Amoniak
Amoniak
TUGAS AKHIR
SARINDA
162401033
TUGAS AKHIR
SARINDA
162401033
PERNYATAAN
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Sarinda
162401033
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha
Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul “Penentuan Kadar Amoniak
dan pH pada Air Minum dan Air Badan Air di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP)” yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Diploma-3 Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Sovia Lenny, S.Si.,M.Si Selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini.
Terima kasih kepada Bapak Dr. MintoSupeno, MS Selaku Ketua Program Studi D3
Kimia FMIPA USU Medan dan Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu, M.Si Selaku Sekretaris
Program Studi D3 Kimia FMIPA USU Medan, Dekan dan Wakil Dekan FMIPA USU,
Seluruh Staf dan Dosen Program Studi FMIPA USU, Pegawai FMIPA USU dan rekan-
rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak Saladin Tamba,SP dan Ibu
Nurmika Sinaga dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang
diperlukan. SemogaTuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas
akhir ini dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membangun hingga selesainya tugas akhir ini.
Sarinda
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa Kadar Amoniak dan pH pada Air Minum dan Air Badan Air Di
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP).
Pemeriksaan kadar Amoniak dilakukan dengan metode Spektrofotometri dengan
menggunakan alat Spektrofotometer NOVA – 60 pada panjang gelombang untuk
Amoniak adalah 690 nm. Pemeriksaan kadar pH dengan metode Elektrometri
menggunakan alat pH meter. Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Amoniak
dalam air minum sebesar 0,040 mg/L – 0,090 mg/L dan air badan air sebesar 0,049
mg/L – 0,066 mg/L. Kadar pH dalam air badan air sebesar 6,99. Berdasarkan
PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010 nilai maksimum amoniak dalam air minum
adalah sebesar 1,5 mg/L dan nilai maksimum pH dalam air badan air adalah sebesar 6 –
9. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa sampel air minum dan air badan air memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan menurut PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/ 2010.
Kata Kunci: Air badan air, Air minum, Amoniak, pH, Elektrometri, Spektrofotometri.
ABSTRACT
An analysis of Ammoniac Levels and pH has been carried out on Drinking Water and
Water of Water Bodies at the Center for Environmental Health and Disease Control
(BTKLPP). Ammoniac levels were examined using the Spectrophotometry method using
a NOVA-60 Spectrophotometer at a wavelength for Ammoniac which was 690 nm.
Examination of pH levels using the Electrometry method using a pH meter device. From
the results of the analysis carried out obtained Ammoniac levels in drinking water by
0,040 mg / L - 0,090 mg / L and water body water by 0,049 mg / L - 0,066 mg / L. PH
level in water body water is 6,99. Based on PERMENKES No. 492 / Menkes / Per / IV /
2010 the maximum value of ammoniac in drinking water is 1,5 mg / L and the maximum
value of pH in water of a water body is 6 - 9. The results of this analysis indicate that
samples of drinking water and water from water bodies meet quality standards that have
been determined according to the Minister of Education Regulation No. 492 / Menkes /
Per / IV / 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 TujuanPenelitian 4
1.4 ManfaatPenelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air 5
2.2 Sifat Air 6
2.3 Penggolongan Air 8
2.4 TujuanPemantauanKualitas Air 8
2.5 Sumber Air 9
2.6 Air Minum 13
2.7 Kualitas Air UntukKehidupan 13
2.7.1 Kualitas Air SecaraFisik 14
2.7.2 Kualitas Air Secara Kimia 15
2.7.3 Kualitas Air SecaraBiologis 16
2.8 Persyaratan Air Minum 16
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
air tanah (sumur bor dan sumur gali). Air minum atau air bersih merupakan salah satu
kebutuhan yang paling penting. Seperti diketahui, kadar tubuh manusia mencapai 68
persen untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air
setiap orang bervariasi dari 2,5 liter hingga 2,8 liter perhari, tergantung pada berat badan
dan aktivitasnya (Suriawiria, 1995)
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air
yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air
tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari yang
sangat sederhana sampai pada pengolahan yang mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat
kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang
dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik-
teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air
minum.
Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena
semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat
kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan air
rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu
rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan 60 liter/hari (Sutrisno, 2004)
Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.
Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia, dan biologi. Air yang dapat digunakan
untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi standar baku air untuk rumah tangga
(Kusnaedi, 2010)
Amoniak adalah senyawa kimia dengan rumus NH3 yang terdiri dari 3 atom
hidrogen (H) dan 1 atom nitrogen (N). Amoniak adalah gas yang tidak berwarna dan
memiliki bau yang sangat merangsang, sehingga gas ini mudah dikenali melalui baunya.
Gas ini tidak mudah terbakar, tetapi jika terjadi campuran udara dan amoniak dalam
ruangan 13–27%, maka akan terjadi ledakan dan terbakar. Amoniak juga dapat menjadi
korosif bila terkena tembaga dan timah, sangat mudah larut dalam air, mudah mencair,
amoniak cair membeku pada suhu -78°C dan mendidih pada suhu -33°C. Amoniak
murni pada suhu kamar dan tekanan 1 atm berbentuk uap, pada temperatur -33°C
berbentuk cairan. Amoniak merupakan gas yang higroskopis, mudah menyerap air dan
mempunyai kelarutan terhadap air pada semua komposisi (Cahyono, 2017)
pH menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan
mewakili konsentrasi hidrogen ion nya. pH tidak mengukur seluruh kemasaman atau
seluruh alkalinitas, suatu metode titrasi (penurunan kadar) yang dibutuhkan untuk
memperkirakan jumlah yang sebenarnya pada keasaman atau alkali yang ada (Mahida,
1984)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar
6,5 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau
besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH kecil dari pH
normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar akan bersifat
basa. Air limbah dan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan
mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam
air (Wardhana, 1995)
1.2 Permasalahan
1. Berapakah kadar amoniak dan pH yang terkandung dalam air minum dan air badan
air yang di analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian
Penyakit (BTKLPP)
2. Apakah kadar amoniak dan pH tersebut telah memenuhi PERMENKES No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang kualitas air minum.
merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat
didalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai,
danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan;
sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60% - 90%
bagian sel makhluk hidup adalah air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi
panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah
terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang
mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga
menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi)
adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas
dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan
(kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini merupakan
salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga
merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas
secara baik di bumi.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa
kimia. Air hujan mengandung jenis senyawa kimia dalam jumlah yang sangat
sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000
mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrient) terlarut diangkut seluruh
jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk
kedalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat
ini juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer
bahan pencemar (polutan) yang masuk kebadan air.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu
bahan secara baik (higher wetting ability). Tegangan permukaan yang tinggi juga
manusia, seperti tabrakan maupun kebocoran kapal tanker. Hal itu jelas berdampak
buruk pada ekosistem laut dan kualitas air destilasi yang dihasilkan.
B. Air Hujan
Air hujan merupakan hasil proses penguapan (evaporasi) air di permukaan bumi
akibat pemanasan oleh sinar matahari. Dalam keadaan ideal (tanpa pencemaran air),
air hujan merupakan air bersih dan dapat langsung dikonsumsi oleh manusia.
Namun, pada saat evaporasi berlangsung, air yang menguap sudah tercemar. Selain
itu, air hujan yang turun juga „tercemar‟ oleh polusi udara. Akibatnya, air hujan
tidak bersifat netral (pH=7) lagi, melainkan bersifat asam. Hujan yang bersifat asam
dapat menyebabkan korosi (karat) pada benda yang berbahan logam. Selain bersifat
asam, air hujan cenderung bersifat sadah karena kandungan kalsium dan
magnesiumnya cukup tinggi. Indikasi air sadah (kesadahan) adalah sabun atau
deterjen tidak dapat bereaksi dengan air. Akibatnya, sabun atau deterjen tidak
berbusa walapun dilarutkan dengan air. Dengan demikian, air sadah dapat
memboros penggunaan sabun mandi atau sabun cuci. Selain kalsium dan
magnesium, air hujan juga mengandung beberapa senyawa dan unsure (mineral),
antara lain SO4, Cl, NH3, N2, C, dan O2.
C. Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat dipermukaan tanah, antara lain
sumur, sungai, rawa, dan danau. Air permukaan berasal dari air hujan yang meresap
dan membentuk mata air di gunung atau hutan, kemudian mengalir dipermukaan
bumi dan membentuk sungai atau mengumpul di tempat cekung yang membentuk
danau ataupun rawa. Pada umumnya, air permukaan tampak kotor dan berwarna
(tidak bening). Hal itu terjadi akibat kotoran, pasir, dan lumpur yang ikut terbawa
(hanyut) oleh aliran air.
Air permukaan banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain untuk
diminum, kebutuhan rumah tangga, irigasi, pembangkit listrik, industri, dan
sebagainya. Agar dapat diminum, air permukaan harus diolah terlebih dahulu,
meliputi pengolahan fisika, kimia, dan biologi. Air permukaan dibagi menjadi dua,
yaitu air sungai dan air danau atau rawa.
1. Air Sungai
Air sungai berasal dari mata air dan air hujan yang mengalir pada permukaan
tanah. Secara fisik, air sungai terlihat berwarna cokelat dengan tingkat
kekeruhan yang tinggi karena bercampur dengan pasir, lumpur, kayu, dan
kotoran lainnya. Kualitas air sungai juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar
aliran sungai. Secara umum, kualitas air sungai didaerah hilir (muara) lebih
rendah dibandingkan didaerah hulu (mata air). Hal ini terjadi akibat limbah
industri dan rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai tanpa melalui
proses pengolahan terlebih dahulu terkumpul dimuara sungai. Akibatnya, secara
kualitas fisika, kimia, maupun biologi, air didaerah muara sungai sangat rendah
dan tidak layak dijadikan bahan baku air minum.
2. Air Danau atau Rawa
Air danau atau rawa merupakan air permukaan yang mengumpul pada cekungan
permukaan tanah. Permukaan air danau biasanya berwarna hijau kebiruan.
Warna ini disebabkan oleh banyaknya lumut yang tumbuh dipermukaan air
maupun didasar danau atau rawa. Selain lumut, warna pada air danau juga
dipengaruhi oleh bahan organic (kayu, daun, dan bahan organik lainnya) yang
membusuk akibat proses dekomposisi oleh mikroorganisme didalam air. Akibat
proses pembusukan tersebut, air danau memiliki kadar besi (Fe) dan mangan
(Mn) yang relatif tinggi. Kebanyakan, air danau memiliki kualitas yang lebih
baik daripada air sungai. Hal tersebut disebabkan tingkat pencemaran didanau
relatif lebih kecil dibandingkan dialiran sungai.
D. Air Tanah
Menurut definisi Undang-undang Sumber Daya Air, air tanah merupakan air yang
terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah
berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Dalam proses peresapan
tersebut , air tanah mengalami penyaringan (filtrasi) oleh lapisan-lapisan tanah. Air
tanah lebih jernih dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki kandungan air
mineral yang cukup tinggi. Sifat dan kandungan mineral tanah dipengaruhi oleh
lapisan tanah yang dilaluinya. Kandungan mineral air tanah antara lain Na, Mg, Ca,
Fe, dan O2.
Kondisi tanah yang berkapur menyebabkan tingkat kesadahan air tanahnya relatif
tinggi (keras). Air tanah didaerah berkapur mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+
dalam jumlah yang cukup besar. Kondisi tanah yang mengandung batu granit, air
tanahnya memiliki derajat kesadahan yang rendah (lunak) karena mengandung
unsur (mineral) CO2 dan Mn(HCO3).
Air tanah digolongkan menjadi tiga, yaitu air tanah dangkal, air tanah dalam, dan
mata air. Golongan tersebut berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan mineral yang
terkandung di air tanah.
1. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman kurang lebih 15 meter dibawah
permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung pada kedalaman ini cukup
terbatas. Biasanya hanya digunakan untuk keperluan rumah tangga, seperti
minum, mandi, dan mencuci. Penggunaan air tanah dangkal berupa sumur
berdinding semen maupun sumur bor. Secara fisik, air tanah terlihat jernih dan
tidak berwarna (bening) karena telah mengalami proses filtrasi oleh lapisan
tanah. Kualitas air tanah dangkal cukup baik dan layak digunakan sebagai bahan
baku air minum. Kuantitas air tanah dangkal dipengaruhi oleh musim. Pada saat
musim hujan, jumlah air tanah dangkal berlimpah, tetapi jumlahnya terbatas saat
musim kemarau.
2. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat pada kedalaman 100-300 meter di bawah permukaan
tanah. Air tanah dalam berwarna jernih dan sangat baik digunakan sebagai air
minum karena telah mengalami proses penyaringan berulang-ulang oleh lapisan
tanah. Air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik daripada air tanah
dangkal. Hal ini disebabkan proses filtrasi air tanah dalam lebih panjang, lama,
dan sempurna dibandingkan air tanah dangkal. Kuantitas air tanah dalam cukup
besar dan tidak terlalu dipengaruhi oleh musim, sehingga air tanah dalam dapat
digunakan untuk kepentingan industri dan dapat digunakan dalam jangka waktu
yang cukup lama.
3. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar langsung dari permukaan tanah. Mata air
biasanya terdapat pada lereng gunung, dapat berupa rembesan (mata air
rembesan) dan ada juga yang keluar didaerah dataran rendah (mata air „umbul‟).
Mata air memiliki kualitas air hampir sama dengan kualitas air tanah dalam dan
sangat baik untuk air minum. Selain untuk air minum, mata air dapat digunakan
untuk keperluan lainnya, seperti mandi, mencuci. Kuantitas air yang dihasilkan
oleh mata air cukup banyak dan tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga dapat
digunakan untuk kepentingan umum dalam jangka waktu lama (Alamsyah, 2001)
2.6 Air Minum
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Air minum adalah
air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
907 Tahun 2002). Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat
resiko bahwa air telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat
berbahaya. Bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100°C, namun banyak zat
berbahaya, terutama logam, yang tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Minum air
putih memang menyehatkan, tetapi kalau berlebihan dapat menyebabkan hiponatremia
yaitu ketika natrium dalam darah menjadi encer.
Pembagian kategori air menurut total zat padat yang terkandung didalamnya adalah :
1. > 140 ppm : air minum biasa, (lebih dari 500 ppm berbahaya bagi kesehatan)
2. 26 – 140 ppm : air mineral yang mengandung mineral anorganik
3. 1 – 25 ppm : air organik yang tidak mengandung unsur anorganik
4. 0 ppm : air murni (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Air_minum)
2.7 Kualitas Air Untuk Kehidupan
Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen
Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public
Health Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk
kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas air secara fisik, secara
kimia dan secara biologis (Miller, 1995)
2.7.1 Kualitas Air Secara Fisik
1. Padatan
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut,
mengendap, maupun suspensi. Jika bahan ini akan mengendap pada dasar air
dalam jangka waktu yang lama, akan menimbulkan pendangkalan pada dasar
badan penerima. Akibat lain dari padatan ini adalah menimbulkan tumbuhnya
tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyak padatan
menunjukkan banyaknya lumpur terkandung dalam air.
2. Kekeruhan
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya
kedalam air. Sedangkan kekeruhan membatasi pencahayaan kedalam air.
Sekalipun ada pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air,
namun penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya. Kekeruhan
ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu, seperti
bahan organik, jasad renik, lumpur tanah liat, dan benda lain yang melayang
ataupun terapung dan sangat halus sekali. Nilai kekeruhan air dikonversikan
kedalam ukuran SiO2 dalam satuan mg/l. Semakin keruh air, semakin tinggi daya
hantar listrik dan semakin banyak pula padatannya.
3. Bau
Bau muncul karena ada kegiatan mikroorganik yang menguraikan zat organik dan
menghasilkan gas tertentu. Selain itu, bau juga timbul karena terjadinya reaksi
kimia hingga menimbulkan gas. Kuat tidaknya bau yang dihasilkan limbah
tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan.
4. Temperatur
Temperatur air limbah akan mempengaruhi badan penerima jika terdapat
perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur air limbah akan mempengaruhi
kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu
memperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air.
Pembusukan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi zat organik jauh
lebih besar pada suhu yang tinggi.
5. Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik. Hal
tersebut dapat dilihat kadar padatan total dalam air dan suhu saat pengukuran.
Konduktivitas arus listrik dalam mengalirkan arusnya bergantung dari mobilitas
ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor yang lebih
kuat dibandingkan dengan senyawa organik. Tujuan dari pengukuran daya hantar
listrik ini untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya
terhadap kehidupan biota.
6. Warna
Warna timbul karena suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, selain adanya
bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Bau
disebabkan karena ada campuran dari nitrogen, fospor, protein, sulfur, amoniak,
hidrogen sulfida, carbon disulfida, dan zat organik lain. Kecuali bau yang
disebabkan oleh bahan beracun, jarang merusak kecepatan manusia tapi
mengganggu ketenangan bekerja (Arief, 2016)
2.7.2 Kualitas Air Secara Kimia
1. pH
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar
antara 6,5 – 7,5.
2. Kandungan senyawa kimia di dalam air
Contoh : logam berat seperti Hg (air raksa) dan Pb (timbal) merupakan zat kimia
berbahaya jika masuk kedalam air.
3. Kandungan residu atau sisa
Contoh : residu pestisida, deterjen, kandungan senyawa toksin atau racun dan
sebagainya.
insektisida, bahan pewarna, dan bahan radioaktif. Air yang tercemar yang terminum
manusia atau hewan dapat menyebabkan beberapa macam penyakit ataupun gejala
keracunan. Limbah yang mengandung senyawa kimia seharusnya melewati proses
sterilisasi dari bahan berbahaya terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan umum.
Setiap senyawa kimia memiliki nilai ambang batas maksimum yang berbeda di perairan.
Apabila melewati batas maksimal, tentunya bahan kimia tersebut berdampak buruk bagi
kesehatan (Alamsyah, 2001)
2.9.1 Sumber Pencemaran Air
1. Domestik (rumah tangga)
Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur.
2. Industri
Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis industrinya
sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung pada bahan
baku, proses industri, bahan bakar dan sistem pengolahan limbah cair yang
digunakan dalam industri tersebut. Secara umum jenis polutan air dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Fisik
Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air
2) Kimia
Bahan pencemar yang berbahaya : merkuri (Hg), cadmium (Cd), timah hitam
(Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya.
3) Mikrobiologi
Berbagai macam bakteri, virus, parasit dan lain-lainnya. Misalnya yang berasal
dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong dan tempat pemerahan
susu sapi.
4) Radioaktif
Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir
(PLTN) dapat pula menimbulkan pencemaran air.
H2 diperoleh dari gas alam (metana) yang dialirkan bersama uap air dengan
katalisator nikel pada suhu tinggi dan tekanan tinggi.
CH4(g) + H2O(g) – – – – → CO(g) + 3 H2(g)
kebutaan total. Sedangkan kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frosbite).
Pada kadar 2500-6500 ppm, gas amoniak melalui inhalasi menyebabkan iritasi hebat
pada mata (keraktitis), sesak napas (dyspenea), bronchospasm, nyeri dada, sembap paru,
batuk darah, bronchitis dan pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit.
Efek jangka panjang (kronis) penggunaan amoniak dapat menyebabkan penyakit
kanker karena amoniak bersifat karsinogenik atau bahan yang dapat menimbulkan
kanker. Gas amoniak merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan
global warming. Akibat yang terjadi adalah perubahan iklim dan cuaca, serta efek global
warming lainnya. Gas amoniak juga dapat mengganggu estetika lingkungan karena bau
pembusukan sampah yang sangat menyengat (Cahyono, 2017)
2.12 Kegunaan Amoniak
Amoniak banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia
(asam nitrat, amonium fosfat, amonium nitrat, dan amonium sulfat), serta industri bubur
kertas dan kertas (pulp and paper) (Effendi, 2003)
2.13 Penentuan pH
pH yang merupakan singkatan dari pangkat hidrogen atau power of hydrogen adalah
tingkatan asam basa suatu cairan. Tingkat pH dalam air sangat dipengaruhi oleh
kandungan mineral lain. Standar kadar pH air minum adalah 6,5 sampai 8,5. pH dibawah
6,5 disebut asam dan di atas 8,5 disebut basa. Jika pH dalam air minum terlalu rendah
maka air akan terasa asam atau bahkan pahit, dan jika pH terlalu tinggi maka air berasa
tidak enak ketika diminum.
