Anda di halaman 1dari 61

PENENTUAN KADAR AMONIAK DAN pH PADA AIR MINUM

DAN AIR BADAN AIR DI BALAI TEKNIK KESEHATAN


LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

TUGAS AKHIR

SARINDA
162401033

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

PENENTUAN KADAR AMONIAK DAN pH PADA AIR MINUM


DAN AIR BADAN AIR DI BALAI TEKNIK KESEHATAN
LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar


Ahli Madya

SARINDA
162401033

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AMONIAK DAN pH PADA AIR MINUM


DAN AIR BADAN AIR DI BALAI TEKNIK KESEHATAN
LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2019

Sarinda
162401033

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha
Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul “Penentuan Kadar Amoniak
dan pH pada Air Minum dan Air Badan Air di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP)” yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Diploma-3 Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Sovia Lenny, S.Si.,M.Si Selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini.
Terima kasih kepada Bapak Dr. MintoSupeno, MS Selaku Ketua Program Studi D3
Kimia FMIPA USU Medan dan Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu, M.Si Selaku Sekretaris
Program Studi D3 Kimia FMIPA USU Medan, Dekan dan Wakil Dekan FMIPA USU,
Seluruh Staf dan Dosen Program Studi FMIPA USU, Pegawai FMIPA USU dan rekan-
rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak Saladin Tamba,SP dan Ibu
Nurmika Sinaga dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang
diperlukan. SemogaTuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas
akhir ini dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membangun hingga selesainya tugas akhir ini.

Medan, Juni 2019

Sarinda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

PENENTUAN KADAR AMONIAK DAN pH PADA AIR MINUM


DAN AIR BADAN AIR DI BALAI TEKNIK KESEHATAN
LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa Kadar Amoniak dan pH pada Air Minum dan Air Badan Air Di
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP).
Pemeriksaan kadar Amoniak dilakukan dengan metode Spektrofotometri dengan
menggunakan alat Spektrofotometer NOVA – 60 pada panjang gelombang untuk
Amoniak adalah 690 nm. Pemeriksaan kadar pH dengan metode Elektrometri
menggunakan alat pH meter. Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Amoniak
dalam air minum sebesar 0,040 mg/L – 0,090 mg/L dan air badan air sebesar 0,049
mg/L – 0,066 mg/L. Kadar pH dalam air badan air sebesar 6,99. Berdasarkan
PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010 nilai maksimum amoniak dalam air minum
adalah sebesar 1,5 mg/L dan nilai maksimum pH dalam air badan air adalah sebesar 6 –
9. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa sampel air minum dan air badan air memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan menurut PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/ 2010.

Kata Kunci: Air badan air, Air minum, Amoniak, pH, Elektrometri, Spektrofotometri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

DETERMINATION OF AMMONIAC AND pH LEVELS


IN WATER DRINKING WATER AND WATER IN THE
ENVIRONMENTAL HEALTH AND DISEASE CONTROL
TECHNIQUES (BTKLPP)

ABSTRACT

An analysis of Ammoniac Levels and pH has been carried out on Drinking Water and
Water of Water Bodies at the Center for Environmental Health and Disease Control
(BTKLPP). Ammoniac levels were examined using the Spectrophotometry method using
a NOVA-60 Spectrophotometer at a wavelength for Ammoniac which was 690 nm.
Examination of pH levels using the Electrometry method using a pH meter device. From
the results of the analysis carried out obtained Ammoniac levels in drinking water by
0,040 mg / L - 0,090 mg / L and water body water by 0,049 mg / L - 0,066 mg / L. PH
level in water body water is 6,99. Based on PERMENKES No. 492 / Menkes / Per / IV /
2010 the maximum value of ammoniac in drinking water is 1,5 mg / L and the maximum
value of pH in water of a water body is 6 - 9. The results of this analysis indicate that
samples of drinking water and water from water bodies meet quality standards that have
been determined according to the Minister of Education Regulation No. 492 / Menkes /
Per / IV / 2010.

Keywords: Water body water, Drinking water, Ammoniac, pH, Electrometry,


Spectrophotometry.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 TujuanPenelitian 4
1.4 ManfaatPenelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air 5
2.2 Sifat Air 6
2.3 Penggolongan Air 8
2.4 TujuanPemantauanKualitas Air 8
2.5 Sumber Air 9
2.6 Air Minum 13
2.7 Kualitas Air UntukKehidupan 13
2.7.1 Kualitas Air SecaraFisik 14
2.7.2 Kualitas Air Secara Kimia 15
2.7.3 Kualitas Air SecaraBiologis 16
2.8 Persyaratan Air Minum 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

2.9 Pencemaran Air 17


2.9.1 SumberPencemaran Air 18
2.9.2 Usaha MencegahPencemaran Air 19
2.9.3 DampakPencemaran Air 19
2.9.4 Parameter UjiKualitas Air 20
2.10 Amoniak 22
2.11 DampakPencemaranAmoniak 23
2.12 KegunaanAmoniak 24
2.13 Penentuan pH 24
2.14 Spektrofotometri 25
2.15 Spectroquant NOVA 60 A 27
BAB 3 METODE PERCOBAAN
3.1 Analisa Kadar Amoniak 28
3.1.1 Alat 28
3.1.2 Bahan 28
3.1.3PreparasiContohUji 28
3.1.4 ProsedurAnalisa 29
3.2 Analisa Kadar pH 29
3.2.1 Alat 29
3.2.2 Bahan 30
3.2.3PreparasiContohUji 30
3.1.4 ProsedurAnalisa 30
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HasilPenelitian 31
4.2 Pembahasan 32
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 35
5.2 Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
4.1 Data HasilAnalisa Kadar Amoniak pada Air Minum 31
4.2 Data HasilAnalisa Kadar Amoniak pada Air Badan Air 31
4.3 Data Hasil Analisa Kadar pH pada Air Badan Air 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
1 Hasil penambahan reagen Amoniak 39
2 Alat Spectroquant nova 60 A 40
3 Alat pH meter 41
4 PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/ 2010 42
5 PP No. 82 Tanggal 14 Desember 2001 46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


x

DAFTAR SINGKATAN

ABA = Air Badan Air


AM = Air Minum
APHA = American Public Health Association
AQA = Analytical Quality Assurance
BTKLPP = Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
BOD = Biological Oxygen Demand
COD = Chemical Oxygen Demand
nm = Nano Meter
NTU = Nephelometric Turbidity Unit
PERMENKES = Peraturan Menteri Kesehatan
pH = Power of Hydrogen
PLTN = Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
PP = Peraturan Pemerintah
ppm = Part Per Million
TCU = True Color Unit
TNT = Trinitro Toluena
ZA = Zwavelzur Amonium / ammonium sulfat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi
agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.
Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek
penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna
air.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan
kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan
penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan
bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena
itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara saksama.
Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri
(Effendi, 2003)
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah
penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia (Sutrisno, 2004)
Di Indonesia dengan penduduk 220 juta jiwa lebih, kebutuhan air sangat bergantung
kepada sumber air baku yang didapat langsung dari alam, seperti air hujan, sungai, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

air tanah (sumur bor dan sumur gali). Air minum atau air bersih merupakan salah satu
kebutuhan yang paling penting. Seperti diketahui, kadar tubuh manusia mencapai 68
persen untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air
setiap orang bervariasi dari 2,5 liter hingga 2,8 liter perhari, tergantung pada berat badan
dan aktivitasnya (Suriawiria, 1995)
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air
yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air
tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari yang
sangat sederhana sampai pada pengolahan yang mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat
kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang
dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik-
teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air
minum.
Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena
semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat
kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan air
rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu
rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan 60 liter/hari (Sutrisno, 2004)
Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.
Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia, dan biologi. Air yang dapat digunakan
untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi standar baku air untuk rumah tangga
(Kusnaedi, 2010)
Amoniak adalah senyawa kimia dengan rumus NH3 yang terdiri dari 3 atom
hidrogen (H) dan 1 atom nitrogen (N). Amoniak adalah gas yang tidak berwarna dan
memiliki bau yang sangat merangsang, sehingga gas ini mudah dikenali melalui baunya.
Gas ini tidak mudah terbakar, tetapi jika terjadi campuran udara dan amoniak dalam
ruangan 13–27%, maka akan terjadi ledakan dan terbakar. Amoniak juga dapat menjadi
korosif bila terkena tembaga dan timah, sangat mudah larut dalam air, mudah mencair,
amoniak cair membeku pada suhu -78°C dan mendidih pada suhu -33°C. Amoniak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

murni pada suhu kamar dan tekanan 1 atm berbentuk uap, pada temperatur -33°C
berbentuk cairan. Amoniak merupakan gas yang higroskopis, mudah menyerap air dan
mempunyai kelarutan terhadap air pada semua komposisi (Cahyono, 2017)
pH menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan
mewakili konsentrasi hidrogen ion nya. pH tidak mengukur seluruh kemasaman atau
seluruh alkalinitas, suatu metode titrasi (penurunan kadar) yang dibutuhkan untuk
memperkirakan jumlah yang sebenarnya pada keasaman atau alkali yang ada (Mahida,
1984)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar
6,5 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau
besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH kecil dari pH
normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar akan bersifat
basa. Air limbah dan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan
mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam
air (Wardhana, 1995)

1.2 Permasalahan
1. Berapakah kadar amoniak dan pH yang terkandung dalam air minum dan air badan
air yang di analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian
Penyakit (BTKLPP)
2. Apakah kadar amoniak dan pH tersebut telah memenuhi PERMENKES No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang kualitas air minum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kadar amoniak dan pH yang terkandung pada air minum dan air
badan air yang di analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian
Penyakit (BTKLPP).
2. Untuk mengetahui apakah kadar amoniak dan pH telah memenuhi PERMENKES
No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang kualitas air minum.

1.4 Manfaat Penelitian


Dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat berapa kadar amoniak dan pH
yang diperbolehkan pada air minum dan air badan air yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan menurut persyaratan PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
kualitas air minum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air


Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-
limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif
sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Lebih dari 97% air di muka bumi ini
merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3%
air yang tersisa, 2% diantaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub dan uap
air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia
bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan
air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia
hanya 0,003% dari seluruh air yang ada (Effendi, 2003).
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga
per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan
hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk
memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air
juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat
rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat
juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat
menimbulkan wabah penyakit dimana-mana. Volume air dalam tubuh manusia rata-rata
65% dari berat total badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-
masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa
organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%,
ginjal 82,7%, dan darah 83% (Chandra, 2005)
Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia dan
makhluk hidup lainnya. Manusia memerlukan air baik untuk proses kimia, fisika
maupun untuk aktivitas kehidupan lainnya. Sekalipun air merupakan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui, tetapi kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia
dalam pengelolaannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Pengelolaan air meliputi strategi sebagai berikut :


1. Melindungi perairan agar terjaga kebersihannya sehingga dapat menjaga
kelangsungan flora dengan menjaga perakaran tanaman dari gangguan fisik maupun
kimiawi.
2. Mengusahakan cahaya matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga proses
fotosintesis dapat berjalan lancar.
3. Menjaga agar fauna mangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan
rantai makanan.
4. Mempergunakan sumber daya alam berupa air seefisien mungkin, sehingga zat hara
yang ada dapat tersimpan dengan baik yang juga berarti sebagai penyimpanan
energi dan materi. Pada prinsipnya pengelolaan sumber daya alam air ini, sangat
bergantung pada bagaimana kita mempergunakan dan memelihara serta
memperlakukan sumber air itu menjadi seoptimal mungkin, tetapi tanpa merusak
ataupun mencemarinya dan juga mempertahankan keadaan lingkungan sebaik-
baiknya.
Untuk manusia sendiri dalam menunjang kehidupannya, air merupakan hal yang
vital. Agar didapatkan kehidupan yang sehat dan bersih, diperlukan banyak air yang
bersih. Yang dimaksudkan dengan air yang bersih ialah air yang tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak mengandung zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan.
Air bisa berperan sebagai penyebar penyakit yang akhirnya dapat mengganggu
kesehatan dan lingkungan hidup manusia. Disamping sebagai keperluan pokok untuk
keperluan tubuh, air juga penting dalam membantu bermacam-macam proses baik itu
dalam rangka penggalian dan pengelolaan atau pengolahan sumber-sumber alam untuk
menunjang kehidupan manusia maupun untuk memproses bahan-bahan yang diperlukan
manusia (Supardi, 1994).
2.2 Sifat Air
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang
lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32°F) – 100°C, air
berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat
didalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai,
danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan;
sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60% - 90%
bagian sel makhluk hidup adalah air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi
panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah
terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang
mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga
menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi)
adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas
dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan
(kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini merupakan
salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga
merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas
secara baik di bumi.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa
kimia. Air hujan mengandung jenis senyawa kimia dalam jumlah yang sangat
sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000
mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrient) terlarut diangkut seluruh
jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk
kedalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat
ini juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer
bahan pencemar (polutan) yang masuk kebadan air.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu
bahan secara baik (higher wetting ability). Tegangan permukaan yang tinggi juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam


pipa kapiler (pipa dengan lubang yang kecil). Dengan adanya sistem kapiler dan
sifat sebagai pelarut yang baik, air dapat membawa nutrient dari dalam tanah ke
jaringan tumbuhan (akar, batang, dan daun). Adanya tegangan permukaan
memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis-jenis insekta, dapat menyerap
dipermukaan air.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat
membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas (massa/volume) yang
lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es akan mengapung di air. Sifat ini
mengakibatkan danau-danau di daerah yang beriklim dingin hanya membeku pada
bagian permukaan (bagian di bawah permukaan masih berupa cairan) sehingga
kehidupan organisme akuatik tetap berlangsung. Sifat ini juga mengakibatkan
pecahnya pipa air pada saat air di dalam pipa membeku. Densitas (berat jenis) air
maksimum sebesar 1 g/cm3 terjadi pada suhu 3,95°C. Pada suhu lebih besar maupun
lebih kecil dari 3,95°C, densitas air lebih kecil dari satu (Effendi, 2003)
2.3 Penggolongan Air
Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi, 2003)
2.4 Tujuan Pemantauan Kualitas Air
Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut :
1. Environmental Surveillance, yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur
pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan
mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2. Establishing Water-Quality Criteria, yakni tujuan untuk mengetahui hubungan


sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan dengan parameter
fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas air.
3. Appraisal of Resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada
suatu tempat secara umum (Effendi, 2003)
2.5 Sumber Air
Secara keseluruhan, air yang terdapat dipermukaan bumi membentuk sebuah
lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur, danau, dan waduk akan menguap
menjadi uap air karena panas. Titik uap air akan bergerombol membentuk awan,
kandungan uap air di awan akan terkondensasi menjadi butiran-butiran air hujan.
Selanjutnya, hujan membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah dan
membentuk mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai menuju lautan.
Siklus air tersebut akan berputar terus-menerus.
A. Air Laut
Air laut memiliki rasa asin karena mengandung senyawa garam murni (NaCl) yang
cukup tinggi. Menurut beberapa sumber penelitian, kadar garam murni air laut
berkisar 3% dari jumlah total keseluruhan air laut. Karena rasanya yang asin, untuk
menjadikan air laut sebagai air minum diperlukan sebuah teknologi terapan untuk
memfilter sekaligus destilasi (penyulingan) air untuk menghilangkan kadar garam
yang tinggi. Untuk saat ini, beberapa negara di Timur Tengah (misalnya, Arab
Saudi dan Iran) telah mengembangkan, teknologi fiterisasi dan destilasi yang
mampu mengubah air laut menjadi air minum. Untuk mengembangkan teknologi
filterisasi dan destilasi air laut dibutuhkan dana yang cukup besar. Disamping itu,
filterisasi dan destilasi air laut membutuhkan pasokan energy listrik yang besar.
Penggunaan destilasi air laut merupakan langkah tepat dan efisien untuk mengatasi
suplai air minum di negara-negara kering, seperti di Timur Tengah dan Afrika.
Namun, perlu disadari saat ini perairan laut seperti „tong sampah‟. Hal ini terjadi
akibat ulah manusia yang membuang limbah berbahaya di perairan laut lepas.
Selain itu, tidak jarang ribuan barel minyak tertumpah dilautan akibat kecerobohan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

manusia, seperti tabrakan maupun kebocoran kapal tanker. Hal itu jelas berdampak
buruk pada ekosistem laut dan kualitas air destilasi yang dihasilkan.
B. Air Hujan
Air hujan merupakan hasil proses penguapan (evaporasi) air di permukaan bumi
akibat pemanasan oleh sinar matahari. Dalam keadaan ideal (tanpa pencemaran air),
air hujan merupakan air bersih dan dapat langsung dikonsumsi oleh manusia.
Namun, pada saat evaporasi berlangsung, air yang menguap sudah tercemar. Selain
itu, air hujan yang turun juga „tercemar‟ oleh polusi udara. Akibatnya, air hujan
tidak bersifat netral (pH=7) lagi, melainkan bersifat asam. Hujan yang bersifat asam
dapat menyebabkan korosi (karat) pada benda yang berbahan logam. Selain bersifat
asam, air hujan cenderung bersifat sadah karena kandungan kalsium dan
magnesiumnya cukup tinggi. Indikasi air sadah (kesadahan) adalah sabun atau
deterjen tidak dapat bereaksi dengan air. Akibatnya, sabun atau deterjen tidak
berbusa walapun dilarutkan dengan air. Dengan demikian, air sadah dapat
memboros penggunaan sabun mandi atau sabun cuci. Selain kalsium dan
magnesium, air hujan juga mengandung beberapa senyawa dan unsure (mineral),
antara lain SO4, Cl, NH3, N2, C, dan O2.
C. Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat dipermukaan tanah, antara lain
sumur, sungai, rawa, dan danau. Air permukaan berasal dari air hujan yang meresap
dan membentuk mata air di gunung atau hutan, kemudian mengalir dipermukaan
bumi dan membentuk sungai atau mengumpul di tempat cekung yang membentuk
danau ataupun rawa. Pada umumnya, air permukaan tampak kotor dan berwarna
(tidak bening). Hal itu terjadi akibat kotoran, pasir, dan lumpur yang ikut terbawa
(hanyut) oleh aliran air.
Air permukaan banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain untuk
diminum, kebutuhan rumah tangga, irigasi, pembangkit listrik, industri, dan
sebagainya. Agar dapat diminum, air permukaan harus diolah terlebih dahulu,
meliputi pengolahan fisika, kimia, dan biologi. Air permukaan dibagi menjadi dua,
yaitu air sungai dan air danau atau rawa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

1. Air Sungai
Air sungai berasal dari mata air dan air hujan yang mengalir pada permukaan
tanah. Secara fisik, air sungai terlihat berwarna cokelat dengan tingkat
kekeruhan yang tinggi karena bercampur dengan pasir, lumpur, kayu, dan
kotoran lainnya. Kualitas air sungai juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar
aliran sungai. Secara umum, kualitas air sungai didaerah hilir (muara) lebih
rendah dibandingkan didaerah hulu (mata air). Hal ini terjadi akibat limbah
industri dan rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai tanpa melalui
proses pengolahan terlebih dahulu terkumpul dimuara sungai. Akibatnya, secara
kualitas fisika, kimia, maupun biologi, air didaerah muara sungai sangat rendah
dan tidak layak dijadikan bahan baku air minum.
2. Air Danau atau Rawa
Air danau atau rawa merupakan air permukaan yang mengumpul pada cekungan
permukaan tanah. Permukaan air danau biasanya berwarna hijau kebiruan.
Warna ini disebabkan oleh banyaknya lumut yang tumbuh dipermukaan air
maupun didasar danau atau rawa. Selain lumut, warna pada air danau juga
dipengaruhi oleh bahan organic (kayu, daun, dan bahan organik lainnya) yang
membusuk akibat proses dekomposisi oleh mikroorganisme didalam air. Akibat
proses pembusukan tersebut, air danau memiliki kadar besi (Fe) dan mangan
(Mn) yang relatif tinggi. Kebanyakan, air danau memiliki kualitas yang lebih
baik daripada air sungai. Hal tersebut disebabkan tingkat pencemaran didanau
relatif lebih kecil dibandingkan dialiran sungai.
D. Air Tanah
Menurut definisi Undang-undang Sumber Daya Air, air tanah merupakan air yang
terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah
berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Dalam proses peresapan
tersebut , air tanah mengalami penyaringan (filtrasi) oleh lapisan-lapisan tanah. Air
tanah lebih jernih dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki kandungan air
mineral yang cukup tinggi. Sifat dan kandungan mineral tanah dipengaruhi oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

lapisan tanah yang dilaluinya. Kandungan mineral air tanah antara lain Na, Mg, Ca,
Fe, dan O2.
Kondisi tanah yang berkapur menyebabkan tingkat kesadahan air tanahnya relatif
tinggi (keras). Air tanah didaerah berkapur mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+
dalam jumlah yang cukup besar. Kondisi tanah yang mengandung batu granit, air
tanahnya memiliki derajat kesadahan yang rendah (lunak) karena mengandung
unsur (mineral) CO2 dan Mn(HCO3).
Air tanah digolongkan menjadi tiga, yaitu air tanah dangkal, air tanah dalam, dan
mata air. Golongan tersebut berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan mineral yang
terkandung di air tanah.
1. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman kurang lebih 15 meter dibawah
permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung pada kedalaman ini cukup
terbatas. Biasanya hanya digunakan untuk keperluan rumah tangga, seperti
minum, mandi, dan mencuci. Penggunaan air tanah dangkal berupa sumur
berdinding semen maupun sumur bor. Secara fisik, air tanah terlihat jernih dan
tidak berwarna (bening) karena telah mengalami proses filtrasi oleh lapisan
tanah. Kualitas air tanah dangkal cukup baik dan layak digunakan sebagai bahan
baku air minum. Kuantitas air tanah dangkal dipengaruhi oleh musim. Pada saat
musim hujan, jumlah air tanah dangkal berlimpah, tetapi jumlahnya terbatas saat
musim kemarau.
2. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat pada kedalaman 100-300 meter di bawah permukaan
tanah. Air tanah dalam berwarna jernih dan sangat baik digunakan sebagai air
minum karena telah mengalami proses penyaringan berulang-ulang oleh lapisan
tanah. Air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik daripada air tanah
dangkal. Hal ini disebabkan proses filtrasi air tanah dalam lebih panjang, lama,
dan sempurna dibandingkan air tanah dangkal. Kuantitas air tanah dalam cukup
besar dan tidak terlalu dipengaruhi oleh musim, sehingga air tanah dalam dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

digunakan untuk kepentingan industri dan dapat digunakan dalam jangka waktu
yang cukup lama.
3. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar langsung dari permukaan tanah. Mata air
biasanya terdapat pada lereng gunung, dapat berupa rembesan (mata air
rembesan) dan ada juga yang keluar didaerah dataran rendah (mata air „umbul‟).
Mata air memiliki kualitas air hampir sama dengan kualitas air tanah dalam dan
sangat baik untuk air minum. Selain untuk air minum, mata air dapat digunakan
untuk keperluan lainnya, seperti mandi, mencuci. Kuantitas air yang dihasilkan
oleh mata air cukup banyak dan tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga dapat
digunakan untuk kepentingan umum dalam jangka waktu lama (Alamsyah, 2001)
2.6 Air Minum
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Air minum adalah
air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
907 Tahun 2002). Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat
resiko bahwa air telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat
berbahaya. Bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100°C, namun banyak zat
berbahaya, terutama logam, yang tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Minum air
putih memang menyehatkan, tetapi kalau berlebihan dapat menyebabkan hiponatremia
yaitu ketika natrium dalam darah menjadi encer.
Pembagian kategori air menurut total zat padat yang terkandung didalamnya adalah :
1. > 140 ppm : air minum biasa, (lebih dari 500 ppm berbahaya bagi kesehatan)
2. 26 – 140 ppm : air mineral yang mengandung mineral anorganik
3. 1 – 25 ppm : air organik yang tidak mengandung unsur anorganik
4. 0 ppm : air murni (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Air_minum)
2.7 Kualitas Air Untuk Kehidupan
Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen
Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public
Health Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas air secara fisik, secara
kimia dan secara biologis (Miller, 1995)
2.7.1 Kualitas Air Secara Fisik
1. Padatan
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut,
mengendap, maupun suspensi. Jika bahan ini akan mengendap pada dasar air
dalam jangka waktu yang lama, akan menimbulkan pendangkalan pada dasar
badan penerima. Akibat lain dari padatan ini adalah menimbulkan tumbuhnya
tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyak padatan
menunjukkan banyaknya lumpur terkandung dalam air.
2. Kekeruhan
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya
kedalam air. Sedangkan kekeruhan membatasi pencahayaan kedalam air.
Sekalipun ada pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air,
namun penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya. Kekeruhan
ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu, seperti
bahan organik, jasad renik, lumpur tanah liat, dan benda lain yang melayang
ataupun terapung dan sangat halus sekali. Nilai kekeruhan air dikonversikan
kedalam ukuran SiO2 dalam satuan mg/l. Semakin keruh air, semakin tinggi daya
hantar listrik dan semakin banyak pula padatannya.
3. Bau
Bau muncul karena ada kegiatan mikroorganik yang menguraikan zat organik dan
menghasilkan gas tertentu. Selain itu, bau juga timbul karena terjadinya reaksi
kimia hingga menimbulkan gas. Kuat tidaknya bau yang dihasilkan limbah
tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan.
4. Temperatur
Temperatur air limbah akan mempengaruhi badan penerima jika terdapat
perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur air limbah akan mempengaruhi
kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu
memperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Pembusukan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi zat organik jauh
lebih besar pada suhu yang tinggi.
5. Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik. Hal
tersebut dapat dilihat kadar padatan total dalam air dan suhu saat pengukuran.
Konduktivitas arus listrik dalam mengalirkan arusnya bergantung dari mobilitas
ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor yang lebih
kuat dibandingkan dengan senyawa organik. Tujuan dari pengukuran daya hantar
listrik ini untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya
terhadap kehidupan biota.
6. Warna
Warna timbul karena suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, selain adanya
bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Bau
disebabkan karena ada campuran dari nitrogen, fospor, protein, sulfur, amoniak,
hidrogen sulfida, carbon disulfida, dan zat organik lain. Kecuali bau yang
disebabkan oleh bahan beracun, jarang merusak kecepatan manusia tapi
mengganggu ketenangan bekerja (Arief, 2016)
2.7.2 Kualitas Air Secara Kimia
1. pH
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar
antara 6,5 – 7,5.
2. Kandungan senyawa kimia di dalam air
Contoh : logam berat seperti Hg (air raksa) dan Pb (timbal) merupakan zat kimia
berbahaya jika masuk kedalam air.
3. Kandungan residu atau sisa
Contoh : residu pestisida, deterjen, kandungan senyawa toksin atau racun dan
sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

2.7.3 Kualitas Air Secara Biologis


1) Parameter Mikroba Pencemar
Contoh : Eschericia coli di dalam air, sangat tidak diharapkan apalagi kalau air
tersebut untuk kepentingan kehidupan manusia (rumah tangga). Untuk air minum
harus kurang dari satu atau tidak ada sama sekali, kalau kualitas air tersebut
termasuk yang betul-betul memenuhi syarat.
2) Patogen
Banyak jenis bakteri patogen (penyebab penyakit) berkembang dan menular
melalui badan air, misalnya penyebab penyakit tifus (Sallmonella), disentri
(Shigella), kolera (vibrio), dan difteri (Cirynebacterium) (Khopkar, 2003)
2.8 Persyaratan Air Minum
Air minum harus memenuhi standar uji fisik (fisika), antara lain derajat kekeruhan,
bau, rasa, jumlah zat padat terlarut, suhu, dan warnanya. Syarat fisik air yang layak
minum sebagai berikut :
1. Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas maksimal
kekeruhan air layak minum menurut PERMENKES RI 1990 adalah 5 skala NTU.
Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi di dalam air yang
menyebabkan air terlihat keruh, kotor, bahkan berlumpur. Bahan-bahan yang
menyebabkan air keruh antara lain tanah liat, pasir, dan lumpur. Air keruh bukan
berarti tidak dapat diminum atau berbahaya bagi kesehatan. Namun, dari segi
estetika, air keruh tidak layak (tidak wajar) untuk diminum.
2. Tidak Berbau dan Rasanya Tawar
Air yang kualitasnya baik adalah tidak berbau dan memiliki rasa tawar. Bau dan
rasa air merupakan dua hal yang memengaruhi kualitas air. Bau dan rasa dapat
dirasakan langsung oleh indra penciuman dan pengecap. Biasanya, bau dan rasa air
saling berhubungan. Air yang berbau busuk memiliki rasa kurang (tidak) enak.
Dilihat dari segi estetika, air berbau busuk tidak layak dikonsumsi. Bau busuk
merupakan sebuah indikasi bahwa telah atau sedang terjadi proses pembusukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

