Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.

2, November 2012

STRATEGI PERBAIKAN PENGHASILAN PNS:


MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALITAS

STRATEGY IN IMPROVING CIVIL SERVANTS’ EARNINGS:


ENHANCING COMPETENCY AND PROFESSIONALISM

Ajib Rakhmawanto
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara
Jl. MayJend. Soetoyo 12 Cililitan Jakarta Timur
Email: ajib_mami@yahoo.com

(Diterima 11 Oktober 2012, direvisi 31 Oktober 2012, dterbitkan 14 November 2012)

Abstrak

Gaji merupakan salah satu motivasi bagi seorang pegawai untuk bekerja secara profesional, sedangkan bagi organisasi
gaji merupakan hak pegawai yang harus dibayarkan sebagai pemberi kerja. Oleh karena ini sistem penggajian harus
dikelola secara profesional dengan memperhatikan segala aspek yang ada. Adapun tujuan utamanya adalah untuk
mewujudkan kesejahteraan pegawai dan menciptakan efektifitas organisasi dalam mencapai tujuan. Sistem manajeman
penggajian PNS dalam instansi pemerintahan selama ini dipandang kurang profesional, karena tidak memacu
produktivitas pegawai, kurang adil baik secara internal maupun eksternal, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
layak PNS. Tulisan ini mencoba menawarkan pemikiran sebagai salah satu solusi bagi perbaikan sistem penggajian
PNS dalam birokrasi pemerintahan tersebut.
Kata kunci: penggajian, kompetensi, profesionalitas

Abstract

Salary is a motivation to an employee to work professionally. Meanwhile to an organization as the employer, it should
be given as an employee’s right. Therefore, the payment system should be managed professionally, by considering
all existing aspects. The main goal is to create employees’ welfare and organization’s effectiveness in achieving its
objectives. The recent civil servant payment management systems in government institutions are considered to be
less professional, since it fails to drive employees’ productivities, lack of internal and external fairness, and fails to
enable them a proper living fulfillment. This paper offers an idea of solution to improve civil servants’ payment system
in governmental bureaucracy.
Keywords: payment, competency, professionalism

PENDAHULUAN diharapkan juga untuk memberikan jaminan


hidup yang layak bagi dirinya dan keluarga.
Gaji merupakan pemberian Pernyataan ini mempertegas bahwa bagian
pem-bayaran finansial kepada pegawai dari tugas pemerintah untuk memberikan
sebagai balas jasa atas pekerjaan yang gaji yang adil dan layak bagi seluruh PNS.
telah dilaksanakan dan sebagai motivasi Gaji yang adil dan layak adalah gaji yang
atas segala pelaksanaan kegiatan di waktu diperoleh mampu memenuhi seluruh
yang akan datang. Pemberian gaji kepada kebutuhan hidup keluarganya, sehingga
Pegawai Negeri Sipil (PNS) hakikatnya PNS yang ber-sangkutan dapat memusatkan
di samping untuk memacu produktivitas, perhatian, pikiran, dan tenaganya hanya untuk

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 13


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

melaksanakan tugas yang dipercayakan dalam setahun hanya sekitar 100.000 formasi
kepadanya. Pengaturan gaji PNS yang PNS yang disediakan sedangkan angkatan kerja
memacu produktivitas dimaksudkan untuk mencapai tiga juta orang. Sedangkan PNS yang
meningkatkan kinerja guna menghasilkan mempunyai kompetensi di bidangnya minoritas,
output, outcome, dan kualitas PNS yang lebih hanya sekitar 5 persen dari total 4,7 juta PNS
baik. Sedangkan gaji yang layak di-maksudkan tersebut. Dilihat dari sisi jumlahnya PNS lebih
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dari cukup, namun dilihat dari keahlian dan
pokok yang dapat mendorong produktivitas kompetensinya masih sangat kurang. PNS
dan kreativitas kerja PNS. dilihat dari jumlahnya yang mencapai 4,7
Rendahnya produktivitas dan kinerja juta orang, relatif sangat banyak, tapi masih
pegawai antara lain disebabkan oleh lemahnya sangat sulit mencari yang kompeten, hal ini
fungsi pengawasan terhadap kinerja PNS, sebagaimana banyak dikeluhkan oleh sejumlah
belum sepenuhnya diterapkan sistem karier instansi peme-rintahan baik pusat maupun
berdasarkan prestasi kerja, rekrutmen Calon daerah tentang sulitnya mencari pegawai yang
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang tidak memenuhi kualifikasi dan keahlian khusus.
mendasarkan pada kompetensi, lemahnya Pemerintah seharusnya punya kewajiban moral
sistem diklat PNS, gaji yang belum memadai untuk menciptakan aparatur yang profesional
untuk hidup layak, dan lain sebagainya. dan kompeten melalui berbagai metode yang
Sementara itu, rendahnya kinerja pelayanan bisa diterapkan.
publik antara lain, disebabkan oleh belum Program perbaikan sistem peng-
diterapkannya standar mutu pelayanan gajian melalui kebijakan remunerasi PNS
publik secara konsisten, belum memadainya merupakan salah satu strategi peningkatan
sarana dan prasarana/fasilitas pelayanan, kinerja PNS, di samping ketrampilan, motivasi,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan produktivitas, kompetensi, dan disiplin pegawai
komunikasi (e-government) dalam pemberian dalam organisasi. Sejalan dengan hal itu,
pelayanan, dan akuntabilitas kinerja yang masalah perbaikan sistem penggajian guna
belum sepenuhnya diterapkan. Hal itu tentunya meningkatkan penghasilan PNS harus benar-
tidak sesuai dengan harapan masyarakat benar diperhatikan dan menjadikan prioritas
yang menginginkan pro-fesionalisme PNS utama bagi kebijakan pemerintah saat ini.
dalam memberikan pelayanan publik yang Oleh karena itu pemerintah diharapkan mampu
cepat, tepat, murah, transparan, dan tidak merancang sistem penggajian yang tepat,
diskriminatif. dalam arti sistem tersebut memiliki keadilan
Kompetensi PNS sebagaimana internal dan eksternal. Keadilan internal, yaitu
dikatakan Menpan dan RB terdapat sekitar pemberian gaji yang sesuai dengan tugas dan
95 persen dari total 4,7 juta PNS di Indonesia tanggungjawabnya. Artinya setiap pegawai
tidak memiliki kompetensi di bidangnya, jumlah yang mempunyai tugas dan tanggungjawab
tersebut sekitar 50 persen dari berbagai yang sama harus diberi gaji yang sama,
golongan belum memiliki kapasitas (Republika, sebaliknya bila tugas dan tanggungjawabnya
01 Maret 2012). Banyaknya PNS yang tidak berbeda juga diberikan gaji yang berbeda. Gaji
memiliki kompetensi dan kapasitas tersebut PNS saat ini relatif rendah, baik dibandingkan
disebabkan jumlah lapangan kerja dan dengan kebutuhan untuk hidup layak maupun
angkatan kerja yang tidak seimbang, dimana dibandingkan dengan gaji yang diterima oleh

14 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

pegawai BUMN maupun pekerja swasta, hal ini merupakan permasalahan yang sangat
apalagi kalau dibandingkan dengan gaji ironis bagi PNS.
pegawai pemerintah di negara-negara lain.
Sistem penggajian PNS sebagai-mana
yang diterapkan pada saat ini juga kurang bisa KOMPETENSI PNS
memacu kinerja dan produktivitas pegawai
karena; (1) Jumlahnya tidak memenuhi Kemampuan PNS merupakan
kebutuhan hidup layak yang mendorong pilar penyangga bangunan birokrasi dalam
terjadinya praktek KKN, (2) Struktur gaji dan penyelenggaraan pemerintahan. Untuk itulah
cara penetapan gaji yang tidak dikaitkan maka diperlukan adanya langkah-langkah
dengan bobot jabatan masing-masing pegawai, dalam upaya pengembangan orientasi
kompetensi dan prestasinya, (3) Besaran gaji, atau kualifikasi yang berhubungan dengan
khususnya untuk jabatan-jabatan manajerial kompetensi PNS yang dibutuhkan organisasi,
dan profesional yang jauh dibawah sektor agar PNS tersebut dapat berperan secara
swata dan rasio antara gaji yang terendah dan optimal dalam penyelenggaraan peme-
tertinggi terlalu kecil, yaitu hanya 1:3, (4) Sistem rintahan. Mulyasa (2003:38), mengadopsi
pensiun yang kurang menjamin kesejahteraan pendapat Mc Ahsan mengemukakan bahwa,
pegawai negeri setelah memasuki masa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and
pensiun. Selain itu, sistem penggajian PNS abilities or capabilities that a person achieves,
yang berlaku saat ini juga belum mencerminkan which become part of his or her being to the
perbedaan prestasi dan tanggung jawab yang extent he or she can satisfactorily perform
dilaksanakan oleh PNS secara baik. Melihat particular cognitive, affective, and psychomotor
kenyataan tersebut diatas, maka sudah behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan
selayaknya pemerintah segera memperbaharui sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
sistem penggajian PNS yang diterapkan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
selama ini. yang telah menjadi bagian dari dirinya,
Berbagai solusi dan cara sebenarnya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
telah ditempuh pemerintah untuk mewujudkan kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
kesejahteraan PNS seperti pada setiap sebaik-baiknya.
awal tahun, dimana pemerintah berupaya Sedangkan, Sofo (1999:123) menge-
menaikkan gaji PNS, bahkan pada masa mukakan bahwa “A competency is composed
pemerintahan Presiden Megawati, pemerintah of skill, knowledge, and attitude, but in
telah memberikan gaji ke-tigabelas bagi semua particular the consistent applications of those
komunitas PNS, termasuk bagi mereka yang skill, knowledge, and attitude to the standard
sudah pensiun. Namun kenyataannya kenaikan of performance required in employment”.
gaji tersebut belum mampu mengangkat Dengan kata lain kompetensi tidak hanya
kehidupan yang dianggap “layak” bagi PNS. mengandung pengetahuan, keterampilan dan
Apalagi kenaikan tersebut hanya berkisar 15 sikap, namun yang penting adalah penerapan
persen dari gaji pokok sebelumnya, dan apabila dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dikaitan dengan kondisi sebenarnya dimana yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan.
kenaikan gaji PNS tersebut selalu diikuti Dari kedua pengertian tersebut dapat dimaknai
dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, bahwa kompetensi merupakan karakteristik

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 15


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

pribadi seseorang yang menyangkut fungsi, sedangkan etika profesi merupakan perilaku
peran, tugas, keterampilan, kemampuan atau yang melekat pada setiap PNS. Oleh karena
sifat-sifat pribadi seseorang, yang mendasari itu untuk mendapatkan PNS yang profesional,
seseorang untuk mampu menunjukkan perlu ditetapkan standar kompetensi jabatan
suatu prestasi kerja yang baik dalam bidang PNS yaitu berupa persyaratan kompetensi
pekerjaan, peran dan situasi tertentu. minimal yang harus dimiliki oleh seorang PNS
Apabila diaplikasikan dalam tataran dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
birokrasi pemerintahan bahwa kompetensi
bagi PNS merupakan kemampuan dan
karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS PROFESIONALITAS PNS
yang akan digunakan untuk melakukan
pekerjaan negeri berupa pengetahuan, Profesionalitas berasal dari kata
keterampilan, sikap/perilaku untuk dapat profesi yang berartikan bahwa menunjukkan
melaksanakan tugasnya secara profesional, pada suatu pekerjaan atau jabatan yang
efektif, dan efisien. Di sinilah pentingnya menuntut keahlian tanggung jawab dan
melakukan pembinaan PNS yang merupakan kesetiaan terhadap pekerjaan itu. Profesional
bagian integral dari kepentingan publik untuk menunjukkan dua hal, yaitu orangnya dan
meningkatkan kualifikasinya sesuai dengan penampilan/kinerja orang itu dalam me-
tuntutan masyarakat. Siagian (1994:179) telah laksanakan tugas atau pekerjaan. Jadi
menegaskan pentingnya pembinaan kualitas profesionalisme adalah sesuatu yang
sumber daya PNS yang dianggap memegang merujuk pada derajat atau tingkat penampilan
posisi sentral dalam organisasi pemerintahan. seseorang sebagai seorang profesional dalam
Menurutnya pembinaan aparatur birokrasi melaksanakan profesi yang mulia. Arti profesi
harus mencakup faktor-faktor kualifikasi, juga dikemukakan oleh Sikun Pribadi, yang
keterampilan, jumlah, kemampuan pelak- menyatakan bahwa profesi itu pada hakikatnya
sanaan tugas, dan masa kerja. adalah suatu pernyataan atau suatu janji
Pembinaan aparatur negara ini terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan
tujuannya agar mendapatkan kualifikasi dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan
kompetensi PNS pada masing-masing dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa
bidangnya. PNS yang kompeten harus terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu (http://
memiliki wawasan yang luas, ahli dalam id.shvoong.­com). Profesionalisme hakikatnya
bidang tugasnya, memiliki jiwa untuk merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, serta
bersaing/kompetitif, jujur dan sportif, mampu kualitas suatu keahlian dan kewenangan
memandang masa depan, serta menjunjung berkaitan dengan pekerjaan yang menjadi
etika profesi. Profesionalitas PNS dalam tugas pokok sehari-harinya.
menjalankan tugasnya menunjukan bahwa Menurut Usman (2005:14), kata
kompetensi dan etika profesi merupakan profesional ini berasal dari kata sifat yang
basic prerequisite dari profesionalisme yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda
harus ditetapkan sebagai dasar dalam rangka yang berarti orang yang mempunyai keahlian
membangun profesionalisme PNS. Kompetensi khusus seperti, guru, dokter, hakim, dan
seorang PNS merupakan tolok ukur seseorang sebagainya. Sedangkan menurut Sujana,
untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu, pekerjaan yang profesional adalah pekerjaan

