syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
dengan baik.
Adapun tujuan dari peulis malakah ini untuk memenuhi tugas Ibu DEVI
YR,S.si.,apt.M.Farm selaku dosen mata kuliah kespro. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “HIPERTENSI DAN KEHAMILAN” bagi para pembaca
dan penulis.
mata kuliah Kespro Yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
Kami menyadari bahwa makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Hormat kami
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi dalam kehamilan adalah adaanya tekana darah 140/90 mmHg atau lebih
setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensive, atau kenaikan
tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal. Hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi
yang di tandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di dapat ”Bagaimana
Pengetahuan Tentang hipertensi pada kehamilan serta penanggulangannya?
BAB II
PEMBAHASAN
Hipertensi dalam kehamilan merupakan kondisi ketika tekanan darah ibu hamil berada di atas
angka 140/90 mmHg. Diperkirakan sekitar 5–10% ibu hamil di seluruh dunia mengalami
hipertensi dalam kehamilan. Kondisi ini biasanya muncul saat usia kehamilan sekitar 20 minggu,
tetapi bisa juga muncul lebih awal.
Salah satu masalah yang kerap terjadi saat hamil adalah tekanan darah naik. Kondisi
darah tinggi saat hamil ini umumnya disebabkan oleh perubahan hormon ketika
memasuki kehamilan.
Beberapa pemicu yang menyebabkan darah tinggi saat hamil antara lain:
Obesitas
Gaya hidup tidak sehat, seperti merokok dan jarang olahraga
Kehamilan yang pertama kalinya
Punya riwayat hipertensi di dalam keluarga
Hamil ketika berusia di atas 35 tahun
Kehamilan terjadi dengan bantuan medis, misalnya IVF
Namun kasus darah tinggi saat hamil di setiap orang berbeda-beda. Mungkin saja ia
memang memiliki riwayat darah tinggi sebelumnya.
Bila Moms punya riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya, Moms harus ekstra
waspada. Pasalnya mungkin saja tekanan darah Moms bisa meningkat tiba-tiba.
B. PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
1. PRE EKLAMSIA
Hipertensi dalam kehamilan yang tidak terkontrol dengan baik bisa berkembang menjadi
preeklamsia. Selain adanya protein dalam urine, preeklamsia juga dapat disertai dengan
kerusakan sistem organ, seperti ginjal, hati, darah, atau otak. Preeklamsia biasanya menyebabkan
ibu hamil mengalami gejala berikut ini:
4)Sesak napas
5)Penglihatan kabur
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil untuk mengalami preeklamsia, di
antaranya:
1)Kehamilan pertama
5)Hamil lebih dari satu janin atau hamil kembar, baik kembar 2 atau lebih
6)Obesitas
7)Penyakit autoimun
Meski jarang terjadi, preeklamsia juga dapat dialami wanita setelah melahirkan atau disebut juga
preeklamsia postpartum.
2. EKLAMSIA
Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia yang tidak terkontrol atau tidak
tertangani dengan baik. Eklamsia merupakan jenis hipertensi dalam kehamilan yang paling
parah. Selain tekanan darah tinggi, ibu hamil dengan kondisi ini juga mengalami kejang, bahkan
bisa sampai koma.
Saat aliran darah ke plasenta berkurang, janin tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi.
Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan berat badan lahir rendah.
2)Kelahiran prematur
Jika kondisi hipertensi dalam kehamilan semakin memburuk, dokter akan menyarankan
kelahiran bayi secara prematur dengan jalan induksi atau operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk
mencegah eklamsia dan komplikasi lainnya.
3)Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum
proses persalinan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan plasenta dan perdarahan hebat.
4)Penyakit kardiovaskular
Pada hipertensi yang tergolong ringan hingga sedang, dokter akan menyarankan pasien untuk
melakukan perbaikan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan-minuman rendah garam,
berolahraga, menjaga berat badan tetap ideal, berhenti merokok, membatasi konsumsi minuman
beralkohol, dan mengendalikan stress.