Anda di halaman 1dari 13

BEBERAPA CARA MENGHINDARI TERJADINYA LOOPING (LOOP) PADA

TINDAKAN KOLONOSKOPI

Makalah Ini Disusun Untuk Persyaratan Mengikuti Pelatihan

Perawat Endoskopi Saluran Cerna Tingkat Dasar

Oleh :

RISMAWATI TADAYU, A .Md. Kep

Periode 13 Januari s/d 13 Mei 2020 Dan 22 Februari s/d 20 April 2021

Pusat Endoskopi Saluran Cerna Departemen Ilmu Penyakit Dalam

RSPUN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

2020/2021
LEMBARAN PENGESAHAN

BEBERAPA CARA MENGHINDARI TERJADINYA LOOPING (LOOP) PADA


TINDAKAN KOLONOSKOPI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Pelatihan Perawat Endoskopi Saluran


Cerna

Tingkat Dasar Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam

di RSPUN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta

Jakarta, 20 April 2021

Pembimbing

Bpk. Zulkarnain S

NIP. 195605181976121001
KATA PENGANTAR

Shallom, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga makalah dengan judul “ BEBERAPA
CARA MENGHINDARI TERJADINYA LOOPING (LOOP) PADA TINDAKAN
KOLONOSKOPI” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Br. Ns. Taufik S.Kep selaku kakak pembimbing , serta
orang tua penulis , teman-teman penulis, dan seluruh pihak yang terlibat dalam membantu
dan mendukung terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini disusun untuk melengkapi persyaratan pelatihan keperawatan endoskopi


di RSPUN Dr. Cipto Mangunkusumo, Selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman dan pengetahuan. Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi kita dalam
mengenal dan mempelajari cara menghindari loop pada kolonoskopi .Dalam makalah ini
penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik guna
perbaikan dan kesempurnaan sangat penulis butuhkan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan pembaca pada umumnya. Dan penulis juga menyampaikan
banyak terimakasih kepada :

1. Dr. David, M. Kes sebagai Direktur Rumah Sakit Murni Teguh Sudirman Jakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pelatihan endoskopi.
2. DR. Dr. H. Dadang Makmun, Sp.PD-KGEH, sebagai kepala Divisi Gastroenterologi
Departement Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSPUN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
3. DR. Dr. H . Murdhani Abdullah, Sp. PD -KGEH, Sebagai penanggung jawab pusat
Endoskpi Saluran Cerna FKUI /RSCM Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
4. Seluruh Dokter beserta Staf Divisi Gastroenterologi Gastroenterologi Departement Ilmu
Penyakit Dalam FKUI/RSPUN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Prof. Dr. Marcellus
Simadibrata, phD KGEH, DR. Dr. H Ari Fahrizal Syam, Sp.PD KGEH .MMB, Dr. Ahmad
Fauzi, Sp.PD KGEH, Dr. Amanda P Utari, Sp.PD, Dr.Hasan L, Sp.PD, Dr.Virlly Sp.PD
dan Dr, Aby Sp.PD
5. Bapak Zulkarnaen S, selaku pembimbing tehnis di ruang Endoskopi yang telah
memberikan nasehat serta bimbingan dengan penuh semangat.
6. Briptu Ferdinan Arifin wally ( Teman) yang telah memberikan perhatiannya serta semangat
kasih sayang dan doa nya.
7. Seluruh staf PESC : Br. Ramadhan, Br. Taufik, Br. Zorich, Br. Alan, kepala ruangan Zr.
Ina, Zr. Neny, Zr. Zur,
8. Zr. Tri, Zr. Yayah, Zr. Yanti, Zr. Riza, Zr. Tatik trimakasi atas ilmu dan bimbingan nya.
9. Rekan- rekan pelatihan PESC : Zr. Risma siahaan, Zr. Septi trimakasi atas dukungan dan
Kerjasama nya dalam menjalani pelatihan endoskopi.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dimasa yang akan
datang terutama penulis dan teman-teman sejawat.

Jakarta, 20 April 2021


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. I

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... II

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ II

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Tujuan ................................................................................................................. 1
C. Manfaat ............................................................................................................... 2
D. Metode ................................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................................... 3

A. Anatomi dan Fisiologi Kolon ............................................................................ 3


B. Kolonoskopi ........................................................................................................ 4

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 5

Cara menghindari Loop pada tindakan Kolonoskopi ...................................................... 5

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 6

A. Saran ................................................................................................................... 6
B. Kesimpulan ......................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 7


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolonoskop saat ini merupakan salah satu alat diagnostik dan teraupetik yang sangat
penting untuk menangani pasien-pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian bawah.
Selain mempunyai kemampuan diagnostik visual, alat kolonoskop bisa digunakan untuk
pengambilan sampel jaringan (biopsi) untuk konfirmasi histologis dan juga bisa digunakan
sebagai alat terapi pada kasus polip atau reseksi kanker secara dini (Chan, 2011).Selain itu alat
kolonoskop telah mengalami perubahan dari yang tadinya sangat kaku menjadi lebih lentur
sehingga lebih nyaman bagi pasien. Oleh karena itu alat kolonoskop saat ini sudah mempunyai
akurasi yang tinggi dalam mendeteksi awal suatu penyakit saluran pencernaan bagian bawah
terutama pada kasus keganasan (Simadibrata, 2009). Dan Secara umum diketahui bahwa
selama kolonoskopi, loop akan selalu terbentuk.

Pemeriksaan kolonoskopi ini pada umum nya sama dengan pemeriksaan Saluran cerna
bagian atas (SCBA), namun memililki ukuran skupe yang lebih Panjang Mulai 1.2 – 1.8
m.(Buku panduan endoskopi gastrointestinal)

Kolonoskop merupakan metode standar untuk memeriksa usus besar.Ketepatan


diagnostik dan keamanan terapi kolonoskopi sangat tergantung pada kualitas pembersihan
kolon. Persiapan yang kurang telah terbukti secara signifikan menghalangi kemampuan
diagnostic kolonoskopi standar. Selain persiapan pemeriksaan kolonoskopi yang kurang baik,
dalam melaKukan Tindakan kolonoskopi sering juga di temukan kesulitan yang menghambat
proses berjalan nya Tindakan Kolonoskopi yaitu loop (looping). Pengulangan poros
kolonoskop selama prosedur adalah salah satu kendala paling umum yang dihadapi oleh ahli
endoskopi. Ini terjadi pada 91% kasus looping menjadi yang paling umum, terjadi pada 79%
kasus. (http//www.gastrotraining.com)
B. Tujuan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui cara menghindari
looping Pada Tindakan kolonoskopi.

C. Manfaat

Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara menghindari
looping Pada Tindakan kolonoskopi.

D. Metode.

Penulisan makalah ini bersumber dari berbagai literatur yang terdapat dalam jurnal
maupun Buku – buku yang terkait dengan kolonoskopi maupun persiapan kolon sebelum
pemeriksaan kolonoskopi, hingga cara menghindari looping dalam Tindakan kolonoskopi
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A . Anatomi dan Fisiologi kolon

(www.yoursurgery.com)

Usus besar atau kolon berbentuk tabung muscular berongga dengan Panjang Sekitar 1,5
m ( 5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Usus besar di bagi Menjadi sekum,
Kolon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup ileocecal dan apendiks yang melekat pada ujung
sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocecal
mengendalikan aliran kimus dari ileum kedalam sekum dan mencegah terjadinya aliran balik
bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. Kolon di bagi lagi menjadi kolon asenden,
tranvesum, desenden dan sigmoid, rectum dan anus. ( Sylvia & Lorraine, 2012 )

empat kolonoskopi membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas
berturut – turut disebut fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Fleksura hepatica yaitu kelokan
antara kolon tranvesum dan kolon asenden sedangkan fleksura lienalis yaitu kelokan antara
kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk “S”.lekukan
bagian bawa berbelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid Bersatu dengan rektum. ( Syilvia &
Lorraine, 2012

Pada posisi ini, gaya gravitas membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura
sigmoid. Bagian utama usus besar yang terakhir di sebut sebagai rektum dan membentang dari
kolon sigmoid hingga Anus (muara ke bagian luar tubuh ). Satu inci terakhir dari rektum
disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh spingnter ani eksternus dan internus. Panjang
rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5.9 inci ) (Sylvia & Lorrenai, 2012).

Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi
usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai penampung masa feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya
defekasi. Kolon mengabsorpsi sekitar 800 ml per hari, bandingkan dengan usus halus yang
mengabsorpsi sekitar 8.000 ml. (Sylvia & Lorraine, 2012)

Namun demikian, kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 1500 hingga 2000 mL/
hari. Bila jumlah dilampaui ( misalnya akibat hantaran cairan berlebihan dari ileum) akan
mengakibatkan diare Berat akhir feses yang di keluarkan per hari sekitar 200 gr dan 80 hingga
90% di antaranya adalah air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak terabsorpsi,
bakteri, sel epitel, yang terlepas dan mineral yang tidak terabsorpsi. (Sylvia & Lorraine, 2012).

B . Kolonoskopi
(www.yoursurgery.com)

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan
rektum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm. kolonoskopi
merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari
1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94% (Depkes, 2006)

Dengan menggunakan alat kolonoskop, ahli endoskopi dapat memeriksa seluruh


dinding usus besar dengan teliti untuk mendeteksi adanya tumor ataupun polip yang bila
dibiarkan dengan berjalannya waktu bisa berubah menjadi tumor ganas (kanker). Namun,
operasi ini tidak sempurna dan dapat ditingkatkan menjadi lebih efisien, lebih aman, dan lebih
mudah bagi pasien. Salah satu kendala yang harus diatasi selama prosedur ini adalah
pengulangan poros kolonoskop. Hal ini dapat memiliki berbagai efek mulai dari waktu
prosedur yang diperpanjang, pemeriksaan yang tidak lengkap, atau bahkan perforasi dinding
usus besar. Satu studi telah menunjukkan bahwa looping terjadi pada 91 dari 100 kasus atau
91% dari waktu, Looping meningkatkan waktu selama pemeriksaan kolonoskopi. Sehingga
ahli endoskopi menganjurkan untuk mengubah posisi kolonoskop dengan memutar dan
menarik poros, Semakin lama operasi berlangsung, semakin lama pasien berada di bawah
pengaruh anestesi, yang memiliki risiko tersendiri terkait dengan keselamatan. Ini juga
meningkatkan rasa sakit dan ketidaknyamanan bagi pasien. Dengan mengetahui posisi dan
orientasi poro s di dalam tubuh, ahli endoskopi dapat lebih mudah mencegah terjadinya loop
yang telah terbentuk bahkan mencegah terjadinya looping (loop).
(http//www.gastrotraining.com)

Adapun indikasi pada saat looping terjadi , melakukan penekanan pada bagian perut,
menarik kembali scope, memposisikan Kembali pasien dalam keadaan terlentang atau
memiringkan pasien .

Sedangkan kontraindikasi pada saat looping terjadi yaitu , nyeri hebat pada abdomen,
peritonitis ( bahaya perforasi),komplikasi, paparan anastesi yang lebih tinggi dalam waktu
yang lama, dan memperpanjang waktu prosedur , meningkatkan resiko dan biyaya kolonoskopi
secara keseluruhan
BAB III

PEMBAHASAN

A . Cara menghindari loop pada Tindakan kolonoskopi

1. Penarikan scope
Dilakukan penarikan skope yang arti nya adalah untuk memperbaiki posisi loop dengan
cara menarik skope sependek mungkin

2. Merubah posisi pasien


Merubah posisi pasien pada saat loop: biasa nya dokter merubah posisi pasien untuk
menghilangkan loop yg sedang terjadi. Dengan cara demikian di harapkan bahwa tidak
lagi terjadi loop pada kolon pasien.

3. Menekan bagian perut pasien


Penekanan pada perut pasien yg artinya adalah: dilakuakn penekanan pada bahagian2
tertentu pada abdomen atau pada dinding perut yg terjadi penenjolan akibat terjadi nya
loop.
BAB IV

SIMPULAN DAN KESIMPULAN

A. Simpulan

Cara dan Tehknik terpenting dalam menghindari looping pada saat pemeriksaan
kolonoskopi adalah melakukan tiga cara yaitu penarikan scope, dan merubah posisi pasien
serta memahami dimana lokasi loop terbentuk dan bagaimana memberikan tekanan perut
untuk mencegah terbentuknya Kembali setelah terjadi loop. Selain itu, untuk menjaga suatu
hasil kerja yang baik dalam suatu tim pemeriksaan kolonoskopi di perlukan suatu
keterampilan dan kerja sama yang baik.

B. Saran
Diharapkan para tenaga kesehatan untuk lebih memahami tehknik dan cara dalam
membantu ahli kolonoskopi menghindari loop. Serta komunikasi dan motivasi yang baik
kepada pasien, sehingga pasien mampu bekerja sama pada saat pemeriksaan kolonoskopi
di lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Publishing.

Price, Sylvia Andreson. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume I.
Ed. VI. Jakarta: EGC.

http//www.gastrongtraining.com

http//www. yoursurgery.com

Anda mungkin juga menyukai