16 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang Sedangkan tenaga profesional
khusus dipersiapkan untuk itu, dan bukan menurut Almasdi (1996:101), adalah tenaga
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang yang benar-benar memiliki keahlian dan
karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain ketrampilan serta sikap mental terkendali
(dalam… Usman, 2005:14). Dari pengertian ini terpuji, juga dapat menjamin bahwa segala
dapat dimaknai bahwa suatu pekerjaan yang sesuatu dari perbuatan dan pekerjaannya
bersifat profesional memerlukan beberapa berada dalam kondisi yang terbaik dari
bidang ilmu yang secara sengaja harus penilaian semua pihak. Menurutnya, tenaga
dipelajari dan kemudian harus diaplikasikan profesional ini tidak dapat dinilai dari satu
bagi kepentingan umum. Atas dasar pengertian segi saja akan tetapi harus dari semua segi,
ini ternyata pekerjaan profesional berbeda di samping keahlian dan kerampilannya juga
dengan pekerjaan lainnya, karena profesi perlu diperhatikan mentalitasnya. Jika tenaga-
memerlukan kemampuan dan keahlian khusus tenaga profesional ini merupakan sebuah tim,
dalam melaksanakan tugas pro-fesinya. maka penilaian harus dilakukan terhadap
Menurut Ali (dalam… Usman, 2005:15), bahwa tenaga-tenaga anggota tim tersebut satu per
profesi ini memerlukan persyaratan khusus, satu. Ini untuk mengetahui apakah masing-
antara lain: masing anggota tim tersebut betul-betul
1. Menuntut adanya ketrampilan yang memiliki keahlian, ketrampilan, dan memiliki
berdasarkan konsep dan teori ilmu sikap mental terkendali dan terpuji. Apabila
pengetahuan yang mendalam. dari salah satu anggota tim ini berperilaku tidak
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam benar atau tidak terpuji, maka misi dari tim
bidang tertentu sesuai dengan bidang tersebut akan menjadi rusak dan citra mereka
profesinya. semuanya akan tercoreng.
3. Menuntut adanya bidang tingkat pendidikan Kemudian apa sebenarnya yang
yang mewadahi. dimaksud “PNS yang profesional” atau
4. Adanya kepekaan terhadap dampak lebih dikenal dengan istilah “profesionalitas
kemasyarakatan dari pekerjaan yang PNS”? Profesionalitas PNS merupakan
dilaksanakannya. kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu
5. Memungkinkan perkembangan sejalan keahlian dan kewenangan dalam memberikan
dengan dinamika kehidupan. pelayanan publik. Dalam pundak PNS menurut
Menurut Usman (2005:15), selain persyaratan Subandriyo dibebani tiga fungsi utama, yaitu;
tersebut menurutnya masih ada persyaratan PNS sebagai pelayanan publik, PNS sebagai
lagi yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan pelaksana pembangunan, dan PNS sebagai
yang tergolong ke dalam suatu profesi, antara pelindung masyarakat (Suara Merdeka,
lain: 29/11/04). Menurutnya profesionalisme PNS
1. Memiliki kode etik sebagai acuan dalam harus bermuara dari proses rekrutmennya,
melaksanakan tugas dan fungsinya. proses ini harus dilakukan secara transparan,
2. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, terbebas KKN, menjunjung tinggi asas
seperti dokter dengan pasiennya, guru keadilan dan kesetaraan, hal ini bila ditempuh
dengan muridnya. akan menghasilkan PNS yang kompeten
3. Diakui masyarakat karena memang dalam bidangnya. Proses uji kelayakan dan
diperlukan jasanya dalam masyarakat. kepatutan yang terbuka dan jujur berdasarkan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 17


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

kompetensi, keahlian, serta profesionalitas mengemban tugas berkaitan dengan


adalah merupakan faktor penentu utama penguasaan dan penerapan bidang ilmu
terpilihnya PNS yang berkualitas dan memiliki yang dimiliki.
integritas yang tinggi. Secara sederhana Affandi (2002:88),
Untuk dapat mewujudkan profesio- menyebutkan bahwa tingkat profesionalitas
nalisme PNS menurut Maarif (dalam… Affandi, seseorang dapat ditengarai dengan empat
2002:60), prinsip dasarnya adalah penerapan hal, yaitu ilmu, amal, etika dan tanggung
merit sistem dalam manajemen kepegawaian. jawab. Sedangkan ukuran profesional tidaknya
Penerapan merit sistem berimplikasi bahwa PNS yang memberikan pelayanan kepada
seluruh aspek dalam manajemen kepe- masyarakat dapat dilihat pada pelayanan yang
gawaian harus berbasis pada kinerja individu diberikan. Apabila pelayanan yang diberikan
PNS, misalnya: rekrutmen, pemanfaatan dan secara umum dapat memberikan kepuasan
penempatan, kenaikan pangkat, penggajian, kepada masyarakat yang dilayani, maka tidak
pelatihan, serta aspek-aspek lainnya. Lebih usah ragu untuk mengatakan pelayanan telah
lanjut dikatakan Maarif, ada beberapa ciri-ciri diberikan secara profesional. Sebaliknya,
khusus untuk melihat seorang PNS sebagai apabila masyarakat pada umumnya masih
aparatur negara bisa dikatakan profesional, mengeluh pelayanan yang diberikan, berarti
antara lain: memiliki wawasan yang luas dan perlu dilakukan peningkatan profesionalitas.
dapat memandang masa depan, memiliki Dari beberapa pengertian diatas dapat dimaknai
kompetensi di bidangnya, memiliki jiwa bahwa PNS yang profesional adalah PNS yang
kompetensi/bersaing secara jujur dan sportif, memiliki kemampuan dan keahlian khusus
serta benar-benar menjunjung etika profesi. dalam bidang tertentu (kompetensi), sehingga
Sedangkan Affandi (2002:88), melihat ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya
paling tidak ada empat ciri yang bisa ditengarai sebagai aparatur negara untuk melayani publik.
sebagai petunjuk atau indikator untuk melihat
tingkat profesionalitas seseorang:
1. Penguasaan ilmu pengetahuan se-seorang SISTEM PENGGAJIAN PNS
di bidang tertentu, dan ketekunannya
mengikuti perkembangan ilmu yang Mencermati Peraturan Pemerintah
dikuasai. Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji
2. Kemampuan seseorang dalam me- Pegawai Negeri Sipil yang telah tujuh kali
nerapkan ilmu yang dikuasai, khususnya diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
yang berguna bagi kepentingan sesama. Nomor 66 Tahun 2005, maka dapat dikatakan
3. Ketaatan dalam melaksanakan tugasnya bahwa sejak Tahun 1977 sampai dengan saat
dan menjunjung tinggi etika keilmuan, ini sistem penggajian yang diterapkan bagi PNS
serta kemampuannya untuk memahami adalah mengarah pada sistem skala gabungan
dan menghormati nilai-nilai sosial yang antara sistem skala tunggal dengan dengan
berlaku di lingkungannya. sistem skala ganda. Dalam sistem skala
4. Besarnya rasa tanggung jawab terhadap gabungan ini, gaji pokok ditentukan sama besar
Tuhan, bangsa dan negara, masyarakat bagi pegawai yang berpangkat sama, dan
keluarga, serta diri sendiri atas segala memiliki masa kerja golongan yang sama, di
tindak tanduk dan perilaku dalam samping itu juga adanya pemberian tunjangan

18 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

kepada pegawai yang memikul tanggung menentukan besaran gaji pada setiap tingkatan
jawab lebih besar terhadap pekerjaannya, golongan/jabatan juga belum memper-
serta mereka yang melak-sanakan pekerjaan timbangkan besaran gaji pada sektor swasta
lebih berat, dan mem-punyai prestasi yang atau BUMN lainnya, namun lebih ditentukan
lebih tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu oleh kecukupan dana APBN yang tersedia
dan memerlukan pemusatan perhatian serta untuk belanja pegawai, khususnya pada
pengerahan tenaga secara terus menerus. belanja untuk gaji dan tunjangan.
Hal ini tercermin adanya pemberian tunjangan Sistem penggajian seperti ini
jabatan atau tunjangan lainnya di samping gaji. sesungguhnya cukup sederhana, tetapi
Sehubungan dengan penerapan di dalam perjalanan selanjutnya sistem
sistem penggajian tersebut, maka dapat penggajian semacam ini tidak cukup memacu
dikatakan bahwa unsur-unsur yang dipakai pegawai untuk berprestasi, karena bagi mereka
sebagai dasar penentuan gaji belum didasarkan yang berprestasi dan yang tidak berprestasi
pada prinsip beban kerja (equal pay for tetap diberikan gaji pokok yang sama. Di
equal work). Hal ini terlihat dari penentuan samping itu sistem penilaian prestasi kerja
gaji pokok yang mendasarkan pada unsur yang digunakan, sebagaimana tertuang
pangkat, golongan dan masa kerja, tanpa dalam DP3 (Peraturan Pemerintah Nomor 10
memperhatikan sifat pekerjaan dan tanggung Tahun 1979), tidak mencerminkan ukuran atas
jawab. Pegawai diberikan gaji pokok yang prestasi kerja yang sesungguhnya, akan tetapi
sama bagi yang berpangkat dan golongan lebih banyak unsur penilaian yang sifatnya
yang sama, serta yang memiliki masa kerja dan kurang objektif (verbalistik).
golongan yang sama. Pangkat dan golongan Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya
sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang sistem penggajian yang berlaku saat ini
dimilikinya, tanpa melihat kompetensi dan sudah tidak sesuai lagi dengan kebijakan
tingkat kesulitan dari masing-masing jabatan kepegawaian sebagaimana diatur dalam Pasal
yang didasarkan atas pendidikannya tersebut. 7 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999.
Pada sistem penggajian skala Hal ini dikarenakan gaji yang adil dan layak
gabungan dalam menentukan struktur gaji diberikan kepada pegawai sesuai dengan
pokok mendasarkan pada 3 (tiga) hal yaitu beban pekerjaan dan tanggung jawabnya.
pangkat, golongan ruang dan masa kerja Kemudian dalam Pasal 17 Undang-Undang
golongan. Sedangkan untuk menentukan Nomor 43 Tahun 1999 tersebut, dinyatakan
struktur gaji pokok, juga memperhatikan pula bahwa PNS diangkat dalam jabatan dan
pendidikan dan masa kerja. Hal lain yang pangkat tertentu. Artinya setiap PNS akan
terkait dengan gaji adalah adanya kenaikan menduduki jabatan sesuai dengan beban
gaji regular atau kenaikan gaji berkala setiap kerja dan tanggung jawabnya, pengangkatan
2 (dua) tahun sekali. Pemberian kenaikan PNS dalam satu jabatan harus memenuhi
gaji berkala didasarkan pada penilaian syarat jabatan antara lain seperti kompetensi,
pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata keterampilan, pengetahuan, prestasi kerja dan
sekurang-kurangnya cukup. Kemudian yang lain-lain.
agak urgen, dalam menentukan besaran gaji Sehubungan dengan hal tersebut,
terendah belum didasarkan pada standar maka dipandang perlu segera mewujudkan
kebutuhan hidup layak, demikian juga dalam sistem penggajian yang adil dan layak sesuai

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 19


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

dengan beban pekerjaan dan tanggung sepantasnya mendapatkan hukuman (stick).


jawabnya, serta yang mampu memacu Untuk menerapkan strategi carrot and stick
produktivitas dan menjamin kesejahteraan secara optimal, maka sistem penggajian
PNS. Hal ini sebagaimana yang diamanatkan yang dipakai harus dibenahi secara bertahap
dalam pasal 7 Undang-undang Nomor 43 tahun sesuai dengan prinsip meritokrasi sehingga
1999, dengan menyiapkan sistem penggajian mencerminkan pro-porsionalitas dan prinsip
PNS yang memenuhi prinsip-prinsip adil dan keadilan.
layak, transparan dan yang dapat memacu Kenyataan tersebut sejalan dengan
peningkatan produktifitas serta yang dapat rumusan salah satu situasi yang paling
mengurangi korupsi. Dalam merancang sistem penting dalam menciptakan rangsangan
penggajian berbasis prestasi kerja perlu korupsi yaitu: para pejabat sektor publik
tahapan-tahapan yang harus dilakukan seperti mungkin mendapatkan insentif yang kecil
analisis jabatan (job analysis), evaluasi jabatan untuk melakukan pekerjaannya secara baik
(job evaluation), hirarki jabatan (job hierarchy) dan karenanya sogokan dijadikan sebagai
dan penilaian kinerja yang objektif, maka perlu pendapatan bonus, dan pemerintah mem-
disusun tahapan pelaksanaannya. berikan kemudahan keuangan maupun fasilitas
yang sangat besar pada pengusaha melalui
proteksi, pelelangan, privatisasi, dan pemberian
STRATEGI PERBAIKAN konsensi. Kondisi tersebut bertemu dengan
sebuah kenyataan lain di sektor swasta, yaitu:
Menurut Sapto Raharjanto, perusahaan swasta dan individu berupaya
penerapan Strategi “carrot” and “stick” dalam mengurangi biaya yang dibebankan pada
melakukan perbaikan penghasilan PNS perlu mereka oleh pemerintah (pajak, bea dan cukai)
dilakukan guna meningkatkan produktivitas dengan melakukan sogokan, dan sogokan
dan kompetensi PNS (http://tempatsampah dapat mengganti bentuk hukum seperti dalam
alice.­b logspot.com). Carrot adalah pen- proses bagaimana mempengaruhi kebijakan
dapatan netto untuk PNS yang mencukupi politik dan jual beli suara untuk memperoleh
untuk hidup dengan standar yang sesuai jabatan. Bertemulah persengkongkolan
dengan pendidikan, pengetahuan, kepe- korupsi, kolusi, dan nepotisme dimana aparat
mimpinan, pangkat dan martabatnya sehingga birokrasi merupakan salah satu aktor penting.
tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan Jika hal tersebut terus menerus terjadi maka
dengan tingkat pendapatan orang yang sama akan menjadi bom waktu dimana gaji yang
dengan kualifikasi pendidikan, kemampuan kecil akan memicu PNS ber-KKN yang me-
dan kepemimpinan yang sama di sektor nyebabkan rusaknya tatanan kehidupan
swasta. Pemberian carrot ini dimaksudkan berbangsa dan bernegara.
untuk meningkatkan konsentrasi PNS dalam Berdasar pertimbangan Peraturan
menunaikan kerjanya. Dengan demikian, Pemerintah Nomor 15 Tahun 2012 yang
pemerintah berkewajiban untuk memberikan mengatur perubahan gaji PNS dinyatakan
kompensasi yang memadai sebagai suatu bahwa kenaikan gaji yang dilakukan pemerintah
carrot. Jika carrot tersebut sudah diberikan dan adalah untuk meningkatkan daya guna dan
masih terdapat PNS yang korup, tidak produktiv hasil guna serta kesejahteraan PNS. Menurut
dan tidak efisien dalam kerjanya maka sudah Didik G Suharto, bahwa kebijakan kenaikan

20 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

gaji atau pemberian gaji ke-13 oleh pemerintah antar pejabat fungsional.
yang hampir tiap tahun direalisasi sedikit Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan
terbukti mampu meningkatkan kese-jahteraan untuk memperbaiki sistem penggajian PNS,
pegawai (http://www.solopos.com). Gaji ke 13 antara lain adalah;
misalnya dapat membantu keluaga PNS untuk 1. Menetapkan komponen penghasilan PNS
meringankan beban biaya pendidikan bagi tetap seperti yang berlaku pada saat ini.
putra putrinya, karena diberikan pada setiap Penghasilan yang diterimakan secara
bulan Juli yang merupakan waktu pendaftaran langsung meliputi;
sekolah. Lebih dari itu yang jelas bahwa a. Gaji pokok
masyarakat berharap dengan peningkatan b. Tunjangan Jabatan
gaji dan kesejahteraan PNS tersebut akan c. Tunjangan Keluarga
berimbas terhadap peningkatan kinerjanya. d. Tunjangan Pangan/beras
Di samping itu, PNS lebih terpacu dalam e. Tunjangan Prestasi Kinerja
memberikan pelayanan yang memuaskan f. Tunjangan Daerah
kepada publik. PNS juga diharapkan tidak g. Tunjangan lainnya sesuai dengan
tergoda untuk menyalah-gunakan kewenangan peraturan perundangan yang berlaku
demi kepentingan pribadi, asumsi bahwa Sedangkan penghasilan yang tidak
kenaikan gaji akan berpengaruh pada diterimakan secara langsung meliputi;
peningkatan kinerja dan kesejahteraan bagi a. Tunjangan Pajak
PNS tersebut. Untuk mengupayakan perbaikan b. Tunjangan pensiun/Iuran/subsidi
sistem penggajian PNS perlu dibangun melalui pembayaran pension
3 (tiga) tahapan strategi, yaitu; c. Tunjangan kesehatan/Iuran asuran-
si Kesehatan
Strategi Jangka Pendek (Short Term Strategy) d. Tunjangan lainnya sesuai dengan
Upaya sementara yang dilakukan peraturan perundangan yang ber-
sambil mempersiapkan sistem penggajian baru laku.
PNS, difokuskan pada; 2. Menyusun sistem penggajian dengan
1. Melakukan penyesuaian agar peng- menetapkan besaran gaji pokok PNS
hasilan meningkat sejalan dengan tingkat golongan ruang terendah (I/a) menjadi
inflasi. setara dengan standar kebutuhan hidup
2. Dalam menentukan besaran gaji harus layak (SKHL) dan menetapkan besaran
mempertimbangkan standar KHL dan gaji pokok pada setiap jenjang pangkat/
besaran gaji di sektor swasta atau BUMN, golongan ruang sesuai dengan gaji pada
baik itu dalam menentukan gaji pokok sektor swasta nasional dan BUMN dengan
terendah maupun besaran gaji pada tiap tetap menggunakan struktur penggajian
jenjang pangkat/jabatan. seperti dalam PP Nomor 7 Tahun 1977.
3. Mempertimbangkan tingkat konsumtif
daerah, karena daerah yang satu dengan Strategi Jangka Menengah (Middle Term
daerah yang lain tingkat biaya hidupnya Strategy)
berbeda. Untuk mewujudkan sistem penggajian
4. Mengurangi kesenjangan penghasilan yang mampu memacu produktivitas dan
antara penjabat struktural dan pejabat menjamin kesejahteraan PNS, maka langkah
fungsional, antar pejabat struktural dan
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 21
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

yang perlu dilakukan adalah: yang adil dan layak sesuai dengan beban
1. Menyusun sistem penggajian PNS pekerjaan dan tanggungjawabnya, serta
dengan mengakumulasi berbagai jenis yang mampu memacu produktivitas dan
penghasilan dengan menetapkan menjamin kesejahteraan PNS sebagaimana
komponen penghasilan menjadi 3 unsur di-amanatkan dalam UU No 43 Tahun 1999,
yaitu: maka langkah yang perlu dilakukan adalah
Penghasilan yang diterimakan secara “Menyusun sistem penggajian PNS yang
langsung meliputi: berorientasi pada merit sistem, dengan
a. gaji pokok menyusun sistem penggajian yang men-
b. tunjangan jabatan dan dasarkan pada nilai bobot pekerjaan sesuai
c. tunjangan prestasi kerja hasil evaluasi jabatan”. Untuk menyusun
d. tunjangan pangan sistem gaji tersebut hal-hal yang perlu
e. tunjangan keluarga dipersiapkan antara lain adalah :
Penghasilan yang tidak diterimakan 1. Melaksanakan evaluasi jabatan negeri
secara langsung meliputi: diseluruh instansi pemerintah
a. Tunjangan Pajak 2. Menyusun klasifikasi jabatan negeri
b. Tunjangan pensiun/Iuran/subsidi secara nasional
pembayaran pensiun 3. Melakukan penataan organisasi dan
c. Tunjangan kesehatan/Iuran asuransi formasi kebutuhan PNS secara rasional
Kesehatan 4. Penyempurnaan sistem pengadaan dan
Tiga komponen tersebut adalah merupakan pembinaan karier PNS
komponen dasar, karena di samping 5. Penerapan penilaian kinerja yang objektif
3 hal ini seorang PNS juga diberikan 6. Penyempurnaan sistem pensiun
tunjangan asuransi kesehatan, pensiun Sistem penggajian yang ideal tersebut
dan tunjangan pajak. memerlukan waktu beberapa tahun karena
2. Gaji pokok adalah merupakan gaji dasar berbagai persyaratan bagi sistem penggajian
yang diberikan berdasarkan pangkat dan yang didasarkan merit seperti klasifikasi
golongan ruang serta masa kerja yang jabatan, uraian jabatan, persyaratan jabatan
dimiliki. Dalam penentuan besaran gaji serta penilaian kinerja yang objektif, masih
pokok terendah berdasakan pada standar dalam penyiapan.
kebutuhan hidup layak sedangkan dalam
menentukan besaran gaji pada setiap
jenjang pangkat/golongan ruang di- PENUTUP
dasarkan pada gaji pada sektor swasta
atau BUMN. Untuk mewujudkan perbaikan sistem
3. Menetapkan pendistribusian menjadi penggajian PNS perlu dibangun strategi
3 komponen yaitu gaji pokok (60 %), di antaranya; (1) Melakukan penyesuaian
tunjangan jabatan (20 %) dan tunjangan besaran terkait dengan nilai nominal gaji yang
prestasi (20 %). diterima PNS setiap bulannya, hal ini karena
dipandang besaran nominal gaji PNS sangatlah
Strategi Jangka Panjang (Long Term Strategy) kecil sehingga perlu ditambah jumlahnya;
Untuk mewujudkan sistem penggajian (2) Secara internal sistem penggajian yang

22 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.2, November 2012

diterapkan belum mengakomodir keadilan Development, Perspective, Roles


dilihat dari beban kerja, tanggungjawab, and Practice Choice, Business and
resiko kerja, dan prestasi kerja, sehingga tidak Professional Publishing, Warriewood,
bisa memotivasi PNS untuk meningkatkan NWS.
produktivitas dan kompetensinya; (3) Secara Usman, M. Uzer. (2005). Menjadi Guru
eksternal kalau melihat standar gaji pegawai Profesional, Bandung: PT Rosda
swasta dan BUMN ataupun gaji Pegawai Karya.
Negeri di negara-negara lain dirasa masih jauh Republika, 01 Maret 2012.
dari nilai keadilan, karena nilainya yang sangat Suara Merdeka, 29 November 2004.
timpang dan tidak seimbang besarannya; (4) http://tempatsampahalice.blogspot.
Tingkat konsumtif daerah perlu dijadikan per- com/2011/10/reformasi-birokrasi-
timbangan untuk menentukan besaran gaji atau sebagai-solusi-bagi.html
tunjangan, karena di Indonesia antara daerah http://id.shvoong.com/social-sciences/
yang satu dengan daerah yang lain mempunyai education/2259664-pengertian-
tingkat kemahalan yang berbeda-beda; (5) Pola profesionalitas/#ixzz28yOVITjC
pemberian tunjangan yang lebih besar dari gaji http://www.solopos.com
pokok PNS harus dirubah dengan sebaliknya,
yaitu gaji pokok PNS harus lebih besar dari
pada tunjangan-tunjangan yang ada; (6) Faktor
kemampuan keuangan negara tidak relevan
dijadikan alasan untuk tidak memperbaiki
sistem penggajian PNS, karena selama ini
masalah kemampuan anggaran negara masih
sangat dominan dalam menentukan perubahan
sistem penggajian PNS.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, M. Joko (2002). Pegawai Negeri Sipil


Di Era Revolusi dan Otonomi, Jakarta:
Puslitbang BKN.
Almasdi, J. Suit. (1996). Aspek Sikap Mental
Dalam Manajemen Sumbar Daya
Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mulyasa,E. 2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Siagian, Sondang P. 1994. Patologi Birokrasi-
Analisis, Identifikasi dan terapannya,
Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sofo. Francesco. (1999). Human Resource

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 23

Anda mungkin juga menyukai