(dekomposisi) bahan-bahan organik oleh mikroorganisme di dalam air. Selain itu,


bau dan rasa dapat disebabkan oleh senyawa fenol yang terdapat didalam air.
3. Jumlah Padatan Terapung
Perlu diperhatikan, air yang baik dan layak diminum tidak mengandung padatan
terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan (1.000
mg/l). Padatan yang terlarut di dalam air berupa bahan-bahan kimia anorganik dan
gas-gas yang terlarut. Air yang mengandung jumlah padatan melebihi batas
menyebabkan rasa yang tidak enak, menyebabkan mual, penyebab serangan jantung
(cardiac disease), dan toxaemia pada wanita hamil.
4. Suhu Normal
Air yang baik mempunyai temperature normal, kurang lebih 3° dari suhu kamar
(27° C). Suhu air yang melebihi batas normal menunjukkan indikasi terdapat bahan
kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar (misalnya, fenol atau belerang)
atau sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme. Jadi,
apabila kondisi air seperti itu sebaiknya tidak diminum.
5. Warna
Warna pada air disebabkan adanya bahan kimia atau mikroorganik (plankton) yang
terlarut di dalam air. Warna yang disebabkan bahan-bahan kimia disebut apparent
color yang berbahaya bagi tubuh manusia. Warna yang disebabkan oleh
mikroorganik disebut true color yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Air yang
layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna. PERMENKES RI 1990
menyatakan bahwa batas maksimal warna air yang layak minum adalah 15 skala
TCU (Alamsyah, 2001)
2.9 Pencemaran Air
Pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan kotoran
tanpa mengalami proses pengolahan sterilisasi merupakan penyebab utama pencemaran
air. Limbah yang langsung dibuang ke perairan umum (sungai dan danau) dan belum
sempat diolah terlebih dahulu menyebabkan senyawa kimia yang terkandung pada air
berdampak yang cukup berbahaya bagi manusia yang menggunakan air tersebut secara
langsung (tanpa diolah). Bahan-bahan kimia tersebut, antara lain sabun, deterjen,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

insektisida, bahan pewarna, dan bahan radioaktif. Air yang tercemar yang terminum
manusia atau hewan dapat menyebabkan beberapa macam penyakit ataupun gejala
keracunan. Limbah yang mengandung senyawa kimia seharusnya melewati proses
sterilisasi dari bahan berbahaya terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan umum.
Setiap senyawa kimia memiliki nilai ambang batas maksimum yang berbeda di perairan.
Apabila melewati batas maksimal, tentunya bahan kimia tersebut berdampak buruk bagi
kesehatan (Alamsyah, 2001)
2.9.1 Sumber Pencemaran Air
1. Domestik (rumah tangga)
Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur.
2. Industri
Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis industrinya
sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung pada bahan
baku, proses industri, bahan bakar dan sistem pengolahan limbah cair yang
digunakan dalam industri tersebut. Secara umum jenis polutan air dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Fisik
Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air
2) Kimia
Bahan pencemar yang berbahaya : merkuri (Hg), cadmium (Cd), timah hitam
(Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya.
3) Mikrobiologi
Berbagai macam bakteri, virus, parasit dan lain-lainnya. Misalnya yang berasal
dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong dan tempat pemerahan
susu sapi.
4) Radioaktif
Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir
(PLTN) dapat pula menimbulkan pencemaran air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

3. pertanian dan perkebunan


polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa :
1) Zat kimia
Misalnya : berasal dari penggunaan pupuk, pestisida seperti (DDT, Dieldrin dan
lain-lain)
2) Mikrobiologi
Misalnya : virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan cacing
tambang dilokasi perkebunan.
3) Zat radioaktif
Berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam proses pematangan
buah, mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman
(Natalia, 2015)
2.9.2 Usaha Mencegah Pencemaran Air
Usaha pencegahan ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan
berbagai faktor sebagai berikut :
1. Air limbah yang akan dibuang keperairan harus diolah terlebih dahulu sehingga
memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah.
2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi antar polutan satu dengan lainnya.
3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah
diperairan.
4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung kedalam perairan. Hal ini
untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri.
5. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi
dan barulah dibuang diperairan.
6. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan
menggunakan aktivitas mikroba tertentu sebelum dibuang kedalam perairan umum
(Supardi, 1994)
2.9.3 Dampak Pencemaran Air
Menurut Gabriel (2001) akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air adalah :
a. Terganggunya kehidupan organisme air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

b. Pendangkalan dasar perairan


c. Punahnya biota air seperti ikan
d. Menjalarnya wabah penyakit seperti muntaber
e. Banjir akibat tersumbatnya saluran air
Maka air yang sudah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi
manusia berdasarkan garis besarnya pencemaran air dapat mengakibatkan dua hal yaitu :
1. Air menjadi tidak bermanfaat lagi
Air yang sudah tercemar tidak dapat dimanfaatkan lagi untuk berbagai keperluan
seperti keperluan rumah tangga, keperluan industri, dan untuk keperluan pertanian.
Hal ini dikarenakan air tersebut sudah tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan,
tentu saja hal ini juga menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat.
2. Air menjadi penyebab penyakit
Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen dan
dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi yaitu kematian. Kematian dapat
terjadi akibat pencemaran yang terlalu parah sehingga air menjadi penyebab berbagai
macam penyakit (Wardhana, 1995)
2.9.4 Parameter Uji Kualitas Air
Untuk mengetahui apakah suatu perairan tercemar atau tidak, diperlukan
serangkaian tahap penguji untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut. Beberapa
parameter uji yang umum, yaitu :
1. Nilai Keasaman (pH)
Umumnya air yang normal memiliki pH netral, berkisar antara 6 sampai 8. Air
limbah atau air yang tercemar memiliki pH yang sangat asam atau pH cenderung
basa.
2. BOD/COD
BOD (Biological oxygen demand), menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh organisme hidup didalam air untuk mengoksidasi bahan-bahan
pencemar didalam air.
COD (Chemical oxygen demand), merupakan uji yang paling cepat dari pada uji
BOD, yaitu suatu uji berdasarkan reaksi kimia tertentu untuk menentukan jumlah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk mengoksidasi bahan-bahan


organik yang ada didalam air.
3. Suhu
Kenaikan suhu didalam air tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen
terlarut di dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia, terganggunya kehidupan
ikan dan hewan lainnya yang ada didalam air.
4. Warna, Rasa dan Bau
Air normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air yang
tidak jernih sering kali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi disuatu perairan.
5. Jumlah Padatan
Padatan yang dapat mencemari air, berdasarkan ukuran partikel dan sifat-sifat
lainnya, dapat dikelompokkan menjadi padatan terendap, padatan tersuspensi, dan
padatan terlarut.
6. Kehadiran Mikroba Pencemar
Air merupakan habitat berjenis-jenis mikroba, seperti alga, protozoa, dan bakteri.
Dari sekian banyak mikroba yang bersifat pathogen atau merugikan manusia ada
beberapa mikroba yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia, mikroba
tersebut berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas lainnya.
7. Kandungan Minyak dan Lemak
Meskipun minyak mengandung senyawa folatil yang mudah menguap, namun
masih ada sisa minyak yang tidak menguap, karena minyak tidak dapat larut dalam
air, maka sisa minyak akan tetap mengapung di air, kecuali minyak tersebut
terdampar kepantai atau tanah pinggiran sungai.
8. Kandungan Radio Aktif
Meskipun jarang terjadi, namun pada perairan yang dekat dengan industri peleburan
dan pengolahan logam sering kali ditemukan bahan-bahan radioaktif seperti
uranum, thorium-230, dan radium-226. Komponen tersebut dapat terlarut dalam air
hujan dan masuk ke sumber-sumber air yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

9. Kandungan Logam Berat


Logam berat (heavy metals) atau logam toxic (toxic metals) adalah termonologi
yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok elemen-elemen logam
yang kebanyakan tergolong bahaya apabila masuk kedalam tubuh makhluk hidup.
Logam berat yang terdapat di lingkungan maupun didalam tubuh maka akan
merusak organ yang ada di dalam tubuh manusia (Astri, 2006)
2.10 Amoniak
Amoniak (NH3) merupakan gas alkali yang tidak berwarna, lebih ringan dari udara,
dan memiliki aroma yang khas. Larutan amonia digunakan untuk pembersih, memutih
dan mengurangi bau busuk, bahan baku pupuk, abu soda, pencelup karet, asam nitrat,
nilon, dan sebagai bahan peledak. Amoniak digunakan sebagai penyejuk udara, karena
amoniak mudah berubah wujud menjadi zat cair dalam tekanan sebelum penciptaan
penyejuk udara yang menggunakan Freon (Mahfud, 2018)
Gas amoniak merupakan salah satu gas pencemar udara yang dihasilkan dari
penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme seperti dalam sampah yang
membusuk, proses pembuatan kompos, dalam industri peternakan, dan pengolahan
sampah kota.
Pembuatan amoniak dikemukakan oleh Frits Haber berdasarkan hasil penelitiannya
tahun 1905, prosesnya disebut proses Haber. Reaksi yang terjadi adalah kesetimbangan
antara gas N2, H2, dan NH3 ditulis sebagai berikut :
N2 (g) + 3 H2 (g) – – – – → 2 NH3 (g)

N2 (g) + 3 H2 (g) ↔ 2 NH3 (g) ∆H = -92,4 Kj pada 25°C : Kp =6,2×105


Terlihat amoniak terbentuk dari gugus N dan H yang masing-masing dapat diperoleh
dari H2 (Hidrogen) dan N2 (Nitrogen). H2 adalah salah satu komponen gas synthesa yang
diperoleh dari pemrosesan gas alam yang mengandung 80 – 95 % CH4 (Metan). Sedang
N2 diperoleh dari udara yang mengandung 79% N2 dan 21% O2.
Dalam proses haber-Bosch, bahan baku berupa N2 dan H2.
 N2 diperoleh dari hasil destilasi bertingkat udara cair.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

 H2 diperoleh dari gas alam (metana) yang dialirkan bersama uap air dengan
katalisator nikel pada suhu tinggi dan tekanan tinggi.
CH4(g) + H2O(g) – – – – → CO(g) + 3 H2(g)

CO(g) + H2O(g) – – – – → CO2(g) + H2(g)


Pembuatan amoniak menurut proses Haber-Bosch adalah reaksi kesetimbangan yang
berlangsung eksoterm pada suhu sekitar 400-600°C dan tekanan sekitar 200-600 atm.
N2(g) + 3H2(g) → 2 NH3(g) ∆H = -92KJ
Amoniak (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang banyak digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan :
a. Pembuatan pupuk urea dan ZA (Zwavelzur amonium = amonium sulfat).
b. Membuat senyawa nitrogen yang lain, seperti asam nitrat, amonium klorida,
amonium nitrat.
c. Membuat hidrazin (hidrazin merupakan salah satu senyawa nitrogen yang
digunakan sebagai bahan bakar roket).
d. Dalam pabrik es, amoniak cair digunakan sebagai pendingin (refrigerant) karena
amoniak cair mudah menguap dan menyerap panas sehingga menimbulkan efek
pembekuan.
e. Amoniak (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang banyak digunakan sebagai
bahan dasar serat sintetik (nilon dan sejenisnya), dan bahan peledak TNT (trinitro
toluena) (Cahyono, 2017)
2.11 Dampak Pencemaran Amoniak
Amoniak bersifat korosif dan dapat menyebabkan iritasi pada mata, saluran
pernapasan, dan kulit. Pemaparan amonia konsentrasi rendah akan menimbulkan batuk
dan iritasi hidung, serta saluran napas. Pemaparan dengan konsentrasi tinggi akan
menimbulkan luka bakar dihidung, tenggorokan, saluran napas, bronchiolar dan alveolar
oedema, respiratory fallure, bahkan kematian.
Efek jangka pendek (akut) paparan amoniak pada kadar 400-700 ppm menyebabkan
iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan, dan mata. Pada kadar 5000
ppm dapat menimbulkan kematian kontak dengan mata, menimbulkan iritasi, hingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

kebutaan total. Sedangkan kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frosbite).
Pada kadar 2500-6500 ppm, gas amoniak melalui inhalasi menyebabkan iritasi hebat
pada mata (keraktitis), sesak napas (dyspenea), bronchospasm, nyeri dada, sembap paru,
batuk darah, bronchitis dan pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit.
Efek jangka panjang (kronis) penggunaan amoniak dapat menyebabkan penyakit
kanker karena amoniak bersifat karsinogenik atau bahan yang dapat menimbulkan
kanker. Gas amoniak merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan
global warming. Akibat yang terjadi adalah perubahan iklim dan cuaca, serta efek global
warming lainnya. Gas amoniak juga dapat mengganggu estetika lingkungan karena bau
pembusukan sampah yang sangat menyengat (Cahyono, 2017)
2.12 Kegunaan Amoniak
Amoniak banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia
(asam nitrat, amonium fosfat, amonium nitrat, dan amonium sulfat), serta industri bubur
kertas dan kertas (pulp and paper) (Effendi, 2003)
2.13 Penentuan pH
pH yang merupakan singkatan dari pangkat hidrogen atau power of hydrogen adalah
tingkatan asam basa suatu cairan. Tingkat pH dalam air sangat dipengaruhi oleh
kandungan mineral lain. Standar kadar pH air minum adalah 6,5 sampai 8,5. pH dibawah
6,5 disebut asam dan di atas 8,5 disebut basa. Jika pH dalam air minum terlalu rendah
maka air akan terasa asam atau bahkan pahit, dan jika pH terlalu tinggi maka air berasa
tidak enak ketika diminum.
Banyak ahli kesehatan, mengatakan bahwa air alkali/basa (air yang kadar pH-nya
diatas standar) adalah air yang baik untuk mencegah berbagai macam penyakit
degenerative seperti kanker. Pernyataan itu sepenuhnya dibantah oleh United States
Environmental Protection Agency (EPA), yang menganjurkan untuk meminum air
dengan standar kadar pH air minum yakni 6,5 hingga 8,5 tidak lebih dan tidak kurang.
Apabila air yang dikonsumsi terlalu asam akan menyebabkan kerusakan mokusa
(saluran pencernaan) sehingga menimbulkan penyakit asam lambung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Penentuan pH adalah penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air
pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut pada air terutama karbondioksida.
Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan daripada penyimpangan standar kualitas air
minum adalah lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2. pH menunjukkan tinggi
rendahnya ion hidrogen dalam air. pH air yang kurang dari 6,5 atau diatas 9,2
menyebabkan beberapa persenyawaan kimia dalam tubuh manusia berubah menjadi
racun (Almatsier, 2004)
Cara uji derajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah dengan menggunakan alat
pH mteter. Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktivitas ion hidrogen
secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter (Nainggolan, 2011)
2.14 Spektrofotometri
Alat yang digunakan untuk analisa spektrofotometri adalah spektrofotometer.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitasi atau absorbansi suatu contoh
sebagai panjang gelombang, pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu
panjang gelombang tunggal mungkin juga dapa dilakukan. Alat-alat demikian dapat
dikelompokkan baik secara manual atau perekam, maupun sebagai sinar tunggal atau
sinar rangkap. Pengertian lengkap dari spektrofotometer memerlukan suatu pengetahuan
terperinci tentang optik dan elektronika. Dan biasanya dalam praktek alat-alat sinar
tunggal dijalankan dengan tangan dan alat-alat sinar rangkap biasanya menonjolkan
pencatatan spektrum absorpsi (Day & Underwood, 1998)
Spektrofotometer adalah suatu alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur energy secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi
dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis
(Khopkar, 2003)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Dilihat dari sistem optik spektrofotometer dapat digolongkan dalam tiga macam
yaitu :
1. Sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam)
2. Sistem optik radiasi berkas ganda (double beam)
3. Sistem optik radiasi berkas terpisah (splitter beam)
Pada umumnya komponen yang penting dalam spektrofotometer berupa susunan
peralatan optik yang terkonstruksi sebagai berikut :
SR M SK D A VS
Gambar 2.1 : Susunan optik spektrofotometer
Keterangan :
SR : Sumber radiasi
M : Monokromator
SK : Sampel kompartemen
D : Detektor
A : Amplifier atau penguat
VS : Visual display atau meter
Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer memegang fungsi dan peranan
tersendiri yang saling terkait fungsi dan peranannya. Setiap fungsi dan peranan tiap
bagian dituntut ketelitian dan ketepatan yang optimal, sehingga akan diperoleh hasil
pengukuran yang tinggi tingkat ketelitian dan ketepatannya.
1. Sumber radiasi
Sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer adalah lampu deuterium, lampu
tungsten, dan lampu merkuri. Sumber radiasi deuterium dapat dipakai pada panjang
gelombang 190 nm sampai 380 nm. sumber radiasi tungsten merupakan campuran
dari filament tungsten dan gas iodine. Sumber radiasi ini dipakai pada daerah
pengukuran sinar tampak dengan rentang panjang gelombang 380-390 nm. Sumber
radiasi merkuri mengandung uap merkuri rendah, yang biasanya diapakai untuk
mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada daerah ultraviolet sekitar panjang
gelombang 365 nm dan sekaligus mengecek resolusi dari monokromator.
2. Monokromator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber


radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator biasanya terdiri dari
susunan : celah masuk – filter – prisma – kisi – celah keluar.
3. Sel atau kuvet
Kuvet atau sel merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari
pemakaiannya kuvet ada dua macam yaitu kuvet yang permanen terbuat dari bahan
gelas atau leburan silika dan kuvet disposable yang terbuat dari teflon atau plastik
untuk satu kali pemakaian.
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal
elektronik.
5. Amplifier
Amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal elektronik yang dikeluarkan oleh
detektor.
6. Visual display atau meter
Visual display atau meter berfungsi sebagai rekorder (pencatat) sinyal yang
diberikan oleh amplifier (Mulja, 1995)
2.15 Spectroquant Nova 60 A
Spectroquant NOVA 60 A fotometer nyaman dan fleksibel untuk operasi rutin
sehari-hari. Spectroquant NOVA 60 A tersusun rapi dan bisa juga dibuat ringan saat
dibutuhkan. Selain semua tes sel telah diprogram ulang, spectroquant tes reagen juga
terintegrasi perangkat secara otomatis mengenali sel yang telah dimasukkan dan
menggunakan absorbansi terukur untuk menghitung konsentrasi dalam hitungan detik.
Lebih dari 120 test dengan variasi lebar rentang pengukuran dan bentuk unit praktis
dibuat oleh NOVA 60 sebuah fotometer untuk penggunaan universal. Tiga AQA
(Analytical Quality Assurance) modifikasi disediakan untuk tujuan keamanan anda. Kita
bisa memprogram dan menyimpan sampai sepuluh data yang kita miliki sendiri dalam
metode fotometer di unit ini (www.amco-instruments.com/index_files/pdf/nova60.pdf)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Analisa Kadar Amoniak


3.1.1 Alat
- Tabung Reaksi
- Rak Tabung Reaksi
- Pipet Skala 10 ml
- Alat Vortex
- Spektrofotometer NOVA – 60
- Autoselektor untuk Amoniak
- Kuvet rectangular 10, 20, dan 50 mm cell
- Botol Aquades
- Tisu

3.1.2 Bahan
- Aquades
- Contoh uji
- Reagensia NH4 -1
- Reagensia NH4 -2
- Reagensia NH4 -3

3.1.3 Preparasi Contoh Uji


- pH contoh uji berada pada pH 4 – 13
- Saring contoh uji jika keruh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

3.1.4 Prosedur Analisa


- Dihidupkan alat spektrofotometer NOVA – 60
- Dipilih autoselektor untuk amoniak
- Disiapkan sampel pada suhu 20 – 30ºC
- Dipipet sampel sebanyak 10 ml
- Ditambahkan sebanyak 1,2 ml reagen NH4 -1 lalu dihomogenkan
- Ditambahkan sebanyak 2 level mikrospoon biru reagen NH4 -2
- Dihomogenkan dengan vortex hingga semua reagen dan contoh uji larut
- Ditunggu selama 5 menit
- Ditambahkan 8 tetes reagensia NH4 -3
(posisikan botol reagensia Regaensia NH4-3 secara vertikal) lalu dihomogenkan
- Ditunggu selama 5 menit
- Dimasukkan sampel kedalam kuvet
- Dicatat hasil yang tertera pada display spektrofotometer NOVA – 60
CATATAN :
a. Jika larutan contoh uji dan reagensia berwarna kuning maka kuvet yang
digunakan adalah kuvet 50 mmcell
b. Jika larutan contoh uji dan reagensia berwarna hijau muda maka kuvet yang
digunakan adalah kuvet 20 mmcell
c. Jika larutan contoh uji dan reagensia berwarna hijau tua (hijau botol) maka
kuvet yang digunakan adalah kuvet 10 mmcell

3.2 Analisa Kadar pH


3.2.1 Alat
- pH meter dan perlengkapannya
- Beaker glass
- Botol aquades
- Termometer
- Kertas tisu
- Gelas piala 250 mL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

3.2.2 Bahan
- Air suling
- Contoh uji
- Larutan penyangga (buffer)
Larutan penyangga 4, 7dan 10 yang siap dipakai dipasaran

3.2.3 Preparasi Contoh Uji


- Lakukan kalibrasi alat pH meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi
kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran
- Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai
suhu kamar

3.2.4 Prosedur Analisa


- Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air suling
- Bilas elektroda dengan contoh uji
- Celupkan elektroda kedalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan
pembacaan yang tetap
- Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Dari analisa kadar Amoniak pada air Minum dan air badan air dengan metode
Spektrofotometri dan analisa kadar pH pada air badan air dengan metode Elektrometri
diperoleh hasil data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Kadar Amoniak pada air minum
No Kode Sampel Hasil Baku Mutu
1 367/K/AM 0,090 mg/L PERMENKES No

2 368/K/AM 0,063 mg/L 492/Menkes/Per/IV/

3 369/K/AM 0,040 mg/L 2010

1,5 mg/L

Tabel 4.2 Data Hasil Analisa Kadar Amoniak pada air badan air
No Kode Sampel Hasil Baku Mutu
1 373/K/ABA 0,049 mg/L PP No. 82 Tanggal
2 374/K/ABA 0,066 mg/L 14 Desember 2001
0,5 mg/L

Tabel 4.3 Data Hasil Analisa Kadar pH pada air badan air
No Kode Sampel Hasil Baku Mutu
1 573/K/ABA 6,99 PP No. 82 Tanggal
14 Desember 2001
6–9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

