Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

RESUME

PENGANTAR ILMU HUKUM DAN

TATA HUKUM INDONESIA

BUKU KARANGAN DRS.C.S.T KANSIL,SH DAN R.SOEROSO,SH

OLEH :

1. M.ZULVAN SULAIMAN 1821030112


2. M GUSTI AGSO 1821030464

FAKULTAS SYARIAH

PRODI MUAMALAH

DOSEN PEMBIMBING DRS.H.IRWANTONI,M.HUM.

TAHUN AJARAN.2O19

1
BAB 1

ARTI DAN TUJUAN HUKUM

1. Manusia dan Masyarakat

A. Manusia sebagai makhluk sosial

Aristoteles, menyatakan bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON, artinya manusia itu
bahwasebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama
manusia lainnya, jadi makhluk yang suka bermasyarakat dan oleh karena itu manusia disebut
makhluk sosial.

B. Masyarakat

Persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama itu lazim disebut Masyarakat. Jadi,
masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama, sehingga dalam
pergaulan itu timbul berbagai hubungan atau pertalian yang mengakibatkan bahwa yang
seorang dan yang lain saling kenal mengenal dan pengaruh-mempengaruhi

C. Golongan-Golongan Dalam Masyarakat

Adapun penyebab golongan-golongan dalam masyarakat, antara lain karena orang:

1. merasa tertarik oleh orang lain yang tertentu


2. merasa mempunyai kesukaan yang sama dengan orang lain
3. merasa memerlukan kekuatan/bantuan orang lain
4. mempunyai hubungan daerah dengan orang lain
5. mempunyai hubungan kerja dengan orang lain

2
Sifat golongan-golongan dalam masyarakat itu bermacam-macam dan bergantung pada dasar
dan tujuan hubungan orang orang dalam golongan itu. Pada umumnya ada tiga macam
golongan besar yaitu :

1. Golongan yang berdasarkan hubungan kekeluargaan


a. Contoh : perkumpulan keluarga

2. Golongan yang berdasarkan hubungan kepentingan/pekerjaan


a. Contoh : perkumpulan ekonomi, koperasi, serikat-kerja, dll

3. Golongan yang berdasarkan hubungan tujuan/pandangan hidup atau ideology


a. Contoh : partai politik, perkumpulan keagamaan

D. Bentuk Masyarakat

Masyarakat sebagai bentuk pergaulan hidup bermacam-macam ragamnya, diantaranya :

A. Yang berdasarkan hubungan yang diciptakan para anggotanya :

1. Masyarakat paguyuban (gemeinschaft), apabila hubungan itu bersifat kepribadian dan


menimbulkan ikatan batin, misalnya rumah tangga, perkumpulan kematian dan
sebagainya.
2. Masyarakat patembayan (gesellschaft) apabila hubungan itu bersifat tidak kepribadian
dan bertujuan untuk mencapai keuntungan kebendaan, misalnya Firma, Persekutuan
Komanditer, PT, dll.

B. Yang berdasarkan sifat pembentukannya , yaitu :

1. Masyarakat yang teratur oleh karena sengaja diatur untuk tujuan tertentu, misalnya
perkumpulan olahraga.
2. Masyarakat yang teratur tetapi terjadinya dengan sendirinya, oleh karena orang orang
yang bersangkutan mempunyai kepentingan bersama, misalnya penonton bioskop,
konser, pertandingan sepak bola.
3. Masyarakat yang tidak teratur, misalnya para pembaca suatu surat kabar.

