Uas Penyakit Akibat Kerja
Uas Penyakit Akibat Kerja
Oleh:
SHABRINA FIRSTA AULIA
101611133056
Peminatan K3 2019
a. Judul Artikel: Tangan Kanan Diamputasi Akibat Tersengat Listrik Saat Bekerja,
BPJS Ketenagakerjaan Cabang Duri Berikan Santunan JKK
b. Korban: Khairul Arman (Karyawan PT. Buana Cipta Perkasa)
c. Waktu dan Lokasi: Kota Duri, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau..
Bulan Agustus 2016
d. Kecacatan: Tangan kiri mengalami cacat fungsi (diamputasi)
e. Santunan BPJS: - Biaya pengobatan Rp 224.097.000
- Santunan kecacatan Rp 112.140.000
"JKK diberikan bagi korban kecelakaan kerja baik di dalam, di luar maupun di lalu
lintas (jalan raya, red) yang masih dalam kepentingan perusahaan atau tempat kerja
dan terlindungi oleh program BPJS Ketenagakerjaan. Kepada seluruh perusahaan
atau badan usaha di wilayah Kabupaten Bengkalis, untuk memberikan perlindungan
bagi karyawannya melalui BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan amanat Undang-
Undang," bebernya.
Selain itu, dalam deskripsi kasus juga tidak disebutkan besaran upah yang
diterima oleh korban. Sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan terkait kesesuaian
besaran tunjangan kecelakaan dan kecacatan yang diterima dengan peraturan yang
ditetapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Kerja
Dari ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa bekerja adalah suatu
aktivitas yang didorong dengan harapan mendapatkan hasil akhir berupa kebutuhan
hidup yang dapat membuat individu tersebut mendapatkan kepuasan yang lebih dari
sebelumnya.
Kecelakaan disebut kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan.
Kecelakaan dapat terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Sedangkan menurut Frank E. Bird Jr dalam Aryantiningsih (2016),
kecelakaan pada perusahaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat
mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Keadaan itu biasanya
terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi
ambang batas atau struktur. Adanya perkembangan pembangunan menimbulkan
konsekuensi peningkatan intensitas kerja yang mengakibatkan peningkatan risiko
kecelakaan di lingkungan kerja. Menurut Internasional Labour Organization (ILO),
kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh 3 faktor diantaranya: factor
manusia, factor pekerjaan serta factor lingkungan di tempat kerja.
1. Nyaris celaka (near miss accident), secara fisik seorang pekerja belum
mengalami kecelakan, tetapi akibat dari suatu keadaan atau tindakan yang
mengarah terhadap terjadinya kecelakaan
2. Kecelakaan ringan (minor accident), kecelakaan ringan sering juga disebut
first aid accident yakni kecelakaan yang cukup dibantu dengan pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K)
3. Kecelakan berat (serious accident), kecelakaan yang berakibat timbulnya
korban meninggal.
BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut Silalahi (1991), tata cara pelaporan kecelakaan kerja terdiri dari:
1. Pelaporan Kecelakaan
Semua kecelakaan dan kejadian-kejadian yang berbahaya perlu dilaporkan
kepada pihak supervisor dan selanjutnya supervisor mengambil langkah
antara lain:
a. Memberikan bantuan pengobatan bagi yang terluka atau cidera
b. Memperbaiki kondisi yang berbahaya
c. Mengisi laporan kecelakaan
d. Memberikan laporan singkat kepada atasan secepat mungkin
2. Pengobatan
Seseorang yang terluka atau cidera pada jam kerja harus segera
memberitahukan dan melapor ke unit K3. Seseorang tang terluka atau cidera
di luar jam kerja, segera memberitahukan kepada supervisor yang akan
mengatur pengobatannya sebagai tindakan awal usaha pertolongan pertama.
3. Cidera ringan
Orang yang cidera harus melapor pada supervisor yang akan mengatur
pertolongan pengobatan serta mencatat dalam pelaporan kecelakaan.
Meskipun kecelakaan yang terjadi hanya ringan, tetapi laporan harus tetap
dibuat agar dapat diambil langkah pencegahan supaya kejadian tersebut tidak
terulang kembali. Dengan demikian, dapat mendidik pekerja agar memenuhi
kewajibannya untuk melaporkan setiap kecelakaan pada atasan.
4.2 Sistem Pelaporan Kecelakaan Kerja Menurut Undang-undang
(1) Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib melaporkan Kecelakaan Kerja
atau penyakit akibat kerja yang menimpa Pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dan
instansi setempat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan laporan tahap I yang
disampaikan dalam jangka waktu paling lama 2 x 24 jam sejak terjadi Kecelakaan
Kerja atau sejak didiagnosis penyakit akibat kerja dengan menggunakan formulir
Kecelakaan Kerja tahap I yang telah ditetapkan.
(3) Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib melaporkan akibat Kecelakaan
Kerja atau penyakit akibat kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi setempat
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan laporan tahap II yang
disampaikan dalam jangka waktu paling lama 2 x 24 jam sejak Pekerja dinyatakan
sembuh, Cacat, atau meninggal dunia berdasarkan surat keterangan dokter yang
menerangkan bahwa: a. keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir; b.
Cacat total tetap untuk selamanya; c. Cacat sebagian anatomis; d. Cacat sebagian
fungsi; atau e. meninggal dunia.
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekaligus merupakan pengajuan
manfaat JKK kepada BPJS Ketenagakerjaan dengan melampirkan persyaratan yang
meliputi: a. Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan; b. Kartu Tanda Penduduk; c. surat
keterangan dokter yang memeriksa/merawat dan/atau dokter penasehat; d. kuitansi
biaya pengangkutan; e. kuitansi biaya pengobatan dan/atau perawatan, bila fasilitas
pelayanan kesehatan yang digunakan belum bekerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan; dan f. dokumen pendukung lainnya apabila diperlukan.
(6) Apabila persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah lengkap, BPJS
Ketenagakerjaan menghitung dan membayar manfaat JKK kepada yang berhak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Apabila persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) belum lengkap, BPJS
Ketenagakerjaan memberitahukan kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak laporan akibat Kecelakaan Kerja atau penyakit
akibat kerja tahap II diterima.
(8) Mekanisme pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) dapat
dilakukan baik secara manual dan/atau elektronik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan