Anda di halaman 1dari 12

RESUME BUKU TIK & ISLAM

RIZKI AKBAR ANANDA 11180910000086


Judul buku, Pengarang, Cetakan, Tebal Halaman dan Penerbit
Judul Buku : Sains dan Teknologi ISLAMI

Pengarang : DR. Akhmad Alim, M.A.

Cetakan : Cetakan Pertama, Desember 2014


Tebal Halaman : 138 halaman

Penerbit : PT Remaja Rosdakarya bandung

A. Sinopsis
Buku ini berisi uraian dasar mengenai sains dan teknologi Islami. Dijelaskan dalam
buku ini sains Islam berkembang dalam peradaban Islam khususnya selama abad
kedelapan sampai enam belas masehi. Namun sayangnya berfikir tauhid ini
nampaknya sudah mulai hilang di kalangan sainstis muslim saat ini. Mereka beragama
Islam dan menjalankan penelitian sainstifik, namun hanya dalam pikiran mereka,
bahkan menganggap sains adalah netral dan bebas nilai, alias terpisah dari norma-
norma agama. Maka lahirlah teori-teori yang menolak Tuhan dalam mekanisme alam
hingga penggunaan senjata pemusnah missal. Lahirnya teori-teori ekonomi komunis
maupun neoliberal pun merupakan bukti bahwa saintek tidak bebas nilai. Sains
sekuler terbukti bermasalah, dan ilmuwan yang menekuninya pun akan selalu
memandang bahwa agama tidak perlu dilibatkan dalam pengaturan urusan sains dan
kehidupan public. Oleh karena itu perlu dilakukan Islamisasi sains, agar sains kembali
pada fitrahnya. Proses Islamisasi sains ini dapat dilakukan melalui tiga dimensi, yaitu
pendalaman terhadap teori-teori sains sebagai wujud dari sikap kritis ilmuwan
muslim, mewarnai pembahasan sains dengan aspek-aspek metafisika yang selaras
dengan nilai-nilai Islam dan mengarahkan aplikasi sains ke dalam teknologi yang
menjamin keberlangsungan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

B. Isi Buku
Buku ini terdiri atas 16 bab, dengan judul yakni
1) Keutamaan Ilmu.
Pada Bab 1, Penulis membahas tentang ilmu dalam pandangan islam, Islam
mempunyai peranan yang sangat besar, dan memiliki kedudukan yang tinggi di
sisi Allah. Bahkan islam identik dengan ilmu. Ilmu adalah islam,dan islam adalah
ilmu.
Terdapat banyak ayat,hadist,atsar,dan qoul ulama,yang berkenaan dengan
keutamaan ilmu.Diantaranya adalah,
Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.
Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada
ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher
babi.” (HR. )

2) Pengertian Ilmu
Pada Bab 2, Penulis membahas tentang ilmu secara bahasa dan ilmu secara istilah
Ilmu secara bahasa adalah,kata ‘ilm termasuk yang berkaitan dengan ‘alam
(dunia),dalam pengamatan Rosenthal terdapat 750 kali pengulangan. Menempati
urutan ketiga sesudah kata Allah dan Rabb yang diulang masing-masing sebanyak
2.800 dan 950 kali.
Ilmu secara ilstilah adalah, ilmu sebagaimana didefinisikan Oxford English
Dictionary memiliki tiga pengertian,yaitu (i) informasi dan kecakapan yang
diperoleh melalui pengamatan atau pendidikan; (ii) keseluruhan dari apa yang
diketahui; (iii) kesadaran atau kebiasaan yang didapat melalui pengalaman akan
suatu fakta atau keadaa.

3) Cara Memperoleh Ilmu dan Saluran-Salurannya


Pada Bab 3, Penulis membahas Cara memperoleh ilmu,yaitu dengan cara belajar
(ta’allum).Hal itu sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Bukhari didalam kitab
Jami’ ash-Shahihnya, Pada bab Al-Ilmu Qabla al-Qauli wa al-‘Amal.
Dan penuis juga membahas tentang saluran saluran ilmu, untuk melalui proses
belajar tersebut, diperlukan instrumen pendukungnya, yaitu mencangkup empat
saluran ilmu, (1)up empat saluran ilmu, (1) persepsi indra (indrak al-hawass). (2)
proses akal sehat (ta’aqqul) serta (3) intrusi hati (qolb), dan (4) melalui informasi
yang benar ( khabar shadiq)

4) Klasifikasi dan Hierarki Ilmu


Pada Bab 4, Penulis membahas Klasifikasi Ilmu dan Hierarki.
Klasifikasi ilmu : islam tidak mengenal dikotonimi ilmu, yang satu diakui, yang
lainnya tidak, yang logis-empiris dikategorikan ilmiah, sedangkan yang
berdasarkan pada wahyu tidak dikategorikan ilmiah. Semua jenis
pengetahuan,apakah itu yang logis-empiris, Apalagi yang sifatnya wahyu
(revelational), diakui sebagai sesuatu yang ilmiah.
Hierarki Ilmu : Di samping klasifikasi, para ulama juga memberlakukan hierarki
pengetahuan. Artinya pemilihan mana yang pokok dan utamadan mana yang tidak
pokok.mana yang harus menjadi dasar dari semua pengetahuan , dan mana yang
harus senantiasa berdasar pada ilmu-ilmu yang mendasar.

5) Integrasi Akal dan Wahyu


Pada Bab 5, penulis membahas Konsep Akal, Konsep Wahyu dan Integrasi Akal
dan Wahyu.
Konsep Akal yaitu, Akal memiliki makna "imsâk, dhabt, hifzh (menahan,
menjaga), lawan kata dari irsâl, itlaq, ihmal, tasayyub (melepaskan)." Hal itu
karena akal adalah alat yang berfungsi sebagai kendali, yang mampu
membentengi manusia dari segala hal yang dapat melepaskannya ke dalam jurang
kehinaan.
Selanjutnya pada bab ini penulis membahas tentang konsep wahyu, Dari sisi
kebahasaan, dapat disimpulkan secara umum dari para penyusun kamus bahasa
Arab bahwa arti "wahy" ini berkisar sekitar: al-isyarah al-sari'ah (isyarat yang
cepat), al-kitabah (tulisan), al-maktub (tertulis), al-risalah (pesan), al-ilham
(ilham), al-i'lam al-khafi (pemberitahuan yang bersifat tertutup dan tidak diketahui
pihak lain), al-kalam al-khafi al-sari (pembicaraan yang bersif tertutup dan tidak
diketahui pihak lain dan cepat). Arti-arti ini didasarkan pada teks-teks dasar
bahasa Arab, terutama al-Quran dan hadits. Misalnya dalam ayat dan hadits
berikut.
Kata-kata "wa-auha" dalam ayat 68 surah al-Nahl ini berarti “memberi ilham”.
Kata-kata "fa auha" dalam ayat 11 surah Maryam ini berarti “memberi isyarat".
Kata-kata "layuhun" dan "yuhi" dalam kedua ayat di atas juga mempunyai ard
"memberi isyarat atau ilham".
Integrasi Akal dan Wahyu, Dalam islam tidak boleh berdiri sendiri,sebagai mana
yang diyakini oleh kelompok Mu’tazilah. Akal akan diposisikan sesuai dengan
porsinya,dan harus dikendalikan oleh wahyu.

6) Integrasi Ilmu dan Adab


Pada bab ini penulis membahas tentang Integrasi Ilmu dan Adab.
Masalah yang mendasar yang sedang dihadapi umat sekarang ini adalah masalah
ilmu dan adab. Ilmu sudah mulai dijauhkan, bahkan dihilangkan dari nilai-nilai
adab dalam arti yang luas. Akibatnya, terjadilah suatu keadaan, yang oleh Al-
Attas disebut the loss of adab (hilangnya adab). Efek buruk dari fenomena ini
adalah terjadinya kebingungan dan kekeliruan persepsi mengenai ilmu
pengetahuan, yang selanjutnya menciptakan ketiadaan adab dari masyarakat. Hasil
akhirnya adalah ditandai dengan lahirnya para pemimpin yang bukan saja tidak
layak memimpin umat, melainkan juga tidak memiliki akhlak yang luhur dan
kapasitas intelektual dan spiritual mencukupi, sehingga itu semua akan membawa
kerusakan di berbagai sektor kehidupan ,baik kerusakan
individu,masyarakat,bangsa dan negara.

