Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU

BAB II KONSEP HUKUM BISNIS SYARIAH

A. Definisi Hukum Bisnis Syariah

1. Definisi Hukum
Secara etimologi, kata hukum ( al-hukm ) sepadan dengan kata Al-man’u
( cegahan ) dan al-fashl ( pemisahan dan keputusan ).
Hukum sepadan dengan cegahan , karena perintah untuk melakukan
sesuatu berarti cegahan untuk melakukanhal hal yang bersifat sebaliknya (
perintah berbuat baik berarti cegahan berbuat jahat ). Dan hukum juga
dianggap sepadan dengan pemisah karena hukum mempunyai fungsi
sebagai alat ukur yang dapat membedakan benar dan salah, dan hukum
juga dijadikan alat untuk menyelesaikan ( memutuskan ) persoalan
persoalan yang diperselisihkan.
Secara praktis , hukum berfungsi sebagai pemutus atau pemisah antara
pihak pihak yang bersengketa di Pengadilan.
Disamping itu , hukum secara Bahasa juga sering dipandang sepadan
dengan al-qadha ( ketetapan atau keputusan hakim di pengadilan ), karena
hukum adalah instrument utama dalam lingkungan peradilan.
Dengan demikian, hukum secara Bahasa berarti ketetapan atau keputusan
( al-qadha ), pemisah ( al-fashl ), dan cegahan ( al-man’u ).
2. Definisi Bisnis
Terdapat beberapa istilah didalam Al-Quran yang terkait dengan Usaha
atau Bisnis.
Namun dalam pendekatan fikih keuangan , penertian bisnis secara umum
lazim disebut dengan istilah tijarah, yaitu pengelolaan harta benda untuk
mencari keuntungan.
Dalam bisnis Syariah , pengertian keuntungan / profit tentu bukan hanya
semata mata berhenti pada tataran materiil, melainkan sampai pada usaha
bagaimana mendapatkan keridhoan Allah SWT Ketika menjalankan
Bisnis
2
3. Definisi Syariah
Kata Syariah sendiri sebenarnya telah disebutkan sebelum islam muncul,
yaitu dalam kitab Taurat, Talmud, dan Injil, meskipun pada Taurat ,
Syariah disebutkan dengan Bahasa Ibrani. Kata tersebut disebut dalam
Bahasa Arab dengan taurah, berarti membimbing , memberi petunjuk ,
mengetahui , mengatur, dan terkadang seering diartikan sebagai Undang
undang .
4. Hukum Bisnis Syariah
Setelah di uraikan berbagai definisi operasional terkait dengan hukum ,
bisnis , dan Syariah, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan Hukum Bisnis Syariah adalah Keseluruhan dari Peraturan
peraturan dan ketentuan ketentuan Hukum yang berkaitan praktek bisnis
secara Syar’I atau sesuai dengan Syariah guna meningkatkan kesejahteraan
dan kemaslahatan umat manusia.

B. Prinsip Prinsip Hukum Bisnis Syariah


Sistim ekonomi Islam memiliki prinsip prinsip dasar yang membedakan
dirinya dengan sistem ekonomi lainnya. Ia merupakan sistem ekonomi yang
di ilhami oleh pandangan Islam mengenai alam, kehidupan, dan manusia yang
berdasarkan akidah ( tahuid ).
Prinsip prinsip ini merupakan tiang penyangga yang kokoh dan permanen.
Bangunan bisnis Islam diletakkan pada 5 (lima) pondasi yaitu :
- Ketuhanan ( Ilahian )
- Keadilan ( al- adl)
- Kenabian ( al-nubuwah )
- Pemerintahan ( al-Khilafah ) dan
- Hasil ( al-ma’ad )
Kelima pondasi ini hendaknya menjadi aspirasi dalam Menyusun prosisi
prosisi atau teori teori ekonomi Islam.

C. Tujuan, Filosofi, dan Metodologi Hukum Bisnis Islam

1. Tujuan Hukum Bisnis Islam


3
Adalah mashlahah (kemaslahatan) bagi Umat Manusia yaitu dengan
mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal hal yang berakibat
pada adanya kemaslahatan bagi manusia atau dengan mengusahakan
aktivitas yang secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu
sendiri.
2. Filosofi Hukum Bisnis Islam
Ilmu Pengetaahuan didasarkan pada aspek tujuan (ontologis), metode
penurunan kebenaran ilmiah (epistemologis), dan nilai nilai /kegunaan
(aksiologis) , istilah istilah asing seperti itu adik adik Mahasiswa , dapat
mencari di Google, apa itu Ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Wacana tentang aksiologis biasanya terangkup dalam output dan kegunaan
ekonomi islam, yang bersifat ingin selalu mensejahterakan umat manusia,
menyelamatkan umat manusia didunia dan di akhirat dan memerangi
segala bentuk eksploitasi ( mafsadat ) yang merugikan umat manusia, dan
merupakan antithesis dari kemaslahatan itu sendiri.
3. Metode Hukum Bisnis Islam
Pendekatan hukum Bisnis Islam dapat dilakukan dengan Metode deduktif
dan Induktif. Adapun pendekatan induktif dimulai dengan menampilkan
beberapa Fakta empiris yang ada di lapangan untuk kemudian ditarik ke
dalam dalil yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis.
Hukum Bisnis Islam menggunakan 2 (dua) macam metode, yaitu :
1. Metode Deduksi : yang dikembangkan oleh para ahli hukum Islam.
2. Metode pemikiran retrospektif, metode ini banyak dipergunakan oleh
para pemikir kontemporer yang merasakan tekanan kemiskinan dan
keterbelakangan di dunia Islam dan berusaha mencari dukungan atas
pemecahan permasalahan tersebut dan mengujinya dengan
memperhatikan petunuiik Alloh / Tuhan.

