Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi

inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri perut kanan

atas, nyeri tekan dan panas badan kolesistis menjadi penyebab 95% kasus

kolesistis akut. Kolesistis akut biasa terjadi pada wanita dengan kegemukan

dan diatas 40 tahun, namun tidak menutup kemungkinan semua golongan

untuk terkena penyakit ini. Sejauh ini belum ada data epidemiologis pendudu,

insidensi kolesistitis dinegara kita relative lebih rendah dibanding negara-

negara barat.

Factor yang memperngaruhi timbulnya serangan kolesistitis adalah

statsis cairan empedu, infeksi kuman dan iskema dinding kandung empedu.

Adapun penyebab lainnya antaranya : kepekatan cairan empedu, kolesterol,

lisolesitin dan progstaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung

empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi. Kolesistitis dapat terjadi

sebagai akibat dari jejas kimiawi oleh sumbatan batu empedu yang menjadi

predesposisi terjadinya infeksi atau dapat pula terjadi karena adanya

ketidakseimbangan komposisi emepedu seperti tingginya kadar garam empedu

/ asam empedu, sehingga menginduksi terjadinya peradangan akibat jejas

kimia.

1
B. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang

gangguan pencernaan khususnya kolesistitis. Penulis berharap pembaca

mengerti akan pengertian anatomi dan fisiologi, penyebab, tanda dan gejala,

pemeriksaan dan lain-lain

C. Sasaran

Makalah ini penulis persembahkan kepada semua pembaca khususnya

mahasiswa Akper Ngesti Waluyo Parakan.

2
ANATOMI DAN FISIOLOGI

Anatomi dan fisiologi

Kandung emepedu adalah sebuah kantong berbentuk seperti terong dan

merupakan membrane berotot, letaknya di dalam sebuah lekukan disebelah

permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya, panjangnya 8 – 12 cm.

Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher dan terdiri atas

tiga pembungkus:

- Di sebelah luar pembungkus serosa peritoneal

- Di sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris

- Di sebelah dalam membrane mukosa yang bersambung dengan saluran

empedu.

Membran mukosanya memuat sel epitel silinder yang mengeluarkan secret

mesin dan cepat mengabsoprsi air dan elektrolit, tetapi tidak garam emepedu atau

pigmen, maka karena itu empedunya menjadi pekat.

3
Kandung empedu berfungsi sebagai tempat persediaan getah empedu, juga

melakukan fungsi penting yaitu getah empedu yang tersimpan didalamnya dibuat

pekat.

Didalam waktu setengah jam setelah makanan masuk segera sesudah sfinkter oddi

mengendor untuk mengizinkan getah empedu masuk duodenum, kandung empedu

berkontraksi. Demikianlah maka aliran getah empedu tidak kontinyu tetapi sesuai

dengan selang pencernaan bila makanan masuk duodenum.

Susunan dan fungsi getah empedu

Getah empedu adalah cairan alkali yang disektatkan oleh sel hati. Jumah

yang setiap hari dikeluarkan dalam seorang ialah dari 500 sampai 1.000 ccm.

Sekresinya berjalan terus-menerus tetapi jumlah produksinya dipercepat sewaktu

pencernaan, khususnya sewaktu perncernaan lemak 80% dari getah empedu terdiri

atas air, garam empedu, pigmen empedu, kolesterol musim dan zat lainnya.

Fungsi kholateretik menambah secret empedu. Fungsi kholagogi menyebabkan

kandung empedu mengosongkan diri.

Pigmen empedu ( ubar empedu) pigmen ini dibentuk didalam sistim

ratikula ardatalium (khususnya limpa dan sum-sum tulang ) dari pecahan

hemoglobin yang berasal dari sel darah merah yang rusak dan yang dialirkan

kehati dan kemudian dieksreksikan kedalam empedu. Ubar ini diantarkan oleh

empedu ke usus halus. Beberapa menjadi starkolobin yang mewarnai fases dan

beberapa diabsorpsi kembali oleh aliran darah dan membuat warna pada urine,

yaitu urobilin. Ubar empedu hanya merupakan bahan ekskresi dan tidak

4
mempunyai pengaruh atas pencernaan garam empedu bersifat digastif dan

memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah lemak. Garam empedu juga

membantu pengasorpsian lemak yang telah dicernakan (glisarin dan asam lemak)

dengan cara menurunkan tegangan pemulihan dan memperbesar daya tembus

andotolium yang menutupi vili usus

5
BAB II

ISI

KOLESISTITIS

(Radang Kandung Empedu)

A. Pengertian

- Kolesistitis adalah inflamasi kandung empedu (Suzanne C. smeltzer dan

Brenda G. bare. 2001 : 2004).

- Kolesistitis adalah inflamasi dinding kandung empedu yang disertai

keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan (prof. dr.

