HALUSINASI
Di susun oleh :
Kelompok 1
ATIKASARI
19.14901.14.02
PALEMBANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HALUSINASI
I. Masalah keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
a. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada.(Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari
luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang ‘’khayal’’, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita ang ‘’teresepsi’’ (Yosep,
2010).
b. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2014) faktor predisposisi pada pasien halusinasi adalah sebagai
berikut.
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasientidak mampu mandiri sehjak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranfesae
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya
neutransmitter otak. Misalnya pada ketidakseimbangan acetylcholin dan
dopamin.
d. Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.Pasien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia.Hasil studi menunjukkan
c. Faktor presipitasi
Adapun faktor presipitasi pada halusinasi adalah sebagai berikut.
a. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
b. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress.
(Prabowo, 2014).
c. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
Berikut dapat dilihat lima dimensi yaitu:
1) Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol
dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusianasi itu terjadi.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata
5) Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas, tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secaraspiritual untuk
menyucikan diri.(Damaiyanti, 2012).
e. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi
menurut Nanda-I (2012) yaitu:
1. Perubahan daam pola perilaku
2. Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah
3. Perubahan dalam ketajaman sensori
4. Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus
5. Disorientasi
6. Halusinasi
7. Hambatan komunikasi
8. Iritabilitas
9. Konsentrasi buruk
10. Gelisah
11. Distorsi sensori
g. Akibat Halusinasi
1) Risiko perilaku kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain, lingkungan
danverbal)
2) Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
3) Isolasi sosial.
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah responyang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.
i. Sumber Koping
1. Personal ablity : ketidak mampuan memecahkan masalah, ada gangguan diri
kesehatan fisiknya, ketidak mampuan berhubungan dengan orang lain,
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang
tidak adekuat.
2. Social support : hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat
tidak adekuat, komitmen dengan jaringan social tidak adekuat
3. Material asset : ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros tidak
punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki kekayaan dalam
bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat tinggal.
4. Pasitif belief : distress spritual tidak memiliki motivasi, penilaian negatife
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menggap itu suatu gangguan.
j. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
(Stuart, Laraia, 2005) meliputi :
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
effect
Core problem
Isolasi sosial
Causa
DO :
Bicara atau ketawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Mengarahkan telinga ke arah tertentu
Menutup telinga
mengutarakan an diri
masalah yang dengan
dihadapi. sopan
tanyakan nama
lengkap klien
dan nama
panggilan yang
disukai klien
Jelaskan
tujuan
pertemuan
Jujur dan
menepati janji
Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
klien apa
adanya
Beri perhatian
pada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
3.1.4 Bantu
klien memilih
dan melatih
cara memutus
halusinasi
secara
bertahap.
DX Perencanaan
Tujuan Intervensi
Perubaha Pasien SP 1 (pasien) SP 1 (Keluarga)
n persepi mampu : -Mendiskusikan
sensori -Mengenali Identifikasi masalah yang
:Halusin halusinasi Jenis halusinasi dirasakan keluarga
asi yang Isi halusinasi dalam merawat
dialaminya Waktu Terjadinya pasien.
Frekuensi halusinasi -Menjelaskan
-Mengontrol Situasi yang pengertian, tanda
halusinasinya menimbulkan halusinasi dan gejala
Perasaan saat terjadi halusinasi yang
-Mengikuti halusinasi dialami oleh klien
program Jelaskan cara-cara beserta proses
pengobatan mengontrol halusinasi, terjadinya.
secara Ajarkan pasien mengontrol -Menjelaskan cara
optimal halusinasi dengan cara cara merawat klien
pertama: menghardik dengan halusinasi
halusinasi
Masukan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 2 (Pasien) SP 2(Keluarga)
Evaluasi SP 1 -Melatih keluarga
Latih pasien mengontrol
mempraktikkan cara
halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang merawat klien
lain
Masukan dalam jadwal dengan halusinasi.
kegiatan harian -Melatih keluarga
mempraktikkan cara
merawat
langsung kepada
klien halusinasi.
SP 3 (Pasien) SP 3 (Keluarga)
Membantu keluarga
Evaluasi SP 1,2
membuat jadwal
Latih pasien mengontrol
aktivitas di rumah
halusinasi dengan cara ketiga:
termasuk minum
melaksanakan aktivitas
obat (discharge
terjadwal
planning)
Masukan dalam jadwal
Menjelaskan follow
kegiatan harian
up klien
setelah pulang.
SP 4 (Pasien)
Evaluasi SP 1,2,3
Latih pasien menggunakan
obat secara teratur
Masukan dalam jadwal
kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA