TINJAUAN TEORI
A. Literatur Review
1. Pengertian Intra Uterine Device (IUD)
Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014). Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015).
Intra Uterine Device (IUD) adalah salah satu alat kontrasepsi modern
yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa
aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplementasi
dalam uterus (Hidayati, 2009). AKDR adalah suatu alat untuk mencegah
kehamilan yang efektif, aman dan refersible yang terbuat dari plastik atau
logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melalui kanalis servikalis
(Imelda, 2018).
Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang
terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan di masukkan ke dalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang (Handayani, 2010).
Intra Uterine Device (IUD) adalah suatu alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari
plastik (polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi
ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada
pula yang batangnya berisi hormon progesterone. (Kusmarjati, 2011).
2. Cara Kerja IUD
Menurut Saifudin (2010), cara kerja IUD adalah sebagai berikut :
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
3. Macam-macam IUD
Beberapa macam-macam IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :
a. Copper-T
Keluarga Berencana
Sederhana Modern
BB naik
Amenorea
B. Implikasi Untuk Praktek dan Strategi Pengajaran (Implications For Practice
and Teaching Strategies)
Standar Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Prinsip pelayanan kontrasepsi saat ini adalah memberikan kemandirian pada ibu
dan pasangan untuk memilih metode yang diinginkan. Pemberi pelayanan
berperan sebagai konselor dan fasilitator, sesuai langkah-langkah di bawah ini:
1. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri anda. Gunakan
komunikasi verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu
tentang identitas dan keinginannya pada kunjungan ini.
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
diguakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan
pilihan metode tertentu. Tanyakan status kesehatan ibu dan kondisi medis
yang dimilikinya.
Tabel 2.1 Pilihan metode kontrasepsi berdasarkan tujuan pemakainya
Urutan
Fase menunda Fase menjarangkan Fase tidak hamil
priorita
kehamilan kehmilan (anak ≤2) lagi (anak ≥3)
s
1 Pil AKDR Steril
2 AKDR Suntikan AKDR
3 Kondom Minipil Implan
4 Implan Pil Suntikan
5 Suntikan Implan Kondom
6 Kondom Pil
3. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat
digunakan ibu
Berikan informasi yang obyektif dan lengkap tentang berbagai metode
kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat
terjadi serta upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai
efek yang merugikan tersebut (termasuk sistem rujukan).
4. Bantu ibu menentukan pilihan
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi
dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya.
Apabila ingin mendapat penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk
berkonsultasi kembali atau dirujuk pada konselor atau tenaga kesehatan yang
lebih ahli.
5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu
Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskanlah mengenai:
a. Waktu, tempat, tenaga, dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi
b. Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan
c. Cara mengenali efek samping/komplikasi
d. Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk
kunjungan ulang bila diperlukan
e. Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi (BKKBN 2011).
Bila ibu ingin memulai pemakaian kontrasepsi saat itu juga, lakukan
penapisan kehamilan dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan di bawah
ini:
a. Apakah Anda mempunyai bayi yang berumur kurang dari 6 bulan DAN
menyusui secara eksklusif DAN tidak mendapat haid selama 6 bulan
tersebut?
b. Apakah Anda pantang senggama sejak haid terakhir atau bersalin?
c. Apakah Anda baru melahirkan bayi kurang dari 4 minggu?
d. Apakah haid terakhir dimulai 7 hari terakhir (atau 12 hari terakhir bila
klien ingin menggunakan AKDR)?
e. Apakah Anda mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir (atau 12 hari
terakhir bila klien ingin menggunakan AKDR)?
f. Apakah Anda menggunakan metode kontrasepsi secara tepat dan
konsisten?
Bila ada jawaban “YA” pada satu atau lebih pertanyaan di atas, metode
kontrasepsi dapat mulai digunakan. Bila semua dijawab “TIDAK”, ibu harus
melakukan tes kehamilan atau menunggu haid berikutnya
6. Rujuk ibu bila diperlukan
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini ibu belum
mendapat informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas
pelayanan kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB
setempat tidak mampu mengatasi efek samping/komplikasi atau memenuhi
keinginan ibu. Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh
fasilitas rujukan (kunjungan ulang pasca pemasangan).
D. Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Menurut Mufdlilah, Asri H & Ima K (2010), Manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
Menurut Mufdlilah, Asri H & Ima K (2010), proses manajemen kebidanan
terdiri dari 7 langkah, yaitu :
a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar
Langkah pertama merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimbau informasi
tentang klien/orang yang meminta asuhan. Memilih informasi data yang
tepat diperlukan analisa suatu situasi yang menyangkut manusia yang
rumit karena sifatt manusia yang komplek.
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan
dilanjutkan secara terus mnerus selama proses asuhan kebidanan
berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber
yang dapat memberikan informasi paling akurat yang dapat
diperolehsecepat mungkin dan upaya sekecil mungkin. Pasien adalah
sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut sumber data
primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah data
yang sudah ada, praktikan kesehatan lain, anggota keluarga. Teknik
pengumpulan data ada tiga, yaitu :
1) Observasi, adalah pengumpulan data melalui indera : penglihatan
(perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran
(bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka),
perabaan (suhu badan, nadi
2) Wawancara, adalah pembicaraan yang terarah yang umumnya
dilakukan paada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang
penting diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data
yang relefan.
3) Pemeriksaan, dilakukan dengan memakai instrumen/alat pengukur.
Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka, irama,
kuantitas. Misalnya : tinggi badan dengan meteran, berat badan
dengan timbangan, tekanan darah dengan tensi meter.
Secara garis besar, diklasifikasikan menjadi data subjektif dan data
objektif. Pada waktu pengumpulan data subjektif bidan harus :
mengembangkan hubungan antar personal yang efektif dengan
pasien/klien/yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal-hal yang
menjadi keluhan utama pasien dan yang dicemaskan, berupaya
mendapatkan data/fakta yang sangat bermakna dalam kaitan dengan
masalah pasien.
Pada waktu pengumpulan data objektif bidan harus : mengamati
ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/kelainan fisik,
memperhatikan aspek sosial budaya pasien, menggunakan teknik
pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang tepat
dan benar, melakukan pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan
keluahan pasien.
b. Langkah II (kedua) : Interprestasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.
Langkah awal dari perumusan masalah/diagnosa kebidanan adalah
pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan menghubungkan data
satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta.
Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan dengan
fakta/kenyataan. Analisa adalah proses pertimbangan tentang nilai
sesuatu dibandingkan dengan standar. Standar adalah aturan/ukuran
yang telah diterima secara umum dan digunakan sebagai dasar
perbandingan dalam kategori yang sama. Hambatan yang berpotensi
tinggi menimbulkan masalah kesehatan (faktor risiko). Dalam bidang
kebidanan pertimbangan butir-butir tentang profil keadaan dalam
hubungannya dengan status sehat-sakit dan kondisi fisiologis yang
akhirnya menjadi faktor risiko agent yang akan mempengaruhi status
kesehatan orang bersangkutan.
Pengertian masalah/diagnosa adalah “suatu pernyataan dari
masalah pasien/klien yang nyata atau potensial dan membutuhkan
tindakan”. Dalam pengertian yang lain masalah/diagnosa adalah
“pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik yang berkaitan
denagn keadaan kesehatan seseorang dan didasarkan pada penilaian
asuhan kebidanan yang bercorak negatif”.
Dalam asuhan kebidanan kata masalah dan diagnosa keduanya
dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai
diagnosa tetapi perlu tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat
rencana asuhan yang menyeluruh. Masalah sering dihubungkan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosa.
Diagnosa adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Standar nomenlaktur diagnosa kebidanan :
5) Diakui dan telah disahkan oleh profesi
6) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
7) Memiliki ciri khas kebidanan
8) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kabidanan
9) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
c. Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila klien
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini
bener-benar terjadi.
d. Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera
Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu
bertindak segera, beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter. Mungkin juga
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi
situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan yang paling tepat.
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan.
e. Langkah V (kelima) : Merencanakan asuhan yang komprehensif atau
menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi
atau antisipasi pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap
dilengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-sama disetujui oleh bidan
maupun klien agar efektif, karena pada akhirnya klien yang akan
melaksanakan rencana itu atau tidak. Oleh karena itu tugas dalam
langkah ini termasuk membuat dan pendiskusian rencana dengan klien
begitu juga termasuk penegasan akan persetujuannya.
Semua keputusan yang dibuat dalanm merencanakan suatu asuhan
yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar,
berlandaskan pengetahuan, teori yang berkaitan dan up to date serta
divalidasikan dengan suami mengenai apa yang diinginkan klien dan
apa yang tidak inginkan. Rational yang berdasarkan asumsi dari
perilaku pasien yang tidak divalidasikan., pengetahuan teoritis yang
salah atau tidak memadai, atau data dasar yang tidak lengkap adalah
tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak lengkap adalah
tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak lengkap dan
mungkin juga tidak aman.
Perencaan supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah sebagai
berikut : tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang berisi
tentang sasaran/target dan hasil yang akan dicapai, selanjutnya
ditentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah/diagnosa dan tujuan
yang akan dicapai.
f. Langkah VI (keenam) : Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (memastikan
langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen
asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga
bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan.
g. Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan eveluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
3. Model Dokumentasi Asuhan Kebidanan SOAP
Model dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah dalam
bentuk catatan perkembangan, karena bentuk asuhan yang diberikan
berkesinambungandan menggunakan peoses yang terus menerus (Mufdlilah,
Asri H, Ima K: 2010). Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam
asuhan kebidanan adalah SOAP. SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subjektif, yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesis tanda gejala yang diperoleh
dari hasil bertanya pada pasien, suami dan keluarga. Pada persalinan
data lebih difokuskan lagi karena biasanya ibu yang melahirkan
ditempat bidan sudah melakukan kunjungan kehamilan di tempat bidan
dan bidan sudah mempunyai datanya. Sehingga fokus pendataan adalah
sejak kapan ibu merasakan mulas yang semakin meningkat, apakah ibu
sudah ada perasaan untuk meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, apakah ibu merasakan adanya tekanan pada anus. Tujuan
anamnesis adalah mengumpulka informasi tentang riwayat kesehatan,
kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses
membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan
mengembangkan rencana dan perawatan yang sesuai (Depkes RI,
2007).
O : Objektif, yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, lan dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus
yang mendukung assesment. Tanda gejala objektif yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan secara head to toe dan
terfokus disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan pada ibu hamil.
A : Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subyektif dan objektif. Karena keadaan pasien
pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut
bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam
rangka mengikuti perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan
akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan
interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan tindakan segera
(Muslihatun, 2009).
P : Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan intrepretasi data. Penatalaksanaan (P) di SOAP juga mengandung
Implementasi dan Evaluasi. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh
pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam
proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga
berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun
kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan
(Muslihatun, 2009).