Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019
EARLYPUERPERIUM
A. Perubahan Normal1
C. The Blues
1. The Blues1
Survei menyatakan sulit menafsirkan tanda-tanda tekanan emosional saat
postpartum
Gejala gejala menangis dan gangguan tidur dengan ketidaknyamanan
fisik/sulit makan dianggap normal dan sering diabaikan
Sering kali pasien dipulangkan hanya melihat kriteria fisik tapi sedikit
diperhatikan tingkat kepedean, keadaan emosi/ tingkat keperawatan yang
tersedia dirumah
Lebih banyak yang tertekan di RS saat postpartum
Dipindahkan ke bangsal dan tren dipulangkan dini, sulit bagi bidan untuk
mengenal secara pribadi
Sedangkan masalah fisik (volume darah, tinggi fundus, penyembuhan
perineum) diperiksa setiap hari dan hampir tidak terlewatkan
Akan sangat bermanfaat jika ada list penyesuaian emosional
Blues terjadi secara khas pada hari 4-10 postpartum setelah mengalami
tidur malam terganggu, kadang mimpi menakutkan dan halusinasi saat
bangun tidur
Gejala umum seperti reaktivitas emosional yang berlebihan. Masalah spele
saat makanan yang tidak sesuaipun dapat memicu reaksi besar
Cemas sulit menyusu, bengkak saat ASI full dan tidak nyaman dapat
menyebabkan perasaan tidak realistis
Terdapat penilaian kuesioner blues
Perawatan Blues dibutuhkan seperti membatasi pengunjung dan
memastikan tidur malam yang nyenyak di malam berikutnya
Penyebab Blues pada penelitian cenderung terjadi pada ibu yang post SC
& BBLR
Bidan memiliki peran penting dalam kesejahteraan emosional dimasa
nifas
Perubahan hormon bukan penyebab utama namun juga tergantung pada
kepribadian genetik
Gejala individu terkait dengan perubahan hormon. Seperti sulit tidur
karena menurunnya kadar esterogen,mood swing dan memiliki perasaan
mudah tersinggung karena menurunnya kadar progesterone
Penelitian mengatakan bahwa saat blues, progesterone dan estradiol
meningkat, namun kortisol tetap. Namun 2 penelitian terbaru
menunjukkan kadar kortisol serum meningkat
Prolaktin meningkat dan sangat berhubungan dengan perasaan cemas dan
depresi
Hormon tiroid saat hamil meningkat, tetapi T3 dan T4 terkait dengan
glubolin mengikat tiroksin sehingga tidak aktif
Rendahnya tingkat neuro transmitter di otak dan serotonin yang rendah
pada pasien yang depresi
Triptofan dan asam amino sebagai blok bangunan untuk serotonin
Triptofan rendah terjadi jika suasana hati tertekan pada hari ke 6 Post
partum. Namun triptofan tidak mencegah blues
Studi terbaru, terdapat serotonin dalam trombosit
2. The Blues5
B6 (Piridoksin bertanggung jawab atas mood swing saat Pre-menstruasi
Sindrom
B6 tidak ditemukan pada wanita yang menderita depresi postpartum
Untuk mengurangi depresi Postpartum dengan pemberian harian Piridoxin
100 mg selama 30 hari Postpartum
Tidak mudah bagi ibu hamil menyimpan informasi yang banyak
Sebaiknya informasi/penkes di praktiskan seperti deskripsi kelahiran,
apakah menyakitkan, berapa lama prosesnya, cara memandikan bayi, dll
3. The Blues6
Postpartum Blues yang parah bisa menjadi prediktor kuat saat terjadi
depresi berikutnya
Postpartum blues yang parah sulit dibedakan dari tanda-tanda prononosis
psikosis nifas dan dari permulaan awal depresi Postpartum non psikosis
Pahami penyebab neuroendokrin Postpartum blues seperti efek steroid
seks pada sistem neurotransmitter pusat dan gangguan mood postpartum
Gangguan jiwa penting lainnya termasuk gangguan panik, gangguan
depresif kompulsif, stress pasca trauma, kecemasan umum, dan jumlah
skor tinggi pada EPDS (Edinburgh Postnatal Depression Scale)
Faktor utama dari depresi adalah Faktor biologis (hormonal), sosial
(kurangnya dukungan psikologis)
4. The Blues7
Protokol Obstetri normatif di Amerika & Eropa salah satunya adalah
Early Postpartum Discharge
Early Postpartum Discharge adalah kondisi Ibu & Bayi dipulangkan dari
RS dalam waktu 12-48 jam postpartum
Kembalinya dini ke keluarga meningkatkan penyesuaian postpartum
seperti meningkatkan bounding ibu & bayi, meningkatkan keterlibatan
ayah dalam perawatan bayi, mengurangi pajanan bayi terhadap patogen di
RS.
Faktor Fisik pemulangan bayi secara dini dilihat juga dari pengalaman
intrapartum yang lancar tidak ada kenaikan suhu atau tekanan darah ,
pendarahan , tidak ada kesulitan berkemih atau berjalan. Pada bayi dilihat
dari BB > 2,5 Kg , UK 38-42 mg , APGAR Scores 1 menit = 7 / > 7 .
tidak ada cacat bawaan, APGAR SCORES 6 Jam harus nilai tertinggi.
Masalah Umum EPD adalah menyusui (Payudara bengkak, nyeri puting
susu, kurang dukungan dalam menyusui), kelelahan yang mendalam,
depres perbilirubinemia , nyeri episiotomi, nyeri wasir
Perempuan penghasilan rendah , multipara , dan pendidikan rendah, lebih
sedikit dukungan dari keluarga & teman
Multipara lebih banyak mengalami ketegangan dalam rumah tangga &
lebih sedikit keterlibatan ayah-bayi dibanding primipara
Primipara mengalami berbagai kehawatiran dan kecemasan seperti
khawatir perawatan bayi, suami, dan dukungan yang ada
Multipara adalah khawatir dengan ketersediaan perawatan anak yang
lainnya
Ibu terlihat pasif dan bergantung selama 24-48 jam postpartum (Taking in)
o Taking in (menerima). Ibu memusatkan perhatian pada diri sendiri
(istirahat, makan, perawatan penyesuaian Ibu-anak.
o Talking Hold (memegang). Mulai mandiri hari ketiga Postpartum dan
merasa lebih cemas untuk memikul tanggung jawab sebagai ibu
Kekhawatiran ibu selama 3 hari pertama di rumah seperti rasa sakit yang
dirasakan ibu, tersedak pada bayi, menyusui tidak memadai, kurang tidur,
dan lelah
Edukasi dan Demonstrasi sebaiknya dilakukan 24 jam postpartum
5. The Blues8
Hari awal postpartum, sirkulasi otak mengalami adaptasi mendalam terhadap
perubahan kondisi hemodinamik dan biokimia. Termasuk perubahan cairan,
curah jantung, kadar esterogen, hemoglobin, tekanan darah arteri.
6. The Blues9
Depresi Postpartum adalah depresi tanpa psikosis yang dimulai pasca
bersalin atau berlanjut sejak kehamilan.
Faktor pemicu dapat terjadi seperti masalah pernikahan, melemahnya
jaringan dukungan sosial
Gejala seperti air mata, emosi labil, lelah , gelisah , bingung
Dampak seperti tertekan, susah tidur , konsentrasi yang buruk anhedonia
7. The Blues10
Kehamilan dan Postpartum mempengaruhi tubuh dan pikiran, wanita
dituntut untuk beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu, menghasilkan
perubahan dalam hubungan mereka dengan suami dan anggota keluarga
serta fungsi keluarga.
Postpartum blues adalah tandanya beberapa hari pertama PP perubahan
suasana hati sementara ke rendah dan menangis lalu reda
Depresi Postpartum adalah beberapa minggu setelah melahirkan dan
berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Butuh intervensi medis,
sulit merawat anak anak mereka , menyebabkan gangguan interaksi
maternal, sering terjadi pada ibu dengan bayi normal dan bayi sehat
(Departement of Nursing, nagoya univ Graduate School of Medicine ,
Nagoya) diskusi masalah bersalin dan membesarkan anak dengan seorang
teman menstabilkan kondisi psikologis mereka ( Satogaeri bunben).
Suami adalah kunci dalam postpartum. Hubungan pernikahan yang buruk
menyebabkan depresi pasca persalinan. Memiliki suami yang lebih tua
memiliki keuntungan seperti kedudukan sosial yang meningkat,
menyempatkan waktu membantu pekerjaan rumah tangga, dan ikut
membesarkan anak
Pentingnya dukungan dari dalam dan luar keluarga tidak boleh diremehka
8. The Blues11
Self concept = Adopsi perilaku
“Banyak masalah kesehatan baru ± 6 bulan postpartum tapi kebanyakan
wanita tidak pernah mengatakan apapun kepada nakes”
Role Function , Adaptasi dengan peran berbeda yang harus dilakukan
Contoh = bersalin , pasangan dan pekerja.
Dukungan sosial faktor terpenting untuk pengembangan peran ibu
sebagian besar tidak membicarakan masalah ini dengan nakes atau
pasangan.
Adaptasi Fisiologi adalah penyesuaian perubahan fisik
Wanita mengalami perubahan dalam dunia external dan internal dalam
cara memandang jika mengerti yang terjadi selama postpartum,
kecemasan berkurang. Anggota keluarga adalah sumber dukungan dan
berkontribusi dalam pengambilan keputusan
9. The Blues12
a. Gangguan Kejiwaan Postpartum
Fase dengan perubahan biopsikososial yang luar biasa
Periode Postpartum awal adalah penurunan steroid gonad, penurunan
progesteron dan penurunan esterogen setelah keluar plasenta.
Esterogen mempengaruhi sistem monoaminergik terutama serotonin
dan dopamin. Masing masing mempengaruhi gejala afektif dan
Psikotik
Transisi menjadi ibu muncul berbagai Stresor Psikologis
Faktor resiko yaitu primipara, sc/komplikasi, riwayat psikotik, riwayat
cemas dan depresi, riwayat keluarga dengan penyakit jiwa, riwayat
tekanan, pelecehan seksual, pasangan yang tidak mendukung.
b. Klasifikasi Gangguan Postpartum
1) PB (PP Blues)
Sering menangis, marah , bingung , cemas
Kurangnya dukungan keluarga dan bounding yang kuat
Timbul 10 hari pertama dan memuncak hari ke 3-5
Adanya perubahan kadar hormon wanita dan diperparah oleh stress
melahirkan
2) PPD (Postpartum Depression)
Suasana hati depresi yang meluas, gangguan tidur dan nafsu makan
energi rendah, cemas , ide bunuh diri, perasaan bersalah tidak mampu
merawat bayi.
3) Psikosis Postmartum (PP)
Diamati 2 minggu pertama Postpartum
Keadaan darurat psikiatrik dan Obstetrik
Riwayat Psikosis kehamilan sebelum, bipolar, keluarga dengan
beberapa penyakit psikotik.
Gejalanya adalah Labil, bicara bertele-tele, halusinasi/delusi
Komplikasi = penganiayaan, halusinasi , kebingungan (delirium)
4) Gangguan Stress (Posttraumatic Stress Disordes) PTSD
Gejalanya adalah tegang, mimpi buruk , hiperousous otonom,
tokofobia sekunder
5) Gangguan Kecemasan (Anxiety disorders)
Kurang terdiagnosis. Ciri cirinya kewaspadaan malam hari, terjaga
mendengarkan nafas bayi (neurosis bersalin)
6) Obsession of Child Harm (OCD)
Obsesi berpikir mengerikan tentang melukai bayi
c. Diagnosa Gangguan Kejiwaan Postpartum
Alat skrining khusus = Edinburgh Postnatal Depression Scale Mood
Disorder Questionnaire
Tes = darah lengkap, elektrolit, nitrogen urea darah, kreatinin , glukosa, vit.
B12, Folat, Tes fungsi tiroid, kalsium, urinalisis, kultur urin pada pasien
yang demam, skrining obat urin.
Evakuasi Neurologis = Pemindaian otak (cranial computerized to
mography /magnetic resonance imaging) untuk menyingkirkan adanya
stroke.
d. Penanganan Gangguan Kejiwaan Postpartum
Non-Farmakoterapi
Pendidikan psikoedukasi dan dukungan emosional untuk pasangan dan
anggota keluarga. IPT (Terapi Intra Personal) terbukti mengurangi gejala
depresi dan meningkatkan penyesuaian sosial. Pemisahan dengan bayi saat
postpartum diperlukan. Dukungan teman sebaya, dll dapat meningkatkan
harga diri dan kepercayaan ibu. Termasuk psikoterapi kelompok juga bisa
membantu.
Farmakoterapi
Obat menjadi kebutuhan untuk depresi sedang, berat, dan Psikosis.
Keamanan obat psikotropika selama menyusui harus diatasi. Sebagian
besar obat psikotropika dimetabolisme di hati.
Pada prematur/bayi dengan tanda-tanda metabolisme hepatik yang
terganggu, menyusui harus ditunda jika ibu menggunakan psikotropika.
Konsentrasi puncak dalam ASI dicapai 6-8 jam setelah konsumsi obat.
Karena itu menyusui dapat dibatasi pada saat konsentrasi obat paling
rendah yaitu tepat sebelum atau setelah minum obat.
4. Antidepresi
Tricyclics
Heterocyclics
Monoamine oxidase inhibitors
Selective serotonin uptake inhibitors
Antidepresi lainnya
Tidak ada kesepakatan saat ini tentang kelayakan terapi dengan
antidepresan selama menyusui. Meskipun efek samping langsung pada bayi
tampaknya minimal, efek jangka panjang pada perkembangan neurologis dan
perilaku anak tidak bisa disingkirkan secara andal. Namun, kecemasan ini
harus dipertimbangkan dalam perkembangan anak pada perawatan ibu yang
mengalami depresi.
Bayi efeknya bisa lebih kecil dengan memberikan amina sekunder
(desipramine atau nortriptyline), dan dengan memberikan seluruh dosis pada
waktu tidur dan memberi susu botol pada malam hari. Bayi harus dimonitor
dengan cermat untuk efek samping segera dan jangka panjang.
6. Antikonvulsan
Carbamazepine
Baik obat asli dan metabolitnya diekskresikan dalam ASI, dan dapat
diukur dalam plasma bayi. Tingkat umumnya rendah, dan tidak ada efek
samping terkait dosis.
Clonazepam
Satu kasus apnea bayi telah dicatat sehubungan dengan penggunaan obat
ini oleh ibu, tetapi, secara umum, tingkat plasma bayi rendah. Pemantauan
kadar plasma bayi mungkin diperlukan jika ada tanda-tanda hipotonia atau
pemberian makanan yang buruk.
Ethosuxamide
Tingkat plasma obat bayi dapat mendekati kisaran terapeutik, dan harus
dipantau secara teratur.
Primidone
Banyak metabolit obat ini juga muncul dalam ASI, bersama dengan
sejumlah besar obat itu sendiri. Kesulitan makan telah dilaporkan, tetapi
penarikan tiba-tiba saat lahir juga tampaknya memiliki efek buruk.
Tingkat plasma bayi dan perilaku bayi harus dipantau dengan ketat.
Penyapihan tiba-tiba juga harus dihindari.
Valproate
Kadar valproat pada umumnya rendah dalam ASI. Tidak ada efek samping
yang tercatat pada bayi yang diberi ASI.
Kesimpulan : Valproate atau carbamazepine mungkin yang paling aman dari
kelompok antikonvulsan, tetapi pemantauan plasma bayi mungkin
diindikasikan. Dosis untuk bayi dapat diminimalkan dengan memberikan
dosis total pada waktu tidur dan pemberian susu botol pada malam hari.
E. Peran Ayah1
1. Peran Ayah saat Kehamilan
Persiapan untuk menjadi orang tua penting bagi ayah maupun ibu.
Penekanan pengajaran antenatal saat ini untuk ayah sering tampaknya pada
aspek faktual persalinan, membiasakan mereka dengan prosedur dan
peralatan, dan mendorong mereka untuk hadir pada saat kelahiran. Beberapa
kelas tampaknya memberi ayah waktu untuk mengekspresikan perasaan
mereka sendiri. Relatif sedikit ayah yang menghadiri semua kelas pendidikan
antenatal, dan bahkan lebih sedikit menghadiri janji antenatal rutin. Mungkin
jika ada sesi malam, atau jika ada penitipan yang disediakan, ini akan menjadi
lebih biasa.
Mayoritas wanita melaporkan peningkatan kebutuhan ketergantungan
selama kehamilan. Tampaknya sebagian besar pasangan dapat merespons
dengan meningkatkan perilaku pengasuhan mereka, tetapi jarang cukup untuk
memuaskan ibu hamil. Kebutuhan pasangan untuk pengasuhan juga dapat
meningkat menjelang akhir kehamilan, dan ada indikasi bahwa ibu hamil
menjadi lebih sibuk, dan kurang mampu memberikan kasih sayang kepada
pasangannya saat kehamilan berlanjut. Mungkin juga ada perubahan dalam
pola dominasi, khususnya dalam hubungan yang 'didominasi istri'. Orang tua
pertama kali tampaknya mengekspresikan tingkat kasih sayang yang lebih
tinggi satu sama lain selama kehamilan.
Sebagian besar ayah menjadi sadar akan meningkatnya tanggung
jawab finansial dan praktis mereka terhadap keluarga, terutama ketika
penghasilan wanita telah menjadi bagian besar dari anggaran keluarga.
Kecemasan ini dapat menyebabkan komitmen ekstra di tempat kerja, baik di
lembur, atau berusaha untuk promosi, sehingga ia kurang tersedia untuk
memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan. Kecemasan yang diukur
dengan skala laporan diri pada ayah hamil pertama kali, secara mengejutkan,
ditemukan lebih rendah dari norma populasi, dan lebih rendah dari ayah yang
pasangannya tidak hamil. Ini telah ditafsirkan sebagai penolakan sadar
kecemasan dalam upaya untuk memproyeksikan kekuatan dan keandalan
dalam menghadapi meningkatnya ketergantungan ibu7. Namun, mungkin juga
ada aspek kepuasan pada bukti kesuburan, atau pada meningkatnya dominasi
peran laki-laki dalam kemitraan saat kehamilan berlangsung.
Adanya gejala depresi pada kedua pasangan telah diperiksa. Hampir
40% pasangan memiliki satu pasangan yang mengalami depresi pada akhir
kehamilan; di 37% dari ini, itu adalah suami dengan gejala. Jarang bagi kedua
pasangan untuk mengalami depresi secara bersamaan.
Tiga puluh dua persen dari sekelompok pria melaporkan peningkatan
kecemasan selama kehamilan pasangan mereka, dibandingkan dengan 61%
ibu hamil. Para pria mengaitkan kecemasan mereka sebagian besar dengan
kekhawatiran tentang apakah kedatangan bayi akan merusak hubungan
perkawinan9. Ketakutan ini tampaknya beralasan. Dalam sebuah penelitian,
banyak pasangan menunjukkan kedekatan yang meningkat dalam hubungan
tersebut, tetapi setidaknya 10% telah secara signifikan melemahkan
perkawinan pada 12 bulan pascapersalinan, dengan pasangan yang lebih muda
dan pernikahan dengan durasi yang lebih pendek lebih berisiko 3. Penulis lain
menemukan bahwa hingga 70% suami merasa bahwa mereka telah berpisah
dengan pasangan mereka dengan cara tertentu selama tahun pertama
pascakelahiran.
Konsep 'couvade', ritual dalam banyak masyarakat primitif, adalah
proses di mana ayah mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan secara
paralel dengan wanita hamil atau pekerja. Ini dianggap berasal dari upaya
untuk mengalihkan pengaruh jahat dari kehamilan, dan juga mungkin untuk
mengkonfirmasi ayah yang benar. Tampaknya bertahan sampai hari ini di
masyarakat barat dalam bentuk peningkatan gejala somatik kecil pada ayah.
Ini dapat dideteksi sejak tiga bulan setelah kehamilan, dan berlanjut sampai
setelah kelahiran. Gejala-gejala umumnya ringan dan tidak spesifik dan
termasuk kelelahan, mual, sakit punggung dan sakit perut11. Temuan yang
menarik adalah bahwa banyak pria menambah berat badan ketika
pasangannya hamil. Gejala fisik tampaknya kurang pada pria yang lebih
terlibat secara emosional dengan kehamilan.