ABSTRACT
ABSTRACT: Pedestrian line play an important role in city
Keywords:
infrastructure, where the path is intended for pedestrians and as an open
pedestrian line
space for various activities. Planning or designing pedestrian line must
terminal area
be taken into account, because this route is a link between one place to
redesign
another, the path must be easy to pass, safe and comfortable. However,
the fact is that there are still many pedestrian line that are far from
Kata kunci: proper. This paper aims to redesign a pedestrian that is not suitable for
jalur pedestrian use. This becomes the background for the re-planning of the pedestrian
area terminal path in the area that has been selected, namely the area around the
perancangan ulang Sangket terminal line.
Gambar 1. Area Pedestrian, Jl. I Dewa Made Kaler dan Jl. Jelantik Gingsir
Sebagai contoh pada area seputaran terminal sangket, tepatnya di Jl. I Dewa Made Kaler dan
Jl. Jelantik Gingsir, dekat dengan Taman Tugu Tiga Sangket dan Terminal Sangket. Dimana para
menjual yang menggunakan mobil box dan para sopir angkutan umum memberhentikan kendaraan
mereka di jalur masuk kota, tepatnya di jalan Jl. Jelantik Gingsir yang seharusnya jalur tersebut
diperuntukan untuk tempat peristirahatan bagi sopir truk, atau bahkan jalur tersebut bersih dari
kendaraan yang memberhentikan kendaraan mereka di tempat yang tidak semestinya. Dengan latar
belakang tersebutlah maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang masalah tersebut
di atas.
2 KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian pedestrian secara umum
Pedestrian merupakan jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang
bersangkutan. Jalur pedestrian saat ini dapat berupa trotoar, pavement, sidewalk, pathway, plaza
dan mall. Jalur pedestrian yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan kaki dengan
lancar dan aman. Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi ketergantungan pada kendaraan
bermotor di pusat kota, menambah pengunjung ke pusat kota, meningkatkan atau
mempromosikan sistem skala manusia, menciptakan kegiatan usaha yang lebih banyak, dan juga
membantu meningkatkan kualitas udara.
a. Standar minimum lebar pedestrian berdasarkan lokasi
Tabel 1. Standar minimum lebar pedestrian berdasarkan lokasi
No Lokasi Pedestrian Lebar Pedestrian Minimal (M)
Jalan di daerah pertokoan dan
1. 4 meter
kaki lima
2. Di wilayah perkotaan utama 3 meter
Di wilayah industri
3. Pada jalan primer 3 meter
ada jalan akses 2 meter
Di wilayah permukiman
4. Pada jalan primer 2,25 meter
Pada jalan akses 2 meter
Sumber: Keputusan Mentri Perhubungan No. KM 65, 1993
C. Karakteristik Kawasan
a) Sirkulasi : pedestrian berperan sebagai prasarana lalu lintas dan ruang transisi
(transitional space), selain itu juga tidak tertutup kemungkinan sebagai ruang
beraktivitas (activity area) yang merupakan sebagai ruang terbuka untuk kontak. Seperti
halnya area yang dipilih dalam perancangan ulang pedestrian, yang dimana pada area
tersebut tingkat sirkulasinya sangat minim atau bahkan kurang, kawasan tersebut paling
umum digunakan oleh para sopir angkutan umum, penumpang angkutan umum dan
kendaraan angkutan berat.
b) Kebisingan : dikarenakan area yang dipilih merupakan jalur masuk kota, maka
tingginya tingkat kebisingan suara kendaraan bermotor yang lalu lalang cukup tinggi,
hal tersebut menjadi masalah vital yang dapat mengganggu kenyamanan bagi
lingkungan sekitar dan pengguna pedestrian, terutama pejalan kaki. Oleh sebab itu
untuk meminimalisir tingkat kebisingan yang terjadi, dapat dipakai tanaman dengan
pola dan ketebalan yang rapat serta tersusun teratur.
c) Keamanan : trotoar merupakan jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Banyak dari pengendara
bermotor yang mengendarai dengan kecepatan tinggi atau di atas 50 km/jam. Hal ini
sangat membahayakan keselamatan para pejalan kaki, jika berjalan di bahu jalan jalur
kendaraan bermotor. Hal tersebutlah yang terjadi pada area Terminal Sangket karena
fasilitas trotoar yang sudah ada, ternyata beralih fungsi menjadi berbagai aktifitas lain
seperti transaksi pedagang kaki lima dan tempat pemberhentian angkutan umum. Untuk
keamanan pejalan kaki maka trotoar harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas
kendaraan, oleh struktur fisik berupa kereb.
3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi yang dimana data diperoleh
dengan terjun langsung ke area pedestrian, mengamati apa saja yang menjadi topik permasalahan
pada area pedestrian tersebut. Lokasi yang dipilih sebagai objek pembahasan adalah area
sekitaran Terminal Sangket dan jalur masuk kota, tepatnya di Jl. I Dewa Made Kaler dan Jl.
Jelantik Gingsir
Pedestrian yang saya desain tidak terlalu jauh dengan desain awal, hanya terdapat
penambahan luas pedestrian serta penambahan tanaman di bagian pinggir jalan guna
mencegah angkutan umum serta pedagang untuk menggunakan trotoar dengan seenak
mereka.
Sedangkan pada area terminal, tepatnya pada bagian depan terminal, pedestrian
tidak terlalu terawat. Biasanya lebih banyak penumpang yang baru sampai memilih
untuk menunggu jemputan di bagian depan terminal dibandingkan di dalam terminal,
yang jika dilihat bagian depan terminal tidak dilengkapi dengan halte bus atau tempat
penumpang untuk menunggu jemputan mereka. Maka dari itu saya menambahakan halte
bus atau tempat tunggu penumpang pada bagian depan terminal guna memberikan
kenyamanan lebih untuk para penumpang.
Gambar 3. Keadaan Pedestrian di Jl. I Dewa Made Kaler Sesudah di Desain Ulang
Pada potongan dapat dilihat komposisi dan ukuran pada pedestrian. Walaupun
memiliki lebar jalan 6 meter, namun jika masih adanya kendaraan yang parkir
sembarangan di pinggir trotoar maka akan membuat jalan tidak tertata rapi. Maka dari
itu untuk mencegah hal tersebut, dibuatlah jalur hijau pada bagian kanan dan kiri trotoar
agar tidak ada lagi kendaraan yang parkir sembarangan.
5 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diberikan berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan
terhadap kelancaran jalur pedestrian di area yang sudah dipilih yaitu di Jl. I Dewa Made Kaler
dan Jl. Jelantik Gingsir adalah sebagai berikut :
1 Jalur pedestrian di kawasan Terminal Sangket dan jalur masuk kota tidak berfungsi secara
maksimal.
2 Berbagai hal yang mempengaruhi ketidaknyamannan jalur pedestrian di area tersebut
adalah kurangnya fasilitas penunjang seperti halte bus yang semestinya didirikan di area
terminal, ditambah lagi pada area tersebut masih adanya trotoar yang rusak. Kemudian
para sopir angkutan umum lebih memilih menarik penumpang pada area jalur masuk kota,
sehingga para penumpang lebih memilik untuk menunggu angkutan umum di area jalur
masuk kota dari pada ditempat yang semestinya .
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jalur pedestrian yang ada masih
belum berfungsi dengan semestinya, maka dari itu perancangan ulang pada jalur tersebut
sangatlah diperlukan guna
DAFTAR PUSTAKA
Mauliani, L., Purwantiasning, A., & Aqli, W. (2013) Kajian Jalur Pedestrian Sebagai Ruang
Terbuka Pada Area Kampus, Jurnal Arsitektur NALARs, 12, 2-3.
Sanjara, R., Soedarsono., Mudiyono, R. Analisis Fungsi Dan Kenyamanan Jalur Pedestrian Kawasan
Di Kota Pangkalan Bun, 109-120.
Muchlisin, R., (2020). “Pedestrian (Pengertian, Fungsi, Karakteristik, Jenis, Elemen dan Kriteria)”,
https://www.kajianpustaka.com/2020/07/pedestrian-jalur-pejalan-kaki.html, diakses pada
31 Maret 2020 pukul 12.30.
SE Menteri PUPR. 2018. “Perencanaan teknis fasilitas pejalan kaki” dalam Pedoman Perencanaan
teknis fasilitas pejalan kaki Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil (Nomor :
02/SE/M/2018).