C. Yang berdasarkan hubungan kekeluargaan; rumah tangga, saudara, suku, bangsa.

3
D. Yang berdasarkan peri-kehidupan/kebudayaan;

1. masyarakat primitif dan modern


2. masyarakat desa dan masyarakat kota
3. masyarakat teritorial, yang anggotanya bertempat tinggal dalam suatu daerah
4. masyarakat genealogis, yang anggotanya mempunyai pertalian darah (seketurunan)
5. masyarakat teritorial-genealogis, yang anggotanya bertempat tinggal dalam satu
daerah dan mereka adalah seketurunan

E. Pendorong hidup bermasyarakat

Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat ialah antara lain dorongan
kesatuan biologis yang terdapat dakan naluri manusia misalnya :

1. hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum


2. hasrat untuk membela diri
3. hasrat untuk mrngadakan keturunan

Faktor-faktor pendorong lain untuk hidup bermasyarakat ialah : ikatan pertalian darah,
persamaan nasib, persamaan agama, persamaan bahasa, persamaan cita-cita, kebudayaan dan
persamaan kenisyafan bahwa mereka mendiami suatu daerah yang sama.Kesimpulan yang
bisa ditarik adalah bahwa bagi manusia hidup bersama itu merupakan suatu keharusan yang
tidak dapat dielakkan.

F. Tata hidup bermasyarakat

Dalam masyarakat yang teratur manusia/anggota masyarakat itu harus memeperhatikan


kaedah kaedah, norma-norma ataupun peraturan hidup tertentu yang ada dan hidup di
masyarakat di mana ia hidup. Peraturan hidup itu memberi petunjuk kepada manusia
bagaimana ia harus bertingkah laku dan bertindak di dalam masyarakat. Peraturan-peraturan
hidup seperti itu disebut peraturan hidup kemasyarakatan.

Peraturan hidup kemasyarakatan yang bersifat mengatur dan memaksa untuk menjamin
tatatertib dalam masyarakat,dinamakan peraturan hukum atau kaedah hukum.

4
2. Pengertian Hukum

1. Apakah hukum itu ?

Definisi tentang Hukum, kata Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn, adalah sangat sulit dibuat,
karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan. Kurang lebih
200 tahun yang lalu, Immanuel Kant pernah menulis sebagai berikut :

"Noch suchen die Juristen eine Definition zu ihrem Begriffe von Recht"

(masih juga para sarjana hukum mencari cari suatu definisi tentang hukum)

2. Pendapat para sarjana tentang Hukum

Penulis-penulis Ilmu pengetahuan Hukum di Indonesia juga sependapat dengan Prof. Mr. Dr.
L.J. van Apeldoorn, seperti Prof. Sudiman Kartodiprojo, SH. menulis sebagai berikut,
"Jikalau kita menanyakan apakah yang dinamakan Hukum, maka kita akan menjumpai tidak
adanya persamaan pendapat. Berbagai perumusan telah dikemukakan ".

Definisi Hukum oleh para ahli :

A. Prof.Mr.E.M. Meyers dalam "De Algemene begrippen van het Burgerlijk Recht":

"Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada
tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi Penguasa Penguasa
Negara dalam melakukan tugasnya"

B. Leon Duguit:

"Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang
yang melakukan pelanggaran itu".

5
C. Immanuel Kant:

"Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang
satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti
peraturan hukum tentang kemerdekaan".

Sebab dari mengapa hukum itu sulit didefinisikan adalah karena hukum itu mempunyai segi
dan bentuk yang sangat banyak sehingga tak mungkin tercakup keseluruhan segi dan bentuk
hukum itu.Karena lapangan Hukum itu luas sekali, menyebabkan Hukum itu tidak dapat
diadakan suatu definisi singkat yang meliputi segalanya.

Prof. Kusumadi Pudjosewojo, SH dalam buku beliau "Pedoman Plejaran Tata Hukum
Indonesia" menulis sebagai berikut :

"Selanjutnya hendaknya diperhatikan, bahwa untuk dapat mengerti sungguh-sungguh segala


sesuatu tentang hukum dan mendapat pandangan yang selengkapnya, tidak dapat hanya
mempelajari buah karangan satu atau dua orang tertentu saja. Setiap pengarang hanya
mengemukakan segi-segi tertentu sebagaimana dilihat olehnya".

3. Definisi Hukum sebagai pegangan

A. Beberapa definisi Hukum

Drs.E.Utrecht, SH memberikan batasan bahwa : "Hukum itu adalah himpunan


peraturanperaturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu".

Parasarjana lain yang mencoba memberikan definisi :

1. S.M.Amin, SH

Dalam buku "Bertamasya ke Alam Hukum" dirumuskan bahwa Hukum adalah :

"Kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi itu disebut hukum
dan tujuan hukum itu adalah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia,sehingga
keamanan dan ketertiban terjaga".

2. J.C.T. Simorangkir, S.H dan Woerjono Sastropranoto, SH

Dalam bukunya "Pelajaran Hukum Indonesia" Ia merumuskan Hukum adalah :

"Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan badan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu
dengan hukum tertentu".

6
3. M.H. Tirtaamidjaja, S.H

Dalam bukunya "Pokok-pokok Hukum Perniagaan" Ia merumuskan Hukum adalah :

"Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan
dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian -- jika melanggar aturan-
aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya,didenda dan sebagainya".

B.Unsur-unsur Hukum

Dari beberapa perumusan diatas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa Hukum itu meliputi
beberapa unsur, yaitu :

a) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat


b) Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c) Peraturan itu bersifat memaksa
d) Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

C. Ciri-ciri Hukum

Untuk dapat mengenal hukum itu kita harus dapat mengenal ciri hukum yaitu :

a) Adanya perintah dan larangan


b) Perintah dan atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang.

Hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang
satu dengan yang lain, yakni peraturan peraturan hidup kemasyarakatan yang dinamakan
Kaedah Hukum. Barangsiapa yang dengan sengaja melanggar sesuatu Kaedah Hukum akan
dikenakan Sanksi (sebagai akibat pelanggaran Kaedah Hukum) yang bernama Hukuman.
Hukuman atau pidana itu bermacam-macam jenisnya, yang menurut pasal 10 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) ialah :

A. Pidana Pokok, yang terdiri dari :


1) Pidana mati
2) Pidana penjara :
>Seumur hidup

>Sementara (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya satu tahun)


atau pidana penjara selama waktu tertentu
3) Pidana kurungan, sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi-tingginya satu tahun
4) Pidana denda (sebagai pengganti hukuman kurungan)
5) Pidana tutupan

7
B. Pidana Tambahan, yang terdiri dari :

a) Pencabutan hak hak tertentu


b) Perampasan (penyitaan) barang barang tertentu
c) Pengumuman keputusan hakim

D. Sifat dari Hukum

Hukum itu mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan


hidup kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya mentaati tata-tertib dalam
masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas (hukuman) terhadap siapa yang tidak mau
patuh menaatinya.

4. Tujuan Hukum

Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur dan memaksa anggota masyarakat untuk
patuh dan menaatinya, menyebabkan terdapatnya keseimbangan dalam tiap perhubungan
dalam masyarakat. Setiap pelanggar peraturan hukum yang ada, akan dikenakan sanksi yang
berupa hukuman sebagai reaksi terhadap perbuatan yang melanggar hukum yang
dilakukannya.

Hukum itu bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu
harus pula bersendikan pada keadilan asas asas keadilan dari masyarakat itu. Pendapat
pendapat dari para ahli :

1. Prof. Subekti, SH

Hukum, menurut Prof. Subekti, S.H melayani tujuan Negara tersebut dengan
menyelenggarakan "keadilan" dan "ketertiban", syarat pokok untuk mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan.

2. Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn

van Apeldoorn dalam bukunya "Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht" bahwa
tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup di manusia secara damai. Hukum
menghendaki perdamaian.

8
3. Teori Etis

Ada teori yang bilang, bahwa "Hukuman itu semata-mata menghendaki keadilan". Teori itu
disebut teori etis, menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran
etis kita mengenai apa yag adil dan apa yang tidak adil.

4. Geny

Dalam "Science et technique en droit prive positif" Geny berpendapat bahwa Hukum
bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. dan sebagai unsur daripada keadilan
disebutkannya "kepentingan daya guna dan kemanfaatan"

5. Bentham (Teori Utilitis)

Dalam "Introduction to the morals and legislation" Ia berpendapat bahwa Hukum bertujuan
untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang. Dan karena yang berfaedah
bagi satu kalangan, belum tentu berfaedah bagi kalangan lain, maka menurut teori utilitis,
tujuan hukum ialah menjamin adanya kebahagiaan sebanyakbanyaknya pada orang sebanyak-
banyaknya. Kepastian melalui hukum bagi perseorangan merupakan tujuan utama daripada
hukum.

6. Prof.Mr.J.van Kan

Van Kan berpendapat bahwa " Terdapat kaedah agama, kaedah kesusilaan kesopanan,yang
semuanya bersama-sama itu berusaha dalam penyelenggaraan dan perlindungan kepentingan
orang dalam masyarakat. Apakah itu cukup? Tidak" Dan tidaknya karena dua sebab yaitu:

1) Terdapat kepentingan yang tidak teratur baik oleh kaedah agama, kesusilaan maupun
kesopanan, tetapi ternyata memerlukan perlindungan juga
2) Juga kepentingan yang telah diatur oleh kaedah tersebut diatas, belum cukup
terlindungi.

9
BAB II

SUMBER-SUMBER HUKUM

A. Sumber Hukum Materiil dan Formal

Sumber hukum ialah : segala apa yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.

Sumber hukum itu dapat ditinjau dari segi materiil dan formal.

1. Sumber Hukum Materiil

dapat ditinjau lagi dari berbagai sudut, misalnya dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi,
filsafat dsb.

Contoh :
a) Seorang ahli ekonomi akan mengatakan, bahwa kebutuhan ekonomi dalam
masyarakat itulah yang menyebabkan timbulnya Hukum

b) Seorang sosiolog akan mengatakan bahwa yang menjadi sumber Hukum adalah
peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

2. Sumber Hukum Formal

a) Undang-undang (statute)
b) Kebiasaan (custom)
c) Keputusan Hakim (Jurisprudentie)
d) Traktat (treaty)
e) Pendapat sarjana hukum (doktrin)

10
3. Undang-Undang

Undang undang adalah suatu peraturan yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara. Menurut BUYS, undang
undang memiliki dua arti, yakni :

a) Undang undang dalam arti formal : ialah setiap keputusan Pemeritah yang
memerlukan undang-undang karena cara pembuatannya (misal : dibuat oleh
Pemerintah bersama-sama dengan Parlemen); arti sempit

b) Undang undang dalam arti material : ialah setiap keputusan Pemerintah yang menurut
isinya mengikat langsung setiap penduduk arti luas

1) Syarat berlakunya undang-undang

Syarat mutlak untuk berlakunya UU ialah diundangkan dalam Lembaran Negara (LN) oleh
Menteri/Sekretaris Negara (dahulu: Menteri Kehakiman). Tanggal mulai berlakunya suatu
UU menurut tanggal yang ditentukan dalam UU itu sendiri. Jika tanggal berlakunya itu tidak
disebutkan dalam UU, maka UU itu mulai berlaku 30 hari sesudah diundangkan dalam L.N.
untuk Jawa dan Madura, dan untuk daerah daerah lainnya baru berlaku 100 hari setelah
pengundangan dalam L.N. Sesudah syarat tersebut dipenuhi, maka berlakulah suatu fictie
dalam hukum : "SETIAP ORANG DIANGGAP TELAH MENGETAHUI ADANYA
SUATU UNDANG-UNDANG". Ini berarti bahwa jika seseorang melanggar UU tsb, ia tidak
diperkenankan membela dan membebaskan diri dengan alasan "saya tidak tahu mengenai
adanya UU itu".

2) Berakhirnya kekuatan berlaku suatu UU

Suatu UU tidak berlaku lagi jika :

a) Jangka waktu berlaku telah ditentukan oleh UU itu sudah lampau


b) Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi
c) Undang-undang itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi
yang lebih tinggi
d) Telah diadakan UU yang baru yang isinya bertentangan dengan UU yang dulu
berlaku.

11
3) Pengertian Lembaran Negara dan Berita Negara

Pada zaman Hindia-Belanda Lembaran Negara disebut Staatsblaad. Setelah UU diundangkan


dalam L.N, ia kemudian diumumkan dalam Berita Negara, setelah itu diumumkan dalam
Siaran Pemerintah melalui radio/televisi dan melalui surat kabar. Pada zaman Hindia-
Belanda, Berita Negara disebut De Javasche Courant dan di zaman Jepang disebut Kan Po.
Adapun beda antara Lembaran Negara dan Berita Negara adalah :

a. Lembaran Negara ialah suatu Lembaran(kertas) tempat mengundangkan(mengumumkan)


semua peraturan-peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku. Lembaran Negara
diterbitkan oleh Departemen Kehakiman(sekarang Sekretariat Negara), yang disebut dengan
tahun penerbitannya dan Nomor berurut. Misal : L.N. tahun 1962 No.1 (L.N. 1962/1)

Contoh: L.N 1950 No. 56 isinya : Undang Undang Dasar Sementara (1950)

b. Berita Negara ialah suatu penerbitan resmi Departemen Kehakiman(sekretariat negara)


yang memuat hal hal yang berhubungan dengan peraturan-praturan negara dan pemerintah
dan memuat surat-surat yang dianggap perlu seperti : akta pendirian P.T, Firma, Koperasi,
dll.

Catatan : Tempat pengundangan Peraturan-peraturan Daerah/Kotapraja ialah : Lembaran


Daerah/Lembaran Kotapraja.

4. Kebiasaan (Custom)

Kebiasaan ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang
sama. Aapabila suatu kebiasaan diterima oleh masyarakat, dan kebiasaan itu selalu berulang-
ulang dilakukan sedemikian rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu
dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu
kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.

Menurut pasal 15 Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia : "Kebiasaan tidaklah
menimbulkan hukum, hanya kalau UU menunjuk pada kepada kebiasaan.

Contoh :

Dalam pasal 1339 Kitab UU Hukum Sipil (KUHS) disebutkan : Persetujuan-persetujuan


tidak hanya mengikat untuk apa yang telah ditetapkan denbgan tegas oleh persetujuan-
persetujuan itu, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut sifat persetujuan itu diwajibkan oleh
kebiasaan.

12
5. Keputusan Hakim (Jurisprudentie)

Menurut pasal 22 A.B(Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia) "Hakim yang
menolak untuk menyelesaikan suatu perkara dengan alasan bahwa peraturan perundangan
yang bersangkutan tidak menyebutkan, tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut
untuk hukum karena menolak mengadili".

Dari pasal ini, sudah jelas bahwa seorang hakim mempuyai hak membuat peraturan sendiri
untuk menyelesaikan perkara. Apabila UU ataupun kebiasaan tidak memberi peraturan yang
dapat dipakainya untuk menyelesaikan perkara maka hakim haruslah berusaha membuat
peraturan sendiri.

Keputusan hakim yang berisikan suatu peraturan sendiri berdasarkan wewenang yang
diberikan pasal 22 A.B menjadilah dasar keputusan hakim lainnya/kemudiannya untuk
mengadili perkara yang serupa dan keputusan hakim tersebut lalu menjadi sumber hukum
bagi pengadilan. Dan keputusan hakim yang demikian disebut Jurisprudensi.

Ada dua macam yurisprudensi :

a. yuresprudensi tetap
b. yurisprudensi tidak tetap

yurisprudensi tetap ialah keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian keputusan serupa
dan yang menjadi dasar bagi pengadilan(Standard-arresten) untuk mengambil keputusan.

Seorang hakim mengikuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dengan
isi
keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman dalam mengambil sesuatu
keputusan mengenai suatu perkara yang serupa.

6. Traktat (Treaty)

Apabila dua orang mengadakan kata sepakat(konsensus) tentang sesuatu hal, maka mereka
itu lalu mengadakan perjanjian. Akibat perjanjian ini ialah bahwa pihak yang bersangkutan
terikat pada isi perjanjian yang mereka adakan itu. Hal itu disebut Pacta Sunt Servanda
yang berarti
“bahwa perjanjian mengikat para pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus
ditaati dan ditepati”

Perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih disebut perjanjian antara negara atau
perjanjian internasional ataupun Traktat. Traktat juga mengikat warganegara dari negara
yang bersangkutan. Jika traktat diadakan hanya oleh 2 negara, maka traktat itu adalah Traktat
Bilateral. Jika Traktat itu diadakan lebih dari 2 negara maka traktat itu disebutTraktat
Multilateral.
Apabila ada Traktat Multilateral memberikan kesempatan kepada negara yang pada
permulaan tidak turut mengadakannya, tetapi kemudian juga menjadi pihaknya, maka traktat
tersebut adalah Traktat Kolektif atau Traktat Terbuka, misalnya Piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa.

13
7. Pendapat Sarjana Hukum (Doktin)

Pendapat para sarjana hukum juga mempunyai kekuasaan dan berpengaruh dalam
pengambilan keputusan hakim. yurisprudensi terlihat bahwa hakim sering berpegang pada
pendapat seorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan
hukum. Pendapat itu menjadi dasar keputusan hakim tersebut.

Mahkamah Internasional dalam Piagam Mahkamah Internasional(Statute of the International


Court of Justice) pasaal 38 ayat 1 mengakui, bahwa dalam menimbang dan memutus suatu
perselisihan dapat mempergunakan beberapa pedoman yang antara lain adalah :

a) Perjanjian-perjanjian internasional (International Conventions)


b) Kebiasaan-kebiasaan internasional (International Customs)
c) Asas-asas hukum yang diakui oleh bangsa bangsa yang beradab(the general principles
of law recognised by civilised nations)
d) Keputusan hakim(Judicial decisions) dan pendapat-pendapat sarjana hukum.

14
BAB III

KEDUDUKAN PENGANTAR ILMU HUKUM DIANTARA ILMU SOSIAL


LAINNYA

A. Ditinjau Dari Segi Ilmu Sosial

Ditinjau dari segi ilmu sosial pengantar ilmu hukum adalah suatu mata pelajaran yang
merupakan pengantar kearah ilmu hukum.ilmu hukum ini termasuk ilmu sosial yang obyek
penyelidikannya adalah tingkah laku manusia dan masyarakat dalam berbagai
bentuknya,Oleh karenanya kedudukan pengantar ilmu hukum sejajar dengan ilmu-ilmu sosial
lainnya.

B. Ditinjau Dari Segi Disiplin Hukum

Ditinjau dari segi disiplin hukum,Pengantar ilmu hukum merupakan salah satu bagian dari
pada disiplin hukum bersama dengan:

1) filsafat Hukum yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan


mendasar dari hukum atau tentng hakikat dari hukum dan dasar-dasar bagi kekuatan
mengikat daripada hukum.
2) Politik hukum yaitu disiplin hukum yang mengkhususkan diri pada usaha
memerankan hukum dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan masyarakat tertentu.

Jadi kesimpulan dari Pengantar Ilmu hukum adalah sarana sarana meperkenalkan ilmu
hukum. sebagai sarana maka PIH ( Pengantar Ilmu Hukum) menunjukan ilmu hukum secara
keseluruhan.

Pengantar ilmu hukum mempelajari hukum dari segi ilmiahnya secara sentral dan
universal.dikatakan universal karena pandangannya adalah kepada hukum yang berlaku
kapan saja dan dimana saja tidak dibatasi dengan negara.

15
16

Anda mungkin juga menyukai