Oleh :
Rifaldy Ganda Gultom
200301295
AET-5
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Berat volume merupakan berat tanah yang terdapat
pada setiap satuan volume tanah. Di sini ruang pori
yang termasuk bagian volume tanah ikut
diperhitungkan. Namun, tanah sebelumnya telah dioven
untuk menghilangkan kandungan airnya.Berat volume
tanah sangat beragam, tergantung pada jenis fraksi
penyusun tanah dan cara penyusunan fraksi-fraksi
tersebut (tekstur dan struktur). Tanah di horizon A
biasanya memiliki berat volume antara 1,0 hingga 1,6
g/cm3 (kecuali tanah organik yang memiliki berat
volume kurang dari 0,1 g/cm3). Tanah yang bertekstur
sarang (porositas tinggi) akan memiliki berat volume
yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang
lebih pejal. Dengan demikian, horizon B biasanya
memiliki berat volume yang lebih besar dibandingkan
dengan tanah yang terdapat di horizon A. Tanah yang
memiliki berat volume lebih tinggi dari 1,6 g/cm3 akan
mengakibatkan pertumbuhan akar tanaman terhambat.
Perkembangan akar akan terhenti pada tanah yang
memiliki berat volume antara 1,7 hingga 1,9 g/cm3.
Pengenalan berat volume tanah ini sangat diperlukan
dalam menghitung berat massa tanah. Misalnya tanah
yang memiliki berat volume 1,2 g/cm3, maka berat
tanah tersebut per meter kubik adalah:
1,2 g/cm3 x (100 cm/m)3 /1000 g/Kg = 1200 kg/m3
Dengan demikian, berat 1 hektar lapisan olah tanah
(pada kedalaman 20 cm) pada tanah yang memiliki
berat volume 1,2 g/cm3 adalah:
1,2 g/cm3 x (20 cm x (100 cm/m)2 x 10.000 m2/Ha)
/1000 g/Kg = 2,4 Juta kg/Ha atau 2400 ton/hektar.
2. TINJAUAN PUSTAKA Bulk density adalah sifat fisik tanah yang penting
dibutuhkan untuk memperkirakan karakteristik air
tanah dan digunakan sebagai parameter untuk
kebutuhan air dan transportasi nutrisi. Evaluasi bulk
density yang dibutuhkan untuk mendapatkan perkiraan
yang tepat dari bahan organik tanah. Faktor seperti
kedalaman, kandungan bahan organik atau pemadatan
memiliki pengaruh pada nilai-nilai bulk density. Secara
keseluruhan, perbedaan dalam jumlah besar nilai bulk
density antara tanah disebabkan adanya perbedaan nilai
particle density. Variasi dalam nilai bulk density
dikaitkan dengan faktor-faktor struktural lainnya
seperti bahan organik. Data tekstur tanah digunakan
untuk memperkirakan nilai bulk density (Martin et al.,
2016).
Bulk density merupakan parameter yang paling
penting yang digunakan untuk menghitung
penyimpanan karbon organik tanah. Sebagai dasar sifat
fisik tanah, bulk density tidak hanya mempengaruhi
ketersediaan soil moisture dan
nutrisi, tetapi juga secara tidak langsung mencerminkan
kualitas tanah dan produktivitas. Bulk density adalah
parameter kunci untuk menghitung penyimpanan
karbon organik tanah, tetapi juga salah satu sumber
penting dalam memperkirakan penyimpanan karbon
organik pada skala besar (Xu et al., 2016).
Berat tanah disebut sebagai bulk density tanah, yang
merupakan ukuran yang dari berat (massa) dari tanah
per satuan volume daerah tanah, biasanya diberikan
secara oven-kering pada suhu 105-110oC dan
dinyatakan dalam g/cm3. Variasi dalam bulk density
disebabkan oleh proporsi relatif dan berat jenis partikel
organik dan anorganik padat dan porositas tanah.
Sebagian besar tanah mineral memiliki kepadatan
massa antara 1,0 dan 2,0 g/cm3. Pengukuran kepadatan
harus diketahui untuk menentukan sifat-sifat tanah
yang luas (kuantitatif) untuk seluruh profil tanah dan
lebih sesuai dengan kondisi lokal (Hossain et al., 2015).
Bulk density yaitu bobot padatan (pada kering
konstan) dibagi total volume (padatan dan pori), bulk
density mungkin lebih kecil dari 1 g/cm3 pada tanah
dengan kandungan bahan organik tinggi, bulk density
sangat bervariasi antar horizon tergantung pada tipe
dan derajat agregasi, tekstur dan bahan
organik tanah. Bulk density sangat sensitif terhadap
pengolahan tanah (Kurnia et al., 2006).
Bandi (2014) telah melakukan kajian mengenai
pengaruh lama penggenangan terhadap kualitas air dan
sifat fisik tanah andosol serta pertumbuhan tanaman
tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dimana nilai
kerapatan massa tanah yakni 0,59 g/cm3 dan nilai
kerapatan partikel tanah yakni 1,58 g/cm3, karena
adanya pengayakan dan penggerusan tanah sebelum
pemantapan tanah serta kandungan bahan organik yang
tinggi. Bulk density menunjukkan berat tanah kering
per satuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah).
Bulk density biasanya dinyatakan dalam satuan g/cc.
Bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang
pori total (total porosity) tanah dengan dasar bahwa
kerapatan zarah (particle density) tanah = 2,65 g/cc.
Bulk density Particle density x 100 = % bahan padat
tanah
% total porosity = 100 % - % bahan padat tanah.
Bulk density dapat digunakan untuk menghitung
berat tanah lapisan oleh per hektar. Bila bulk density
1,1 g/cc maka berat tanah 20 cm lapisan oleh setiap
hektar adalah:
= 100 m x 100 m x 20 cm x 1,1 g/cc = 100.000.000
cm2 x 20 cm x 1,1 g/cc
= 200.000.000 cc x 1,1 g/cc = 2.200.000.000 g
= 2.200.000 kg
(Hardjowigeno, 1993).
Kerapatan massa tanah menunjukkan perbandingan
berat tanah terhadap volume total (udara, air, dan
padatan) yang dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
ρb=Ms/Vt
dimana:
ρb= kerapatan massa tanah (gr/cm3)
Ms = massa tanah (gr)
Vt = volume total (cm3)
(Hillel, 1981).
Metode penentuan bulk density yang paling sering
dilakukan adalah dengan ring sample atau dengan
metode clod (gumpalan). Pada metode clod, gumpalan
tanah dicelupkan ke dalam cairan plastik kemudian
ditimbang biasa (di udara) dan di dalam air untuk
mengetahui berat dan volume dari clod tersebut
(Hardjowigeno, 1993).
Guna menentukan bulk density adalah untuk:
(1) Deteksi adanya lapisan padas dan tingkat
perkembangannya. Makin berkembang makin tinggi
bulk density.
(2) Menentukan adanya kandungan abu volkan dan
batu apung yang cukup tinggi. Tanah dengan
kandungan abu volkan/batu apung yang tinggi
mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc.
(3) Menunjukkan tingkat pelapukan batuan. Bulk
density turun dari 2,65 menjadi kurang dari 2, dengan
meningkatnya pelapukan karena terbentuknya pori-pori
tanah.
(4) Evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus
tanah. Pada tanah-tanah dengan bulk density tinggi
akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah
tersebut.
(5) Evaluasi perubahan volume tanah karena proses
pembentukan tanah, akibat penambahan dan pencucian
dari horison-horison tertentu (Hardjowigeno, 1993).
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan 1. Agregat Tanah
2. lilin (dicairkan)