Anda di halaman 1dari 182

Biogas

Andika Munandar
• Metana
Biogas
• Hidrogen

• Pelet Kayu
Biomass • Limbah
padat

• Bioetanol
Biofuel • Biodiesel
• Bioavtur

Waste To Energy
Metana • 50-75%

Karbon
dioksida • 25-50%

Nitrogen • 5-10%

Hidrogen • 5-10%

Gas
Lainnya • 2-7%

Produk dari Biogas


Metode Pembuatan biogas
Jenis alat biogas
Proses biogas
• (C6H10O5)n + n H2O  n (C6H12O6)

Tahapan Hidrolisis
• C6H12O6  2CH3CHOHCOOH (asam laktat)
• C6H12O6  CH3CH2CH2COOH + H2O + 2H2
(asam butirat)
• C6H12O6  CH3CH2COOH + 2CO2
(asam propionat)
• C6H12O6  CH3COOH (asam asetat)

Tahapan pengasaman
• 4H2 + CO2  CH4 + 2H2O
• 4COOH  CH4 + 3CO2 + 2H2O
• CH3COOH  CH4 + CO2
• CH3CH2COOH + 1/2H2O  7/4CH4 + CO2
• 4CH3OH  3CH4 + CO2 + 2H2O
• CH3(CH2) 2COOH + 2H2O + CO2  CH3COOH + CH4
• 4CO + 2H2O  CH4 + 3CO2
• 4CH3N + 6H2O  9CH4 + 3CO2 + 4NH3

Tahapan pembuatan
Metana
• Menghasilkan energi yang bersih dengan nyala api
berwarna biru
• Menghasilkan bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat
diperbarui
• Dapat digunakan untuk berbagai penggunaan

Keuntungan Teknologi
• Mengurangi polusi udara
• Memaksimalkan proses daur ulang
• Pupuk yang dihasilkan bersih dan kaya nutrisi
• Menurunkan emisi gas metan dan CO2 secara signifikan
• Memperkecil kontaminasi sumber air karena dapat
menghilangkan bakteri coliform sampai 99%
• Tidak menimbulkan bau yang berbahaya bagi kesehatan
manusia

Keuntungan Lingkungan
• Ditinjau dari siklus ulang proses, digester anaerobik lebih
ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya
• Alat yang digunakan mudah ditemui di sekitar, untuk
pembuatan biogas sederhana
• Perawatan dan operasional lebih murah

Keuntungan ekonomi
• Jenis bahan organik (substrat)
• Derajat Keasaman (pH)
• Imbangan C/N
• Suhu
• Loading rate (laju pengumpanan)
• Zat toksik
• Pengadukan
• Starter
• Waktu retensi

Parameter Proses
Pembentukan Gas
Terima Kasih
Bioalkohol

Andika Munandar
Bioalkohol
• Bioalkohol merupakan bahan bakar nabati cair
yang paling banyak dan penggunaannya dapat
mengurangi ketergantungan terhadap bahan
bakar fosil, mengurangi polusi udara dan
perubahan iklim global akibat penumpukan
karbon dioksida
Bioalkohol
• Bahan baku yang dapat digunakan untuk
produksi bioalkohol dapat berupa
– bahan berpati (singkong, jagung, gandum, sagu,
kentang)
– bahan bergula (molase, nira tebu, sorgum manis)
– bahan berselulosa (limbah pertanian, seperti
jerami padi, ampas tebu)
Bahan berselulosa
Bioalkohol

bioetanol
Bioalkohol
biobutanol
Etanol Versus Butanol
Etanol Butanol
• Etanol atau etil alkohol • Butanol atau butil alkohol
(C2H5OH) (C4H9OH)
• 46 g/mol • 74.12 g/mol
• titik didih 78,5 °C • Titik didih 116 - 118 °C
• densitas 0,79 g/cm3 pada • 0,81 g/cm3 pada 20°C
20 °C
ABE Fermentation
Rasio ABE fermentation
Bioetanol versus biobutanol
Bioetanol Biobutanol
– S. cerevisiae (yeast) – Clostridium (bacteria)
– Temp 30°C – Temp 30-40°C
– pH 6 – pH 6.8-7 drops to 5.0
– No extracellular enzymes (acidogenesis) and increases to
7.0 (solventogenesis)
– Monomeric sugars (6C)
– Presence of extracellular
– Products: 50% ethanol, 50% enzymes
CO2
– Starch, cellobiose and monomers
– Toxicity of the final product (5 and 6 C)
over 100g/L of ethanol
– Variety of products
– Toxicity of the final products
• 20g/L max of acetone, butanol,
and ethanol
Pembuatan bioalkohol
• Produksi bioalkohol oleh mikroorganisme
anaerob dibedakan berdasarkan jalur
(pathway) konversi asam piruvat menjadi
asetaldehid yang selanjutnya direduksi
menjadi alkohol oleh alkohol dehidrogenase
(Bringer-Meyer dkk.,1986 dalam Rogers dkk.,
2006; Kim dkk., 2008; Gottschalk, 1986).
Jalur pembuatan bioalkohol
Pembuatan bioalkohol

• Dalam proses gelatinasi, bahan baku ubi kayu, ubi jalar, atau jagung dihancurkan
Gelatinisasi dan dicampur air sehingga menjadi bubur, yang diperkirakan mengandung pati
27-30 persen.

• Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi alkohol


Fermentasi dengan menggunakan yeast. Alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi ini,
biasanya alkohol dengan kadar 8 sampai 10 persen volume

• Untuk memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar, alkohol hasil fermentasi yang mempunyai
distilasi kemurnian sekitar 40% tadi harus melewati proses destilasi untuk memisahkan
alkohol dengan air dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan
tersebut yang kemudian diembunkan kembali
Pembuatan bioalkohol
Etanol butanol
Jalur pertama pembuatan bioetanol
piruvat : ferredoksin
oksidoreduktase
CH3–CO–COOH + Fd CH3–CO-CoA + Fd.H2 (2.1)

CoA-SH CO2
Aldehid dehidrogenase
CH3–CO–CoA+NADH + H+ CH3–CHO+NAD+ (2.2)

Alkohol dehidrogenase
+
CH3–CHO + NADH + H CH3–CH2OH + NAD+ (2.3)

C6H12O6 + 2H2O 2C2H5OH + 2HCO3- + 2H+ (2.4)

C3H8O3 + H2O C2H5OH + HCO3- + H+ + H2 (2.5)


Jalur kedua
Piruvat dekarboksilase
CH3–CO–COOH CH3–CHO + CO2 (2.6)

