Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PEMANTAUAN PERSALINAN DALAM PARTOGRAPHY


DOSEN : Ns. Rahel Metanfanuan,S.Kep.M.Kes.

DISUSUN OLEH :

NAMA : EDA P DHOKLORY

NIM : P07120219012

TINGKAT : II.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Naha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya dpat menyelesaikan MAKALAH dengan judul :
PEMANTAUAN PERSALINAN DALAM PARTOGRAFI . saya menydari bahwa makalah
yang saya susun belum begitu sempurna maka dari itu saya mohon kritikan serta
saran dari dosen MATA KULIA besama teman teman terkait makalah yang saya
susun agar dapat saya perbaiki sehingga kedepannya tidak ada kesalahan yang
saya lakukan dalam penyusunan makalah . semog makalah ini dapat bermanfaat.

Langgur 15 febuary 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian partograpy
B. Tujuan
C. Pnggunan partography
D. Konsep dasar persalinan

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


partograf adalah sebagai berikut:
1) Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPKKR, 2007).
2) Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan
(Sarwono,2008). 3) Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk
merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan (Farrer, 2001).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan


serviks melalui pemeriksaan dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan demikian


dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir ( JNPK-KR, 2008).

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :

1) Mencatat kemajuan persalinan

2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya

3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian patografi

partograf adalah sebagai berikut:

1) Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPKKR, 2007).

2) Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono,2008).


3) Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-
kejadian pada perjalanan persalinan (Farrer, 2001).

B. Tujuan

Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan


serviks melalui pemeriksaan dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan demikian


dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir ( JNPK-KR, 2008).

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :

1) Mencatat kemajuan persalinan

2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya


3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit


persalinan

5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang


sesuai dan tepat waktu (JNPK-KR, 2008).

C. Penggunaan partograf

Partograf harus digunakan:

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua
persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik
persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit

2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, Puskesmas,


klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)

3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan


persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan,
Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran) (JNPK-KR,2008).

D. Pengisian partograf

Pengisian partograf antara lain:

1) Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan Selama fase laten, semua
asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan
secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju
Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali 9 membuat
catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus
dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama,
yaitu :
a) Denyut jantung janin : setiap 30 menit

b) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit

c) Nadi : setiap 30 menit

d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam

e) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam f)

Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam g)

Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 – 4 jam h) Pencatatan Selama Fase
Aktif Persalinan (JNPK-KR,2008).

2) Pencatatan selama fase aktif persalinan Halaman depan partograf


mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan; dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil – hasil pemeriksaan selama
fase aktif persalinan, meliputi:

a) Informasi tentang ibu :

 Nama, umur
 Gravida, para, abortus (keguguran)
 Nomor catatan medik nomor Puskesmas
 Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau jika di rumah :

b) tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)

c) Waktu pecahnya selaput ketuban

d) Kondisi janin:

 DJJ (denyut jantung janin)


 Warna dan adanya air ketuban)
 Penyusupan ( moulase) kepala janin.
e) Kemajuan persalinan

 Pembukaan serviks
 Penurunan bagian terbawah janin atau persentase janin 10
 Garis waspada dan garis bertindak

e) Jam dan waktu

 Waktu mulainya fase aktif persalinan


 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

f) Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya g) Obat – obatan dan cairan yang
diberikan:

 Oksitisin
 Obat- obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

h) Kondisi ibu :

 Nadi, tekanan darah, dan temperature


 Urin ( volume , aseton, atau protein)

i) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom


tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan) (Sarwono, 2009). e.
Mencatat temuan pada partograf Adapun temuan-temuan yang harus dicatat
adalah :

 Informasi Tentang Ibu Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti
pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan ( tertulis
sebagai : „jam atau pukul‟ pada partograf ) dan perhatikan kemungkinan
ibu datang pada fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
 Kondisi Janin Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan
denyut jantung janin ( DJJ ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin)

a) Denyut jantung janin Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukan DJJ.
Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukan DJJ. 11 Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan
garis tegas bersambung. Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf diantara 180
dan 100. Akan tetapi penolong harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas
160.

b) Warna dan adanya air ketuban Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat
semua temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan
lambang-lambang berikut ini :

 Selaput ketuban masih utuh ( belum pecah )


 Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
 Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
 Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
 Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi (kering)

c) Penyusupan (Molase) tulang kepala janin Penyusupan adalah indikator penting


tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian
keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupannya atau tumpang
tindih antara tulang kepala semakin menunjukan risiko disporposi kepala panggul
( CPD ).

Ketidak mampuan untuk berakomodasi atau disporposi ditunjukan melalui


derajat penyusupan atau tumpang tindih ( molase ) yang berat sehingga tulang
kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan.

Apabila ada dugaan disporposi kepala panggul maka penting untuk tetap
memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat
temuan 12 yang ada dikotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini :

0 : Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan mudah dapat dipalpasi

 Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan


 Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
 Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan (JNPK-KR,2008).

f. Kemajuan persalinan Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk
pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri
adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi
serviks dalam satuan sentimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukan
penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat
penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesaui dengan
metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukan waktu 30
menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan frekwensi
nadi ibu.

 Pembukaan servik Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda „X‟ harus
dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan
serviks. Perhatikan : a) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan
serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif
persalinan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dalam 13 b) Untuk
pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan
serviks dari hasil pemeriksaan dalam harus dicantumkan pada garis
waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks ( hasil periksa
dalam ) dan cantumkan tanda „X‟ pada ordinat atau titik silang garis dilatasi
serviks dan garis waspada c) Hubungkan tanda „X‟ dari setiap pemeriksaan
dengan garis utuh (tidak terputus) (JNPK-KR,2008).
 Penurunan bagian terbawah janin Cantumkan hasil pemeriksaan
penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian
terendah bagian janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan
normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya
bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin
baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm (JNPK-KR,2008).
Berikan tanda „O‟ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika hasil palpasi kepala diatas simfisis pubis adalah 4/5 maka
tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda „O‟ dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
 Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap
diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit
.Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis
waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah
kanan garis bertindak maka hal 14 ini menunjukan perlu dilakukan tindakan
untuk menyelesaikan persalinan (JNPK-KR,2008).

g. Jam dan waktu Setiap kotak pada partograf untuk kolom waktu (jam)
menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (JNPK-KR,2008).

h. Kontraksi uterus Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan
tulisan “ kontraksi per 10 menit “ di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi
dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah
kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi
yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari
hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam
waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi (JNPK-
KR,2008).
i. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

 Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan


setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV
dan dalam tetes per menit.
 Obat-obatan lain Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau
cairan I.V dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya (JNPKKR,2008).

j. Halaman belakang partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian


untuk mencatat hal- hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran,
serta tindakan – tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga IV
( termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan
persalinan. Nilau dan catatkan asuhan yang telah diberikan pada ibu dalam masa
nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik,
terutama pada pemantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan
pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan ( yang sudah diisi dengan lengkap
dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai memantau sejauh mana telah
dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman (JNPKKR,2008).

k. Kontraindikasi pelaksanaan patograf Berikut ini adalah kontraindikasi dari


pelaksanaan patograf.

 Wanita hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.


 Perdarahan antepartum
 Preeklampsi berat dan eklampsi
 Persalinan prematur
 Persalinan bekas sectio caesaria (SC)
 Persalinan dengan hamil kembar
 Kelainan letak
 Keadaan gawat janin
 Persalinan dengan induksi
 Hamil dengan anemia berat
 Dugaan kesempitan panggul (Ujiningtyas, 2009).

l. Keuntungan dan kerugian pelaksanaan partograf

1) Keuntungan

 Tersedia cukup waktu untuk melakukan rujukan (4 jam) setelah perjalanan


persalinan melewati garis waspada.
 Di pusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk melakukan tindakan.
 Mengurangi infeksi karena pemeriksaan dalam yang terbatas

2) Kerugian Kemungkinan terlalu cepat lakukan rujukan, yang sebenarnya dapat


dilakukan di tempat (Ujiningtyas, 2009). 17

m. Gambar partograf
2. Konsep dasar persalinan

a. Pengertian persalinan adalah sebagai berikut:

 Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin ke


dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban
didorong keuluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2008:100).
 Persalinan adalah rangakian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini di mulai dengan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan
pelahiran plasenta (Varney, 2007:672).
 Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan ketuban keluar dari
uterus (JNPK-KR, 2208:52).
 Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat
hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar (Jenny, 2013:2).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
persalinan merupakan proses saat uterus ibu mengeluarkan ketuban, bayi,
plasenta (hasil konsepsi) melalui jalan lahir. Proses ini dapat normal
(spontan) dan dapat pula berupa tindakan bergantung pada faktor passage,
passenger, power.

Persalinan menurut proses Menurut Yanti, 2010 proses berlangsungnya


persalinan dibedakan sebagai berikut:

 Persalinan Spontan bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu


sendri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
 Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan tenaga dari dari luar
misalnya ekstraksi forsep, atau dilakukan operasi Sectio Caesarea. 20
 Persalinan anjuran, persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
berlangsug setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin.
6) Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin Manuaba (1998)
mengemukakan beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan
berat janin yang dilahirkan sebagai berikut:

 Abortus (terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu


hidup di luar kandungan).
 Persalinan prematuritas (persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36
minggu).
 Persalinan aterm (persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu).
 Persalinan serotinus (persalinan melampaui umur hamil 42 minggu).
 Persalinan presipitatus (persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam).

b. Konsep persalinan normal Berdasarkan Manuaba (2009) teori tentang


dimulainya persalinan setelah janin cukup bulan, masih merupakan teori yang
kompleks dan sulit dicari mana sebenarnya paling dominan. Besar kemungkinan
adalah semua teori yang dikemukakan para ahli, merupakan satu kesatuan
dengan hasil persalinan dapat dimulai. Beberapa teori persalinan adalah:

1) Teori penurunan progesteron

2) Teori oksitosin

3) Teori keregangan otot rahim

4) Teori janin

5) Teori prostaglandin Dikemukakan pula bahwa dalam proses persalinan


terdapat upaya kerja sama tiga kekuatan vital, yaitu sebagai berikut:

a) Power: Kekuatan his dan mengejan.


b) Passage: Jalan lahir terdiri atas jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak..
c) Passenger: Bentuk, besarnya, dan posisinya bayi harus normal sehingga
mampu beradaptasi dengan baik terhadap jalan lahir dan kekuatan
pendorong sehingga proses persalinan dapat berjaln dengan lancar dan
normal.
Selain ketiga faktor di atas Jenny (2013) menambahkan pula faktor yang dapat
memengaruhi jalannya proses persalinan adalah:

1) Posisi ibu (positioning)

2) Respons psikologi (psychology response)

c. Tahapan persalinan Tahapan persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan),


kala II (kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan plasenta), dan kala IV (kala
pengawasan/observasi/pemulihan) (Jenny, 2013:5).

1) Kala I

Kala I atau kala pembukaan adalah periode yang dimulai dari his persalinan yang
persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi lengkap. Berdasarkan
kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif (Yanti,
2009:6).

a) Fase laten

Menurut Varney (2004) fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan
hingga ke titik pembukaan dimulai sejak kontraksi muncul hingga pembukaan tiga
sampai ke empat sentimeter atau permulaan fase aktif.

b) Fase aktif Fase

aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga
pembukaan menjadi komplet dan mencangkup fase transisi (Varney, 2004.
Menurut Yanti (2009) fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang
terbagi lagi menjadi:

 Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang


dicapai dalam 2 jam.
 Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai
dalam 2 jam.
 Fase deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm
selama 3 jam.
2) Kala II

Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi servix sudah lengkap, dan berakhir saat
janin sudah lahir. Kala II disebut juga sebagai stadium ekspulsi janin (Sarwono,
2009).

3) Kala III

Kala tiga persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi
plasenta (Sarwono, 2009). Kala III atau kala uri adalah persalinan uang dimulai dar
lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta (Yanti, 2009).

4) Kala IV

Menurut Yanti (2009), kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir.
Kala IV persalinan yaitu sejak uri lahir sampai 2 jam pasca persalinan. Kala IV
disebut juga dengan kala pengawasan.

d. Tanda dan gejala menjelang persalinan

Menurut Varney (2009) ada sejumlah tanda dan gejala peringatan yang akan
meningkatkan kesiagaan bahwa seorang wanita sedang mendekati waktu
bersalin. Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain:

1) Lightening
Lightening adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor.
Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
 Ibu jadi sering berkemih
 Perasaan tidak nyaman bahwa ibu perlu defekasi.
 Kram pada tungkai
 Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen

2) Perubahan serviks Servik masih melunak, dengan konsistensi seperti pudding,


dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi.
Perubahan servik diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton
hicks (Varney, 2009:673).
3) Persalinan palsu Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri,
yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. (Varney, 2009:673).

4) Ketuban pecah dini Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu
persalinan.

5) Bloody show Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir
serviks pada awal kehamilan. Plak sawar ini menjadi pelindung dan menutup jalan
lahir selama kehamilan (Varney, 2009:673).

6) Lonjakan energi Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24


sampai 48 jam sebelum awal persalinan (Varney, 2009:674).

7) Gangguan saluran cerna Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare,
kesulitan mencerna, mual, muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala
menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini (Varney,
2009:674). 24

e. Mekanisme persalinan

Gerakan persalinan pada presentasi kepala adalah:

 Bagian presentasi masuk pintu atas panggul (engangement)- diameter


biparetal melewati pintu atas panggul
 Penuruan lengkap
 Fleksi
 Rotasi internal
 Pelahiran kepala dengan ekstensi
 Restitusi-rotasi 45° pertama setelah pelahiran kepala, yang mengembalikan
kepala ke sudut yang tepat terhadap bahu
 Rotasi eksternal 8) Pelahiran bahu dan badan dengan fleksi lateral melalui
sumbu Carus (Varney, 2010:349).

f. Asuhan persalinan normal (APN) Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah


persalinan yang bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan
pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan
bayi baru lahir. APN bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya
yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
diinginkan (Depkes, 2008, hal. 3).

 Lima benang merah APN Dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi ada
yang disebut lima benang merah yaitu membuat keputusan klinik, asuhan
sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan dan rujukan.
 Peralatan yang digunakan untuk pertolongan asuhan persalinan normal.
Peralatan untuk pertolongan persalinan harus tersedia 25 dalam keadaan
baik, bersih dan disinfeksi tingkat tinggi atau steril pada setiap kelahiran,
yaitu :

a) Partus set

o Dua klem Kelly atau 2 klem kocher


o Gunting tali pusat
o Benang tali pusat atau klem plastik.
o Kateter nelaton
o Gunting episiotomi
o Klem ½ koker
o Dua pasang sarung tangan DTT atau steril
o Kasa atau kain steril (untuk membersihkan jalan nafas)
o Gulungan suntik 21/2 atau 3 ml dengan jarum IM sekali pakai
o Penghisap lendir bayi
o Empat kain bersih (bisa disediakan oleh keluarga)
o Tiga handuk kecil untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi (bisa
disediakan oleh keluarga)

b) Bahan-bahan

o Partograf (halaman depan dan belakang)


o Kemajuan persalinan atau KMS ibu hamil
o Formulir rujukan
o Pena
o Thermometer
o Pita pengukur (cm)
o Doppler/monoral
o Jam yang mempunyai detik
o Stetoskop
o Tensimeter
o Sarung tangan pemeriksa (5 pasang)
o Sarung tangan rumah tangga (1 pasang)
o Larutan klorin 26
o Obat-obatan dan perlengkapan untuk asuhan rutin dan
penatalaksanaan/penanganan penyulit :
1. 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U (dengan 4 ampul oksitosin 2 ml U/ml) dan
aquadest atau cairan garam fisiologis (Ns) untuk pengenceran.
2. 3 botol Ringer Laktat 500 ml
3. Infus set
4. 2 abokat
5. 2 ampul metil ergometrin maleat
6. 2 vial larutan magnesium sulfat 40% (25 gr) g. 6 tabung suntik 21/2 – 3 ml
steril disposable
7. 2 tabung 5 ml steril disposable
8. 1 tabung suntik 10 ml steril disposable
9. 10 kapsul amoxillin/ampisilin 500 mg atau IV 2 gr
10.Vitamin K, 1 ampul
11.Salep tetrasiklin 1 %
12.Satu set hecting
13.Pegangan jarum
14.Pinset
15.Benang kromik disposable ukuran 2,0 – 3,0
16.Satu pasang sarung tangan
17.Satu kain bersih (Depkes, 2008, hal. 189-190).

g. langkah APN APN dalam melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan
aman sesuai standar APN maka dirumuskan 58 langkah APN sebagai berikut :

o Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.


o Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ½ ml
ke dalam wadah partus set. 27
o Memakai celemek plastic
o Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir
o Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam
o Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set
o Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan dari vulva ke perineum
o Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah
o Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% dan membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
o Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,
pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
o Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu
o untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
o Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman
o Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat
untuk meneran
o Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan mengambil posisi
nyaman, jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit
o Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm 16.
Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu 28
o Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan
o Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
o Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu
o Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
o Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar
secara spontan
o Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan
distal untuk melakukan bahu belakang
o Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas
o Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara lutut janin).
o Melakukan penilaian selintas :
 Apakah bayi menangis kuat dan / atau apakah bernafas tanpa
kesulitan?
 Apakah bayi bergerak aktif?
o Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering dan membiarkan bayi
di atas perut ibu
o Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus
o Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
o Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
o Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kirakira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
o Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem
tersebut
o Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya
o Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi
o Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
o Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat
o Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati
kearah dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
o Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
o Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban
o Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
o Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
o Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
o Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
o Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam
o Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha
kiri anterolateral
o Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral

o Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan


pervaginam
o Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
o Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
o Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1
jam kedua pascapersalinan
o Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik
o Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi
o Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
o Membersihkan ibu dengan menggunakan air bersih. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
bersih dan kering.
o Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum
o Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5% 56)
o Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
o Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
o Melengkapi partograf (Depkes, 2008,).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat
hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar (Jenny, 2013:2).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
persalinan merupakan proses saat uterus ibu mengeluarkan ketuban, bayi,
plasenta (hasil konsepsi) melalui jalan lahir. Proses ini dapat normal
(spontan) dan dapat pula berupa tindakan bergantung pada faktor passage,
passenger, power.
DAFTAR PUSTAKA

McCan. J.(2004). Straight as in maternal – neonatal nursing , USA lippinccot :


William dan wilkins.

Stubblefield.P. G., carr – Ellis, S dan kapp, N.(2007). Family planning , on berek
dan novak’s gynecology; 14th ed. Philadelphia: lippincot William and wilkin.

Winkjosastro. (2007).ilmu kandungan. Cetakan kelima , Jakarta ; yayasan bina


pustaka sarwono prawirahrjo.

Anda mungkin juga menyukai