Banyak ahli kesehatan, mengatakan bahwa air alkali/basa (air yang kadar pH-nya
diatas standar) adalah air yang baik untuk mencegah berbagai macam penyakit
degenerative seperti kanker. Pernyataan itu sepenuhnya dibantah oleh United States
Environmental Protection Agency (EPA), yang menganjurkan untuk meminum air
dengan standar kadar pH air minum yakni 6,5 hingga 8,5 tidak lebih dan tidak kurang.
Apabila air yang dikonsumsi terlalu asam akan menyebabkan kerusakan mokusa
(saluran pencernaan) sehingga menimbulkan penyakit asam lambung.
Penentuan pH adalah penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air
pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut pada air terutama karbondioksida.
Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan daripada penyimpangan standar kualitas air
minum adalah lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2. pH menunjukkan tinggi
rendahnya ion hidrogen dalam air. pH air yang kurang dari 6,5 atau diatas 9,2
menyebabkan beberapa persenyawaan kimia dalam tubuh manusia berubah menjadi
racun (Almatsier, 2004)
Cara uji derajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah dengan menggunakan alat
pH mteter. Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktivitas ion hidrogen
secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter (Nainggolan, 2011)
2.14 Spektrofotometri
Alat yang digunakan untuk analisa spektrofotometri adalah spektrofotometer.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitasi atau absorbansi suatu contoh
sebagai panjang gelombang, pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu
panjang gelombang tunggal mungkin juga dapa dilakukan. Alat-alat demikian dapat
dikelompokkan baik secara manual atau perekam, maupun sebagai sinar tunggal atau
sinar rangkap. Pengertian lengkap dari spektrofotometer memerlukan suatu pengetahuan
terperinci tentang optik dan elektronika. Dan biasanya dalam praktek alat-alat sinar
tunggal dijalankan dengan tangan dan alat-alat sinar rangkap biasanya menonjolkan
pencatatan spektrum absorpsi (Day & Underwood, 1998)
Spektrofotometer adalah suatu alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur energy secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi
dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis
(Khopkar, 2003)
Dilihat dari sistem optik spektrofotometer dapat digolongkan dalam tiga macam
yaitu :
1. Sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam)
2. Sistem optik radiasi berkas ganda (double beam)
3. Sistem optik radiasi berkas terpisah (splitter beam)
Pada umumnya komponen yang penting dalam spektrofotometer berupa susunan
peralatan optik yang terkonstruksi sebagai berikut :
SR M SK D A VS
Gambar 2.1 : Susunan optik spektrofotometer
Keterangan :
SR : Sumber radiasi
M : Monokromator
SK : Sampel kompartemen
D : Detektor
A : Amplifier atau penguat
VS : Visual display atau meter
Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer memegang fungsi dan peranan
tersendiri yang saling terkait fungsi dan peranannya. Setiap fungsi dan peranan tiap
bagian dituntut ketelitian dan ketepatan yang optimal, sehingga akan diperoleh hasil
pengukuran yang tinggi tingkat ketelitian dan ketepatannya.
1. Sumber radiasi
Sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer adalah lampu deuterium, lampu
tungsten, dan lampu merkuri. Sumber radiasi deuterium dapat dipakai pada panjang
gelombang 190 nm sampai 380 nm. sumber radiasi tungsten merupakan campuran
dari filament tungsten dan gas iodine. Sumber radiasi ini dipakai pada daerah
pengukuran sinar tampak dengan rentang panjang gelombang 380-390 nm. Sumber
radiasi merkuri mengandung uap merkuri rendah, yang biasanya diapakai untuk
mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada daerah ultraviolet sekitar panjang
gelombang 365 nm dan sekaligus mengecek resolusi dari monokromator.
2. Monokromator
3.1.2 Bahan
- Aquades
- Contoh uji
- Reagensia NH4 -1
- Reagensia NH4 -2
- Reagensia NH4 -3
3.2.2 Bahan
- Air suling
- Contoh uji
- Larutan penyangga (buffer)
Larutan penyangga 4, 7dan 10 yang siap dipakai dipasaran
Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Kadar Amoniak pada air minum
No Kode Sampel Hasil Baku Mutu
1 367/K/AM 0,090 mg/L PERMENKES No
1,5 mg/L
Tabel 4.2 Data Hasil Analisa Kadar Amoniak pada air badan air
No Kode Sampel Hasil Baku Mutu
1 373/K/ABA 0,049 mg/L PP No. 82 Tanggal
2 374/K/ABA 0,066 mg/L 14 Desember 2001
0,5 mg/L
Tabel 4.3 Data Hasil Analisa Kadar pH pada air badan air
No Kode Sampel Hasil Baku Mutu
1 573/K/ABA 6,99 PP No. 82 Tanggal
14 Desember 2001
6–9
4.2 Pembahasan
Dari data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kadar amoniak (NH3) dalam air
minum yang di analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BTKLPP) memiliki kadar amoniak (NH3) adalah 0,040 mg/L – 0,090 mg/L
dan telah memenuhi standar permenkes yaitu maksimal kadar amoniak (NH3) adalah 1,5
mg/L.
Dari data Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kadar amoniak (NH3) dalam air badan air
yang di analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) memiliki kadar amoniak (NH3) adalah 0,049 mg/L – 0,066 mg/L dan telah
memenuhi standar permenkes yaitu maksimal kadar amoniak (NH3) adalah 0,5 mg/L.
Dari data Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kadar pH dalam air badan air yang di
analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP)
memiliki kadar pH adalah 6,99 dan telah memenuhi standar permenkes yaitu maksimal
kadar pH adalah 6 – 9.
Ada berbagai macam cara untuk menjernihkan air kotor. Namun, yang paling
banyak dikenal ialah teknik penyaringan, pengendapan, dan penyerapan. Bahan yang
dipakai untuk ketiga teknik tersebut juga beraneka ragam. Pasir, ijuk, arang batok,
kerikil, tawas, bubuk kapur, kaporit dan bahkan batu bisa dimanfaatkan secara efektif
untuk menjernihkan air kotor. Biasanya bahan-bahan itu dipakai secara bersamaan.
Jarang sekali orang bisa memperoleh air jernih dengan hanya memakai satu media
penyaring. Kecuali tawas, bubuk kapur, dan kaporit, seluruh media penyaring tersebut
bersifat mengendapkan dan menyerap bahan pencemar yang ada di dalam air (Untung,
2008)
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna dan mudah larut di dalam air dengan
membentuk larutan basa, amoniak di dalam air erat hubungannya dengan siklus pada N
dialam ini. amoniak juga merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam
sehingga kehadiran bahan ini di dalam air minum dan air bersih adalah menyangkut
perubahan fisik daripada air tersebut yang akan mempengaruhi kesehatan masyarakat
(Sutrisno, 2004)
Kadar amoniak pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/L. kadar amoniak
bebas yang tidak terionisasi (NH3) pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari
0,02mg/L. Jika kadar amoniak bebas lebih dari 0,2 mg/L perairan bersifat toksik pada
beberapa jenis ikan (Effendi, 2003)
Gangguan kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada
sumber daya air yang tercemar tersebut. Amoniak dalam perairan diantaranya antara lain
konsentrasi 1-3 mg/L dapat meracuni ikan dan makhluk air lainnya, konsentrasi 400-700
mg/L akan memberikan efek jangka pendek atau akut yaitu iritasi terhadap saluran
pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata, sedangkan pada 5000 mg/L dapat
menimbulkan kematian (Sucofindo, 1999)
Pada konsentrasi tinggi amoniak merupakan ancaman untuk kesehatan manusia.
Batas terendah konsentrasi amoniak dapat terdeteksi penciuman manusia sekitar 50 ppm,
yang bersesuaian dengan 40 µg/m3. Akan tetapi, di bawah batas ini pun, amoniak
mengiritasi sistem pernapasan, kulit dan mata. Batas konsentrasi amoniak untuk orang
boleh bekerja adalah sekitar 20 ppm. Segera dan iritasi hebat pada hidung dan
tenggorokan terjadi pada 500 ppm. Pembongkaran untuk konsentrasi amoniak tinggi,
1.000 ppm atau lebih, dapat menyebabkan oedema paru-paru; akumulasi cairan dan gas
dalam paru-paru. Gejala sulit bernapas dan sesak dada terjadi kurang lebih setelah 24
jam. Tubuh manusia secara alami memproduksi amoniak. Jumlah produksi amoniak
dipengaruhi beberapa parameter. Pengukuran level amoniak pernapasan merupakan
diagnosis cepat untuk pasien dengan gangguan kesetimbangan urea, misalnya karena
gagal ginjal atau bisul/borok yang disebabkan oleh infeksi perut bakteri Helicobacter
pylori (Mitrayana, 2018)
pH juga berkaitan dengan alkalinitas. Pada pH <5 alkalinitas dapat mencapai nol.
Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar
karbondioksida bebas. pH rendah bersifat korosif (Effendi, 2003)
pH menentukan sifat korosi, semakin rendah pH, maka sifat korosinya semakin
tinggi (Gupta, 2009) pH air yang lebih besar dari 7 memiliki kecenderungan untuk
membentuk kerak pada pipa dan kurang efektif dalam membunuh mikroba (Sururi,
2008)
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisa yang telah dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP) menunjukkan bahwa kadar amoniak yang
diperoleh dalam air minum : 0,040 mg/L – 0,090 mg/L, dalam air badan air : 0,049
mg/L – 0,066 mg/L, kadar pH dalam air badan air : 6,99.
2. Menurut PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010 nilai maksimum untuk
amoniak dalam air minum adalah 1,5 mg/L dan nilai maksimum untuk amoniak
dalam air badan air adalah 0,5 mg/L, untuk pH dalam air badan air adalah 6 – 9.
Dengan demikian air minum dan air badan air masih memenuhi standar mutu dan
layak untuk dikonsumsi.
5.2 Saran
1. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya agar mengambil tempat sampel air yang
bervariasi.
2. Sebaiknya peneliti dapat menentukan kadar amoniak dengan menggunakan metode
dan sampel lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, S. 2001. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga. Jakarta :
Kawan Pustaka
Almatsier, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Arief, L. M. 2016. Pengolahan Limbah Industri Dasar-Dasar Pengetahuan dan Aplikasi
di Tempat Kerja. Yogyakarta : CV Andi Offset
Astri, N. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Jakarta : Universitas Tri Sakti
Cahyono, T. 2017. Penyehatan Udara. Yogyakarta : Penerbit Andi
Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
Day & Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : PT Gelora Aksara
Pratama
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Kanisius
Gupta, A. 2009. Organizational Commitment. New Delhi : Basic Concepts & recent
Developments
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Air_minum
http://gunungkerbaumoatounwawan.blogspot.com/2011/12/hubungan-antara-ammonia.
html?m=1
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI – Press
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Depok : Penebar Swadaya
Mahfud, M. 2018. Industri Kimia Indonesia. Yogyakarta : CV Budi Utama
Mahida, N. 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta : C. V
Rajawali
Miller, G. 1995. Kimia dan Elektrosilogi Pencemaran. Jakarta : Universitas Indonesia
Mitrayana. 2018. Aplikasi Spektroskopi Laser Pada Bidang Lingkungan dan
Kedokteran. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Air Langga University Press
Nainggolan, H. 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan Dan Air Gambut
menjadi Air Bersih. Medan : USU Press
Natalia, C. 2015. Penentuan Kadar Amoniak dan Nitrat Dalam Air Sungai. [Tugas
Akhir]. Medan : Universitas Sumatera Utara, Program Diploma Tiga
Sucofindo, 1999. Laporan Kandungan Amonia dalam Limbah. Jakarta : PT. Sucofindo
Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Penerbit Alumni
Suriwiria, U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung : Penerbit Angkasa
Sururi, R. 2008. Perbandingan Efektifitas Kor dan Ozon sebagai Desinfektan pada
Sampel Air dari Unit Filtrasi Instalasi PDAM Kota Bandung. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi-II. Sumatera Selatan : Universitas Lampung Press
Sutrisno, T. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Edisi Revisi 2004. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Triatmadja, R. 2018. Teknik Penyediaan Air Minum Perpipaan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Untung, O. 2008. Menjernihkan Air Kotor. Jakarta : Puspa Swara, Anggota IKAPI
Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset
www.amco-instruments.com/index_files/pdf/nova60.pdf. Diakses 28 Mei 2017
Lampiran 2. Gambar alat Spectroquant nova 60a untuk menganalisa kadar amoniak
dengan panjang gelombang 690 nm