Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Di susun oleh :
Kelompok 1
ATIKASARI
19.14901.14.02

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HALUSINASI

I. Masalah keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

II. Proses terjadinya masalah

a. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada.(Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari
luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang ‘’khayal’’, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita ang ‘’teresepsi’’ (Yosep,
2010).

b. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2014) faktor predisposisi pada pasien halusinasi adalah sebagai
berikut.
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasientidak mampu mandiri sehjak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranfesae
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya
neutransmitter otak. Misalnya pada ketidakseimbangan acetylcholin dan
dopamin.
d. Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.Pasien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia.Hasil studi menunjukkan

bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh


padapenyakit ini.(Prabowo, 2014).

c. Faktor presipitasi
Adapun faktor presipitasi pada halusinasi adalah sebagai berikut.
a. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
b. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress.
(Prabowo, 2014).
c. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
Berikut dapat dilihat lima dimensi yaitu:

1) Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol
dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusianasi itu terjadi.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata
5) Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas, tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secaraspiritual untuk
menyucikan diri.(Damaiyanti, 2012).

d. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasie, Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Obyektif
1. Bicara atau tertawa sendiri.
2. Marah-marah tanpa sebab.
3. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10. Muntah
11. Menggaruk-garuk permukaan kulit.

b. Data Subyektif: pasien mengatakan :


1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster.
5. Mencium bau-baukan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin atau fases
7. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
8. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedang
sendirian
9. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.

e. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi
menurut Nanda-I (2012) yaitu:
1. Perubahan daam pola perilaku
2. Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah
3. Perubahan dalam ketajaman sensori
4. Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus
5. Disorientasi
6. Halusinasi
7. Hambatan komunikasi
8. Iritabilitas
9. Konsentrasi buruk
10. Gelisah
11. Distorsi sensori

f. Jenis – Jenis Halusinasi


Stuar dan Laraia (2005) membagi halusinasi menjadi 7 jenis halusinasi yang
meliputi:
1. Halusinasi pendengaran (auditory),
2. Halusinasi penglihatan (visual),
3. Halusinasi penghidu (olfactory),
4. Halusinasi pengecapan (gustatory),
5. Halusinasiperabaan (tactile),
6. Halusinasi cenesthetic,
7. Halusinasi kinesthetic.
Halusinasi yang paling banyak di derita adalah halusinasi pendengaran
yang mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki
peringkat kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis halusinasi yang lain
yaitu halusinasi pengecapan, penghidu, perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic
hanya meliputi 10%. Tabel dibawah ini menjelaskan karakteristik tiap
halusinasi.

Tabel Karakteristik Halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)


Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang keras sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang atau lebih. Pikiran yang
didengar klien dimana pasien disuruh untuk melakukan
sesuatu yang kadang-kadang membahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahay, gambaran
geometris, gambaran kartun, bayangan yang rumit dan
kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan
seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feses,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau
dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
Cenesthetic Meraskan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Klinesthetic Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak.

g. Akibat Halusinasi
1) Risiko perilaku kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain, lingkungan
danverbal)
2) Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
3) Isolasi sosial.

h. Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologist (Stuart dan Laraia, 2005). Ini merupakan
respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pegecap, dan

peraba), klien dengan halusinasi mempersepsikansuatu stimulus pancaindra


walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Respon individu (yang karena
suatu hal mengalami kelainan persepsi) yaitu salah mempersepsikan stimulus
yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika
interpretasi yang dilakukan terhadap stimulus pancaindra tidak akurat sesuai
dengan stimulus yang diterima.

Rentang respon tersebut digambarkan seperti pada gambar dibawah ini :

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran


2. Persepsi akurat ilusi
3. Emosi 2. Reaksi
konsisten emosi
dengan berlebihan
pengalama 3. Perilaku
n aneh atau
4. Perilaku sesuai tidak biasa
5. Berhubunga 4. Menarik diri
n sosial
1. Gangguan
pikir /
delusi
2. Halusinasi
3. Sulit
merespo
n emosi
4. Perilaku
disorganisasi
5. Isolasi sosial

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah responyang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.

b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.

i. Sumber Koping
1. Personal ablity : ketidak mampuan memecahkan masalah, ada gangguan diri
kesehatan fisiknya, ketidak mampuan berhubungan dengan orang lain,
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang
tidak adekuat.
2. Social support : hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat
tidak adekuat, komitmen dengan jaringan social tidak adekuat
3. Material asset : ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros tidak
punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki kekayaan dalam
bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat tinggal.
4. Pasitif belief : distress spritual tidak memiliki motivasi, penilaian negatife
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menggap itu suatu gangguan.
j. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
(Stuart, Laraia, 2005) meliputi :
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien

III. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain,


lingkungan, dan verbal)

effect

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Core problem

Isolasi sosial

Causa

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji :


No Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
1 Halusinasi Pendengaran DS :
Mendengarkan suara atau kegaduhan
Mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap
Mendengarkan suara yang menyurug
melakukan sesuatu yang berbahaya

DO :
Bicara atau ketawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Mengarahkan telinga ke arah tertentu
Menutup telinga

Halusinasi Penglihatan DS : Melihat bayangan, sinar bentuk


geometris, bentuk karton, melihat hantu atau
monster
DO :
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas

Halusinasi Penghidu DS :Membaui bau-bauan seperti bau darah,


urine, fases kadang-kadang bau itu
menyenangkan
DO :
. Menghidu seperti sedang membaui bau-
bauan tertentu
. Menutup hidung

4 Halusinasi Pengecapan DS :Merasakan rasa seperti darah, urine,


atau fases.
DO :
Sering meludah
. Muntah

5 Halusinasi Peraba DS :Menyatakan ada serangga di


permukaan kulit merasa tersengat listrik

DO :Menggaruk-garuk permukaan kulit

Rencana Tindakan Keperawatan


n Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
o keperawatan
Gangguan 1. Klien 1.1 Ekspresi 1.1.1 Bina Hubungan
persepsi dapat wajah hubungan saling saling
sensori: membina bersahabat, percaya dengan percaya
halusinasi hubunga n menunjukkan mengungkapka merupaka n
saling rasa senang, ada n prinsip dasar untuk
percaya kontak mata, komunikasi kelancaran
mau berjabat terapeutik: hubungan
tangan, mau interaksi
Sapa klien
menyebutkan selanjutny a
dengan ramah
nama, mau baik verbal
menjawab salam, maupun
klien mau duduk nonverbal
berdampingan Perkenalk
dengan perawat,
mau

mengutarakan an diri
masalah yang dengan
dihadapi. sopan
tanyakan nama
lengkap klien
dan nama
panggilan yang
disukai klien
Jelaskan
tujuan
pertemuan
Jujur dan
menepati janji
Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
klien apa
adanya
Beri perhatian
pada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien

2. Klien 2.1 Klien dapat 2.1.1 Adakah Kontak


dapat menyebutkan kontak sering sering tapi
mengena waktu, isi, dan singkat singkat
li frekuensi secara selain
halusinas timbulnya bertahap. membina
inya halusinasi
2.1.2 Hubungan
Observasi saling
tingkah laku percaya,
klien terkait juga dapat
tertawa
dengantanpa memutusk
stimulus,mema
halusinasinya; an
Mengenal
ndang
bicarakedankiri halusinasi.
perilaku
atau kemenuduh
tanpa kanan an klien
atau menghaki pada saat
ke depan yang akan
mi). halusinasi
seolah-olah ada dilakukan
d. timbul
temanKatakan
bicara perawat.
bahwa klien memudah
2.1.3juga
ada Bantu yang kan perawat
klien
seperti klien. dalam
Untuk
mengenali melakukan
2.1.4 mengident
halusinasinya. intervensi
Diskusikan ifikasi
Jika
denganmenemuka
klien Mengenal
pengaruh
n yang sedang halusinasi
halusinasi,
Situasi yang memungki
klien
tanyakan kan
menimbul nkan klien
apakah
atau ada
tidak untuk
suara yangkan
menimbul menghind
didengar
halusinasi.
arkan klien
Jika klien
Waktu dan
untuk
menjawab ada,
frekuensi
lanjutkan: apa
terjadinya menghind
yang dikatakan.
halusinasi arkan
Katakan
(Pagi, bahwa
Siang, faktor
perawat
Sore dan malam pencetus
percaya
atau jikaklien timbulnya
mendenga
sendiri, r
jengkel hal
suarasedih)
atau itu,
namun perawat
c.
sendiri tidak
2.1.5 Dengan
mendenga rnya
Diskusikan mengetahu
(dengan
dengan klien i waktu, isi,
nada bersahabat
apa yang dan
dirasakan jika frekuensi
terjadi munculny a
halusinasi halusinasi
(marah atau memperm
takut, sedih, udah
tindakan
keperawat
senang) beri
kesempatan
mengungkapka
n perasaannya.
3.Klien 3.1 Klien dapat 3.1.1 Upaya
dapat menyebutkan Identifikasi untuk
mengont tindakan yang bersama klien memutusk
rol biasa dilakukan cara tindakan an siklus
halusinas untuk yang dilakukan halusinasi
inya mengendalikan jika terjadi sehinggah
halusinasinya. halusinasi alusinasi
(tidur, marah, tidak
3.2 Klien dapat
menyibukkan berlanjut
menyebutkan
diri dll)
cara baru
3.3 Klien dapat 3.1.2 Reinforce
memilih cara Diskusikan ment
mengatasi manfaat cara positif
halusinasi yang dilakukan akan
seperti yang klien, jika meningkat
telah bermanfaat beri kan harga
didiskusikan pujian. diri klien.
dengan klien. 3.1.3
Diskusikan
cara baru Memberik
an
untuk
alternatif
memutus atau
pilihan
mengontrol
bagi klien
halusinasi:
untuk
Katakan “saya mengontro
tidak mau l
dengar kamu” halusinasi
(pada saat
halusinasi
terjadi) Memotiva
Menemui si dapat
orang lain meningkat
(Perawat/t kan
eman/angg ota kegiatan
klien
untuk
keluarga) untuk mencoba
bercakap- cakap memilih
atau mengataka salah satu
n halusinasi cara
yang terdengar. mengendal
Membuat ikan
jadwal kegiatan
halusinasi
sehari-hari agar
dan dapat
halusinasi tidak
muncul meningkat
Minta kan harga
keluarga/t diri klien
eman/pera wat
jika nampak
bicara sendiri.

3.1.4 Bantu
klien memilih
dan melatih
cara memutus
halusinasi
secara
bertahap.

4. Klien 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan Untuk


dapat membina klien untuk mendapatk
dukunga n hubungan saling memberi tahu an bantuan
dari percaya dengan keluarga jika keluarga
keluarga perawat mengalami mengontro
dalam halusinasi. l halusinasi
4.2 Keluarga
mengont
dapat 4.1.2
rol
menyebutkan Diskusikan
halusinas Untuk
pengertian, dengan
i. keluarga (pada mengetahu
tanda dan
kegiatan untuk saat i pengetahu
mengendalikan berkunjung/pa an keluarga
halusinasi. da saat dan
kunjungan meningkat
rumah): kan
kemampua
Gejala
n penegtahu
halusinasi yang
dialami klien an tentang
Cara yang halusinasi
dapat
dilakukan klien
dan keluarga
untuk memutus
halusinasi
Cara merawat
anggota
keluarga untuk
memutus
halusinasi di
rumah, beri
kegiatan,
jangan biarkan
sendiri, makan
bersama,
bepergian
bersama
Beri informasi
waktu follow
up atau kapan
perlu mendapat
bantuan:
halusinasi
terkontrol
dan risiko
mencedera i
orang lain.

