Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Teori Perbandingan Politik

Dosen : Andrias Darmayadi, M.Si

Materi : I (satu)

PENDAHULUAN

Ilmu Perbandingan Politik adalah salah satu cabang studi politik (study of
politics) dan ilmu politik (political science). Studi perbandingan politik acapkali
membingungkan, tidak saja bagi para mahasiswa, namun juga para akademisi.

Ilmu politik dan ilmu perbandingan politik berkaitan dalam hal teori dan metode.
Teori, adalah serangkaian generalisasi yang tersusun secara sistematik,
sedangkan metode, adalah suatu prosedur atau proses yang menggunakan
teknik-teknik dan perangkat tertentu dalam mengkaji sesuatu guna menelaah,
menguji dan mengevaluasi teori.

Dalam studi ini, banyak istilah yang terlanjur digunakan secara longgar dan
diartikan secara berbeda-beda. Contohnya istilah “perbandingan pemerintahan”,
yang biasanya mengacu ke studi tentang berbagai negara bangsa di Eropa, dan
fokus studi ini adalah tentang lembaga-lembaga beserta segenap fungsinya di
negara-negara itu, dengan penekanan pada lembaga eksekutif, legislatif dan
yudikatif, serta berbagai organisasi lain yang terkait seperti partai politik dan
pressure group.

Sedangkan studi perbandingan politik (comparative politics) mempelajari


kegiatan-kegiatan politik dalam cakupan lebih luas, termasuk mengenai
pemerintahan dan berbagai lembaganya dan juga aneka organisasi yang tidak
secara langsung berhubungan dengan pemerintahan (antara lain adalah suku
bangsa, masyarakat, asosiasi-asosiasi, dan berbagai perserikatan).

Istilah perbandingan politik juga diartikan sebagai upaya untuk membandingkan


segala bentuk kegiatan politik, baik itu yang berkaitan dengan pemerintahan
maupun yang tidak berhubungan dengan pemerintahan.

Oleh sebab itu, para spasialis perbandingan politik cenderung mengartikan


perbandingan politik sebagai studi tentang segala sesuatu yang berbau politik.
Pengertian perbandingan politik yang lebih longgar lagi akan mengaburkan
kriteria penentuan hal-hal apa saja yang layak menjadi objek kajiannya.

Kita dapat menggali hubungan ilmu politik dan perbandingan politik dengan
bidang-bidang lain, seperti yang dilakukan oleh Ronald H. Chilcote, yang melihat
bahwa teori maupun metodenya banyak bersumber dari pemikiran para filsuf
politik “klasik” seperti Aristoteles dan Plato, Machiavelli dan Montesquieu, serta
Hegel, Mark dan Mill.

Perbandingan politik juga banyak bersumber dari pemikiran para tokoh di awal
abad 20 seperti Woodrow Wilson, James Bryce dan Carl Friedrich, yang
telaahannya mengarah ke studi formal tentang pemerintahan dan negara.

Karya dibidang lain yang turut mempengaruhi studi perbandingan politik, antara
lain karya A.R. Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski dibidang Antropologi;
Gaetano Mosca, Vilfredo Pareto, Mark Weber dan Emile Durkheim dibidang
sosiologi dan sosiologi politik; serta John M. Keynes, Karl Marx dan V.I. Lenin
dibidang ekonomi politik.

Terjadinya PD II, telah meningkatkan minat para akademisi di AS untuk


mempelajari sistem-sistem politik negara-negara lain, khususnya di Eropa dan
Asia. Pudarnya pamor kerajaan-kerajaan besar setelah perang dan gemuruh
perjuangan kemerdekaan didunia ketiga mendorong akademisi untuk
mengalihkan perhatian dari sistem-sistem politik mapan ke negara-negara baru
tersebut.

Konsekuaensinya terhadap studi perbandingan politik sangatlah besar. Menurut


Braibanti (1968), disaat itulah terjadi lonjakan riset tentang negara-negara baru,
ditopang oleh perkembangan teknologi riset dan melimpahnya dana penelitian
yang antara lain disediakan pemerintah yang menginginkan masukan-masukan
dari kalangan akademis untuk menyusun aneka program luar negeri, termasuk
program bantuan untuk negara berkembang.

