Dimas Pratama Totti - Aet 1 - Paper
Dimas Pratama Totti - Aet 1 - Paper
PAPER
OLEH :
DIMAS PRATAMA TOTTI
200301045
AGROTEKNOLOGI 1
L A B O R A T O R I UM D AS A R P E M U L I A A N T A N A MAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA U T A R A
2021
KERAGAMAN GENETIK KONVENSIONAL TANAMAN
JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) UNTUK
MERAKIT VARIETAS UNGGUL
PAPER
OLEH :
DIMAS PRATAMA TOTTI
200301045
AGROTEKNOLOGI 1
Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
L A B O R A T O R I UM D AS A R P E M U L I A A N T A N A MAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA U T A R A
2021
Judul : Keragaman Genetik Konvensional Tanaman
Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) Untuk Merakit
Varietas Unggul
Nama : Dimas Pratama Totti
NIM : 200301045
Program Studi : Agroteknologi 1
Diketahui oleh :
Asisten Koordinator
(Sholahuddin Al Hasnan)
NIM. 170301157
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
Unggul” yang merupakan salah satu syarat untuk melengkapi komponen penilaian
mata kuliah Pemuliaan Tanaman Dasar , yaitu Ir. Hot Setiado, MS;
Luthfi A.M. Siregar, SP. M.Sc. P.hD ; Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS;
Dr. Emmy Harso Kardhinata, M.Sc; Dr. Diana Hanafiah ,SP. Mp;
Ir. Revandy I.M Damanik, M,Si. M.Sc. P.hD; Dr. Khairunnisa, SP. MP;
Hafnes Wahyuni, SP. MP; Rahmatika Alfi, SP. MP; serta kepada abang dan kakak
paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................1
Tujuan Penulisan..................................................................................................2
Kegunaan Penulisan.............................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman...................................................................................................3
Syarat Tumbuh.....................................................................................................4
Iklim..................................................................................................................4
Tanah................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
terutama dari segi luas areal. Namun keberhasilan dalam perluasan areal dari
tahun ke tahun, belum disertai peningkatan produktivitas. Tahun 1975 luas areal
jambu mete yang hanya 58.391 ha dengan produksinya 9.123 ton, tahun 2017
mencapai 506.752 ha dengan produksi sebesar 135.569 ton. Luas areal jambu
mete yang menghasilkan tahun 2012 di dunia adalah 5.313.435 ha (FAO, 2015).
dengan produksi tertinggi adalah Vietnam meskipun luasan arealnya hanya 305.791 ha.
yang belum mengikuti rekomendasi yang ada (Sudarto dan Putu, 2016).
mampu meraih devisa yang tinggi dari komoditas jambu mete. Pada tahun 2017,
ekspor jambu mete Indonesia sebesar 62.811 ton dengan nilai 175.728.000 US$
petani, terutama ketika terjadi perubahan iklim yang dapat menurunkan tingkat
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui tentang
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan dari paper ini adalah sebagai salah satu syarat
Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak
yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
vegetatif tanaman jambu mete terdiri dari akar, batang, dan daun sedangkan
bagian generatif terdiri dari bunga, buah, dan biji. Daun jambu mete berbentuk
telur, bagian ujung berbentuk bulat namun pada pangkalnya berbentuk runcing.
Jambu mete memiliki jenis daun tunggal dan memiliki letak tersebar di seluruh
Batang pohon jambu monyet memiliki bentuk yang tidak simestris dan
berwarna cokelat tua. Tangkai daunnya pendek, lonjong seperti telur dengan
(Dalimartha, 2000).
Akar yang dimiliki oleh tanaman jambu mete memiliki warna yang sama
seperti pada tanaman biasanya. Dimana akar tanaman jambu mete mempunyai
akar yang berwarna coklat.Tanaman jambu mente memiliki akar tunggang dan
akar serabut. akar tunggang menembus tanah menuju pusat bumi sampai pada
cabang, mempunyai daun pelindung berbentuk bulat telur dengan panjang 5-10
mm dan berwarna hijau. Kelopak bunga berambut dengan panjang 4-5 mm dan
berwarna hijau muda. Mahkota bunga berbentuk runcing, saat masih muda
berwarna putih setelah tua berwarna merah. Tipe buah berupa buah batu, keras,
panjang, melengkung, pipih dan berwarna putih. Akarnya berupa akar tunggang
Syarat Tumbuh
Iklim
pertumbuhan akan memberikan dampak yang baik pada pertumbuhan dan hasil
2.861 mm/tahun (1.300 – 2.900 mm/tahun) dengan bulan kering 4-5 bulan. Dari
aspek lahan dan iklim sangat penting dan perlu mendapat perhatian. Iklim kering
Penyambungan yang terbaik adalah pada kondisi musim hujan dengan suhu 23-
28oC dan kelembaban 90-98%. Pada kondisi kemarau hanya berhasil 40-50%
(Suryadi, 2010).
Tanah
Jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman jambu mete adalah tanah
latosol merah yang solumnya dalam, tanah alluvial, tanah laterit, tanah podzolik,
dan tanah regosol. Tanaman jambu mete dapat toleran terhadap jenis – jenis tanah
Tanah yang bercadas tidak dianjurkan untuk usaha tani jambu mete karena jenis
tanah tersebut tidak dapat ditembus oleh perakaran jambu mete sehingga
Indonesia, karena memiliki daya adaptasi yang sangat luas terhadap faktor
lingkungan. Tanaman jambu mente tahan terhadap kekeringan dan dapat tumbuh
serta menghasilkan buah walaupun ditanam di daerah yang kering dan tandus
(gersang). Jenis tanah lempung berpasir atau ringan pasir. yang juga
menahan air sehingga tanaman tetap cukup lembab pada musim kemarau atau
Tanaman jambu mete sangat cocok untuk diusahakan di lahan kering yang
tergolong marginal yang memiliki bulan kering panjang. Lahan marginal dapat
diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa
faktor pembatas jika digunakan untuk usaha perkebunan dan tidak semua jenis
tanaman perkebunan mampu tumbuh dan beradaptasi dengan baik di daerah ini.
Di Indonesia lahan marginal dijumpai baik pada lahan basah maupun lahan
kering. Lahan basah berupa lahan gambut, lahan sulfat masam dan rawa pasang
surut, sementara lahan kering berupa tanah Ultisol dan Oxisol (Suprapto, 2002).
KERAGAMAN GENETIK KONVENSIONAL TANAMAN
JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) UNTUK
MERAKIT VARIETAS UNGGUL
Dalam era market driven, semua proses produksi mengacu pada pemuasan
melibatkan opini dan kebutuhan konsumen. Demikian pula pada proses pemuliaan
tanaman, sejak satu dekade terakhir mulai berkembang konsep pemuliaan yang
beradaptasi dengan baik dan dapat diterima oleh pengguna, (2) perbaikan model
peningkatan efisiensi waktu dan biaya, (4) percepatan dalam penyediaan varietas
Pemuliaan Tanaman Formal / PTF (Formal Plant Breeding) yang dilakukan oleh
beradaptasi luas, terutama pada tanaman serealia semusim. Akan tetapi, pada
ternyata varietas hasil PTF sulit untuk beradaptasi. Hal ini disebabkan karena
diantaranya : (1) peneliti belum menaruh kepercayaan atas petani, (2) peneliti
berlaku dan bersifat tertutup dan khawatir otoritasnya terhadap materi pemuliaan
berkurang, (3) kesadaran petani untuk memperoleh kultivar unggul sesuai dengan
agroklimat dan kesukaan petani masih rendah, (4) lahan petani sangat sempit
sehingga petani tidak mau mengambil resiko gagal atas kultivar bahan percobaan
partisipasif yang berupa seleksi atau uji daya hasil galur, tidak didukung oleh
petani penggarap atau petani penyewa lahan, yang lebih mementingkan persentase
genotipe unggul yang adaptif terhadap lingkungan tumbuh setempat telah berhasil
membantu pemulia dalam memutuskan galur mana yang akan dilepas sebagai
unggul yang adaptif terhadap lingkungan dan sesuai dengan keinginan masyarakat
Salah satu cara untuk mengetahui berapa besar keragaman genetik dan
hubungan kekerabatan diantara koleksi plasma nutfah jambu mete adalah dengan
marka molekuler yang efisien dan cukup akurat. Marka DNA ini dapat digunakan
untuk digunakan dalam mengindikasi aksesi jambu mete koleksi plasma nutfah,
hasil persilangan atau yang berasal dari daerah lain tanpa menunggu tanaman
DNA. Hal seperti ini sering ditemui pada tanaman lain, di antaranya gambir
jambu mete sampai saat ini dan biasanya seleksi didasarkan pada ukuran
gelondong, sex rasio, jumlah buah per rangkaian dan produksi gelondong. Analisa
kekerabatan jambu mete berdasar sifat morfologi dan RAPD berguna untuk
(sebagai out-group kultivar) pada cluster terpisah dengan aksesi lain, dibanding
tinggi, namun mempunyai ukuran gelondong kecil. Oleh karena itu untuk melihat
kedekatan antar aksesi dapat didasarkan pada sub-karakter umum untuk lebih
efisien dalam melakukan pengamatan, namun demikian akan lebih baik bila
didasarkan pada total parameter, terutama bila informasi yang diinginkan untuk
jambu mete tersebut. Secara teori keragaman yang ditampilkan oleh sifat
morfologi setara dengan keragaman genetik tanaman dan berdasar sifat tersebut,
dapat digunakan untuk memilih tetua persilangan atau memprediksi tanaman yang
Jambu Mete
keragaman genetik dalam suatu populasi dan metode seleksi yang efisien untuk
terlibat dalam proses pewarisan sifat yang akan diperbaiki, seperti jumlah gen
yang berpengaruh, aksi dan efek gen, heritabilitas genetik, repeatability dan
dasar kerja yang utama untuk mencapai keberhasilan dari suatu metode pemuliaan
silang adalah metode seleksi massa, hibridisasi, dan mutasi. Pemuliaan jambu
agronomik yang meliputi ukuran biji, berat biji, warna dan ukuran buah semu,
kemajuan respon yang dapat diperoleh dari suatu seleksi. Adanya interaksi GxE
menguji interaksi GxE secara biometrik, dan (3) mengembangkan strategi seleksi
pada produksi tanaman yang rendah. Mutu benih dapat mengalami kemunduran
melembabkan benih dalam air memberikan hasil yang lebih baik pada kedua
tingkat mutu benih . penelitian tentang perlakuan invigorasi pada benih adas
dengan PEG menghasilkan nilai viabilitas yang paling baik namun pengaruhnya
kondisi yang tidak optimal, misalnya ditempatkan diruangan yang tidak optimum,
ruangan yang berkelembaban udara tinggi. Hal tersebut akan menyebabkan benih
mengalami penurunan vigor yang cepat sehingga waktu ditanam vigor kekuatan
yang rendah dengan cara memperlakukan benih sebelum ditanam. Pengaruh yang
maka kemunduran yang terjadi pada benih juga akan semakin besar. Alternatif
untuk mengatasi benih padi yang telah mengalami kemunduran mutu yaitu
sudah ada di lapangan), tanpa harus menanam ulang menurut persyaratan metode
adaptasi. Tanaman jambu mete merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat
diuji melalui metode observasi untuk memperoleh varietas unggul spesifik lokasi
Sebagai salah satu jenis tanaman tahunan yang baru menghasilkan sekitar
4-5 tahun setelah tanam, maka proses pemuliaan untuk merakit varietas unggul
jambu mete memerlukan waktu yang relatif lama. Sementara itu, kebutuhan benih
produtivitas nasional sangat mendesak dengan jumlah yang tidak sedikit. Dalam
unggul lokal dan atau yang diintroduksi dari luar tetapi telah beradaptasi dan
berkembang secara baik dari generasi ke generasi dalam waktu yang relatif lama
yang cukup lama antara 5-8 tahun. Umumnya tanaman ini diperbanyak secara
induk unggul yang jumlahnya saat ini masih terbatas. Salah satu upaya mengatasi
langsung adalah (1) waktu perbanyakan lebih cepat; (2) jumlah bibit yang
dihasilkan tidak terbatas; (3) bagian dari tanaman induk yang digunakan sebagai
eksplan lebih sedikit sehingga tidak merusak tanaman induk; (4) bebas hama dan
penyakit; (5) memerlukan lahan sempit; dan (6) genotipe sama dengan induknya
jaringan yang sudah tua dan tidak bersifat meristimatik, sehingga faktor
yang sulit karena jaringan yang mengandung getah. Gugurnya tunas dan daun
1. Salah satu cara untuk mengetahui berapa besar keragaman genetik dan
keragaman genetik dalam suatu populasi dan metode seleksi yang efisien
Saran
Jambu Mete dalam merakit varietas unggul. Selain itu diharapkan penulis juga
Cavalcanti, J.J.V., M.D.V. Resende, J.R. Crisostómo, L.M. Barros, dan J.R.
