Dosen Pengampu:
dr. Dewi Masithah., M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
i
Anggota Kelompok 1 :
1. Ayu Aisyah Alya Hamida (6130018001)
2. Muhammad Sultan Nur Mashudi (6130018009)
3. Ninda Lucida Al-Zalia (6130018018)
4. Mimhadah Zahrotul Ulya (6130018019)
5. Afrizal Aditya Putra (6130018030)
6. Novi Rianti (6130018037)
7. Quddus Salam (6130018039)
8. Nabila Yusmawti (6130018040)
9. Iga Sukmawati (6130018045)
10. Nadia Hidayati (6130018047)
11. Erlica lydia Safitri (6130018054)
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Gizi 3
B. Pedoman Gizi Seimbang 4
C. Komponen Gizi 5
D. Status Gizi 8
1. Pengertian Status Gizi 8
2. Penilaian Status Gizi 9
3. Indeks Antropometri 11
E. Permasalahan Gizi di Indonesia 11
BAB III PENUTUP18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gizi?
2. Bagaimana pedoman gizi seimbang?
3. Apa saja komponen yang terdapat dalam gizi?
1
4. Apa yang dimaksud dan bagaimana penilaian status gizi?
5. Apa masalah yang terjadi jika kekurangan gizi?
6. Apa masalah yang terjadi jika gizi berlebih?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertia gizi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pedoman gizi seimbang.
3. Untuk mengetahui komponen apa saja yang terdapat dalam gizi.
4. Untuk mengetahui definisi dan cara penilaian status gizi.
5. Untuk mengetahui masalah yang dapat ditimbulkan jika terjadi kekurangan gizi.
6. Untuk mengetahui masalah yang dapat ditimbulkan jika terjadi kelebihan gizi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Zat gizi adalah zat kimia yang dapat digunakan oleh organisme untuk
mempertahankan kegiatan metabolisme tubuhnya. Kegiatan metabolism pada
manusia dan hewan lainnya termasuk penyediaan energi, pertumbuhan,
pembaruan jaringan, dan reproduksi. Beberapa bahan kimia yang berperan
sebagai zat gizi adalah karbohidrat, protein, asam lemak, vitamin dan elemen
lain. Bahan kimia seperti serat makanan dan metabolit sekunder tanaman,
merupakan bagian dari makanan tetapi diklasifikasikan dalam zat gizi
(Wijayanti, 2017).
Nutrisi atau zat gizi merupakan senyawa dari makanan yang digunakan
tubuh untuk fungsi fisiologis normal. Definisi yang luas ini mencakup senyawa
yang digunakan langsung untuk produksi energi, yang membantu dalam
metabolism (koenzim), untuk membangun struktur tubuh, atau untuk membantu
dalam fungsi sel tertentu. Suatu zat gizi sangat penting untuk organisme dalam
kelangsungan siklus hidup dan terlibat dalam fungsi organisme.
Menurut Asmira Sutarto (1980: 10) secara umum fungsi zat makanan adalah
sebagai berikut:
2. Memberi kekuatan atau tenaga, sehingga kita dapat bergerak dan bekerja.
3
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk mendapatkan
kualitas gizi yang baik makanan yang kita konsumsi setiap hari harus
mengandung zat-zat gizi, misalnya di Indonesia masyakaratnya dianjurkan
mengkonsumsi makanan dengan pedoman gizi seimbang. Gizi seimbang adalah
susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin, umur dan status
kesehatan. Gizi seimbang bagi anak sekolah dipenuhi setiap hari dengan
makanan yang beraneka ragam. Secara umum menu makanan yang seimbang
dengan komposisi energi dari karbohidrat 50% - 65%, protein 10% - 20%, dan
lemak 20% - 30%.
Pentingnya makan secara bervariasi, karena tidak ada satu jenis makanan
yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan anak sekolah. Dalam
satu hari sebaiknya mengonsumsi makanan yang mengandung zat sumber
tenaga, pembangun dan pengatur.
4
Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dapat
meningkatkan pengeluaran tenaga/ energi dan pembakaran energi. Aktivitas
fisik mampu merangsang perkembangan otot-otot sehingga berpengaruh
terhadap pertumbuhan yang optimal. Gerak motorik kasar yang dilakukan pada
usia pertumbuhan sangat banyak manfaatnya, diantaranya membuat tubuh
menjadi lebih lentur, otot dan tulang semakin kuat serta menjaga kebugaran.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber utama zat tenaga atau energi. Di
dalam tubuh setiap 1 gram karbohidrat dapat memberikan energi sebesar 4
5
kkal. Pada umumnya, karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana, yaitu
monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa), disakarida (sukrosa, laktosa,
maltosa), karbohidrat kompleks (polisakarida seperti pati, glikogen,
selulosa), pektin dan lignin. Sumber karbohidrat sederhana adalah berbagai
jenis tepung dan gula, sedangkan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-
padian (misalnya beras, jagung, gandum), umbi-umbian (misalnya ubi jalar,
ubi kayu, talas, kentang), sagu, pisang, dan hasil olahan lainnya.
2. Lemak
6
lemak hewani. Konsumsi lemak berlebih dalam waktu lama dapat
mengakibatkan peningkatan berat badan dan berlanjut menjadi obesitas.
3. Protein
1. Vitamin
2. Mineral
7
selenium, mangan, kronium dan molibdenum. Garam umumnya
mengandung natrium, dan biasanya banyak terdapat pada makanan, bumbu
penyedap, dan pengawet. Natrium berfungsi untuk mengatur tekanan darah,
namun konsumsi natrium berlebih merupakan salah satu faktor yang
mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Konsumsi garam sebaiknya
dibatasi 1 sendok teh setiap harinya.
3. Air
Air merupakan salah satu zat gizi yang sangat penting bagi
kesehatan. Air mempunyai fungsi penting bagi tubuh manusia yaitu sebagai
pembentuk tubuh, pengatur suhu tubuh, pelarut, pelumas, media transportasi
zat, dan sebagai media pembuangan racun dan sisa metabolisme tubuh.
4. Serat
D. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang,
gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang
dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang
8
masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi
lainnya. Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh
semua orang (Apriadji, 1986).
9
dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.
Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang
terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang
dekat dengan permukaan tubuh.
3. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium.
Pemeriksaan biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih parah
lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi
sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di
jaringan.
b. Penilaian Tidak Langsung
1. Survey Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian
status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat
dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif
dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,
sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan
cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan
sesuai dengan kebutuhan gizi.
2. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian
status gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang
berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur
tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik
pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan
dengan kekurangan gizi
3. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi
karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor
10
ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan
budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk
mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu
masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan
intervensi gizi.
3. Indeks Antropometri
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks
antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu
contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang
disebut dengan Body Mass Index (Supariasa, 2001).
11
disebabkan oleh konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari atau
gangguan penyakit tertentu (Depkes, 1999).
12
h. Pembesaran hati
2. Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau
hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis
kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu
ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.
13
serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan
myelodisplasia)
14
Penyebab kekurangan vitamin A antara lain dikarenakan konsumsi
vitamin A dalam makanan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan tubuh
dalam jangka waktu lama. Proses penyerapan makanan dalam tubuh
terganggu karena infestasi cacing, diare, rendahnya konsumsi lemak, protein
dan seng. Adanya penyakit ISPA, campak , dan diare (Depkes RI, 2006;
Sidharta, 2008).
15
(WHO) sebagai masalah kesehatan kronis terbesar. Obesitas atau yang biasa
dikenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang cukup
merisaukan dikalangan remaja. (Proverawati, 2010)
16
muncul dari berbagai variabel, baik yang bersifat herediter maupun non
herediter. Variabel yang bersifat herediter (faktor internal) merupakan
variabel yang berasal dari faktor keturunan sedangkan faktor yang bersifat
non herediter (faktor eksternal) merupakan faktor yang berasal dari luar
individu, misalnya pola makan, tingkat asupan gizi, tingkat aktivitas fisik
yang dilakukan individu, serta kondisi sosial ekonomi bahkan beberapa
penelitian menemukan hubungan insomnia atau kurang tidur sebagai faktor
risiko kejadian obesitas (Utomo, 2012).
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zat gizi adalah zat kimia yang dapat digunakan oleh organisme
untuk mempertahankan kegiatan metabolisme tubuhnya. Untuk memenuhi
pedoman gizi seimbang diperlukan zat gizi makro berupa karbohidrat,
protein dan lemak serta zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral. Status
gizi seseorang dibedakan menjadi gizi normal, gizi kurang dan gizi berlebih.
Tidak seimbangnya gizi dalam tubuh seseorang dapat menimbulkan
berbagai penyakit. Gizi kurang diantaranya Kurang Energi Protein (KEP),
Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), dan Anemia. Sedangkan untuk gizi berlebih dapat mengakibatkan
obesitas yang akan diikuti dengan timbulnya penyakit seperti jantung
koroner, diabetes melitus, stroke, dan yang lainnya.
B. Saran
Zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari harus terpenuhi baik gizi makro
maupun gizi mikro. Hal tersebut juga diperhatikan agar tidak terjadi
kekurangan atau kelebihan salah satu zat gizi. Selain itu dianjurkan untuk
selalu menerapkan gizi seimbang setiap harinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama
Apriadji, Wied Harry. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya
Departemen Kesehatan. 1999. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan. 2013. Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah untuk
Pencapaian Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat SPP, Deputi III, Badan
POM RI.
Departemen Kesehatan. 2006. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi
Bangsa Indonesia. Jakarta: Keputusan Mentri Kesehatan
Naziruddin. 1998. Perawatan VI (Perawatan Kesehatam Masyarakat) Cetakan
Ke Dua Maret. FKPP-SPK SE JAWA BARAT.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit Edisi 1. Jakarta: EGC.
Proverawati. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja.
Yogyakarta: Nuha Medika
Sargowo D & Andarini S. 2011. Pengaruh Komposisi Asupan Makan terhadap
Komponen Sindrom Metabolik pada Remaja. Jurnal Kardiologi 11
Indonesia. Vol. 32, No. 1: 14-23 ISSN 0126/3773
Satoto, Karjati S, Darmojo B, Tjokroprawiro A, Kodyat BA. Kegemukan,
obesitas
dan penyakit degeneratif: epidemiologi dan strategi
penanggulangannya, dalam: widyakarya nasional pangan dan gizi VI
tahun 1998. Jakarta: LIPI, p. 87 – 90.
Sidharta P, Mardjono M. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
Soeparman. 1993. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi kedua. Jakarta: FKUI.
Sudarto. 2012. Penanggulangan GAKY Melalui Peningkatan Kualitas Produksi
19
dan Distribusi Garam Beryodium. Volume XIII, Nomor 02 ISSN 1411-
1829
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sutarto, Asmira. 1980. Ilmu Gizi. Jakarta: Aqua Press.
Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Utomo, G.T. 2012. Pengaruh Latihan Senam Aerobik terhadap Penurunan
Berat
Badan, Persen Lemak Tubuh dan Kadar Kolesterol pada Remaja Putri
Penderita Obesitas di Sanggar Senam Studio 88 Salatiga. Vol. 1 No.1.
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Wardlaw, G.M. & Jeffrey, S.H. 2007. Perspective in Nutrition 7th Edition. New
York: Mc Graw Hill Companies Inc.
Wijayanti, Novita. 2017. Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi. Malang:
Universitas Brawijaya Press.
20