H.M. Sjaifoellah Noer: 1996)

- Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi

inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri keluhan

perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan ( www.google.com)

B. Etiologi

Penyebab terjadinya kolesistitis adalah statis cairan empedu, infeksi

kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Bagaimana stasis di duktus

sistitis dapat menyebabkan kolesistitis dalam belum jelas. Banyak factor yang

berpengaruh seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan

prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti

oleh reaksi inflamasi dan supurasi.

Selain factor-faktor di atas kolesistitis dapat terjadi juga pada pasien

yang dirawat cukup lama dan mendapat nutrisi secara parentesal pada

6
sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu disaluran emepedu atau

merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam tipoid dan IOM

(Prof. dr. H.M. Sjaifaoellah Noer).

C. Klasifikasi Kolesistitis

Jenis kolesistitis dapat dibagi menjadi 2 menurut waktu timbulnya penyakit,

yaitu:

1. Kolesistitis Kalkulus

Terdapat pada lebih dari 90% pasien kolesistitis akut. Pada kolesistitis

kalkulus, batu kandung emepdu menyumbat saluran keluar empedu.

Getah emedu yang tetap berada pada kandung empedu akan menimbulkan

suatu reaksi kimia: terjadi otolisis serta edema, dan pembuluh darah

dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga suplay vaskulernya

terganggu. Sebagai konsekuensinya dapat terjadi gangrene pada kandung

empedu disertai perforasi. Bakteri kurang berperan dalam kolesistitis

akut, meskipun demikian, infeksi sekunder oleh E. coli dan kuman enteric

lainnya terjadi pada sekitar 40% pasien.

2. Kolesistitis Akalkulus

Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh

batu emped. Kolesistitis akulkulus timbul sesudah tindakan bedah mayor

trauma brat atau luka baker. Factor-faktor lain yang berkaitan dengan tipe

kolesistitis ini mencangkup obstruksi duktus sistikus akibat terinfeksi

primer bacterial pada kandung empedu dan tranfusi darah yang dilakukan

berkali-kali kolesistitis akalkulus diperkirakan terjadi akibat visceral.

7
Kejadiannya yang menyertai tindakan bedah mayor atau trauma

mempersulit penegakan diagnosis keadaan ini.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala untuk kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas

serta kenaikan panas tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak /

scapula kanan dan dapat berlangsung selama 60 menit tanpa reda. Pada

pemeriksaan fisi teraba masa kandung empedu, nyeri tekan. Pemeriksaan

laboratorium menunjukkan adanya leukosistesis serta kemungkinan

peninggalan serum transaminase dan fostatase alkali.

E. Pathofisiologi

Ada 2 tipe utama batu empedu: batu yang terutama tersusun dari

pigmen dan batu yang terutama tersusun dari kolesterol.

Batu pigmen kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak

terkontinyugasi dalam emepdi mengadakan presipitasi (pengendapan)

sehingga terjadi batu. Batu ini bertanggung jawab atas sepertiga dari pasien-

pasien batu empedu di Amerika Serikat. Resiko terbentuknya batu semacam

ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan

bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan

operasi.

Batu kolesterol bertanggung jawab atas sebagian besar kasus yaitu

emedu lainnya di Amerika Serikat. Kolesterol yang merupakan unsure normal

8
pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung

pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien

yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintosis asam

empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati : keadaan ini

mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian

keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu

yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu

empedu dan berperan sebagai irisan yang meyebabkan peradangan dalam

kandung empedu.

F. Test diagnostic

Pemeriksaan untuk mengetahui adanya radang pada kandung empedu

atau kolesistitis adalah :

1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Sebaiknya dilakukan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk

memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu

dan saluran empedu ekstra hepatic. Nilai kepekatan dan ketetpatan USG

mencapai 90 – 95%.

2. Skintigrafi saluran empedu

Mempergunakan zat radioaktif HIDA atau ggn TC6 Iminodiaretic acid

mempunyai niai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini tidak mudah.

Terlihatnya gambaran duktus koledokus tenpa adanya gambaran kandung

9
empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat

menyokong kolesistitis akut.

3. Pemeriksaan CT scan abdomen.

Kurang sensitive dan biayanya mahal tapi mampu memperlihatkan

adanya abses perikolestik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat

pada pemeriksaan USG.

G. Penatalaksaan

1. Penatalaksanaan penduung dan diet

 Istirahat yang cukup

 Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda.

 Berikan diit makanan cair rendah lemak dan karbohidrat

 Pemberian buah yang masak, nasi / ketela, daging tanpa lemak,

kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas,

roti,kopi atau teh.

 Hindari telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bubu-bumbu

berlemak.

2. Farmakoterapi

 Diberikan asam ursodeoksikolat (uradafalk) dan kerodeoksikolat

(chenodical, chenofalk digunakan untuk melarutkan batu empedu

radiolusen yang berukuran kecil terutama terbentuk dari kolesterol

10
 Mekanisme kerja ursodeoksikolat dan konodeoksikolat adalah

menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga

terjadi desaturasi getah empedu

 Diperlukan terapi selama 6 hingga 12 bulan untuk melarutkan batu

empedu dan selama terapi keadaan pasien dipantau terus.