5. Klien 5.1 Klien dan 5.1.1 Dengan


dapat keluarga dapat Diskusikan menyebut
memanfa menyebutkan dengan klien kan dosis,
atkan obat mafaat, dosis dan keluarga frejuensi
dengan dan efek tentang dosis, dan
baik. samping obat. frekuensi manfaat
manfaat obat. obat.
5.2 Klien dapat
mendemostrasik 5.1.2 Anjurkan Diharapka
an penggunaan klien minta n klien
obat secara benar sendiri obat melaksana
pada perawat kan
5.3 Klien
dan merasakan program
dapatinformasi
manfaatnya pengobata
tentang efek
n. Menilai
samping obat 5.1.3 Snjurkan
kemampua
klien bicara
5.4 Klien dapat n klien
dengan dokter
memahami dalam
tentang
akibat berhenti pengobata
manfaat dan
minum obat nnya
efek samping
sendiri.
5.5 Klien dapat obat yang
menyebutkan dirasakan Dengan
prinsip 5 benar mengetahu i
5.1.4
penggunaan efek
Diskusikan
obat samping
akibat berhenti
obat klien
minum obat
akan tahu
tanpa konsulta
apa yang
harus
dilakukan
5.1.5 Bantu setelah
klien minum obat
menggunakan
obat dengan Program
prinsip benar pengobata
n dapat
berjalan
sesuai
rencana
Dengan
mengetahu i
prinsip
pengguana
n obat,
maka
kemandiri
an klien
untuk
pengobata n
dapat
ditingkatk
an secara
bertahap.

V. STRATEGI PELAKSANAAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN (SP) HALUSINASI

DX Perencanaan
Tujuan Intervensi
Perubaha Pasien SP 1 (pasien) SP 1 (Keluarga)
n persepi mampu : -Mendiskusikan
sensori -Mengenali Identifikasi masalah yang
:Halusin halusinasi Jenis halusinasi dirasakan keluarga
asi yang Isi halusinasi dalam merawat
dialaminya Waktu Terjadinya pasien.
Frekuensi halusinasi -Menjelaskan
-Mengontrol Situasi yang pengertian, tanda
halusinasinya menimbulkan halusinasi dan gejala
Perasaan saat terjadi halusinasi yang
-Mengikuti halusinasi dialami oleh klien
program Jelaskan cara-cara beserta proses
pengobatan mengontrol halusinasi, terjadinya.
secara Ajarkan pasien mengontrol -Menjelaskan cara
optimal halusinasi dengan cara cara merawat klien
pertama: menghardik dengan halusinasi
halusinasi
Masukan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 2 (Pasien) SP 2(Keluarga)
Evaluasi SP 1 -Melatih keluarga
Latih pasien mengontrol
mempraktikkan cara
halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang merawat klien
lain
Masukan dalam jadwal dengan halusinasi.
kegiatan harian -Melatih keluarga
mempraktikkan cara
merawat
langsung kepada
klien halusinasi.
SP 3 (Pasien) SP 3 (Keluarga)
Membantu keluarga
Evaluasi SP 1,2
membuat jadwal
Latih pasien mengontrol
aktivitas di rumah
halusinasi dengan cara ketiga:
termasuk minum
melaksanakan aktivitas
obat (discharge
terjadwal
planning)
Masukan dalam jadwal
Menjelaskan follow
kegiatan harian
up klien
setelah pulang.

SP 4 (Pasien)
Evaluasi SP 1,2,3
Latih pasien menggunakan
obat secara teratur
Masukan dalam jadwal
kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi.


Yogjakarta : Andi

RS Jiwa Daerah Surakarta, Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa (Askep Jiwa


Terkini), 25-27 Maret 2014

Iskandar&Damaiyanti, Mukhripah. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa.


ISBN 978-602-8650-91-5

Direja Surya H.A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta:Desember 2011

Wijayaningsih S.K.Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan


Jiwa.Jakarta: D2015

Anda mungkin juga menyukai