Teori-teori Sistem
Kepustakaan teori-teori sistem dalam perbandingan politik mulai mencuat diawal
tahun 50-an. Ada 3 penulis yang dapat dikemukakan sebagai wakil perintis dan
pengembang teori-teori sistem ini.
 Pertama, David Easton, yang bukunya berjudul The Political System dan
sejumlah tulisannya yang lain menandai lahirnya konsep sistem politik
(political system) bersamaan dengan konsep-konsep input dan output,
tuntutan (demands) dan dukungan (support) serta umpan balik;
 Kedua, Gabriel Almond, yang banyak dipengaruhi antropolog
fungsionaris A.R. Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski, serta
sosiolog Max Weber dan Talcott Parsons. Awalnya Almond menawarkan
suatu klasifikasi sederhana tentang sistem-sistem politik, yang mencakup
pula sistem-sistem politik di luar dunia Barat, dan negara-negara yang
baru merdeka. Ia kemudian bergabung dengan para spesialis
perbandingan politik dengan merumuskan kategori-kategori struktur dan
fungsi, dan mengkaitkannya dengan semua sistem politik yang ada di
dunia. Selanjutnya Almond mengaitkan pula konsepsinya tentang sistem
dengan budaya dan pembangunan;
 Ketiga, Karl Deutsch yang karyanya, Nerves of Government, banyak
bersumber dari teori sibernika yang dirumuskan Norbert Wiener ketika
berusaha mengembangkan model politik sistemik (systemic model of
politics).

Teori-teori Budaya
Pendekatan kebudayaan dalam perbandingan politik marak selama 1960-an,
bertolak dari karya-karya tradisional tentang budaya dalam antropologi, studi-
studi tentang sosialisasi dan kelompok-kelompok kecil dalam sosiologi, serta
studi-studi tentang kepribadian dalam psikologi.

Konsep budaya politik dikatkan ke konsep negara, atau budaya-budaya nasional.


Dalam hal ini budaya politik dilihat sebagai penjelmaan kembali konsep lama
karakter nasional. Budaya politik juga berkaitan dengan sistem. Budaya politik
terdiri dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol, dan nilai-nilai yang
melatarbelakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi.

Jenis budaya politik merupakan ciri dari sistem politik yang bersangkutan,
misalnya saja budaya politik parokial, budaya politik subjek dan budaya politik
partisipan. Jenis-jenis budaya politik ini merefleksikan orientasi psikologis dan
subjektif dari orang-orang yang menjadi warga suatu negara/masyarakat
terhadap sistem nasional mereka.
Tokohnya adalah Gabriel Almond dan Sydney Verba dalam buku mereka “Civic
Culture”.

Teori-teori Pembangunan
Pendekatan penting ketiga dalam kepustakaan perbandingan politik adalah teori-
teori pembangunan (developmental theories). Perhatian terhadap pembangunan
didorong oleh kemunculan negara-negara baru di dunia ketiga. Almond
memandang penting untuk mengaitkan gagasan-gagasannya tentang hakikat
sistem politik dan tentang budaya politik pembangunan (political culture to
development).

Hasilnya adalah suatu artikel dalam Jurnal World Politics tahun 1965 dan sebuah
buku yang ditulisnya bersama G. Bingham Powell, yakni Comparative Politics: A
Developmental Approach. Dalam buku tersebut Almond secara lebih terarah
berusaha membangun sebuah model yang terdiri dari serangkaian konsep dan
tahapan-tahapan khas proses pembangunan.

Kepustakaan perbandingan politik tentang pembangunan sebenarnya dapat


dipilah sekurang-kurangnya menjadi lima kategori.
 Kategori Pertama, dengan Almond dkk (AFK.Organski, Walt Rostow)
sebagai tokohnya, mencoba memanfaatkan konsep-konsep tradisional
seperti demokrasi dan demokrasi politik, serta mengolah dan
menampilkannya kembali dalam sosok yang lebih canggih, dan terkadang
abstrak;
 Kategori kedua, berfokus pada konsepsi pembangunan bangsa (nation
building). Studi-studinya mencoba memadukan konsepsi lama seperti
nasionalisme dengan penafsiran baru tentang makna pembangunan itu
sendiri. Nationalism and Social Communication (Karl Deutsch), From
Empire to Nation (Kalman Silvert), merupakan contoh-contoh yang
menerapkan konsep nasionalisme dan pembangunan dalam kajian
kawasan Afrika dan Amerika Latin;
 Kategori ketiga berfokus pada modernisasi. Contoh-contoh tulisan yang
menonjol adalah Modernization and the Structure of Societies (Marion J.
Levy) yang merupakan suatu upaya ambisius untuk menerapkan
fungsionalisme struktural terhadap teori modernisasi, serta The Politics of
Modernization (David Apter), sebuah upaya provokatif untuk membangun
sebuah model;
 Kategori keempat, mencakup studi-studi tentang perubahan. Contohnya
tulisan yang penting adalah Political Order in Changing Societies (Samuel
P. Huntington);
 Kategori kelima, meliputi studi-studi kritis yang seperti telah disinggung
diatas kemudian memunculkan teori-teori pembangunan etnosentris.
Studi-studi ini ini berfokus pada keterbelakangan di negara-negara miskin,
yang dilihat sebagai korban pembangunan dan industrialisasi kapitalistik
di negara-negara maju. Contoh tulisan yang menonjol Capitalism and
Underdevelopment in Latin America (Andre Gunder Frank) dan How
Europe Underdeveloped Afrika (Walter Rodney). Para teoritisi ini
menegaskan segala bentuk keterpurukan di negara miskin bersumber dari
ketergantungannya kepada negara-negara kaya.

Teori-teori Kelas
Sekitar pertengahan 1960-an, Komite Perbandingan Politik (Committee on
Comparative Politics) memutuskan untuk memberi perhatian kepada studi-studi
tentang elite. Munculnya para pemimpin kharismatik seperti Fidel Castro (Cuba),
Kwame Nkrumah (Ghana), Soekarno (Indonesia) melipatgandakan perlunya
mempelajari sosok pemimpin politik di dunia ketiga.

Selain itu, kegagalan lembaga-lembaga politik standar seperti parlemen dalam


menciptakan stabilitas politik di berbagai negara di Asia, Afrika dan Amerika
Latin, kian menekankan pentingnya studi tentang elite.
Pendekatan Perbandingan Politik: Beberapa Karakteristik

Pendekatan Tradisional Pendekatan Behavioral Pendekatan Pasca-


behavioral
Saling mengaitkan fakta Memisahkan fakta dan Fakta dan nilai diikat
dan nilai nilai pada tindakan dan
relevansi
Perspektif dan normatif Nonperspektif, Objektif dan Bersifat humanistik dan
empiris berorientasi masalah,
normatif
Kualitatif Kuantitatif Kualitatif dan Kuantitatif
Berkaitan dengan Berkaitan dengan Berkaitan dengan
ketidakteraturan dan keseragaman dan keteraturan dan
keteraturan keteraturan ketidakteraturan
Konfiguratif dan non Komparatif, berfokus pada Komparatif, berfokus
komparatif, berfokus beberapa negara pada beberapa negara
pada negara-negara
individual

Etnosentris, secara Etnosentris, secara khusus Secara khusus


khusus berfokus pada berkaitan dengan model berorientasi pada dunia
demokrasi-demokrasi Anglo-Amerika ketiga
Eropa Barat
Deskriptif, sempit dan Abstrak, berideologi Teoritis, radikal dan
statis konservatif dan statis berorientasi hasil
Berfokus pada struktur- Berfokus pada struktur- Berfokus pada
struktur formal (institusi struktur dan fungsi-fungsi hubungan dan konflik
dan pemerintah) (kelompok) formal dan kelas serta kelompok
informal

Kepustakaan atau literatur perbandingan politik cukup banyak dan bermacam-


macam. Namun sebuah survai mengenai literatur perbandingan politik biasanya
bermula dengan Aristoteles dan lain-lain yang mengklasifikasikan tipe-tipe atau
bentuk negara kemudian menarik generalisasi kehidupan politik.Hingga abad 19,
tipologi yang menonjol mengklasifikasi politik menjadi monarkhi, aristokrasi dan
demokrasi.

Norman Furniss (1974) memberikan upaya untuk mensintesis literatur umum


perbandingan politik, dengan cara:
1. Menanggalkan pencarian teori dan kembali ke pendekatan negara per
negara;
2. berfokus pada topik atau institusi dan studi pemerintahan-pemerintahan
lintas batas nasional;
3. menerapkan sebuah pendekatan lintas nasional makro menggunakan
informasi deskriptif seluruh negara;
4. berfokus pada konsep-konsep berjangkauan menengah dengan perhatian
pada apa yang relevan dengan politik;
5. menekankan trend-trend sejarah lintas nasional dan kekuatan-kekuatan
yang membentuk kehidupan politik.

Anda mungkin juga menyukai