Alkohol dehidrogenase
+ +
CH3–CHO + NADH + H CH3–CH2OH + NAD (2.7)
Jalur glukosa-etanol pada Saccharomyces cerevisiae ditulis sebagai berikut
(Kosaric dan Sukan 2001) :

C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2ATP (2.8)


Perbandingan etanol dan butanol
dengan sumber energi lainnya
Perbandingan nilai kalor dari bensin,
etanol, dan butanol
Organisme Mol etanol/mol glukosa
Clostridium sporogenes Di atas 4,15a
Clostridium indolis (patogen) 1,96a
Clostridium sphenoides 1,8a (1,8)b
Clostridium sordelii (pathogen) 1,7
Zymomonas mobilis (syn. Z.
1,9
anaerobica)
Zymomonas mobilis subsp.
1,7
pomaceae
Spirochaeta aurantia 1,5 (0,8)
Spirochaeta stenostrepta 0,84 (1,46)
Spirochaeta litoralis 1,1 (1,4)
Erwinia amylovora 1,2
Leuconostoc mesenteroides 1,1
Streptococcus lactis 1,0
Sarcina ventriculi (syn.
1,0
Zymosarcina)
Pilot plant etanol
Terima kasih
PUPUK KOMPOS
OLEH : ANNISA SOFRIYATUN
PENGERTIAN
Pupuk adalah bahan/unsur dalam bentuk senyawa Kimia Organik maupun anorganik yang berguna
untuk tanah dan nutrisi tanaman.
Kompos adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah
seperti tanah dan tidak berbau. Memiiki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun
persentasenya kecil.

Jadi, pupuk kompos adalah pupuk (bahan/unsur) yang berasal dari sisa bahan organic yang
berasal dari makhluk hidup yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.
JENIS-JENIS KOMPOS
• kompos Cacing (vermicompost) yaitu kompos yang terbuat dari bahan organic yang dicerna oleh
cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.
• Kompos Bagase yaitu pupuk yang berbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik
gula.
• Kompos Bokashi yaitu pupuk kompos yang berasal dari proses fermentasi bahan organic dengan
teknologi penggunaan mikroorganisme (azotabacter sp, lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik
dan jamur pengurai selusosa)
MANFAAT KOMPOS
Kompos memiliki banyak manffat yang ditinjau dari beberapa aspek :
Aspek Ekonimi :
• Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
• Mengurangi volume / ukuran limbah.
• Memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada bahan aslinya.
Aspek Lingkungan :
• Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas petana dari sampah organic
yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah.
• Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
Aspek bagi tanah / tanaman :
• Meningkatkan kesuburan tanah.
• Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
• Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah.
• Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
• Meningkakan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, jumlah panen)
• Menyediakan hormone dan vitamin bagi tanaman.
• Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.
BAHAN-BAHAN YANG DAPAT DIKOMPOSKAN
PROSES PENGOMPOSAN
Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu : tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah
terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat
dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan ph kompos. Suhu akan meningkat hingga
di atas 50 - 70 oc. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini
adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah
sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat
ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses
pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak
ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, di mana mikroba
menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga
terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak
diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses
anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
PROSES PENGOMPOSAN TERGANTUNG PADA

• Karakteristik bahan yang dikomposkan


• Aktivator pengomposan yang dipergunakan
• Metode pengomposan yang dilakukan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PENGOMPOSAN
RASIO C/N
Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk
sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.
UKURAN PARTIKEL
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas
akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan
lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan
tersebut.
AERASI
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara
alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar
dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas
dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses
anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
POROTASI
Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan
mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan
udara. Udara akan mensuplay oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air,
maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu
KELEMBABAN
Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan
secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan
bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 - 60 % adalah
kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba
akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila
kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas
mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
TEMPERATUR/SUHU
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan
konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan
semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada
tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oc menunjukkan aktivitas pengomposan
yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oc akan membunuh sebagian mikroba dan hanya
mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh
mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
PH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran ph yang lebar. Ph yang optimum untuk proses
pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. Ph kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8
hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan
ph bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan ph (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan ph pada fase-fase awal pengomposan. Ph kompos
yang sudah matang biasanya mendekati netral.
KANDUNGAN HARA
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam
kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses
pengomposan.
KANDUNGAN BAHAN BERBAHAYA
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan
mikroba. Logam-logam berat seperti mg, cu, zn, nickel, cr adalah beberapa bahan yang termasuk
kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
LAMA PENGOMPOSAN
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode
pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan.
Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun
hingga kompos benar-benar matang.
TABEL KONDISI YANG OPTIMAL UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN :
STRATEGI MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN
Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum strategi untuk
mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
• Menanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.
• Menambahkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba
pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).
• Menggabungkan strategi pertama dan kedua.
TERIMAKASIH
Biochar Basics:
An Introduction about the
What and Why of Biochar
Version 1 of these slides was presented at the
2009 Northeast Biochar Symposium, November 13 at
the University of Massachusetts Amherst
(Released for general distribution and use by others.)

Paul S. Anderson, PhD Hugh McLaughlin, PhD, PE


AKA “Dr. TLUD” (TEE-lud) Director of Biocarbon Research Alterna
V.P. of Chip Energy Inc Biocarbon Inc.
Specialist in micro-gasification hmclaughlin@alternabiocarbon.com
psanders@ilstu.edu
Slide-set modified and presented by:
(Add presenter’s identification)
Biochar Defined:
• The placement of charcoal into soils.

• The presence of nearly pure carbon in


soils, in the form of amorphous graphite.

• NOT carbon that is in living organisms.

• NOT fossil carbon, as in coal, oil, or


natural gas.
His ancestors
accomplished
soil
improvements
that modern
science is
trying to
understand
and replicate.
Latosol vs. Terra Preta (Dark Earth)

Terra preta is excellent soil with high presence of charcoal (biochar).


Terra preta might be from “slash and char” practices, but
NOT from current “slash-and-burn” agricultural practices.
Summary of Biochar Properties
• Was biomass; now has charcoal-like properties.
• Significant carbon content, but more than just
carbon that has been sequestered:
• Internal surface area and adsorption properties.
• CEC = cation exchange capacity, better
fertilizer retention and less field runoff.
•Significant synergisms with soil microbes over
time – nitrogen fixers and other good “bugs.”
Half-life of biochar
is ~1400 years.
Conclusion # 1:
• There is something about abundant charcoal in
soils that can be highly beneficial to plants.
• The benefits last for at least hundreds of years.
• Biochar has potential for improving soils and
feeding people, especially where soils are weak.
• ONLY possible with charcoal:
– NOT by putting coal dust into soils.
– NOT by adding manure or other organic
material.
Basic Forms and
Transformations of Carbon:
Elemental Carbon Oxide gases
C (solid) C+O
CO & CO2
Activated charcoal
Regular charcoal
Graphite
Carbon black (soot)
Coke (from coal)
Biomolecules
C+H+O
Hydrocarbons Carbohydrates,
C+H Sugars, Cellulose,
Coal, oil, gases Lignin, & much
more in living and
dead biomass.
Basic Forms and
Transformations of Carbon:
Elemental Carbon Add Oxygen: Oxide gases
C (solid) Gasification & C+O
combustion CO & CO2
Activated charcoal
Regular charcoal Add Oxygen: Add H O and
Graphite Decay 2
photosynthesis by
Carbon black (soot)
plants
Coke (from coal) Carbonization /
Pyrolysis: Biomolecules
Create charcoal C+H+O
& liberate gases
Hydrocarbons Carbohydrates,
C+H Sugars, Cellulose,
Coal, oil, gases
Loose Oxygen: Lignin, & much
Become fossil fuels more in living and
dead biomass.
From: http://www.techtp.com/Torrefaction%20for%20High%20Quality%20Wood%20Pellets.pdf, page 7 of 36
How does wood burn?
• Wood, consists of hemicellulose, cellulose
and lignin
– Hemicellulose gasifies at 250 – 300C
– Cellulose splits into char and volatiles between 300C and 450C
– Lignin splits into char and volatiles between 300C and 750C
– Volatilization cools the remaining solid, but the gases burn and
generate radiant heat (yellow to blue light)
– Eventually, oxygen can react with the remaining char to make
CO2, H2O and ash, plus more heat (red light)

• Putting it all together, we can summarize


this in the next two slides that are easier
to understand:
Pyrolysis & Carbonization Reactions of Wood
Below 288 C = Torrefied Wood Above 325 C = Biochar
Hemicellulose Lignin Cellulose

Extensive
E E
300 Devolatilisation 300
and

carbonisation
(E)
D

TORREFACTION
250 D D 250
Limited
devolatilisation
Temperature (°C)

Temperature (°C)
and
carbonisation (D) C

200 200

C
depolymerisation
and
recondensation
(C)
150 150

glass transition/ A
softening (B)

drying (A)
A
100 100
Hemicellulose Lignin Cellulose
A match shows the simple
production of charcoal

The combustion flame (“C”) burns gases and provides heat to sustain
pyrolysis (“P”). Ash is held in the charcoal until “G” (char-gasification)
releases it. When “C” goes out, visible smoke shows condensing gases.
Making charcoal
• the first synthetic material produced by man.
• used to draw on the walls of caves, and
• used to transport fire (embers) to new locations.
• later used for smelting tin to make bronze tools.
• easier to do than any of the coal – oil – gas
options:
– Converting wood to charcoal is done by heating in an
atmosphere of limited oxygen.
– Known as “Pryolysis” or “Carbonization”, we do it
every time we make a fire with wood.
– And Mother Nature’s forest fires predate Smoky the
Bear ……
Chemical changes as wood becomes biochar:
Created by photosynthesis using
solar energy + CO2 + H2O

(35 wt %) (40 wt %) (25 wt %)

57% of carbon 0% + 6% + 4% of carbon 33% of


carbon
Charcoal retains ~ 20% of the weight and 30% of the energy of
the biomass, so ~70% of the energy is released as usable vapors.
W
oo Weight percent of dry sample
W dP
oo el
l
G

0%
20%
40%
60%
80%
100%

To d C et s
ra

Mobile H & O
rr hi - A
ss ef ps
G P ie -
ra e d B
F

Res ident Carbon


ss lle ir
P tC -C
el h
le a
S tC r#
tra h 1
S w ar # - D
tra C 2
h
S w C ar - E
tra h #
w ar 1 -
C # F
G ha 2
as r# -G
G ifie 3
as r -H

Res ident H & O


Mobile Nitrogen
ifi Ch
er a
W C r#
ha 1
M ood r# -I
ac P 2
N el -J
B ut let
io S C
ch h h
Ju ar ell ar
ni B Ch - K
pe ra a
r nd r -
A ioB #1 L
sp c -M
en arb
Ju C B o
ni ed io n #
As h (acid s oluble)
Res ident Nitrogen

Ju per ar car 1 -
ni B Bio bo N
pe io c n
r ca arb - O
B rb o
io o n
c n -
Fi arb # P
rB o 2
io n # - Q
ca 3
MODIFIED ULIMATE ANALYSES OF CHARS

rb - R
on
Source: McLaughlin, Anderson, Shields & Reed (2009). All Biochars Are Not Created Equal…terrapreta.bioenergylists.org

-S
Mobile Carbon
As h (non-s oluble)
Conclusion # 2:
• Charcoal is made by the thermal
transformation of biological matter,
mainly carbohydrates.

• Plant biomass seems to create the best


biochar – both woods and grasses.

• All biochars are not equal – both starting


biomass and carbonization conditions
influence the final biochar properties.
Basic Forms and
Transformations of Carbon:
Elemental Carbon Add Oxygen: Oxide gases
C (solid) Gasification & C+O
combustion CO & CO2
Activated charcoal
Regular charcoal Add Oxygen: Add H O and
Graphite Decay 2
photosynthesis by
Carbon black (soot)
plants
Coke (from coal) Carbonization /
Pyrolysis: Biomolecules
Create charcoal C+H+O
& liberate gases
Hydrocarbons Carbohydrates,
C+H Sugars, Cellulose,
Coal, oil, gases
Loose Oxygen: Lignin, & much
Become fossil fuels more in living and
dead biomass.
Timelines for Carbon
Transformations & Permanence
Burn it. CO2 Burn it.
200+ years of fossil Natural short-term
cycle of growth and
fuel consumption is
decay (including
Carbon Positive:
biomass burning) is
C+
Biomass Carbon Neutral: C=
(living and dead)
100 million
100 minutes ( C- )
years ( C- ) Storing carbon is
Carbon Negative: C-
Fossil Fuels Biocarbon
Optional human activity,
creating Terra Preta
Biochar in Soils
Hundreds or thousands of years
as long-term carbon sequestration: C-
Timelines for Carbon
Transformations & Permanence
Burn it. CO2 Burn it.
200+ years of fossil Natural short-term
cycle of growth and
fuel consumption is
decay (including
Carbon Positive:
biomass burning) is
C+ in enormous Biomass Carbon Neutral: C=
proportions!!! (living and dead)
100 million
100 minutes ( C- )
years ( C- ) Storing carbon is
Carbon Negative: C-
Fossil Fuels Biocarbon
Optional human activity,
Biochar in Soils creating Terra Preta!!!
Hundreds or thousands of years as
long-term carbon sequestration: C-
285 in 1950

Ice age Ice age Ice age Ice age


> 380
in 2010

< 300
in 1950

Most recent Ice Age

Shows ONLY 400,000 years. “Civilization” is less than 10,000 years old.
Global Temperature and Atmospheric CO2 over Geologic Time

Today

Late Carboniferous to Early Permian time (315 mya -- 270 mya) is the only time period
in the last 600 million years when both atmospheric CO2 and temperatures were as low
as they are today (Quaternary Period ). Temperature after C.R. Scotese http://www.scotese.com/climate.htm CO2 after R.A. Berner, 2001 (GEOCARB III)

Source: http://www.geocraft.com/WVFossils/Carboniferous_climate.html
Conclusion # 3:
• Global warming can be debated, but the increase in
atmospheric CO2 levels is clearly measured and due
to human activities.
• The Earth is very capable of existing with much
higher CO2 levels, but our current human society
probably could not.
• The only current reasonable method for human
action to remove significant amounts of atmospheric
CO2 is through biochar for carbon sequestration.
• And Conclusion # 1 states that Biochar is being
shown to improve poor soils, so put char into soils!
Potential Sources of Biochar
Chart of Potential Sources of Biochar
Source: McLaughlin, Anderson, Shields & Reed (2009). All Biochars Are Not Created Equal…terrapreta.bioenergylists.org

Type => Incidental Traditional Gasifier Other Modern Industrial Processes


Issue

Applica-
tion
Fire Lump Biomass to By or Co- Sole
Residual Charcoal Energy product product
Description Fireplace Primitive kilns Downdraft Traditional retort Biocarbon for energy
(Highly Forest fire Updraft Specialized retort Biochar for soil
general- Incineration Modern Top-Lit UpDraft Fast Pyrolysis Bio-Gas & Bio-Oil
ized)
kilns (TLUD)
Oxygen? Oxic - Uncontrolled Oxic = limited Oxic Anoxic (usually) Anoxic and Oxic
oxygen and
Anoxic = no oxygen

Commercial No. Basically Yes. Established Biochar is NOT the Initial efforts & biochar is Initial efforts
for biochar? destructive. product – for cooking primary objective. NOT the primary goal
End of the Beginning about Biochar Basics
• Further discussions can cover issues of:
– Production of biochar, including cook stoves.
– Application of biochar.
– Impact of biochar on plants and soil microbes.
Or is this the Beginning of the End?
• With the rising CO2 level, living conditions of most
of humanity will be affected, and current cultural
structure and political stability are unlikely to
continue for another 100 years.
• Issues of atmospheric CO2 concentrations will not
be resolved without conscious and significant
actions by all the fuel-intense nations of the World
– and actions on the ground everywhere.
PEMANFAATAN LIMBAH
INDUSTRI KARET
KELOMPOK 4
1. SULLY KUSUMA WARDANI (25117001)
2. MELYANA (25117013)
3. M. KHOIRIL ICHSANI (25117028)
4. PUTRI HARLYANTI (25116003)
5. SHINTA MARSELA UTAMIE (25117071)
OUTLINE

– Latar Belakang
– Tujuan
– Pengolahan Crumb Rubber
– Alternatif Pengolahan Limbah Produksi Crumb Rubber
– Analisis Pemilihan Teknologi
LATAR BELAKANG
Karet merupakan suatu polimer isoprene dan juga merupakan hidrokarbon dengan rumus
umum monomer (C5H8)n. Zat ini umumnya berasal dari getah berbagai tumbuh-tumbuhan
di daerah panas, terutama dari pohon karet. Getah ini diperoleh setelah dilakukan
pengerjaan pada pohon karet yaitu, pohon karet yang telah cukup umur di deres
batangnya, sehingga getahnya keluar, getah yang keluar inilah sering disebut dengan lateks
(karet alam).

karet Crumb Rubber adalah bahan baku karet dalam bentuk padatan.
Karet Crumb Rubber dibuat secara khusus agar mutu karet tetap terjaga dan dapat
bersaing dengan karet sintesis.
2 jenis bahan baku yang
diterima di Pabrik Pengolahan
Karet Crumb Rubber
1. Cup Lump (Lump Mangkok)
– Cup Lump atau populer juga dengan sebutan "Lump Mangkok" adalah bekuan
lateks yang menggumpal secara alami didalam mangkok pengumpul lateks.
2. Slab
– Slab adalah bekuan lateks yang digumpalkan dengan sengaja dengan cara
menambah zat koagulan/penggumpal. Koagulan yang biasa digunakan (dan
disarankan) adalah asam semut (Formic Acid).
Diagram Alir Pengolahan Crumb
Rubber
Bak Air
Blending I Pencucian

Pemanfaatan Limbah Cair


Prebeaker
Industri Karet Remah Sebagai
Media Pertumbuhan Chlorella
Bak Air Vulgaris Untuk Pakan Alami
Blending II Pencucian Ikan.

Hammer Diproses ulang, bahan bakar, Diproses ulang,


Mill Prebreaker metode pyrolisis Drying

Bak Blending Air Blanket


Limbah oli
III Pencucian Cacat

Penggilingan Maturasi Blanket


Schreding Driying Packing
Remahan (Pemeraman) Cacat
Bak Blending I
Prebreaker
Bak Blending II
Hammer mill
Bak Blending III
Penggilingan Remahan

Remahan sudah mulai berbentuk Lembaran yang sudah terbentuk setelah


lembaran setelah digiling melewati Crepper Finisher
Lembaran yang sudah digulung dan Blangket akan dipindahkan ke Gudang
menjadi Blangket Maturasi
Maturasi (Pemeraman)

Blangket disusun dalam Gudang Maturasi


Schreding (Peremahan)

Mesin Schreder sedang meremahkan blangket


Drying (Pengeringan)

Proses pemindahan remahan dari Bak Mesin Dryer


Schreder ke Box Dryer dengan Hidro
Cyclone
Mesin Thermal Oil Heater (TOH)
Packing (Pengepakan)

memindahkan isi box dryer ke meja sortasi Penimbangan untuk mendapatkan berat 1 bandela
(35 kg)

Bandela dibelah untuk memeriksa kontaminasi yang ada


didalam bandela
Bandela dibungkus dengan plastik Bandela disusun ke dalam Forming Box
Analisis Pemilihan Teknologi

A. Aspek Teknologi
Pemanfaatan Limbah Cair Industri Karet Remah Sebagai Media
Pertumbuhan Chlorella Vulgaris Untuk Pakan Alami Ikan

Limbah cair pengolahan karet ini berasal dari proses


pengenceran lateks, koagulasi, penggilingan, dan pencucian.
Kandungan Limbah Cair Produksi
Crumb Rubber

PARAMETER KANDUNGAN
pH 4,2 - 6,3
COD 3.000-5.000 mg/L
BOD 2.300- 2.700 mg/L
NH3 - N 100-300 mg/L N-NH3
FOSFOR 20-40 mg/L P-PO4
SALINITAS 30 ppt
Pertumbuhan Optimal C.
vulgaris

parameter Kondisi optimal untuk pertumbuhan C.


vulgaris

Salinitas 25-34 ppt

suhu 25-30 0C

pH 4,5-9,3
Diagram Alir Pembuatan
Pakan Alami Ikan dari
C.vulgaris
Isolat Murni C. Peremajaan 24 jam
vulgaris suhu 37 derajat
celcius
C. vulgaris
Fase Log

Bioreaktor
Close Pond Penambahan aerasi,
pupuk NPK, cahaya
lampu TL selama 7
Pemanenan hari

Single Cell
Protein C.
vulgaris
Botol steril
Pengemasan
disimpan didalam
C. vulgaris lemari es

Pakan ikan
alami dan
bahan baku
pakan buatan
Teknologi yang di gunakan dalam pengolahan limbah cair termasuk dala ]m
teknologi tepat guna, dimana teknologi tersebut mengunakan alat dan bahan
sederhana, sehingga untuk pengoperasiannya pun sederhana ( tidak
memerlukan tenaga ahli).
B. Aspek Lingkungan

Karet selama pengolahan menghasilkan limbah ( fosfat


dan nitrogen)
Jika di buang langsung ke lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran tanah, air dan udara (warna air menjadi
kehijauan, kekeruhan semakin meningkat, menimbukan
bau yang tidak sedap). Sehingga dengan adanya
pengolahan limbah cair ini dapat memberi dampak positif
pada lingkungan.
C. Aspek ekonomi
Untuk satu kali produksi crumb rubber Dengan luas lahan sebasar 7500 ha
membutuhakan biaya sebesar ±Rp900.000.000. dengan keunutngan yang di
dapat sebesar 1,5 milliar untuk sekali penjualan. Dengan adanya pengolahan
limbah cair dan biaya pengolahan sebesar Rp. 75.000.000 menghasilkan
keuntungan sebesar ±Rp. 150.000.000 untuk setiap pengolahannya tentu
akan menambah income dari industri ini.
D. Aspek Sosial Budaya
Perkembangan teknologi , pemikiran dan pengetahuan yang di miliki
masyarakat terhadap lingkungannya membuat masyarakat lebih inovatif dan
kreatif. Sehingga kemajuan teknologi akan sejalan dengan kemajuan pola
pikir di masyarakat. Selain itu, masyarakat sekitar dapat bekerja untuk
mengolah limbah dari pabrik tersebut agar menjadi satu hal yang
dibutuhkan. Dengan tidak mengeluarkan modal yang banyak, mereka bisa
mengolah limbah menjadi pakan ikan yang dapat dijual kembali dan
mendapat penghasilan dari pekerjaan di pabrik tsb
PEMANFAATAN LIMBAH
INDUSTRI PENGOLAHAN TEH

Kelompok 11 :

Mayasta Dyah Prameswari (25116015)


Ester Fivi Oktavia Sipayung (25117044)
Putri Suningrat HardiSurya (25117066)
Faradhila Dwi Septiyana (25117074)
P O K O K Pendahuluan

BAHASAN Tinjauan Pustaka

Alternatif Pemilihan Teknologi

Analisis Pemilihan Teknologi

Kesimpulan
Pendahuluan
CINA

Perkebunan teh memiliki peran yang cukup penting dalam


pembangunan pertanian Indonesia. Perkebunan teh
merupakan salah satu bentuk perkebunan yang sudah lama SRI LANKA

di budidayakan di Indonesia. Teh dapat memberi kesan


KENYA
warna, rasa dan aroma yang memuaskan peminumnya.
Selain sebagai bahan minuman, teh juga banyak
dimanfaatkan untuk obat-obatan dan kosmetika. INDIA

Selain sebagai produsen, Indonesia juga termasuk sebagai


INDONESIA
Negara eksportir teh dan berada pada urutan kelima di
dunia dari segi volume setelah Sri Lanka, Kenya, Cina dan
India.
Tujuan

Untuk mengetahui proses Untuk mengetahui Untuk mengetahui cara


dalam pemanfaatan limbah kandungan yang terdapat pencegahan akibat
industri teh. dalam limbah ampas teh pencemaran limbah teh.
Jenis-Jenis Teh

Teh Hijau
Daun Teh Teh Hitam
Diperoleh tanpa Diperoleh melalui
proses oksimatis proses oksimatis

Teh Oolong
Teh Putih
Diperoleh melalui
Tidak mengalami .
proses semi oksimatis
proses oksimatis
sama sekali
Pengolahan Teh
Limbah Pengolahan Teh

LIMBAH LIMBAH LIMBAH


PADAT CAIR EMISI

Berupa Ampas teh yang dapat


dimanfaatkan sebagai : Berupa sisa-sisa Berupa gas buangan
1. Papan Partikel pencucian alat yang yang dihasilkan dari
2. Kompos digunakan. Dapat proses pelayuan dan
3. Bahan Absorben dimanfaatkan sebagai perebusan
4. Pakan Ternak penyiram tanaman

5. Masker Kecantikan
Kandungan Ampas Teh
Limbah teh memiliki kandungan •Serat kasar
seperti: •Lignin
•asam amino •Mineral (karbon organik, tembaga (Cu),
•Protein Magnesium (Mg) dan kalsium).
•Vitamin
•Pigmen Kandungan ampas teh beragam jenis, tergantung
•Selulosa dari sumber dan perusahaan yang mengelolanya.
•Elemen mikro Dari kandungan diatas maka ampas teh dapat
•Tanin berpotensi sebagai bahan baku pakan ternak.
•Polifenol
•Protein kasar
Pemanfaatan Limbah
Pemanfaatan limbah yang terpilih
adalah limbah padat yang
dijadikan sebagai
Pakan Ternak
Alternatif Teknologi
Proses pengolahan ampas teh untuk pakan 2. Penggilingan

ternak diperoleh setelah dari beberapa Proses selanjutnya yaitu penggilingan

tahap. Berikut adalah proses pengolahan (penumbukkan), dimana bahan pakan

ampas teh menjadi pakan ternak : dihaluskan menggunakan alat penggiling.


Tujuan dari penggilingan adalah untuk
1. Pengeringan
mempermudah metabolik pakan, serta
Tujuan pengeringan adalah menghilangkan
kesukaan ternak terhadap pakan tersebut.
atau mengurangi kadar air bahan agar
3. Pencampuran
mikroba penyebab penyakit tidak bisa
Ampas teh yang telah halus selanjutnya
hidup, sehingga bahan pakan menjadi awet
dicampurkan dengan bahan makanan lain
dan tahan lama. Pengeringan dilakukan
seperti dedak (jerami padi) yang kemudian
dengan sinar matahari.
dapat dikonsumsi oleh hewan ternak.
ASPEK YANG DITINJAU
ASPEK
TEKNOLOGI

ASPEK
LINGKUNGAN

ASPEK
EKONOMI

ASPEK
SOSIAL BUDAYA
ASPEK
ASPEK ASPEK
TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Teknologi yang digunakan dalam Manfaat ampas teh sebagai pakan

pengolahan limbah ampas teh ternak bagi lingkungan adalah :

menjadi pakan ternak yaitu : 1. Lingkungan menjadi bersih tanpa

1. Sekop adanya limbah teh yang

2. Ember berserakan

3. Mesin Penggiling 2. Metode sangat mudah

Bahan yang digunakan sebagai diapliaksikan dan ternak menjadi

pakan ternak : gemuk serta kotoran ternak

1. Ampas Teh setelahnya dapat dimanfaatkan

2. Dedak ( Jerami padi) menjadi kompos maupun biogas.


ASPEK
ASPEK ASPEK
EKONOMI SOSIAL BUDAYA
Dengan memanfaatkan limbah 1. Dapat meningkatkan kerjasama
ampas teh menjadi pakan ternak antar perusahaan dan
akan mendapatkan : menguntungkan kedua belah pihak
1. Keuntungan lebih besar jika 2. Mengubah pola pikir masyarakat
pakan ternak tersebut dijual dalam memberi makan ternak
2. Meningkatkan peluang kerja dengan memanfaatkan limbah teh
untuk masyarakat 3. Memberikan kemudahan bagi
3. Tidak memerlukan biaya yang masyarakat dalam pemberian
besar dalam penggemukan pakan untuk ternak
hewan ternak.
VIDEO PENGGILINGAN TEH
Kesimpulan
1. Proses pemanfaatan limbah dengan : Pengeringan, Penggilingan dan Pencampuran

2. Kandungan limbah ampas teh:


kandungan seperti asam amino, protein, vitamin, pigmen, selulosa, elemen mikro, tanin, polifenol,
protein kasar, selulosa, lignin, berbagai macam mineral seperti karbon organik, Tembaga (Cu),
Magnesium (Mg), dan Kalsium

3. Cara pencegahan akibat pencemaran limbah ampas teh yaitu dengan memanfaatkan limbah
tersebut menjadi suatu bahan/ produk yang dapat dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai
ekonomis. Missal seperti pembuatan papan partikel, alternatif absorben, masker kecantikan, pakan
ternak dan bahkan kompos.
TERIMAKASIH
PT. P&K
TIRTAMATA
KELOMPOK 10
TEN TEAM
PROFIL
PERUSAHAAN
PT. P&K TIRTAMARTA didirikan pada
21 N ovember 2019. Perseroan
memproduksi bubur kertas (pulp), berbagai
jenis produk kertas yang terdiri dari kertas
untuk keperluan tulis dan cetak (berlapis
dan tidak belapis), kertas fotokopi, kertas
industri seperti kertas kemasan yang
mencakup containerboard (linerboard dan
corrugated medium), corrugated shiping
containers (konversi dari containerboard),
boxboard dan kertas berwarna.
Pemanfaatan Limbah
Industri Kertas
Penyebaran informasi mengenai potensi
dan alternatif pemanfaatan limbah yang
dapat dilakukan oleh industri pulp dan
kertas sangat di-perlukan. Oleh
karenanya, perlu dilakukan kajian teknis
mengenai teknologi pemanfaatan
limbah padat industri pulp dan kertas
tanpa risiko lingkungan dan bernilai
ekonomi. Hal ini akan membantu pihak
industri dalam menentukan strategi
pengelolaan lingkungan yang
diselaraskan dengan program pengem-
bangan masyarakat dan pemberdayaan
potensi daerah setempat.
PROSES
PRODUKSI
Gambar. alur proses produksi kertas
LIMBAH
YANG
DIHASILKAN
Limbah Cair Limbah Padat
• Padatan tersuspensi yang mengandung partikel • Sludge dari pengolahan limbah
kayu, serat dan pigmen primer dan sekunder
• Senyawa organik koloid terlarut seperti
hemiselulosa, gula, alkohol, lignin, terpenting, • Limbah dari potongan kayu
zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis
yang menghasilkan BOD (Biological Oxygen
Demand) tinggi,
• Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari
lignin dan pewarna kertas,
• Mikroba seperti golongan bakteri koliform.

Limbah Gas Limbah Partikulat


• Gas sulfur yang berbau busuk seperti • Abu dari pembakaran kayu bakar
merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari dan sumber energi lain
berbagai tahap dalam proses kraft pulping • Partikulat zat kimia terutama yang
dan proses pemulihan bahan kimia mengandung natrium dan kalsium.
• Oksida sulfur dari pembakaran bahan
bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime
kiln (tanur kapur)
• Uap yang mengganggu jarak pandangan
ALTERNATIF TEKNOLOGI
PEMANFAATAN LIMBAH
INDUSTRI KERTAS
Pemanfaatan Lumpur IPAL sebagai Kompos

Pemanfaatan Abu Pembakaran sebagai Bahan


Campuran Pembuatan Bata Merah

Pemanfaatan Lumpur IPAL sebagai Bahan


Bakar
Pemanfaatan Abu
Pembakaran sebagai
Bahan Campuran
Pembuatan Bata Merah
Bata merah adalah produk bahan
bangunan yang dibuat dengan
teknologi sederhana dan diproduksi
dalam skala industri kecil.
Berdasarkan data hasil uji fly ash
dan bottom ash dapat
dimanfaatkan sebagai bahan
pencampur atau substitusi tanah
untuk pembuatan bata merah.
ok

Oksida-oksida yang terkandung dalam bata merah


(Randing, 1997)
Tahapan
Proses
Pembuatan Adonan
Pencampuran fly ash atau bottom ash maksimum 60% dengan
menambahkan air hingga homogen dan bersifat plastiz

Percetakan
Proses pencetakan dengan ukuran sesuai SNI 15-2094-2000 dilakukan
dengan manual ayau dengan mesin cetak

Pembakaran
Pengeringan udara selama 2 minggu, dilanjutkan dengan pembakarnan
pada suhu 850-950°C selama 2-4 hari.
ANALISIS ASPEK
Aspek Teknologi
• Dari hasil evaluasi kekuatan tekan menunjukkan
bahwa bata merah yang dibuat dengan mesin
mempunyai kekuatan tekan lebih tinggi dari nilai
minimal kelas 25 kgf/cm2 sesuai dengan persyaratan
SNI 15-2094-2000.
• Kualitas bata merah press yang dibuat dengan
pencampuran fly ash 20-60% menunjukkan
kekuatan tekan antara 33-59 kgf/cm2,
sedangkan yang dibuat dengan pencampuran bottom
ash memberikan kekuatan tekan lebih rendah,
yaitu berkisar antara 31-41 kgf/cm2.
• Kualitas bata merah terbaik diperoleh dari
pencampuran fly ash 20% yang memberikan
kekuatan tekan 58,4 kgf/cm2 hampir mendekati bata
merah press kualitas tinggi di pasaran yang
memberikan hasil uji kekuatan tekan 60,5 kgf/cm
Aspek Lingkungan
• Mengingat bahwa fly ash dan bottom ash adalah limbah padat
yang mengandung cemaran logam berat, maka terhadap air
hasil rendaman bata merah selama 24 jam telah diuji kadar
logam beratnya
• Hasil uji air rendaman bata merah yang dibuat dari
campuran fly ash/bottom ash 60% menunjukkan nilai
lebih rendah dari persyaratan baku mutu TCLP yang
ditetapkan dan juga relatif tidak berbeda dengan
kadar logam berat dari rendaman bata dipasaran,
berarti pembuangan air rendaman tidak menimbulkan
risiko pencemaran lingkungan khususnya terhadap air
tanah
Aspek Ekonomi
Meliputi :
• Total cost
• Capital investment cost (Rp/m3 treated
waste)
• Operating (production) cost ( Rp/m3
treated waste)
• Payback period (y)
• Direct revenues (Rp/(t/h))
• Inderect revenues
Tabel. Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Bata Merah Campuran
No. material kuantitas harga satuan (Rp) total harga (Rp)
1. fly ash dan bottom ash 2000kg - Rp0
2. mesin pencetak bata 1 Rp40.000.000 Rp40.000.000
mesin dompeng 1 Rp5.000.000 Rp5.000.000
bangunan pengolahan
a. mesin air
b. drum air
3.
c. gerobak arcob 1 Rp15.000.000 Rp15.000.000
d. gerobak kayu
e. cangkul
f skop
4. bahan bakar solar Rp500.000
5. listrik dan air Rp750.000
6. karyawan 50 Rp1.000.000 Rp50.000.000
total Rp111.250.000

Tabel. Rencana Anggaran Biaya Penjualan Bata Merah Campuran

No. material kuantitas harga satuan (Rp) total harga (Rp)

1. bata merah campuran 30.000 Rp725 Rp21.750.000


1. Total cost
= Rp111.250.000
5. Direct revenues
2. Capital investment cost
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑚𝑎𝑐ℎ𝑖𝑛𝑒 - = total pendapatan – (total cost – investment
=
𝑡𝑟𝑒𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑤𝑎𝑠𝑡𝑒
110.000.000
machine)
=
2000 = Rp21.750.000 - (Rp111.250.000 - 110.000.000)
= Rp55.000
= Rp20.500.000
3. Operating (production) cost
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑚𝑎𝑐ℎ𝑖𝑛𝑒
= 6. Inderect revenues
𝑡𝑟𝑒𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑤𝑎𝑠𝑡𝑒
111.250.000
= = harga jual per unit x unit yang dihasilkan
2000
= Rp55.625 = Rp725 x 30.000
4. Payback period = Rp21.750.000
- Kas masuk bersih = total pendapatan – (total cost –
investment machine)
= Rp21.750.000 - (Rp111.250.000 - 110.000.000)
= Rp20.500.000
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
- Payback period =
𝑘𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
111.250.000
=
20.500.000
= 5 bulan
Aspek Budaya
• pemanfaatan limbah ini menciptakan
lapangan kerja baru
• pemanfaatan limbah ini meminimalisir
adanya limbah yang dapat berdampak
pada kenyamanan, serta kesehatan
masyarakat
• pemanfaatan limbah berdampak baik
bagi masyarakat karena menghasilkan
bahan baku berupa bata merah yang
sangat diperlukan bagi kehidupan sehari
Contact Us
If u have question !!!!!
PEMANFAATAN
LIMBAH INDUSTRI
PAKAN TERNAK
KELOMPOK

Esya Desfia Putri 25117061


Faradila Retno Setiawan 25117059
Nadia Fakhirah Nurramdhani 25117008
Rafli Pratama 25116030

WOODGROVE 2
BANK
LATAR BELAKANG

• Industri pakan ternak semakin


menjamur dan limbah yang
dihasilkannya pun semakin
meningkat.
• Industri pakan ternak menghasilkan
limbah bonggol jagung apabila
berbahan dasar jagung

WOODGROVE 3
BANK
Tujuan Manfaat

• Mengetahui limbah yang • Untuk mengurangi


dihasilkan dari industri pakan pembuangan limbah yang
ternak. dihasilkan dari industri pakan
• Pengolahan pemanfaatan ternak.
limbah pakan ternak. • Memanfaatkan kembali
limbah yang dihasilkan dari
industri pakan ternak.

WOODGROVE 4
BANK
Pakan : adalah bahan makanan baik yang diolah
maupun yang tidak diolah dan diberikan kepada
hewan untuk kelangsungan hidupnya

Pakan Hijauan

Jenis Jenis Pakan Penguat


Pakan

Pakan
Tambahan
WOODGROVE 5
BANK
PROSES PEMBUATAN PAKAN TERNAK

Pengeringan Penggilingan Percampuran

Penghancuran Pendinginan Pembutiran

Pengayakan Pengemasan

WOODGROVE 6
BANK
Bonggol
Jagung

Lignin Selulosa Hemilosa

WOODGROVE 7
BANK
ALTERNATIF PEMILIHAN TEKNOLOGI
Produk Fesyen

Pemotongan

WOODGROVE 8
BANK
ALTERNATIF PEMILIHAN TEKNOLOGI
Bioetanol

Delignifikasi Sakarifikasi Destilasi

WOODGROVE 9
BANK
DITINJAU DARI ASPEK
LINGKUNGAN EKONOMI SOSIAL BUDAYA
Produk hasil bioetanol Produksi bioetanol skala Dengan dilakukannya praktik
dalam aspek laboratorium menghasilkan pengolahan bioetanol tersebut
lingkungan memiliki sebanyak 0,1013 liter. Asumsi untuk membuka lapangan
manfaat yang bagus harga jual per liter adalah Rp. pekerjaan baru bagi
yaitu sebagai pengganti 15.000,00 penerimaan yang kehidupan sosial agar sesuai
bahan bakar fossil didapat pada rancangan pertama dengan kualifikasi serta
(R1) adalah Rp. 1.518,95. Total kemampuan setiap
biaya Rp. 175,58 keuntungan individunya.
yang diperoleh (R1) adalah
sebesar Rp. 1.343,37.

WOODGROVE 10
BANK
WOODGROVE
BANK

THANK YOU
Pemanfaatan
limbah industri
kayu dan rotan
× Alvie Nanda Gutama 25117091
× Azila Shafiya Ersali 25117021
× Christina Lumban Tobing 25117046
× Megawati Putri 25117027

2
JENIS LIMBAH YANG
DIHASILKAN

outline
3
× NAMA PERUSAHAAN : VILA TIGA FURNITURE
× ALAMAT : Jl. Grand Bunder 2 Kav. 5, Gresik, Jawa
Timur
× GAMBARAN UMUM : Perusahaan VILA TIGA
Furniture adalah perusahaan yang bergerak di
bidang produksi dan penjualan mebel. Produk
berupa berbagai jenis mebel keperluan rumah
tangga dan perkantoran dsb.
4
Diagram alir proses produksi

5
× Kayu gelondongan/log masuk mesin Saw Mill
× Proses pengeringan (Kiln Dried) dengan sistem pemanasan tertentu
× Proses pembelahan menjadi komponen sesuai dengan lebar yang
dikehandaki dengan mesin SERCLE
× Proses pemotongan dengan mesin potong/CUTTER SAW
× Proses pembuatan komponen furniture dengan memakai mesin
SCRALL BAND SAW.
× Proses penyerutan
× Proses memasukkan ke dalam mesin SANDING untuk semua
komponen yang sudah selesai diproses, sehingga akan diperoleh
komponen yang sudah halus dengan ukuran yang sama sebelum
dilakukan penyetelan.

6
× Proses ASSEMBLING atau penyetelan yaitu proses
menyetel/merangkai dari komponen menjadi barang jadi
× Proses Finishing, yaitu proses pengamplasan terakhir dengan
sistem manual. Proses finishing ini juga bisa meliputi proses politur
atau cat apabila diperlukan.
× Proses packing, yaitu proses pengepakan dengan box agar
barang-barang yang akan dikirim tidak mengalami kerusakan.
× Proses pengiriman produk kepasaran di dalam negeri maupun
luar negeri (ekspor).

7
Jenis – jenis Limbah Mebel
• Pasahan (shaving), partikel kayu kecil berdimensi tidak
menentu yang dihasilkan apabila mengentam lebar atau
mengetam sisi ketebalan kayu
• Serpih (flake), partikel kayu kecil
• Biskit (wafer), serupa serpih dalam bentuknya tetapi lebih
besar
• Tatal (chips), sekeping kayu yang dipotong dari satu balok
dengan pisau yang besar
• Serbuk gergaji (sawdust), dihasilkan oleh pemotong dengan
gergaji

8
Pengolahan Limbah Serbuk Kayu
Menjadi Bahan Mebel
Sebagai bahan referensi pertama dalam pengolahan serbuk
kayu menjadi bahan mebel meninjau penelitian karya dari
Sutopo, Trias Wurgandini, Abdul Harits Amrullah jurusan Kriya
Institut Seni Indonesia.

9
Diagram Alir Proses Pengolahan Serbuk Kayu

10
Parameter yang diuji adalah Sifat Fisis (kadar air,
kerapatan, pengembangan tebal, daya serap air),

pegujian sifat mekanis (Keteguhan Patah (Modulus Of Rupture


– MOR), Keteguhan lentur ( Modulus of Elasticity
-MOE)

11
ASPEK YANG
DITINJAU
12
Aspek
+
TEKNOLOGI • Menggunakan bahan campuran yang
mudah dijumpai
• alat dan bahan yang tidak mahal
• Pengolahan tergolong cepat
• Teknologi mudah diaplikasikan secara
komersil

13
Kebutuhan Input, Proses dan Output

INPUT : serbuk kayu, resin , air

OUTPUT : bahan untuk pembuatan mebel


berupa papan jenis partikel board yang
dapat digunakan untuk membuat berbagai
macam perabotan rumah seperti kursi,
lemari, meja, tempat tidur dan lain-lain

14
15
× energi listrik untuk penggerak mesin press
× Kemudahan / Tingkat Kecanggihan
Teknologi yang Diterapkan konvensional
× Kemudahan Pengoperasian Teknologi yang
Diterapkan
× Teknologi ini akan terus berlanjut seiring
dengan industri mebel masih menggunakan
kayu sebagai bahan baku utama produksi.

16
• Perlindungan lingkungan terhadap
pemotongan pohon bahan baku mebel tidak
terjadi secara berlebihan
• Limbah yang dihasilkan dari proses
pembuatan papan partikel berupa sisa-sisa
kotoran yang menyatu dengan serbuk kayu.
Biasanya seperti paku,tanah,kerikil dll
• maka upaya dalam mengurangi emisi

Aspek
pemanasan global terjadi. Karena serbuk
kayu diolah tidak dibiarkan membusuk,
ditumpuk dan dibakar sehingga menurunnya
nilai pencemaran gas co2 dan abu

lingkungan 17
Untuk mensiasati kurangnya bahan dasar
pembuatan mebel seperti kayu dapat
menggantinya dengan serbuk kayu karena
memiliki manfaat yang baik sebagai bahan
campuran dalam pembuatan mebel. Biasanya,
beberapa pengerajin mebel saat ini sudah
tidak menggunakan bahan kayu utuh untuk
membuat mebel tetapi sudah mulai
menggunakan serbuk kayu sebagai bahan

Aspek
campuran untuk pembuatan mebel. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi penggunaan kayu
utuh dan menekan biaya produksi

ekonomi 18
Aspek • merupakan usaha dalam
membantu mengurangi pemanasan
global melalui eco-design.

sosial • teknologi aplikatif dan kerakyatan


sehingga hasilnya mudah

budaya disosialisasikan kepada masyarakat


dan segera diterapkan untuk
menghemat sumber daya alam
khususnya bahan baku kayu

19
THANKS!
Any questions?

20

Anda mungkin juga menyukai