4.2 Pembahasan
Dari data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kadar amoniak (NH3) dalam air
minum yang di analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BTKLPP) memiliki kadar amoniak (NH3) adalah 0,040 mg/L – 0,090 mg/L
dan telah memenuhi standar permenkes yaitu maksimal kadar amoniak (NH3) adalah 1,5
mg/L.
Dari data Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kadar amoniak (NH3) dalam air badan air
yang di analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) memiliki kadar amoniak (NH3) adalah 0,049 mg/L – 0,066 mg/L dan telah
memenuhi standar permenkes yaitu maksimal kadar amoniak (NH3) adalah 0,5 mg/L.
Dari data Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kadar pH dalam air badan air yang di
analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP)
memiliki kadar pH adalah 6,99 dan telah memenuhi standar permenkes yaitu maksimal
kadar pH adalah 6 – 9.
Ada berbagai macam cara untuk menjernihkan air kotor. Namun, yang paling
banyak dikenal ialah teknik penyaringan, pengendapan, dan penyerapan. Bahan yang
dipakai untuk ketiga teknik tersebut juga beraneka ragam. Pasir, ijuk, arang batok,
kerikil, tawas, bubuk kapur, kaporit dan bahkan batu bisa dimanfaatkan secara efektif
untuk menjernihkan air kotor. Biasanya bahan-bahan itu dipakai secara bersamaan.
Jarang sekali orang bisa memperoleh air jernih dengan hanya memakai satu media
penyaring. Kecuali tawas, bubuk kapur, dan kaporit, seluruh media penyaring tersebut
bersifat mengendapkan dan menyerap bahan pencemar yang ada di dalam air (Untung,
2008)
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna dan mudah larut di dalam air dengan
membentuk larutan basa, amoniak di dalam air erat hubungannya dengan siklus pada N
dialam ini. amoniak juga merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam
sehingga kehadiran bahan ini di dalam air minum dan air bersih adalah menyangkut
perubahan fisik daripada air tersebut yang akan mempengaruhi kesehatan masyarakat
(Sutrisno, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Kadar amoniak pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/L. kadar amoniak
bebas yang tidak terionisasi (NH3) pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari
0,02mg/L. Jika kadar amoniak bebas lebih dari 0,2 mg/L perairan bersifat toksik pada
beberapa jenis ikan (Effendi, 2003)
Gangguan kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada
sumber daya air yang tercemar tersebut. Amoniak dalam perairan diantaranya antara lain
konsentrasi 1-3 mg/L dapat meracuni ikan dan makhluk air lainnya, konsentrasi 400-700
mg/L akan memberikan efek jangka pendek atau akut yaitu iritasi terhadap saluran
pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata, sedangkan pada 5000 mg/L dapat
menimbulkan kematian (Sucofindo, 1999)
Pada konsentrasi tinggi amoniak merupakan ancaman untuk kesehatan manusia.
Batas terendah konsentrasi amoniak dapat terdeteksi penciuman manusia sekitar 50 ppm,
yang bersesuaian dengan 40 µg/m3. Akan tetapi, di bawah batas ini pun, amoniak
mengiritasi sistem pernapasan, kulit dan mata. Batas konsentrasi amoniak untuk orang
boleh bekerja adalah sekitar 20 ppm. Segera dan iritasi hebat pada hidung dan
tenggorokan terjadi pada 500 ppm. Pembongkaran untuk konsentrasi amoniak tinggi,
1.000 ppm atau lebih, dapat menyebabkan oedema paru-paru; akumulasi cairan dan gas
dalam paru-paru. Gejala sulit bernapas dan sesak dada terjadi kurang lebih setelah 24
jam. Tubuh manusia secara alami memproduksi amoniak. Jumlah produksi amoniak
dipengaruhi beberapa parameter. Pengukuran level amoniak pernapasan merupakan
diagnosis cepat untuk pasien dengan gangguan kesetimbangan urea, misalnya karena
gagal ginjal atau bisul/borok yang disebabkan oleh infeksi perut bakteri Helicobacter
pylori (Mitrayana, 2018)
pH juga berkaitan dengan alkalinitas. Pada pH <5 alkalinitas dapat mencapai nol.
Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar
karbondioksida bebas. pH rendah bersifat korosif (Effendi, 2003)
pH menentukan sifat korosi, semakin rendah pH, maka sifat korosinya semakin
tinggi (Gupta, 2009) pH air yang lebih besar dari 7 memiliki kecenderungan untuk
membentuk kerak pada pipa dan kurang efektif dalam membunuh mikroba (Sururi,
2008)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Peningkatan nilai pH hingga 1 angka akan meningkatkan nilai konsentrasi amoniak


di dalam air hingga 10 kali lipat dari semula.Tingkat racun dari amoniak selain karena
faktor pH dan amoniak juga dipengaruhi oleh kandungan oksigen di dalam air. Air
dengan nilai pH rendah (bersifat asam) maka yang dominan adalah amonium (NH4),
sebaliknya bila nilai pH tinggi (bersifat basa) yang dominan adalah amonia (NH 3).
Amoniak adalah bentuk yang paling beracun dari pada ammonium dan
(http://gunungkerbaumoatounwawan.blogspot.com/2011/12/hubungan-antara-
ammonia.html?m=1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisa yang telah dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP) menunjukkan bahwa kadar amoniak yang
diperoleh dalam air minum : 0,040 mg/L – 0,090 mg/L, dalam air badan air : 0,049
mg/L – 0,066 mg/L, kadar pH dalam air badan air : 6,99.
2. Menurut PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010 nilai maksimum untuk
amoniak dalam air minum adalah 1,5 mg/L dan nilai maksimum untuk amoniak
dalam air badan air adalah 0,5 mg/L, untuk pH dalam air badan air adalah 6 – 9.
Dengan demikian air minum dan air badan air masih memenuhi standar mutu dan
layak untuk dikonsumsi.
5.2 Saran
1. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya agar mengambil tempat sampel air yang
bervariasi.
2. Sebaiknya peneliti dapat menentukan kadar amoniak dengan menggunakan metode
dan sampel lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, S. 2001. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga. Jakarta :
Kawan Pustaka
Almatsier, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Arief, L. M. 2016. Pengolahan Limbah Industri Dasar-Dasar Pengetahuan dan Aplikasi
di Tempat Kerja. Yogyakarta : CV Andi Offset
Astri, N. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Jakarta : Universitas Tri Sakti
Cahyono, T. 2017. Penyehatan Udara. Yogyakarta : Penerbit Andi
Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
Day & Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : PT Gelora Aksara
Pratama
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Kanisius
Gupta, A. 2009. Organizational Commitment. New Delhi : Basic Concepts & recent
Developments
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Air_minum
http://gunungkerbaumoatounwawan.blogspot.com/2011/12/hubungan-antara-ammonia.
html?m=1
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI – Press
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Depok : Penebar Swadaya
Mahfud, M. 2018. Industri Kimia Indonesia. Yogyakarta : CV Budi Utama
Mahida, N. 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta : C. V
Rajawali
Miller, G. 1995. Kimia dan Elektrosilogi Pencemaran. Jakarta : Universitas Indonesia
Mitrayana. 2018. Aplikasi Spektroskopi Laser Pada Bidang Lingkungan dan
Kedokteran. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Air Langga University Press
Nainggolan, H. 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan Dan Air Gambut
menjadi Air Bersih. Medan : USU Press
Natalia, C. 2015. Penentuan Kadar Amoniak dan Nitrat Dalam Air Sungai. [Tugas
Akhir]. Medan : Universitas Sumatera Utara, Program Diploma Tiga
Sucofindo, 1999. Laporan Kandungan Amonia dalam Limbah. Jakarta : PT. Sucofindo
Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Penerbit Alumni
Suriwiria, U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung : Penerbit Angkasa
Sururi, R. 2008. Perbandingan Efektifitas Kor dan Ozon sebagai Desinfektan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Sampel Air dari Unit Filtrasi Instalasi PDAM Kota Bandung. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi-II. Sumatera Selatan : Universitas Lampung Press
Sutrisno, T. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Edisi Revisi 2004. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Triatmadja, R. 2018. Teknik Penyediaan Air Minum Perpipaan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Untung, O. 2008. Menjernihkan Air Kotor. Jakarta : Puspa Swara, Anggota IKAPI
Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset
www.amco-instruments.com/index_files/pdf/nova60.pdf. Diakses 28 Mei 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Lampiran 1. Hasil penambahan reagen Amoniak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Lampiran 2. Gambar alat Spectroquant nova 60a untuk menganalisa kadar amoniak
dengan panjang gelombang 690 nm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Lampiran 3. Gambar alat pH meter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Lampiran 4. Tabel PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Lampiran 5. PP No. 82 Tanggal 14 Desember 2001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai