Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah “HIPERTENSI DAN KEHAMILAN”

dengan baik.

Adapun tujuan dari peulis malakah ini untuk memenuhi tugas Ibu DEVI

YR,S.si.,apt.M.Farm selaku dosen mata kuliah kespro. Selain itu, makalah ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan tentang “HIPERTENSI DAN KEHAMILAN” bagi para pembaca

dan penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu DEVI YR,S.si.,apt.M.Farm selaku dosen

mata kuliah Kespro Yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan

dan wawasan sesuai dengan bidang studi kami.

Kami menyadari bahwa makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.

Cirebon, 05 april 2021

Hormat kami
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi dalam kehamilan adalah adaanya tekana darah 140/90 mmHg atau lebih
setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensive, atau kenaikan
tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal. Hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi
yang di tandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam

Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama mordibitas dan mortalitas


kematian ibu dan janin. Hipertensi terjadi pada 5-10 % kehamilan. Masalah pokok yang di
hadapi Indonesia Negara – Negara berkembang adalah tingginya angka kematian perinatal
maupun ibu bersalin. Hipertensi pada kehamilan termasuk dalam komplikasi kehamilan, sebagai
salah satu dari trias komplikasi selain pendarahan dan infeksi. Sejumlah kehamilan 2 sekitar 10 –
15 % di sertai ( preeklamsia ) dan berkontribusi besar dalam mordibitas dan mortalitas neonatal
dan matena

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di dapat ”Bagaimana
Pengetahuan Tentang hipertensi pada kehamilan serta penanggulangannya?
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEKANAN DARAH PADA KEHAMILAN


Hipertensi dalam kehamilan bisa membahayakan ibu hamil dan janinnya. Oleh karena itu,
penting untuk mengetahui apa saja penyebab hipertensi dalam kehamilan agar kondisi ini dapat
dicegah dan ditangani dengan tepat.

Hipertensi dalam kehamilan merupakan kondisi ketika tekanan darah ibu hamil berada di atas
angka 140/90 mmHg. Diperkirakan sekitar 5–10% ibu hamil di seluruh dunia mengalami
hipertensi dalam kehamilan. Kondisi ini biasanya muncul saat usia kehamilan sekitar 20 minggu,
tetapi bisa juga muncul lebih awal.

Salah satu masalah yang kerap terjadi saat hamil adalah tekanan darah naik. Kondisi
darah tinggi saat hamil ini umumnya disebabkan oleh perubahan hormon ketika
memasuki kehamilan.

Beberapa pemicu yang menyebabkan darah tinggi saat hamil antara lain:

 Obesitas
 Gaya hidup tidak sehat, seperti merokok dan jarang olahraga
 Kehamilan yang pertama kalinya
 Punya riwayat hipertensi di dalam keluarga
 Hamil ketika berusia di atas 35 tahun
 Kehamilan terjadi dengan bantuan medis, misalnya IVF

Namun kasus darah tinggi saat hamil di setiap orang berbeda-beda. Mungkin saja ia
memang memiliki riwayat darah tinggi sebelumnya.

Bila Moms punya riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya, Moms harus ekstra
waspada. Pasalnya mungkin saja tekanan darah Moms bisa meningkat tiba-tiba.
B. PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

1. PRE EKLAMSIA
Hipertensi dalam kehamilan yang tidak terkontrol dengan baik bisa berkembang menjadi
preeklamsia. Selain adanya protein dalam urine, preeklamsia juga dapat disertai dengan
kerusakan sistem organ, seperti ginjal, hati, darah, atau otak. Preeklamsia biasanya menyebabkan
ibu hamil mengalami gejala berikut ini:

1) Sakit kepala yang sering kambuh

2)Mual atau muntah

3)Bengkak pada wajah dan tangan

4)Sesak napas

5)Penglihatan kabur

6) Tekanan darah meningkat secara cepat

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil untuk mengalami preeklamsia, di
antaranya:

1)Kehamilan pertama

2)Usia di atas 40 tahun

3)Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya

4)Riwayat keluarga dengan preeklamsia

5)Hamil lebih dari satu janin atau hamil kembar, baik kembar 2 atau lebih

6)Obesitas

7)Penyakit autoimun

Meski jarang terjadi, preeklamsia juga dapat dialami wanita setelah melahirkan atau disebut juga
preeklamsia postpartum.
2. EKLAMSIA
Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia yang tidak terkontrol atau tidak
tertangani dengan baik. Eklamsia merupakan jenis hipertensi dalam kehamilan yang paling
parah. Selain tekanan darah tinggi, ibu hamil dengan kondisi ini juga mengalami kejang, bahkan
bisa sampai koma.

BAHAYA HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN :

1)Pertumbuhan janin terhambat

Saat aliran darah ke plasenta berkurang, janin tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi.
Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan berat badan lahir rendah.

2)Kelahiran prematur

Jika kondisi hipertensi dalam kehamilan semakin memburuk, dokter akan menyarankan
kelahiran bayi secara prematur dengan jalan induksi atau operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk
mencegah eklamsia dan komplikasi lainnya.

3)Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum
proses persalinan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan plasenta dan perdarahan hebat.

4)Penyakit kardiovaskular

Preeklamsia dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular setelah


melahirkan, seperti penyakit jantung dan stroke. Risiko ini akan lebih tinggi jika ibu melahirkan
secara prematur. Namun, risiko ini dapat dikurangi dengan pengobatan dan gaya hidup sehat.
C. PENGGOLONGAN OBAT HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Obat antihipertensi adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan tekanan
darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi yang sering diderita sebagian orang,
ditandai dengan tekanan darah yang berada di atas level normal (lebih tinggi dari 130/80
milimeter merkuri (mmHg). Tekanan darah yang melebihi batas normal dapat menekan dinding
arteri. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengakibatkan penyakit yang lebih berbahaya seperti
stroke, serangan jantung, gagal jantung, hingga penyakit ginjal.

Pada hipertensi yang tergolong ringan hingga sedang, dokter akan menyarankan pasien untuk
melakukan perbaikan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan-minuman rendah garam,
berolahraga, menjaga berat badan tetap ideal, berhenti merokok, membatasi konsumsi minuman
beralkohol, dan mengendalikan stress.

Anda mungkin juga menyukai