Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN GIPS

Penyusun :

Catur Suryanto (2007.508)


Elisabet Indah Lestari (2007.517)
Iman (2007.521)
Lutsia Itaning Gustari (2007.524)
Yohana Nataliya (2007.543)

AKADEMI KEPERAWATAN
NGESTI WALUYO
PARAKAN
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Asuhan Keperawatan Dengan gips.
Kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kelancaran
dalam pembuatan tugas ini :
a. Bapak Suwarsono SKM., S.Pd., selaku Direktur Akper Ngesti Waluyo
b. Bapak Prihanto., S.Kep Ns. selaku dosen pembimbing
c. Rekan-rekan mahasiswa Akper Ngesti Waluyo yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini
d. Pembaca yang budiman
Semoga dengan terselesaikannya pembuatan tugas ini dapat berguna khususnya
bagi mahasiswa Akper Ngesti Waluyo Parakan dan pembaca sekalian pada
umumnya.
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar nantinya bisa
menjadi lebih baik.

Parakan, 3 Juni 2009

2
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Gips dalam Bahasa Latin disebut kalkulus, dalam bahasa Inggris disebut
Plaster Of Pain, dan dalam bahasa belanda disebut Gips Powder, Gips merupakan
mineral yang terdapat dalam berupa batu putih yang mengandung unsure kalsium,
sulfat dan air.
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur
tubuh tempat gips dipasang(Brunner&Suddart,2000)
Gips adalah balutan yang ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian
tubuh dengan menggunakan bahan gips tipe plester atau fiberglas(Barbara
E,1999)
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang
terdapat dalam dengan formula khusus dengan plester atau fiberglas

B. Indikasi
1. Trauma
2. Gerakan plintir mendadak
3. Kontraksi otot ekstrem
4. Patologis :osteoporosis,neoplasma,dll
(Smeltzer S,1997)
C. Manifestasi
1. Nyeri
2. Imobilisasi
3. Konstiapsi
4. Kulit keriput paska pelepasan gips.

D. Klasifikasi
1. Gips lengan pendek
Gips ini dipasang memanjang dibawah siku sampai lipatan telapak
tangan dan melingkar erat di dasar ibu jari

2. Gips lengan panjang


Gips ini dipasang disisi lipatan ketiak sampai di sebelah proksimal
lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi lurus.

3
3. Gips tungkai pendek
Gips ini dipasang memanjang dari bawah lutut sampai dasr jari kaki.
Kaki dalam sudut tegak lurus dalam pasisi netral.

4. Gips tungkai panjang


Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha
sampai dasar jari kaki. Lutut harus sedikit fleksi.

5. Gips berjalan
Gips tunkai memanjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat
disertai telapak untuk berjalan.

6. Gips tubuh
Gips ini melingkar di batang tubuh.

7. Gips spika
Gips ini melibatkan melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau
dua ekstremitas.(gips spika tunggal dan ganda)

8. Gips spika bahu


Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku.

9. Gips spika pinggul


Gips ini melingkari batng tubuh dan saku ekstremitas bawah(gips
spika tunggal).

E. PATOFISIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh karena trauma, baik secara langsung atau tidak
langsung yang menyebabkan tulang dan jaringan sekitarnya rusak. Bila tulang
rusak maka parenkim dan pembuluh darah dalam korteks sumsum dan jaringan
lunak mengalami kerusakan juga. Perdarahan terjadi dari kerusakan ujung tulang
dan jaringan lunak.
Adalah pembengkakan oleh karena penimbunan eksudat hemoragik antara
tulang yang patah dan di bawah periosteum. Jaringan mati ini menimbulkan
rangsangan peradangan yang merupakan respon karakteristik dan vasodilatasi.
Cairan plasma dan leukosit, dan infiltrasi dari sel-sel darah yang nyata diantara
ujung-ujung tulang disertai sklerosis frakmen tersebut(Aston’s,1983:43).

4
F. Pathways

5
G. Tes Dignostik
1. Rongent,untuk menunjukkan lokasi fraktur dan dapat melihat
derajat/beratnya cidera.
2. Bone Scan, temogram Scan untuk validasi fraktur atau tulang
mengidentifikasikan jaringan lunak.
3. Anteriogram, dilakukan jika terjadi kerusakan vaskuler.
(Doengoes ,2000:773)

H. GIPS
1. Bahan-bahan gips
a. Plester
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus.
Kronolin diimpregnasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus(Kristal
gipsum0. Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas
(reaksi eksodermis). Kristalisasi menghasilkan pembalutan yang kaku.
Kekuatan penuh baru tercapai setelah kering, memerlukan waktu 24-72
jam untuk mongering (tergantung ketebalan dalam kelembaban
ruangan/lingkungan). Gips yang kering berwarna putih mengkilap,
berdenting, tidak berbau, dan kaku, sedangkan gips yang basah
berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak, serba lembab dan
berbau lembab.
b. Non plester
Secara umum gips fiber glass, bahan poliuretan yang diaktivasi
air ini mempunyai kelebihan karena lebih ringan dan lebih kuat, tahan
air dantidak mudah pecah, dibuat dari bahanrajutan terbuka, tak
menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai
kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.
c. Non plester berpori-pori
Sehingga masalah kulit dapat dihindari, gips ini menjadi lunak
jika terkena air, sehingga memungkinkan hidroterapi. Jika basah dapat
dikeringkan dengan pengering rambut ynag disetel dingin. Pengeringan
secara merata sangat penting agar tak melukai kulit.

