Anda di halaman 1dari 5

Thoriq Haikal

19004123
Analisis Kurikulum Pendidikan Menengah
Resume Landasan Kurikulum Pendidikan Menengah

1. Landasan Filosofi Pengembangan Kurikulum pada Pendidikan


Menengah
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum.
Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada
berbagai aliran filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,
progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun
senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan
mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Pada dasarnya dikembangkan dengan menggunakan landasan filosofi sebagai
berikut:
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Artinya kurikulum sekolah adalah
rancangan pendidikan dan pembelajaran untuk mempersiapkan kehidupan
generasi muda bangsa.agar siap dan mampu hidup di jamannya.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Untuk itu maka
proses pendidikan harus mampu memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir
rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap
apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya
berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai
dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik.
Kurikulum disusun untuk menumbuhkan rasa bangga, diaplikasikan dan
dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di
masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism).
2. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum pada Pendidikan
Menengah

Psikologi sebagai sebuah ilmu yang menjelaskan kepribadian manusia


memberikan kontribusi terhadap pengembangan kurikulum. Menurut Meggi
Ing (1978) terdapat dua kontribusi psikologi dalam pengembangan kurikulum
Pertama, model konseptual dan informasi yang akan membangun
perencanaan pendidikan. Kedua, berisikan berbagai metodologi yang dapat
diaplikasikan dalam penelitian pendidikan
Beberapa hal terkait pengembangan model pembelajaran, metode
pembelajaran dan mata pelajaran yang ditempuh seringkali muncul karena
kurangnya informasi-informasi yang berkaitan dengan sisi psikologis peserta
didik. Maka, peran psikologis sebagai sebuah disiplin ilmu yakni
memberikan informasi-informasi tambahan kepada guru dan pihak-pihak
terkait dalam pengembangan kurikulum berdasarkan teori-teori yang terdapat
di dalamnya, dan berorientasi pada sisi kepribadian peserta didik. Dalam
perspektif psikologis, peserta didik memiliki karakter-karakter yang unik.
Karakter ini berbeda dari satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut
terdapat pada minat, bakat dan masa perkembangan yang dialami oleh
seorang peserta didik. Pemahaman tentang peserta didik harus menjadi fokus
utama bagi seorang pengembang kurikulum. Apabila pengembang tidak
memahaminya dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai macam
masalah kependidikan, dan tentunya tujuan pendidikan yang ingin dicapai
akan terhambat. Di dalam mengambil keputusan tentang pengembangan
kurikulum, pengetahuan tentang psikologi peserta didik sangat dibutuhkan.
Hal ini terkait dengan perkembangan psikologis dan model belajar peserta
didik.

Berikut hal – hal penting yang perlu diperhatikan dalam


pengembangan kurikulum :

• Seleksi dan organisasi bahan – bahan pelajaran,


• Menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi dan efisien
• Merencanakan kondisi belajar yang optimal sehingga tujuan pembelajaran
akan cepat tercapai

3. Landasan Sosial Pengembangan Kurikulum pada Pendidikan


Menengah
Dilihat dari subtansinya faktor sosiologis sebagai landasan dalam
mengembangakan kurikulum dapat dikaji dari dua sisi yaitu dari sisi
kebudayaan dan kurikulum serta dari unsur masyarakat dan kurikulum

a. Kebudayaan dan kurikulum


Faktor kebudayaan merupakan bagian penting dalam pengembangan
kuurikulum dengan pertimbangan.
1) Individu lahir tidak berbudadya, baik dalam hal kebiasaan, cita cita,
sikap pengetahuan, keterampilan dan lain sebagainya. Semua itu dapat
diperoleh individu dari interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga,
masyarakat sekitar dan lembaga pendidikan.oleh karena itu sekolah
atau lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan
pengalaman kepada peserta didik dengan salah satu alatnya adalah
kurikulum itu sendiri.
2) Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi
dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan-kebiasaan.
Karena itu dalam mengembangkan suatu kurikulum perlu memahami
kebudayaan. Kebudayan adalah pola kelakuan yang secara umum
terdapat dalam suatu masyarakat meliputi keseluruhan ide, cita-cita,
pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian dan lain
sebagainya.
3) Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut
kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat dikatakan sebagai
suatu konsep yang memiliki kompleksitas tinggi.

Secara umum pendidikan dan khususnya persekolahan pada dasarnya


bermaksud mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup
berintegrasi dengan anggota masyarakat lainnya. Hal ini membawa
implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat mencapai tujuan
pendidikan bermuatan kebudayaan.
b. Masyarakat dan Kurikulum
Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan
mereka sendiri kedalam kelompok-kelompok berbeda. Kebudayaan
hendaknya dibedakan dengan istilah masyarakat yang mempunyai arti
suatu kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya.
Tiap masyarkat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, dengan
masyarakat lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi
bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, reaksi terhadap
perangsang sangat tergantung kepada kebudayaan dimana ia dibesarkan.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap
warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap
tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat. Israel Scheffer
(dalam Sukmadinata, 2006: 60) mengemukakan 207 bahwa melalui
pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam
peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan
sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal,
nasional maupun global

4. Landasan IPTEK Pengembangan Kurikulum pada Pendidikan


Menengah

Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik (siswa)


menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin
pesat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di
masa akan datang. Teknologi adalah aplikasi dair ilmu pengetahuan ilmiah
dan ilmu-limu lainnya untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Ilmu
dan teknologi tidak dipisahkan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang teramat pesat seiring lajunya perkembangan masyarakat.
Perkembangan IPTEK, secara langsung akan menjadi isi/materi
pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada
pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan
masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah. Oleh
karena itu dalam mengembangkan kurikulum tidak bisa melepasakan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar kurikulum yang
dihasilakn memiliki kekuatan dan lebih memajukan peradaban manusia.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sekitar
abad pertengahan pengetahuan tentang anak dipandang sebagai miniatur
orang dewasa, sebagai mahluk yang berdosa bawaan, dan sebagai
lembaran kosong (Marrison,1984). Tentu saja kurikulum yang
dilaksanakan pada saat itu disesuaikan dengan ilmu yang berkembang saat
itu. Keadaan seperti itu tentu saja tidak akan berlaku lagi jika diterapkan
saat ini, dimana anak dianggap sudah memiliki sejumlah potensi, sehingga
pendidikan (kurikulum) yang dikembangkan adalah bagaimana
mamfasilitasi anak agar dapat mengembangkan potensinya
(konstruktivisme). Demikian halnya pengaruh perkembangan teknologi,
khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang dengan
pesat. Dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi, mau tida mau
setiap satuan pendidikan apakah sebagai inovator maupun sebagai
pengadopsi akan terkena imbasnya untuk melakukan penyesuaian dan
pembaharuan kurikulum

Anda mungkin juga menyukai