Anda di halaman 1dari 9

REDESIGN PEDESTRIAN JALUR TERMINAL SANGKET DAN

JALUR MASUK KOTA


Ida Ayu Putu Padmi Yoni
dayupadmi09@gmail.com

ABSTRACT
ABSTRACT: Pedestrian line play an important role in city
Keywords:
infrastructure, where the path is intended for pedestrians and as an open
pedestrian line
space for various activities. Planning or designing pedestrian line must
terminal area
be taken into account, because this route is a link between one place to
redesign
another, the path must be easy to pass, safe and comfortable. However,
the fact is that there are still many pedestrian line that are far from
Kata kunci: proper. This paper aims to redesign a pedestrian that is not suitable for
jalur pedestrian use. This becomes the background for the re-planning of the pedestrian
area terminal path in the area that has been selected, namely the area around the
perancangan ulang Sangket terminal line.

ABSTRAK: Jalur pedestrian sangatlah berperan penting dalam


prasarana kota, dimana jalur tersebut diperuntukan bagi para pejalan
kaki serta sebagai ruang terbuka untuk berbagai aktifitas. Perencanaan
atau perancangan pembuatan jalur pedestrian haruslah diperhitungkan,
karena jalur ini sebagai penghubung antar satu tempat ke tempat
lainnya, jalur tersebut haruslah mudah dilalui, aman serta nyaman.
Namun kenyataannya jalur pedestrian yang ada masi banyak yang jauh
dari kata layak. Tulisan ini bertujuan utuk merancang ulang suatu
pedestrian yang dirasa kurang layak untuk digunakan. Hal ini menjadi
latar belakang perencanaan ulang jalur pedestrian di area yang sudah
dipilih yaitu area seputaran jalur terminal sangket.
1 PENDAHULUAN
Pada saat ini permasalahan yang terdapat pada jalur pedestrian sangatlah beragam, pada
umumnya permasalahan jalur pedestrian meliputi rusaknya jalan, tidak tertibnya kendaraan yang
parker sembarangan di area pedestrian, dll. Hal ini disebabkan karena perencanaan pedestrian
sebagai bagian dari elemen sebuah kota tidak dilakukan secara menyeluruh, dalam arti tidak saling
kait mengkait dengan elemen-elemen perkotaan lainnya.
Di Bali khususnya di kota Singaraja dapat dilihat jalur pedestrian yang tidak berfungsi
dengan semestinya. Fungsi utama dari jalur pedestrian yaitu sebagai jalur pejalan kaki, jalur
pedestrian dapat juga berfungsi sebagai area berjualan para pedagang kaki lima, tempat menambal
ban, jalur sepeda motor dan bahkan dapat dijadikan sebagai lokasi ‘ruko’ untuk kalangan bawah.
Jalur pedestrian merupakan prasarana yang menghubungkan sarana-sarana public dan lain-lain, jalur
tersebut haruslah dibuat senyaman dan seaman mungkin, namun permasalahannya adalah area
pedestrian yang tidak layak atau kurang terancang sehingga area tersebut tidak dapat beroprasi
dengan semestinya atau bahkan beralih fungsi.

Gambar 1. Area Pedestrian, Jl. I Dewa Made Kaler dan Jl. Jelantik Gingsir

Sebagai contoh pada area seputaran terminal sangket, tepatnya di Jl. I Dewa Made Kaler dan
Jl. Jelantik Gingsir, dekat dengan Taman Tugu Tiga Sangket dan Terminal Sangket. Dimana para
menjual yang menggunakan mobil box dan para sopir angkutan umum memberhentikan kendaraan
mereka di jalur masuk kota, tepatnya di jalan Jl. Jelantik Gingsir yang seharusnya jalur tersebut
diperuntukan untuk tempat peristirahatan bagi sopir truk, atau bahkan jalur tersebut bersih dari
kendaraan yang memberhentikan kendaraan mereka di tempat yang tidak semestinya. Dengan latar
belakang tersebutlah maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang masalah tersebut
di atas.
2 KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian pedestrian secara umum
Pedestrian merupakan jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang
bersangkutan. Jalur pedestrian saat ini dapat berupa trotoar, pavement, sidewalk, pathway, plaza
dan mall. Jalur pedestrian yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan kaki dengan
lancar dan aman. Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi ketergantungan pada kendaraan
bermotor di pusat kota, menambah pengunjung ke pusat kota, meningkatkan atau
mempromosikan sistem skala manusia, menciptakan kegiatan usaha yang lebih banyak, dan juga
membantu meningkatkan kualitas udara.
a. Standar minimum lebar pedestrian berdasarkan lokasi
Tabel 1. Standar minimum lebar pedestrian berdasarkan lokasi
No Lokasi Pedestrian Lebar Pedestrian Minimal (M)
Jalan di daerah pertokoan dan
1. 4 meter
kaki lima
2. Di wilayah perkotaan utama 3 meter
Di wilayah industri
3.  Pada jalan primer 3 meter
 ada jalan akses 2 meter
Di wilayah permukiman
4.  Pada jalan primer 2,25 meter
 Pada jalan akses 2 meter
Sumber: Keputusan Mentri Perhubungan No. KM 65, 1993