Paiva. 2007. Genetic control of quantitative traits and hybrid breeding
strategies for cashew improvement. Crop Breeding and Applied
Biotechnology 7 : 185-195.
Chipojola, F.M., W.F Mwase, M.B. Kwapata, J.M. Bokosi, J.P. Njoloma and
M.F. 2009. Morphological characterization of cashew
(Anacardium occidentale L.) in four populations in Malawi African.
Journal of Biotechnology. 8 (20) : 5173-5181.
Chahal, G.S. dan S.S. Gosal. 2002. Principles and Procedures of Plant
Breeding : Biotechnology and Conventional Approaches. Alpha Science
International Ltd., Harrow, UK. 603p.
Dalimartha, S., 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor. Trobus Agriwidya.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Pedoman Pengujian, Penilaian,
Pelepasan dan Penarikan Varietas Tanaman Perkebunan. Direktorat
Perbenihan dan Sarana Produksi. 67 hal.
FAO.2015.http://faostat.fao.org/site/567/DesktopDefault.aspx?
PageID=567#ancor. Diunduh tgl 30 April 2021.
Huaman, Z. and D.M. Spooner. 2002. Reclassification of landrace populations of
cultivated potatoes . American Journal of Botany 89: 947 – 965.
Lee, E.A., T.K. Doerksen, dan L.W. Kannenberg. 2003. Genetic components
of yield stability in maize breeding populations. Crop. Sci. 43 : 2018-2027.
Monyo, E.S., S.A. Ipnge, G.M. Heinrich, dan E. Chinhema. 2001. Participatory
breeding : Does It Make A Difference? Lesson from Nambian Pearl
Millet Farmers. In : Lilja, N., J.A. Asbhy, L. Sperling, and A.L. Jones
(eds.). Assesing the Impact of Participatory Research and Gender
Analysis. CGIAR. pp : 198-207.
Mneney, E.E., S.H. Mantel, dan M. Bennett. 2001. Use of random amplified
polymorphic DNA (RAPD) markers to reveal genetic diversity within and
between population of cashew (Anacardium occidentale L.). J. Hortic. Sci.
Biotechnol. 76 : 375-383.
Sperling, L., J.A. Ashby, M.E. Smith, E. Weltzein, dan S. McGuire. 2001.
A framework for analyzing participatory plant breeding approachs and
results. Euphytica 122 : 349-450.
Syafaruddin dan T.J. Santoso. 2011. Optimasi teknik isolasi dan purifikasi DNA
yang efisien dan efektif pada kemiri sunan (Reutalis trisperma
(Blanco) Airy Shaw). Jurnal Penelitian Tanaman Industri 17 (1): 11-17.
Samal, S., G.R. Rout and P.C. Lenka. 2003. Analysis of genetic relationships
between populations of cashew (Anacardium occidentale L.) by using
morpho- logical characterization and RAPD markers. Plant Soil
Environment 49(4): 176-182.
Suhartati. 2008. Pembiakan kultur jaringan pada jenis tanaman hutan. Mitra
Hutan Tanaman. 3(3):141-148.
Suhadi, O., 2007, Budidaya Jambu Mete, Azka Press, Indonesia, hal. 2-6.
Sukmadjaja, D. dan I. Mariska. 2003. Perbanyakan bibit jati melalui kultur
jaringan. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. 12 hal.