 Dosis yang efektif bergantung pada berat pasien, cara terapi ini

umumnya dilakukan pada pasien yang menolak pembedahan atau

yang dianggap terlalu beresiko untuk menjalani pembedahan.

 Obat-obatan tertentu lainnya seperti estrogen, kontrasepsi oral,

klofibrat dan kolesterol makanan dapat menimbulkan pengaruh

merugikan terhadap cara terapi ini.

H. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan / spasme dutus. Proses implamasi istemik

jaringan / naktosis.

 setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam masalah nyeri sudah dapat

teratasi dengan criteria hasil.

 Melaporkan nyeri hilang / terkontrol

 Menunjukkan penggunaan ketrampilan dan aktivitas hiburan sesuai

indikasi untuk situasi individual.

Intervensi :

a) Observasi dan catat lokasi (sala 0 – 10) dan karakter nyeri rasionalnya:

mambantu membedakan penyebab nyeri.

11
b) Nyeri respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.

Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin

c) Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang

nyaman.

Rasionalnya : tirah baring pada posisi fawler rendah menurunkan

tekanan intra abdoman.

d) Gunakan sprei halus / katun : kompres dingin / lembab sesuai indikasi

Rasionalnya : menurunkan iritasi kulit kering dan sensasi gatal

e) Kontrol suhu lingkungan

Rasionalnya : dingin di sekitar ruangan membantu meminimalkan

ketidaknyamanan kulit.

f) Dorong menggunakan teknik relaksasi.

Rasionalnya : meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian.

2. kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan proses

pembekuan

 setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam kekurangan

volume cairan dapat diatasi dengan criteria hasil :

Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital

stabil, membrane mukosa lembab.

 Intervensi

a) Hindarkan dari lingkungan yang berbau

Rasionalnya : menurunkan rangsangan dari pusat muntah.

b) Pertahankan masukan dan haluaran akurat.

12
Rasionalnya : memberikan informasi tentang status cairan/volume

sirkulasi dan kebutuhan penggantian.

c) Pertahankan pasien puasa sesuai keperluan.

Rasionalnya : menurunkankan sekresi dan mutilitas gaster.

d) Berikan cairan iv, elektrolit dan vitamin A.

Rasionalnya : mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki

ketidakseimbangan.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

muntah akibat kolesistitis.

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam nutrisi

kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil :

a. Melaporkan mual / muntah hilang

b. Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan

Intervensi

a. Perkiraan / hitung pemasukan kalori

Rasional : menidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi

b. Kaji distensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati, menolak

bergerak.

Rasional : tanda non-verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan

gangguan pencernaan.

c. Berikan garam empedu contoh: biliran, zanchoi sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan pencernaan dan absorbsi lemak

13
d. Diberikan dukungan nutrisi total sesuai kebutuhan

Rasional : makanan pilihan tergantung pada derajat

ketidakmampuan / kerusakan kandung empedu

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tahu tentang

penyakitnya

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam kurang

pengetahuan dapat diatasi dengan criteria hasil :

a. Menyatakan perubahan pola hidup dan berpartisipaso dalam

program pengobatan.

b. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartipasi dalam program

pengobatan.

Intertevensi :

a. Kaji ulang proses penyakit / prognosis

Rasional : memberikan dasar pengetahuan kepada pasien.

b. Berikan penjelasan lalasan tes dan persiapannya.

Rasional : informasi menurunkan cemas, dan rangsang

simpatis.

c. Diskusikan program penurunan berat badan bila diinginkan

Rasional : penurunan berat badan menguntungkan dalam

manajemen medik terhadap kondisikionis.

d. Anjurkan istirahat pada posisi semifawler setelah makan

Rasional : meningkatkan aliran empedu dan relaksasi umum

selama proses pencernaan awal

14
PENUTUP

Kolesistitis adalah radang pada kandung empedu yang merupakan reaksi

inflamasi akut dinding kandung empedu disercal keluhan nyeri perut kanan

bawah, nyeri tekan dan panas badan.

Kolesistitis dapat disebabkan oleh statis cairan empedu infeksi kuman dan

iskemia dinding kandung empedu, penyebab lainnya sepertu kepekatan cairan

empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa

dinding kandung empedu.

Jenis kolesistitis dapat dibagi menjadi 2, yaitu kolesistitis kalkulus dan

kolesistitis akulkulus. Test diagnostic pada kolesistitis dilakukan dengan cara

pemeriksaan ultrasonografi (USG) skintigrafi saluran empedu, pemeriksaan C

scan abdomen

15
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Noer, Sjaifoellah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. HKUI: Jakarta

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta

Smeltzer, Suzanne c, dkk. 2001. Keperawatan medical bedah EGC: Jakarta

www.geogle.com

16

Anda mungkin juga menyukai