juga “terstimulasi “ oleh teman
bermainnya ketika dalam permainan yang atur oleh “system permainan dan
interasi” yang bermanfaat juga untuk proses tumbuh kembangnya. Mengupayakan
anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar merupakan salah satu kegiatan
untuk stimulasi tumbuh kembang anak. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang bahkan gangguan yang bersifat menetap
(Sulistyawati Ari, 2014 ).
Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik dengan penelitian tentang
Asuhan Kebidanan pada Balita “A” Usia 2,5 Tahun dengan Keterlambatan
Perkembangan di Desa Jabontegal Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dengan teknik 5
langkah SOAP yaitu untuk pegkajian data asuhan kebidanan, penentuan diagnose
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Subjek pada penelitian ini
adalah balita usia 2,5 tahun yang mengalami gangguan keterlambatan
perkembangan. Tempat dan waktu penelitianya di Desa Jabontegal Kecamatan
Pungging Kabupaten Mojokerto dilakukan pada bulan April.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini membahas tentang asuhan kebidanan pada balita “A”
usia 2,5 tahun dengan keterlambatan perkembangan dengan pendekatan
manajemen 5 langkah menurut Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi
serta ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan praktek yang dialami penulis
saat dilapangan.
Dalam langkah ini tahap pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi dan study dokumentasi. Untuk pemeriksaan penunjang diperoleh dari
hasil pemeriksaan laboratorium oleh pihak rumah sakit. Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan dengan
anamnesa. Data yang dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosis. Melakukan pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan khusus.
Pada pengumpulan data subyektif An “A” umur 2,5 tahun dengan
keterlambatan perkembangan. Keluhan utama pada waktu datang Ibu mengatakan
anak belum bisa berjalan menaiki tangga sendiri, menendang bola, anak juga
belum bisa melepaskan pakaiannya sendiri, belum bisa mencoret-coret kertas
tanpa bantuan, menata kubus menjadi menara, anak belum bisa makan nasi sendiri
tanpa banyak yang tumpah, belum bisa diajak komunikasi, menyebutkan nama
ayah dan ibu, namanya sendiri dan belum bisa menyebutkan paling benar paling
sedikit 1 bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut dan bagian badan
lainnya). Pada langkah pertama ini penulis menemukan banyak sekali
ketidaksesuai perkembangan, secara teori anak usia 2,5 tahun sudah bisa berjalan
dan bahkan bisa berlari,sudah bisa meleaskan pakaiannya sendiri, mampu
berbicara walaupun satu sampai 2 kalimat, namun pasien sama sekali tidak bisa
sehingga peneliti menyimpulkan bahwa pada langkah pertama ini diketahui bahwa
An “A” mengalami keterlambatan.
Keterlamabatan perkembangan yang dialami oleh An “A” disebabkan karena
adanya kelainan yaitu penyakit jantung bawaan yang sangat mempengaruhi
perkembangan anak.
An “A” Usia 2,5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan antara lain :
1. Gangguan perkembangan motorik kasar
Pada hasil penelitian melalui lembar KPSP anak mengalami keterlambatan
perkembangan pada gerak motorik kasar, diantaranya anak belum bisa berjalan,
menaiki tangga sendiri, seharusnya anak seusia ini dapat melakukannya. Namun
dalam kenyataanya An “A” tidak bisa sama sekali berjalan ataupun menaiki
tangga, selain itu anak belum bisa menendang bola, saat peneliti memberi bola di
depan anak.
2. Gangguan perkembangan motorik halus
Berdasarkan hasil penelitian melalui lembar KPSP diketahui bahwa
perkembangan motorik halus anak juga mengalami keterlambatan perkembangan
diantaranya adalah anak belum bisa melepaskan pakaianya sendiri, anak belum
bisa memakai celana sendiri, bila diberi pensil anak tidak bisa memegangnya
dengan baik, hal ini menunjukkan bahwa anak mengalami keterlambatan gerak
motorik halus, saat dilakukan penelitian melalui beberapa benda seperti kubus
anak tidak mampu menata beberapa kubus menjadi tumpukan kubus, hal ini
menandakan bahwa anak tersebut mengalami perkembangan gerak motorik halus.
anak usia 2,5 tahun sudah mampu memegang pensil dengan baik dan melakukan
corat-coret tembok maupun kertas, anak sudah bisa melepaskan celananya sendiri
walaupun hanya beberapa kali gagal (Sulistyowati, 2014). Namun dalam
kenyataanya An “A” tidak bisa melakukanya hal ini menunjukkan bahwa anak
mengalami keterlambatan perkembangan gerak motorik halus.
3. Gangguan Perkembangan sosial
Berdasarkan hasil penelitian melalui lembar KPSP didapatkan bahwa anak
tidak bisa makan nasi sendiri, anak masih di suapi dan anak masih sulit diajak
berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain, anak kurang merespon saat
diajak bicara, hal ini menunjukkan bahwa anak mengalami keterlambatan
perkembangan sosial, secara teori bahwa perkembangan anak usia 2,5 tahun
diantaranya anak bisa diajak komunikasi dan bisa merespon orang lain, anak
sudah bisa makan nasi sendiri walaupun dengan sedikit bantuan (Sulistyowati,
2012).
Dengan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa An “A” mengalami
keterlambatan perkembangan sosial.
4. Gangguan Perkembangan bahasa
Berdasarkan hasil penelitian melalui lembar KPSP dan ditunjang dengan
wawancara diketahui bahwa anak telah mengalami keterlambatan perkembangan
bahawa diantaranya adalah anak belum bisa menunjukkan nama-nama organ
tubuh misalnya ini rambut, ini tangan atau lainya. jika diajak bicara anak hanya
bisa tertawa dan diam serta bicara tidak jelas. Selanjutnya anak belum bisa
menunjukkan beberapa gambar yang ada didepanya saat peneliti menyodorkan
beberapa gambar buah, hewan dan gambar rumah, anak hanya bisa menunjuk dan
tidak mengungkapkan apa-apa. Hal ini menunjukkan bahwa anak telah mengalami
keterlambatan perkembangan bahasa.
Sesuai dengan langkah asuhan kebidanan pada hasil penelitian perlu
dilakukan intervensi agar antara peneliti dengan subyek penelitian terjadi
komunikasi yang baik oleh karena itu maka peneliti telah menjalin hubungan
terapeutik dengan keluarga pasien agar dapat memberikan saran yang berkaitan
dengan perkembangan anak, peneliti berusaha menjelaskan tentang kondisi anak
pada keluarga, dan melakukan observasi terhadap perkembangannya. Menjelaskan
kepada keluarga cara untuk menstimulasi pada perkembangan gerak motorik
kasar, motorik halus, sosial, bahasa, seperti menganjurkan ibu mengajari anak
berjalan dengan berpegangan, mencoret-coret kertas dengan spontan, makan
sendiri meskipun masih banyak yang tumpah,serta berusaha mengajak anak untuk
tetap berkomunikasi. Intervensi dilakukan sesuai dengan teori langkah asuhan
kebidanan sehingga pelaksanaan intervensi yang dilakukan tidak terjadi
kesenjangan antara teori dengan fakta.
Pada langkah ini peneliti memberitahu pada ibu tentang kondisi anaknya,
bahwa anaknya mengalami keterlambatan perkembangan, menganjurkan pada ibu
untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang pada anaknya, yaitu menu yang
mengandung karbohidrat, seperti (nasi, roti), protein (tahu, tempe,telur, ikan,
kedelai), vitamin seperti (buah-buahan, jeruk, pisang, pepaya) dan mineral seperti
(air). Mengkonsumsi makanan pokok 3xsehari, pada pagi,siang dan malam hari
serta menganjukan ibu untuk tetap mengkonsumsi susu, menganjurkan pada ibu
untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan pada anaknya yaitu dengan
mandi rutin 2x sehari, pada pagi dan sore hari, dan setelah bermain langsung
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Menganjurkan pada ibu untuk
memberikan stimulasi pada anaknya dengan mengajarinya berjalan dengan
berpegangan, melempar dan gerak motorik kasar lainya agar anak dapat
melakukan gerakan dengan baik, mencoret-coret kertas, melepaskan pakaiannya
sendiri, serta tetap mengajak komunikasi anak. Menganjurkan pada ibu untuk
anaknya istirahat yang cukup yaitu siang hari selama ±2 jam dan malam hari
selama ±8 jam, menganjurkan ibu untuk segera membawa ke tempat pelayanan
kesehatan, bila terjadi tanda bahaya pada anaknya seperti timbulnya sesak nafas
mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis bertambah, lemas, bahkan dapat pula
disertai kejang atau sinkop.
Pada langkah ini dilakukan sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara manajemen asuhan kebidanan dengan
langkah penelitian.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil penelitian berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada balita usia 2,5 tahun dengan keterlambatan perkembangan,
pada langkah ini telah diketahui bahwa ibu mengerti tentang keadaan anaknya
sekarang, sehingga memberikan nutrisi yang cukup dan seimbang secara teratur
setiap harinya, dan untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan anak
dibiasakan untuk langsung mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Dalam
merangsang perkembangan anak, ibu memberikan stimulasi perkembangan
sedikit-demi sedikit dengan tidak memperburuk kesehatan anaknya hal itu terlihat
dengan sedikit perubahan yaitu anak sudah bisa berdiri dengan berpegangan
dengan waktu yang lama, sudah bisa mencoret-coret kertas secara spontan, bisa
makan nasi sendiri meskipun masih banyak yang tumpah, serta anak juga sudah
bisa diajak komunikasi tapi hanya dengan satu hingga dua kata. Di samping itu
ibu tetap memperhatikan kondisi kesehatan anak dengan selalu menyuruh istirahat
cukup setiap harinya. Ibu selalu memberikan/meminumkan obat pada anaknya
sesuai dengan anjuran dokter, dan kontrol ulang bila terjadi tanda bahaya pada
anaknya seperti timbulnya sesak nafas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis
bertambah, lemas, bahkan dapat pula disertai kejang atau sinkop. Ibu melakukan
anjuran bidan dengan baik.

SIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian diatas maka dapat
diperoleh kesimpulan dari penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Pada pengkajian pada balita “A” usia 2,5 tahun dengan keterlambatan
perkembangan diperoleh data subyektif dan data objektif penulis tidak
mengalami kesulitan karena selama penulis melakukan pengkajian klien
sangat kooperatif. Sehingga penulis mendapatkan data sesuai dengan
yang dibutuhkan.
2. Pada tahap diagnosa masalah penulis menemukan kesamaan antara
teori asuhan kebidanan dengan penegakan diagnosa kebidanan pada
penelitian.
3. Pada tahap perencanaan asuhan ditemukan ketidaksesuaian antara teori
asuhan kebidanan dengan penelitian
4. Pelaksanaan pada kasus ini terjadi kesenjangan antara teori dengan
praktik yang ada dilapangan.
5. Pada tahap evaluasi telah sesuai antara teori asuhan kebidanan dengan
penelitian

REKOMENDASI

1. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil laporan tugas akhir ini di tambahkan sebagai refrensi untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pemberian
stimulasi pada balita yang mengalami keterlambatan perkembangan.
2. Bagi Instansi kesehatan
Melalui hasil penelitian ini lebih meningkatkan keterampilan tenaga
kesehatan yang bekerja di instansi agar mampu memberikan pelayanan
dengan lebih baik dan terampil seperti mengikuti seminar atau pelatihan-
pelatihan yang berkaitan dengan perkembangan pada balita.

3. Bagi Responden dan keluarga


Melalui hasil penelitian ini memberikan contoh pelaksanaan asuhan
kebidanan pada pihak keluarga,sehingga keluarga mampu melaksanakan
stimulasi perkembangan anaknya sesuai dengan usia perkembanganya.

Alamat correspondensi :
Email : fennyizza@yahoo.com
No Hp : 083847893903
Alamat : Ds. Menampu Kec. Gumukmas Kab. Jember

Anda mungkin juga menyukai