D. Sumber Hukum Bisnis Syariah


Pada hakikatnya, Syariah Iskam itu hanya mempunyai satu sumber Hukum
Yakni Wahyu Illahi. Yang dikelompokkan menjadi dua macam :
1. Wahyu yang berupa Al-Quran
2. Berupa Sunnah
Menempatkan keduanya sebagai sumber hukum syara’ tanpa melibatkan
yang lain, merupakan konsekuensi dari Usaha kita menyucikan akidah
hukum.
4
Adapun yang lain tidak dapat dikatakan sebagai sumber hukum , kecuali
sebatas dalil dalil Syara, itupun dengan selama dalalahnya merujuk kepada
nash nash yang terdapat pada kedua sumber hukum tersebut.

E. Posisi dan Ruang Lingkup Ekonomi Islam

Secara garis besar , sistematika Hukum Islam dapat dikelompokkan


menjadi 3 (tiga) bagian , yaitu :

1. Hukum I’tiqadiyah ( akidah )


Yaitu hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Yang
Maha Esa ( Alloh/Tuhan ) dalam maslah keimanan dan ketaqwaan.
2. Hukum Khuluqiyah ( akhlak )
Yaitu Hukum yang mengatur hubungan Manusia dengan Manusia dan
makhluk lain dalam hubungan beragama, bermasyarakat, dan
bernegara.
3. Hukum ‘amaliyah ( Syariah )
Yaitu hukum yang mengatur hubungan hidup lahiriyah antara Manusia
dengan Makhluk lain, dengan Tuhan Nya selain bersifat Rohani dan
dengan alam sekitarnya.
Disamping pengelompokan tersebut , dilihat dari substansinya para ulama
juga mengelompokkan hukum Islam pada 2 ( dua ) kategori besar , yaitu
Ibadah dan muamalah.
Ibadah yang dimaksud adalah Ibadah dalam arti khusus/sempit, artinya
hubungan manusia dengan Tuhannya seperti Shalat, Saum , Zakat, dan
Ibadah ibadah pokok lainnya.
Sementara itu Ibadah dalam arti luas mencakup segala hubungan antara
Manusia yang dilakukan dalam rangka mencari Ridha Allah SWT/Tuhan.
Muamalah didefinisikan sebagai sumber hukum hukum atau ketentuan
ketentuan yang berkaitan dengan Tindakan Manusia dalam persoalan
persoalan keduniaan (horizontal), seperti hukum yasng mengatur maslah
Ekonomi, Politik, Sosial , budaya dan lain lain.
F. Konsep Bisnis Dalam Al-Quran
5

G. Bisnis dalam Al-Quran dijelaskan melalui kata tijarah, yang mencangkup


dua makna yaitu :
1. Perniagaan secara umum yang mencangkup perniagaan antara Manusia
dengan Alloh SWT/Tuhan.
Ketika seseorang memilih petunjuk dari Alloh, mencintai Alloh dan
Rasul-Nya, berjuang/berjihad di Jalan-Nya dengan harta dan Jiwa ,
membaca kitab Allah , mendirikan shalat, menafkahkan sebagaian
rezekinya, maka itu adalah sebaik baiknya Perniagaan antara Manusia
dengan Allah SWT/Tuhan.
2. Perniagaan secara khusus yang berarti perdagangan ataupun jual beli
antara manusia.
Beberapa ayat yang menerangkan tentang bagaimana bertransaksi yang
adil diantara manusia terangkum dalam surat al-Baqarah Ayat 282 ;
disebutkan bahwa tentang Etika dan tata cara jual beli , utang piutang,
sewa menyewa, dan transaksi lainnya.
Ayat ini pula yang dijadikan pedoman kegiatan akuntasi ( kewajiban
untuk mencatat transaksi ) dan notariat ( kewajiban adanya persaksian
dalam transaksi ) .

H. Tujuan Bisnis Dalam Al-Quran


Terlepas dari makna klasifikasi kata tijarah secara umum dan khusus yang
perlu di cermati bahwa bisnis di dalam Al-Quran selalu bertujuan untuk 2
(dua) keuntungan yaitu :
1. Keuntungan Duniawi
2. Keuntungan Ukhrawi
Bisnis ataupun perniagaan yang bersifat duniawi tertuang dalam beberapa
Ayat khusus yang membahas tentang perniagaan.
Bisnis di dalam Al-Quran dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu
:
6
1. Bisnis yang menguntungkan
2. Bisnis yang merugi
3. Pemeliharaan Prestasi, hadiah dan hukuman.
Pertama :

Bisnis yang menguntungkan mengandung 3 (tiga) elemen dasar , yaitu :


a. Mengetahui investasi yang paling baik
b. Membuat keputusan yang logis, sehat, dan masuk akal
c. Mengikuti perilaku yang baik

Ke dua :
Bisnis yang merugi, Bisnis ini merupakan kebalikan dari bisnis yang
pertama karena ketidak adaan atau kekurangan beberapa elemen dari
Bisnis yang menguntungkan .

Ke tiga :

Pemeliharaan Prestasi, hadiah, dan hukuman. Dalam hal ini Al-Quran


menyoroti bahwa segala perbuatan yang dilakukan Manusia akan bisa
lepas dari sorotan dan Rekaman Allah SWT/Tuhan.

Maka dari itu , siapapun yang melakukan prestasi yang positif akan
mendapatkan pahala ( reward ) begitu pula sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai