Anda di halaman 1dari 7

Peranan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Anak Autis

Imelda Syafara Hafidz


Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Email: hafidzsyafara@gmail.com

ABSTRAK

Anak autis memiliki gangguan dalam bidang interaksi sosial, komunikasi, prilaku, perasaan/emosi, persepsi-
sensorik dan kemandirian. Menurut Zainum Mutadin, kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh
secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam
menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak
sendiri dengan kemandiriannya. Disamping memberi terapi yang tepat untuk perubahan perilakunya, pola asuh
orang tua juga memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung penanganan pada anak autis. Kemandirian
pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua didalam keluarga, orang tualah yang
memiliki peran dalam mengasuh, membimbing, mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Penelitian ini
menggunakan metode literatur review dimana menjadikan penelitian lain sebagai bahan acuan penulisan.

Kata kunci: autis, pola asuh orang tua, kemandirian

ABSTRACT

Autistic children have disorders in the fields of social interaction, communication, behavior, feelings / emotions,
sensory-perception and independence. According to Zainum Mutadin, independence is an individual attitude
that is obtained cumulatively during development, where individuals will continue to learn to be independent in
dealing with various environmental situations, so that individuals will eventually be able to think and act
independently of themselves. In addition to providing appropriate therapy for behavioral changes, parenting
styles also have a very important role in supporting the treatment of children with autism. Independence in
children starts from the family and is influenced by the parenting style of the parents in the family, it is the
parents who have a role in caring for, guiding, directing children to become independent. This study uses a
literature review method which makes other studies as a reference for writing.

Keyword: Autism, Parenting, independence

PENDAHULUAN selama hamil. Namun penyebab autis masih belum


Gangguan Autism Spectrum Disorders diketahui secara pasti.
merupakan salah satu golongan anak berkebutuhan Menurut beberapa ahli peran orang tua
khusus. Autism pada anak menyebabkan dalam keluarga sangat berpengaruh dalam
terlambatnya aspek-aspek perkembangan sehingga penanganan anak autis. Kemandirian pada anak
berpengaruh kepada kemandirian anak. Sampai berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola
saat ini penyebab dan penyembuhan yang tepat asuh orang tua didalam keluarga, orang tualah yang
untuk anak dengan autis belum ditemukan. memiliki peran dalam mengasuh, membimbing,
Beberapa penelitian menyebutkan penyebab autis mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. .
adalah gangguan sususan syaraf pusat yang Disamping memberi terapi yang tepat untuk
diakibatkan kelainan struktur otak. Risiko perubahan perilakunya, pola asuh orang tua juga
terjadinya gangguan autis dapat terjadi apabila memiliki peran yang sangat penting dalam
terdapat faktor genetik dan lingkungan, misalnya mendukung penanganan pada anak autis. Orangtua
paparan racun, asap rokok, infeksi, efek samping harus dituntut untuk selalu mencari informasi
obat-obatan, serta gaya hidup yang tidak sehat terbaru terkait gangguan pervasive melalui
beberapa metode. Metode yang pertama adalah dengan dirinya sendiri. Ibaratnya, mereka
mengikuti training untuk para orang tua (parent melakukan autoimagination, auto-activity, auto-
interested, dan lain sebagainya.
training) dari para ahli yang berpengalaman. Orang
tua dapat pula mencari support untuk orang tua
dengan membentuk sharing group diantara orang Penyebab
Gangguan ini memiliki penyebab yang sangat
tua sehingga dapat saling berbagi informasi.
kompleks, dalam bidang psikologi dikenal
Keluarga menjadi pihak utama yang beberapa penyebab autism yaitu:
mendukung keberadaan anak autis. Sikap tidak 1) Refrigerator Mother, merupakan pengasuhan
ibu yang tidak hangat, sehingga anak
percaya, shock,marah, dan dan pengabaian kerap
cenderung menarik diri dan menyibukkan diri
kali terjadi pada orang tua yang memiliki anak dengan dunianya dan mengalami kerusakan
autis. Sikap-sikap ini menyebabkan pola ego karena sejak lahir tidak tertarik
pengasuhan bagi anak autis tidak maksimal. Fungsi menjadikan ibu atau orang lain sebagai
partner dalam melakukan eksplorasi dunia.
pengasuhan oleh orang tua seringkali digantikan 2) Mindblindnes Theory/Mentalizing. Anak
dengan pengasuh pengganti. Hal ini menyebabkan autismemiliki kesulitan untuk mengetahui
berkurangnya interaksi orang tua dengan anak, pikiran dan perasaan orang lain sehingga
berakibat pada tidak mampunya memprediksi
sehingga akan mengakibatkan kegagalan dalam
tingkah laku orang lain.
pengasuhan. 3) Penyebab Neurologis. Para peneliti
Menurut Zainun Mutadin, kemandirian berpendapat bahwa pada saat lahir bayi
adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara autistik memiliki ukuran otak yang normal.
kumulatif selama perkembangan, dimana individu Namun setelah mencapai usia dua atau tiga
akan terus tahun, ukuran otak mereka membesar
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi melebihi normal, terutama pada lobus
berbagai situasi lingkungan sehingga individu pada frontalis dan otak kecil, yang disebabkan oleh
akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak pertumbuhan white matter dan gray matter
sendiri yang berlebihan. Sementara sel saraf yang ada
dengan kemandiriannya. Kemandirian pada anak lebih sedikit dibandingkan pada otak normal
berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola dan kekuatannya juga lebih lemah.
asuh orang tua didalam keluarga, dimana orang tua 4) Gangguan Sensorik. Anak dengan autisme
berperan dalam mengasuh, membimbing, memiliki gangguan dalam pengolahan
membantu, dan mengarahkan anak untuk menjadi sensorik (sensory processing disorder)
mandiri. sehingga muncul tingkah laku hiperaktif,
Anak autis memiliki hambatan dalam kemampuan bermasalah dalam melakukan gerakan,
mengatur dirinya sendiri dan sangat bergantung memiliki tonus otot yang lemah, dan sulit
kepada orang lain. Maka dari itu akan dibahas pola berkonsentrasi. Gangguan ini memunculkan
pengasuhan yang dapat meningkatkan kemandirian sekumpulan simtom yang merupakan respon
pada anak autis. aversif terhadap stimulus sensorik yang
sebenarnya tidak berbahaya (Kranowitz,
2005).
INTI
Gangguan
Autis
Anak autis memiliki gangguan dalam bidang
Autis adalah suatu gangguan perkembangan secara
interaksi sosial, gangguan dalam bidang perilaku,
menyeluruh yang mengakibatkan hambatan dalam
gangguan dalam bidang komunikasi (verbal-non
kemampuan komunikasi, sosialisasi, dan juga
verbal), gangguan dalam bidang perasaan/emosi,
perilaku. Istilah Autisme diambil dari kata autos
gangguan dalam bidang perilaku, dan gangguan
dari bahasa Yunani yang berarti self atau diri
dalam bidang persepsi-sensorik.
sendiri. Jadi penyandang Autisme pada dasarnya
1. Gangguan dalam bidang interaksi sosial
seseorang yang cenderung menikmati kegiatan
1) Tidak adanya kontak mata dengan mempunyai program membagi
lawan bicara ketrampilan yang sangat kompleks
2) Ekspresi wajah tidak sesuai perasaan menjadi ketrampilan dengan unit yang
3) Sikap atau gerakan tidak sesuai lebih kecil dan mengajarkannya dengan
dengan pembicaraan yang sedang cara dipraktekkan berulang-ulang
berlangsung 2) Intervensi LEAP (Learning Experience:
4) Kesulitan saat menjalin hubungan an Alternative Program for Peschoolers
dengan teman sebaya and Parents) LEAP
5) Menolak untuk dipeluk, disentuh dan Merupakan salah satu model EIBI atau
digendong; 6) tidak mau menengok Early Intensive Behavior Intervention
saat dipanggil. yang melakukan proses pembelajaran
2. Gangguan dalam bidang perilaku diutamakan di sekolah dibanding di
Mmengalami hiperaktivitas motoric; rumah. Dengan metode LEAP pelayanan
duduk diam, melamun, tatapan mata prasekolah di mana anak dengan autisme
kosong. diintegrasi dengan orang tua dilatih
3. Gangguan dalam bidang komunikasi bersama. Dengan metode LEAP didapat
(verbal-non verbal) intervensi yang kuat untuk memperbaiki
1) Mengalami keterlambatan dalam keterampilan sosial melalui teknik ABA
perkembangan berbicara (Strain dan Hoyson, 2002).
2) Meracau dengan bahasa aneh 3) The DIR/Floortime Assesment
3) Bicara tetapi tiak digunakan untuk Ada 3 komponen pada DIR/Floortime
komunikasi model; (1) taraf pengembangan fungsi
4) Membeo/meniru emosional; (2) perbedaan individu dalam
5) Menarik tangan orang dewasa untuk sensori, modulasi, proses dan
meminta tolong. pengembangan motorik; (3) keterikatan
4. Gangguan dalam bidang emosi dan interaksi. Pendekatan DIR atau
1) Kurang empati Difference Relationship-Based/Floortime
2) Tertawa, menangis atau marah tanpa berdasarkan pada teori perkembangan
sebab yang jelas interaktif yang mengatakan bahwa
3) Sering mengamuk atau tantrum perkembangan keterampilan kognitif
5. Gangguan dalam bidang persepsi sensori dalam 4 atau 5 tahun pertama kehidupan
1) Mencium, menggigit atau menjilati didasarkan pada emosi dan relationship
benda apa saja (Greenspan dan Wieder, 1998,2007). Jadi
2) Bila mendengar suara keras langsung hubungan pengaruh dan interaksi
tutup telinga merupakan komponen utama dalam teori
3) Tidak suka disentuh dan praktek model ini.
4) Merasa tidak nyaman saat memakai 4) TEACCH
pakaian dari bahan kasar. Menyediakan pelayanan yang
berkesinambungan untuk individu,
Program Intervensi Dini keluarga dan lembaga pelayanan untuk
Diagnosis dini akan menguntungkan bagi orang tua anak penyandang autistik. Penanganan
dan anak. semakin dini intervensi dilakukan, maka dalam program ini termasuk diagnosis,
semakin banyak waktu dan kesempatan yang terapi/treatment, konsultasi, kerjasama
tersedia bagi orang tua dan terapis untuk dengan masyarakat sekitar, tunjangan
mengajarkan anak agar berperilaku lebih baik serta hidup dan tenaga kerja, dan berbagai
mengajarkan kemampuan baru saat otak masih pelayanan lainnya untuk memenuhi
berkembang. Program tersebut antara lain: kebutuhan keluarga yang spesifik. Para
Program Intervensi Dini terapis dalam program TEACCH harus
1) Discrete Trial Training (DTT) memiliki pengetahuan dalam berbagai
DDT adalah teknik terbaik dari analisis bidang termasuk, speech pathology,
tingkah laku (behavior analysis) untuk lembaga kemasyarakatan, intervensi dini,
meningkatkan keterampilan pada anak pendidikan luar biasa dan psikologi.
dengan autism (Smith, 2001). DDT
Konsep pembelajaran dari model yaitu menggunakan strategi menirukan apa
TEACCH berdasarkan tingkah laku, yang dia lihat misalnya membuang
perkembangan dan dari sudut pandang sampah di tempatnya, mengajak anak
teori ekologi, yang berhubungan erat untuk bermain di halaman rumah, serta
dengan teori dasar autisme (Schopler & mengajak jalan-jalan anaknya di alam
Reichler,1971). bebas misalnya di sawah ataupun di kebun
3. Strategi yang dilakukan oleh orang tua
Program Terapi Penunjang pada aspek respon terhadap rangsang
Beberapa jenis terapi bagi anak autistik, indera yaitu, pada menggunkan strategi
antara lain (1) terapi wicara: membantu anak tanya jawab antara informan dengan anak.
melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu 4. Strategi yang dilakukan oleh orang tua
anak berbicara lebih baik; (2) terapi okupasi: pada aspek kesenjangan sosial yaitu, pada
untuk melatih motorik halus anak; (3) terapi menggunakan strategi melatih untuk tetap
bermain: mengajarkan anak melalui belajar sambil fokus pada apa yang diperintahkan oleh
bermain; (4) terapi medikamentosa/obat obatan informan mengulang-ulang apa yang
(drug therapy), dengan pemberian obat obatan oleh diajarkan oleh informan, serta mengulang-
dokter yang berwenang; (5) terapi melalui makanan ulang apa yang diajarkan oleh informan
(diet therapy), untuk anak anak dengan masalah serta melatih disiplin dalam melakukan
alergi makanan tertentu; (6) Sensory Integration kegiatan sehari-hari. Strategi tersebut
Therapy: untuk anak-anak yang mengalami dilakukan oleh orang tua supaya anak
gangguan pada sensorinya; (7) Auditory mereka mau berinteraksi dengan orang
Integration Therapy, agar pendengaran anak lebih lain
sempurna; (8) Biomedical treatment/ therapy,
penanganan biomedis yang paling mutakhir, Penerimaan dan Dukungan Orang Tua
melalui perbaikan kondisi tubuh agar terlepas dari Sarafino dan Smith (2011) menyebutkan bahwa
faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam dukungan orangtua yang dilakukan individu
berat, efek casomorphine dan gliadorphin, alergen, memiliki lima bagian pokok sebagai berikut:
dsb). 1) Dukungan penghargaan
Hasil penelitian Ferasinta (2020) Dukungan ini dapat berupa penghargaan
menunjukkan bahwa masih banyak anak yang positif kepada orang lain.
mengikuti terapi autis belum mencapai tingkat 2) Dukungan emosional
kemandirian yang cukup signifikan. Hal ini Dukungan emosional merupakan
dikarenakan tingkat ketaatan anak yang mengalami dukungan yang berhubungan dengan hal
autis dalam mengikuti terapi atau pembelajaran yang bersifat emosional.
yang diberikan terapis serta dukungan dari keluarga 3) Dukungan instrumental
anak yang hanya mengandalkan pendidikan yang Dukungan ini merupakan pemberian
diberikan terapis. sesuatu berupa bantuan nyata.
4) Dukungan informasi
Strategi Penanganan Dukungan informasi berarti memberi
Menurut Siwi dkk. Ada beberapa strategi orang tua solusi pada suatu masalah.
untuk menangani anak autis, antara lain: 5) Dukungan jaringan.
1. Strategi yang dilakukan oleh orang tua Merupakan perasaan individu sebagai
pada aspek hubungan dengan orang lain bagian dari kelompok.
menggunakan strategi mengajak anak Hasil penelitian menunjukkan penerimaan
untuk bermain di luar rumah, orangtua terhadap anak autism dipengaruhi
mengenalkan anak kepada teman orang beberapa faktor, diantaranya faktor dukungan dari
tua jika bertamu di rumah, serta keluarga besar yang menerima kondisi anak,
menggunakan strategi mencoba untuk kemampuan keuangan keluarga yang berkaitan
menitipkan anak pada neneknya jika dengan sarana penunjang untuk melakukan terapi,
informan ke luar rumah. latar belakang agama yang berkaitan dengan
2. Strategi yang dilakukan oleh orang tua keikhlasan dalam menerima kondisi yang dialami,
pada aspek hubungan dengan lingkungan tingkat pendidikan yang berkaitan dengan pola