7) Internalasi Adab Akademik


Pada bab ini penulis membahas tentang Pengertian Adab dan Adab Akademik.
Adab secara etimologi merupakan bentuk masdar dari kata kerja addaba yang
berarti mendidik, sopan, berbudi baik, mengikuti jejak akhlaknya.
Salah satu ulama yang memberikan perhatian dalam masalah konsep adab
akademik adalah ibn Jama’ah. Konsep tersebut,beliau jelaskan secara
komprehensif dalam karyanya yang berjudul Tadzikrah al-Sami’ wa al-
Mutakkalim Fi Adab al-‘ilm wa al-muta’allim.

8) Faktor Pendorong Kemajuan IPTEK


Pada bab ini penulis membahas tentang apa saja faktor pendorong kemajuan
IPTEK.
Faktor pertama yaitu kemurnian dan keteguhan dalam mengimani, memahami,
dan mengamalkan ajaran islam. Keimanan yang teguh, pemahaman yang
memadai dan kesungguhan dalam mempraktikan ajaran islam sebagaimana
tertuang dalam al-qur’an dan sunnah itu telah berhasil melahirkan individu-
individu “siap tempur”.
Yang kedua yaitu faktor dorongan motivasi agama, islam merupakan satu-satunya
agama yang paling empatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu.
Selanjutnya yaitu faktor Apresiasi Masyarakat, Tumbuh dan berkembangnya
budaya ilmu dan tradisi ilmiah pada masa keemasan islam tidak luput dari kondisi
masyarakat islam pada saat itu,yang meskipun terdiri dari bermacam macam etnis
(Arab, paris, Koptik, Berber,Turki dan lain-lain, dengan latar belakang bahasa dan
budaya masing-masing, namun berhasil diikat oleh tali akidah islam.
Dan yang terakhir yaitu faktor Patronase (Dukungan) Penguasa, Ketertarikan
sejati para penguasa dan orang-orang kaya terhadap ilmu,telah mendorong mereka
untuk memberikan dan bantuan finansial,serta perlindungan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.

9) Prestasi Ilmuan Muslim


Pada bab ini penulis membahas tentang tahapan lahirnya ilmu dalam islam.

Dalam hal ini, Hamid Fahmy Zarkasyi menjelaskan secara periodik tahapan-
tahapan kelahiran ilmu dalam Islam, yang bisa menjadi penjelas tentang
keberadaan al-'ulûm al-syar'iyyah ini. Menurut Hamid, kelahiran ilmu dalam
Islam dibagi ke dalam empat periode, yang akan dijelaskan pada uraian berikut
ini. Periode pertama, turunnya wahyu dan lahirnya pandangan hidup Islam.
Turunnya wahyu pada periode Mekah merupakan pembentukan struktur konsep
dunia dan akhirat sekaligus, yang merupakan sebuah struktur konsep tentang
dunia (world structure) yang baru.

Selanjutnya pada bab ini penulis membahas prestasi ilmuwan muslim, salah satu
prestasi besar dalam dunia ilmiah islam dapat ditemui dalam bidang matematika.
Kaum muslim pada awalnya belajar matematika dari orang-orang india. Mereka
mengenal angka satu sampai sembilan dari india, yang di Barat kemudian dikenal
dengan Arabic numbers. Akan tetapi umat islam mencatatkan prestasi tersendiri
dalam bidang ini dengan penemuan angka nol oleh Al-Khawarizmi (w. 833 M)
yang disebutknya shifr.

10) Islamisasi Ilmu dan Kampus


Pada bab ini penulis membahas tentang Islamisasi ilmu, proses islamisasi ilmu
pengetahuan kontemporer,dan Islamisasi Kampus.
Islamisasi ilmu pengetahuan, yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan
kontemporer, yang diproyeksikan melalui pandangan hidup budaya dan peradaban
barat. Menurut Al-Attas ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban
Barat : 1) akal diandalkan untuk membimbing kehidupan manusia; 2) bersikap
dualistik terhadap realitas dan kebenaran; 3) menegaskan aspek eksistensi; 4)
membela doktrin; 5) menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur dominan dalam
fitrah dan eksistensi manusia.

Selanjutnya pada bab ini penulis membahas tentang proses islamisasi ilmu
pengetahuan kontemporer. Setelah mengtahui mengenai pandangan hidup Islam
dan Barat, maka proses Islamisasi ilmu pengetahuan saat ini melibatkan dua
proses yang terkait. Yang pertama yaitu mengisolasi unsur-unsur dan konsep-
konsep kunci yang membentuk budaya dan peradaban budaya dan peradaban
Barat dari setiap bidang ilmu pengetahuan modern saat ini.
Yang kedua yaitu memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci
dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan.

Pada bab ini penulis juga membahas Islamisasi Kampus. Sekarang ini, terjadinya
kemunduruan universitas bukan karena tiada kemampuan profesional. Secara
umum, universitas berada di tingkat seperti pada peringkat menteri-menteri, guru,
dan dosen. Semua dilahirkan dari perguruan tinggi. Namun, mereka hanya
memiliki kualitas keilmuan yang terbatas, yakni hanya aspek-aspek kognitif atau
psikomotor. Akan tetapi, tujuan dari kemampuan itu bukan lillahi taʼala melainkan
hanya untuk sukses sendiri saja. Inilah gambaran dari pendidikan yang tidak
sesuai dengan arah tujuannya.

11) Manusia sebagai Penggerak Teknologi


Pada bab ini penulis membahas tentang Hakikat Manusia.
Hakikat Manusia Bila diamati secara mendalam tentang proses penciptaan
manusia, secara umum ia terdiri dari dua jenis, yaitu dari benda padat dan benda
cair. Benda padat berbentuk tanah (turab), dan tanah liat (thin); benda cair
berbentuk air atau mani (al-maa').
Dalam bab ini juga terdapat karakteristik manusia bagaimana manusia adalah
salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk yang memiliki
karakter yang unik. manusia memiliki karakter positif dan negatif.
Bab ini juga menjelaskan tentang tujuan hidup manusia dan manusia sebagai ulul
albab sebagai penggerak teknologi.

12) Al-Qur’an dan IPTEK


Pada bab ini penulis membahas tentang Al-Qur’an sebagaimana Al-Qur’an yang
menakup ilmu umat terdahulu dan umat yang akan datang. Penulis juga
membahas tentang teknologi yaitu Logam besi sebagai perangkat teknologi,ada
pula teknologi angin,teknologi ilmu sipil dan teknologi supra power.

13) Netralisasi Sains dan Teknologi


Pada bab ini penulis membahas tentang sains dan teknologi tidak netral dan
komparatif ilmuwan muslim dan ilmuwan sekuler. Terdapat ilmuwan muslim dan
ilmuwan sekuler. Ada perbedaaan antara Saintek yang dikembangkan dalam
sistem islam dan sistem sekuler,ada produk saintek yang tidak kompatibel dengan
islam.

14) Menuju Sains Islam


Pada bab ini penulis membahas tentang Urgensi filsafat sains islam, islam
memandang sains atau ilmu alam dalam hal ini terkait dengan konsep tauhid
merupakan satu kesatuan dengan cabang pengetahuan lainnya. Pada bab ini juga
membahas bagaimana memahami Sains kontemporer sains adalah suatu modus
penelitian terorganisasi,sistematis dan disiplin untuk eksperimen yang
menghasilkan hasil yang berulang dan berlaku universal.

15) Teknorat Rabani


Pada bab ini membahas tentang definisi dan proses. Proses yang harus ditempuh
dalam rangka melahirkan teknorat rabani harus berorientasidalam metode
pendidikan. Metode pertama yaitu,Afkar(pemikiran), Athifah (perasaan), suluk
(sikap perilaku)

16) Membangun Peradaban Ilmu dan Teknologi


Pada bab ini membahas tentang bagaimana upacaya membangun dan
mencerahkan peradaban umat islam,Cara pandang ini berakar pada ilmu
pengetahuan,khussnya tentang manusia dan alam semesta.

Anda mungkin juga menyukai