b. Standar minimum lebar pedestrian berdasarkan jumblah pejalan kaki


Tabel 2. Standar minimum lebar pedestrian berdasarkan jumblah pejalan kaki
No Jumblah Pejalan Kaki Lebar Pedestrian Minimal (M)
1. 6 orang 2,3 – 5,0 meter
2. 3 orang 1,5 – 2,3 meter
3. 2 orang 0,9 – 1,5 meter
4. 1 orang 0,6 – 0,9 meter
Sumber: Keputusan Mentri Perhubungan No. KM 65, 1993

B. Unsur-Unsur Perencanaan Pedestrian


a) Halte Bus
Harris dan Denis (1988) mengemukakan bahwa persyaratan untuk halte bus
adalah memiliki kebebasan pandangan ke arah kedatangan kendaraan baik dalam posisi
berdiri maupun duduk di halte dan zona perhentian bus harus merupakan bagian dari
jaringan akses pejalan kaki. Di dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun
1993 juga menyebutkan bahwa fasilitas halte 56 harus dibangun sedekat mungkin dengan
fasilitas penyeberangan pejalan kaki. Halte dapat ditempatkan di atas trotoar atau bahu
jalan dengan jarak bagian paling depan dari halte sekurang-kurangnya 1 meter dari tepi
jalur lalu lintas. Persyaratan struktur bangunan memiliki lebar minimal 2 meter, panjang 4
meter dan tinggi bagian atap yang paling bawah minimal 2,5 meter dari lantai.
Keberadaan pemberhentian sementara atau halte tidak boleh mengurangi lebar
efektif trotoar. Halte dapat ditempatkan di depan ataupun belakang lajur pejalan kaki. Halte
juga harus dilengkapi dengan akses pejalan kaki berkebutuhan khusus dan fasilitas
pendukung seperti tempat duduk, atap peneduh, dan kelengkapan lainnya. Jarak yang
umumnya digunakan penentuan jarak antara halte dan/atau tempat pemberhentian bus
adalah 300 m. Untuk detil jarak antar halte dan/atau tempat pemberhentian bus mengacu
pada Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. 271/HK.105/DRJD/96 tentang
Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum.

C. Karakteristik Kawasan
a) Sirkulasi : pedestrian berperan sebagai prasarana lalu lintas dan ruang transisi
(transitional space), selain itu juga tidak tertutup kemungkinan sebagai ruang
beraktivitas (activity area) yang merupakan sebagai ruang terbuka untuk kontak. Seperti
halnya area yang dipilih dalam perancangan ulang pedestrian, yang dimana pada area
tersebut tingkat sirkulasinya sangat minim atau bahkan kurang, kawasan tersebut paling
umum digunakan oleh para sopir angkutan umum, penumpang angkutan umum dan
kendaraan angkutan berat.
b) Kebisingan : dikarenakan area yang dipilih merupakan jalur masuk kota, maka
tingginya tingkat kebisingan suara kendaraan bermotor yang lalu lalang cukup tinggi,
hal tersebut menjadi masalah vital yang dapat mengganggu kenyamanan bagi
lingkungan sekitar dan pengguna pedestrian, terutama pejalan kaki. Oleh sebab itu
untuk meminimalisir tingkat kebisingan yang terjadi, dapat dipakai tanaman dengan
pola dan ketebalan yang rapat serta tersusun teratur.
c) Keamanan : trotoar merupakan jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Banyak dari pengendara
bermotor yang mengendarai dengan kecepatan tinggi atau di atas 50 km/jam. Hal ini
sangat membahayakan keselamatan para pejalan kaki, jika berjalan di bahu jalan jalur
kendaraan bermotor. Hal tersebutlah yang terjadi pada area Terminal Sangket karena
fasilitas trotoar yang sudah ada, ternyata beralih fungsi menjadi berbagai aktifitas lain
seperti transaksi pedagang kaki lima dan tempat pemberhentian angkutan umum. Untuk
keamanan pejalan kaki maka trotoar harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas
kendaraan, oleh struktur fisik berupa kereb.

3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi yang dimana data diperoleh
dengan terjun langsung ke area pedestrian, mengamati apa saja yang menjadi topik permasalahan
pada area pedestrian tersebut. Lokasi yang dipilih sebagai objek pembahasan adalah area
sekitaran Terminal Sangket dan jalur masuk kota, tepatnya di Jl. I Dewa Made Kaler dan Jl.
Jelantik Gingsir

4 HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil studi lapangan menunjukan bahwa tingkat penggunaan jalur pedestrian masih
kurang. Masih adanya sopir angkutan umum serta pedagang yang menggunakan jalur tersebut
untuk beraktifitas. Hal tersebut berimbas pada Terminal Bus dikawasan tersebut, penumpang
lebih memilih menunggu angkutan umum di jalur masuk kota dari pada di tempat yang
semestinya, ditambah lagi jalur pedestrian yang terdapat di area Terminal Bus rusak serta tidak
memberikan fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan bagi penumpang bus.

Tabel 3. Foto Lokasi Terminal Bus dan Jalur Masuk Kota


No Nama Area Foto
1. Terminal Bus
2. Jalur Masuk Kota

Hasil dari permasalahan diatas adalah perancangan ulang jalur pedestrian


menjadi jalur yang layak bagi pejalan kaki. Untuk jalur masuk kota yang dimana
merupakan jalur masuk utama menuju kota Singaraja. Pada jalur tersebut terlihat
angkutan umum yang berhenti untuk memuat penumpang di pinggir jalan dan dibeberapa
waktu terkadang para pedagang juga memanfaatkan trotoar untuk berjualan. Hal tersebut
dapat mengganggu dari segi estetika dan kegunaan trotoar. Maka dari itu saya mendesain
pedestrian seperti gambar dibawah.

Gambar 2. Keadaan Pedestrian di Jl. Jelantik Gingsir Setelah di Desain Ulang

Pedestrian yang saya desain tidak terlalu jauh dengan desain awal, hanya terdapat
penambahan luas pedestrian serta penambahan tanaman di bagian pinggir jalan guna
mencegah angkutan umum serta pedagang untuk menggunakan trotoar dengan seenak
mereka.
Sedangkan pada area terminal, tepatnya pada bagian depan terminal, pedestrian
tidak terlalu terawat. Biasanya lebih banyak penumpang yang baru sampai memilih
untuk menunggu jemputan di bagian depan terminal dibandingkan di dalam terminal,
yang jika dilihat bagian depan terminal tidak dilengkapi dengan halte bus atau tempat
penumpang untuk menunggu jemputan mereka. Maka dari itu saya menambahakan halte
bus atau tempat tunggu penumpang pada bagian depan terminal guna memberikan
kenyamanan lebih untuk para penumpang.

Gambar 3. Keadaan Pedestrian di Jl. I Dewa Made Kaler Sesudah di Desain Ulang

Pada potongan dapat dilihat komposisi dan ukuran pada pedestrian. Walaupun
memiliki lebar jalan 6 meter, namun jika masih adanya kendaraan yang parkir
sembarangan di pinggir trotoar maka akan membuat jalan tidak tertata rapi. Maka dari
itu untuk mencegah hal tersebut, dibuatlah jalur hijau pada bagian kanan dan kiri trotoar
agar tidak ada lagi kendaraan yang parkir sembarangan.

Gambar 4. Potongan Pedestrian


Lebar trotoar diperluas serta adanya menambahan untuk jalur hijau tidak
membuat arus lalu lintas terganggu.

5 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diberikan berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan
terhadap kelancaran jalur pedestrian di area yang sudah dipilih yaitu di Jl. I Dewa Made Kaler
dan Jl. Jelantik Gingsir adalah sebagai berikut :
1 Jalur pedestrian di kawasan Terminal Sangket dan jalur masuk kota tidak berfungsi secara
maksimal.
2 Berbagai hal yang mempengaruhi ketidaknyamannan jalur pedestrian di area tersebut
adalah kurangnya fasilitas penunjang seperti halte bus yang semestinya didirikan di area
terminal, ditambah lagi pada area tersebut masih adanya trotoar yang rusak. Kemudian
para sopir angkutan umum lebih memilih menarik penumpang pada area jalur masuk kota,
sehingga para penumpang lebih memilik untuk menunggu angkutan umum di area jalur
masuk kota dari pada ditempat yang semestinya .
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jalur pedestrian yang ada masih
belum berfungsi dengan semestinya, maka dari itu perancangan ulang pada jalur tersebut
sangatlah diperlukan guna
DAFTAR PUSTAKA

Mauliani, L., Purwantiasning, A., & Aqli, W. (2013) Kajian Jalur Pedestrian Sebagai Ruang
Terbuka Pada Area Kampus, Jurnal Arsitektur NALARs, 12, 2-3.

Sanjara, R., Soedarsono., Mudiyono, R. Analisis Fungsi Dan Kenyamanan Jalur Pedestrian Kawasan
Di Kota Pangkalan Bun, 109-120.

Muchlisin, R., (2020). “Pedestrian (Pengertian, Fungsi, Karakteristik, Jenis, Elemen dan Kriteria)”,
https://www.kajianpustaka.com/2020/07/pedestrian-jalur-pejalan-kaki.html, diakses pada
31 Maret 2020 pukul 12.30.

SE Menteri PUPR. 2018. “Perencanaan teknis fasilitas pejalan kaki” dalam Pedoman Perencanaan
teknis fasilitas pejalan kaki Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil (Nomor :
02/SE/M/2018).

Anda mungkin juga menyukai