6
2. Teknik pembuatan gips
Siapkan meja dan bentangan gaas(benang pembalut), diatasnya bubuhi
tepung gips. Tangan kiri memegang gulungan pembalut yang dibubuhi tepung
tadi. Hal ini dikerjakan sambil ditekan berulang-ulang, maksudnya agar
tepung masuk ke celah-celah benang pembalut(gaas), sehingga tebal tepung
gips dipergunakan gaas tadi kira-kira setengah mm.
Setelah iut diletakkan pembalut baru diatasnya, lalu dibumbuhi tepung
gips, gigosok seperti yang pertama tebalnya. Dalam mengerjakan pekerjaan
ini ujung dari gaas yang telah ditaburi dengan tepung gips, harus ditindihi
dengan benda berat dan ditegakkan, gunanya agar telapak tangan lebih mudah
menggosok tepung gips ke kiri dan ke kanan, hal ini dilakukan di atas gaas
tadi.
Bila sebagian pembalut tadi telah selesai, langsung digulung sampai
tergulung sempurna, tapi dalam penggulungan tidak boleh padat, harus
longgar dan cepat air masuk ke dalam bila direndam dalam air. Bila
pembuatan gips di atas adalah dipergunakan bilamana tidak ada gips yang
sudah jadi (plaster gips).

3. Persiapan pre pemasangan gips


a) RO Foto
b) Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien tentang:
o Perencanaan pemasangan gips
o Pelaksanaan
o Jelaskan guna gips
o Tujuan pemasangan gips
c) Persiapan alat-alat untuk pembuatan gips
o Pembalut kain kasa sepanjang 2,5m, lebarnya 5-15 cm
o Tepung batu putih
o Gunting perban
o Meja/bangku untuk pembalut gips
o Bata penidis
o Plester gips(siap digunakan)

7
4. Pemasangan gips
a) Persiapan alat-alat untuk pemasangan gips
1) Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan digips.
2) Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)
3) Baskom berisi air hangat
4) Gunting perban
5) Bengkok
6) Perlak dan lasnya
7) Washlap
8) Pemotong gips
9) Kasa dan tempatnya
10) Alat cukur
11) Sabun dan wadahnya
12) Handuk

13) Krim kulit


14) Spons Rubbs (terbuat dari bahan yang menyerap keringat)
15) Padding (pembalut terbuat dari kapas sintetis)

b) Teknik pemasangan gips


1) Siapkan pasien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan
2) Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips
3) Darah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci
dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberikan krim
kulit
4) Sokong ekstremitas / bagian tubuh yang akan digips
5) Posisikan dan pertahankan bagian yang akan digips dalam posisi yang
ditentukan oleh dokter selama prosedur
6) Pasang spons rubbs pada bagian tubuh yang akan dipasang gips,
pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan
bantalan / padding di daerah tonjolan tulang dan pada jalur saraf
7) Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam dalam beberapa saat
sampai gelembung-gelembung udara dari gips habis keluar. Selanjutnya
diperas untuk mengurangi jumlah air dalam gips
8) Pasang gips secara merata dalam bagian tubuh yang akan digips

8
9) Setelah selesai pemasangan haluskan tepinya, potong serta bentuk
dengan pemotong gips
10) Bersihkan partikel gips dari kulit yang terpasang gips
11) Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak
tangan

5. Alat-alat yang digunakan untuk pelepasan gips


a) Gergaji listrik/pemotong gips
b) Gergaji manual
c) Gunting besar
d) Baskom berisi air hangat
e) Gunting perban
f) Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang dibuka
g) Sabun dalam tempatnya
h) Handuk
i) Perlak dan alasnya
j) Waslap
k) Krim atau minyak

6. Teknik pelepasan gips


a) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
b) Yakinkan pasien bahwa pemotongan gips tidak akan melukai
kulit
c) Gips akan di belah menggunakan kater
d) Gunakan pelindung mata pada apsien dan petugas
e) Potong bantalan gips dengan gunting
f) Sokong bagian tubuh saat gibs dilepas
g) Cuci dan keringakn bagian yang habis digibs denagn lembut
menggunakan minyak atau krim
h) Ajarkan pada pasien secara bertahab melakukan aktivitas tubuh
sesuai terapi
i) Ajarkan pada pasien agar meninggikan ekstremitas

9
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data subyektif
a. Adanya rasa gatal atau nyeri
b. Adanya keterbatasan bergerak
c. Adanya rasa panas
2. Data Obyektif
a. Ada tidaknya luka pada bagian yang digips
b. Ada tidaknya pembengkakan pada daerah yang terpasang gips
c. Ada tidaknya bau atau cairan dari tubuh yang digips
d. Ada tidaknya sianosis
e. Ada tidaknya pembengkakan
f. Ada tidaknya iritasi kulit
g. Adanya perdarahan atau tidak

B. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan prosedur pemasangan
gips
2. Nyeri berhubungan dengan terpasangnya gips
3. Devisit perawatan diri berhubungan dengan terpasangnya gips
4. Gangguan eliminasi fekal (obstipasi) berhubungan dengan imobilisasi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan pemasangan
gips
6. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
respon fisiologi terhadap cidera

C. INTERVENSI
1. Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan prosedur pemasangan gips
Tujuan : cemas berkurang dan hilang
Intervensi
a) Beri penjelasan tentang tujuan dan prosedur pemasangan gips
Rasional. Mengurangi tingkat kecemasan pasien

10
b) Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan perasaannya
Rasional. Ekpresi pasien mengidentifikasikan perkembangan terapi
pasien, menetahui tingkat kecemasan pesien
c) Anjurkan keluarga atau orang terdekat untuk mengunjungi pesien
Rasional. Keluarga dan orang terdekat mempu memberi motifasiuntuk
kesembuhan
d) Anjurkan pasien untuk berdoa menurut agama dan kepercayaannya
Rasional. Doa memberi motifasi dalam diri pasien
2. Nyeri berhubungan dengan
terpasangnya gips
Tujuan : Meredakan atau menghilangkan nyeri
Interfensi
a) Kaji lokasi, sifat dan intensitas nyeri
Rasional . Nyeri dapat memberi petunjuk adanya komplikasi
b) Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam
peningkatan pemenuhan kebutuhannya
Rasional.
c) Ajarkan tehnik relaksasi dan destraksi
Rasional . Mengurangi nyeri
d) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhannya
Rasional. Keluarga adalah seseorang yaang mengetahui perkembangan
pasien selam 24 jam selain perawat
3. Defisit perawatan diri
berhubungan dengan terpasangannya gips
Tujuan : peningkatan perkembangan pemenuhan diri
Interfensi.
a) Beri pasien dalam memenuhi kebutuhannya seperti makan, mandi,
berpakaian, dan toileting selama diimobilisasi dalam alat traksi.
Rasional. Memenuhi kebutuhan pasien mulai dari imobilisasi dalam alat
traksi
b) Dekatka barang-barang keperluan sehari-hari agar mudah dijangkau
pasien.
Rasional. Memudahkan pasien memenuhi kebutuhannya
c) Ajarkan agar pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara bertahap.

11
Rasional. Meningkatkan harga diri dan latihan aktifitas

4. Gangguan eliminasi fekal


berhubungan dengan imobilisasi.
Tujuan : eliminasi fekal normal
Intervensi
a) Anjurkan pasien untuk melakukan mobilitas ditempat
Rasional. Untuk meningkatkan peristaltik usus
b) Bantu untuk menimgkatkan peristaltik usus, beri diet
tinggi serat
Rasional. Memudahkan buang air besar
c) Anjurkan pasien untuk mencukupi asupan cair 2500
ml/hari
Rasional. Cairan yang cukup dalam tubuh dapat menjaga konsistensi feses
menjadi normal
d) Kolaboras i pemberian obat pencahar
Rasional. Membantu melunakkan feses
5. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan adanya penekenan akibat gips
Tujuan. Mencegah dan menyembuhkan abrasi kulit
Intervensi
a) Sebelu
m pemasangan gips,laserasi dan abrasi kulit harus dirawat dahulu
Rasional. Mempercepat proses penyembuhan
b) anjurk
an kulit dicuci dan dirawat sebelum pemasangan gips.
Rasional. Mengobservasi apakah pemasangan terlalu ketat atau longgar
c) anjurk
an gips harus tetap dalam keadaan kering dan bersih
Rasional. Agar tidak merangsang timbulnya iritasi kulit dan akhirnya
infeksi
d) Mengo
bserfasi apakah pemasangan gipss terlalu longgar/ketat
Rasional :Agar tidak terjadi tidak menyeabbkan iritasi kulit

12
6. Resiko tinggi perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan respon fisiologis terhadap cidera/restriksi
Tujuan : mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi
a) Mengobservasi adanya pembengkakan atau tidak
Rasional. Hal ini dapat menurunkan asupan darah keekstremitas dan
kerusakan saraf perifer
b) Tinggikan daerah yang cidera
Rasional. Mengurangi edema dan melancarkan aliran darah balik.

c) Dorong pasien untuk menggerakan jari tangan/kaki


Rasional. Melancarkan aliran darah
d) anjurkan pasien untuk melakukan dorsofleksi ibu jari
kaki
Rasional. Mengkaji fungsi komponen,motoris saraf peronius
(Surratun,SKM.2008:39-45)

13
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC

Price,S.A.1994.patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2, vol 4.

Jakarta. EGC

Rep.DepKes.Indonesia,. 1995. Penerapan Proskep Pada Klien Dengan Gangguan

Muskuluskeletal. Jakarta. Ma

Smeltzer,S.A. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 3, Vol 8.

Jakarta.EGC

Suratun, S.Km.Dkk. 2008. Klien Gangguan Muskulusskeletal. Jakarta.EGC

14

Anda mungkin juga menyukai