pikir dalam mengambil tindakan untuk seperti autis, agar dampak ke anak tersebut juga
penyelesaian masalah, status perkawinan berkaitan baik.
dengan motivasi dan dukungan diantara orangtua, Lestari dan sopingi mendaapatkan hasil
usia yang berhubungan dengan tingkat kematangan penelitian dari pola asuh otoriter orangtua adalah
emosional individu dalam memahami, serta sikap sangat rendah dengan presentase sebesar 35%, pola
para ahli dan masyarakat umum yang berkaitan asuh permisif orangtua adalah sedang dengan
dengan dukungan secara eksternal dari lingkungan presentase sebesar 35%, dan pola asuh otoritatif
dalam proses penerimaan orangtua terhadap anak orangtua adalah tinggi dengan presentase sebesar
autism (Rachmayanti & Zulkaida, 2007). 40%.
Sesuai dengan hasil analisis data dapat
Pola Asuh diketahui bahwa pola asuh otoriter orangtua dan
Terdapat 3 jenis pola asuh orang tua yaitu: kemandirian anak autis cenderung sangat rendah,
a) Pola asuh otoritarian merupakan jenis pola asuh permisif orangtua dan kemandirian anak
pola asuh dimana orang tua memberikan autis cenderung sedang, dan pola asuh otoritatif
peraturan-peraturan yang harus dipenuhi orangtua cenderung tinggi. hasil analisis tersebut
tanpa adanya negosiasi dengan anak. diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya oleh
Orang tua yang melakukan pola asuh Larete, Dkk (2015) yang dimuat dalam Jurnal e-
otoritarian juga tidak akan segan Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember
memberikan hukuman yang keras sebagai 2016, yaitu Sebagian besar orangtua yang memiliki
cara mendisiplinkan anak. anak gangguan spektrum autisme di sekolah
b) Pola asuh permisif merupakan jenis pola autisme, sekolah luar biasa, dan tempat terapi di
asuh dimana orang tua memberikan kota Manado dan Tomohon mengasuh anak dengan
segala sesuatu yang diminta oleh anak. cara pola asuh otoriter.
Orang tua juga kurang memberikan
batasan dan kendali yang jelas pada anak. Prinsip Pengasuhan
Anak dengan pola asuh permisif akan 1. Strategi penanganan biasanya menekankan
lebih kreatif dan percaya diri, namun pada menghilangkan perilaku yang berbahaya,
disamping itu anak dengan pola asuh ini melukai diri sendiri maupun orang lain.
cenderung kurang memiliki kontrol diri Mendorong keterampilan bantu diri. Untuk
yang baik, mendominasi, kurang dapat penyandang autis, hasil penanganan bisa
menghormati dan tidak dapat menjalin sangat bervariasi, bergantung pada anaknya
hubungan yang baik dengan temannya. sendiri, orangtua, kualitas dari penanganan
c) Pola asuh autoritatif, memberikan batasan dan pendidikan, serta kesempatan-kesempatan
dan juga kontrol terhadap anak, namun yang ada di kemudian hari. Kunci penanganan
masih memberikan kesempatan bagi anak anak autis adalah perhatian dan kasih sayang
untuk dapat mandiri dan juga memiliki (Kosasih, 2012).
tanggungjawab pribadi. Orang tua dengan 2. Kontrol dan konsistensi dari orang tua
pola asuh otoritatif sangat menghargai Adanya kesulitan dalam belajar toiletting pada
minat dan pendapat dari anak dan juga anak dengan autisme ini disebabkan karena
anak merasakan kasih sayang yang anak menggunakan bahasa komunikasi yang
diberikan orang tuanya kepada mereka. terbatas, mereka mengalami kesulitan dalam
Anak dengan pola asuh otoritatif lebih mengkomunikasikan apa yang diinginkan.
percaya diri, memiliki pengendalian diri Anak dengan autisme juga mengalami
yang baik, mampu mengelola stress dan kesulitan dalam social awareness, maksudnya
dapat bekerja sama dengan teman sebaya adalah ia tidak menyadari aturan-aturan sosial
maupun orang – orang yang lebih tua. yang ada di sekitarnya. Anak dengan autisme
Orangtua memiliki pola pengasuhan sendiri- juga mengalami kesulitan dalam sensory
sendiri untuk diterapkan pada anak mereka. Dalam awareness, maksudnya adalah ia mengalami
mengasuh anak sebagai orangtua harus bisa kesulitan dalam mengenali isyarat-isyarat saat
menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak, ia akan harus buang air kecil atau besar. Oleh
apalagi jika anak tersebut mengalami gangguan karena itu, orangtua harus membantu anak
untuk belajar toiletting dengan strategi
tertentu karena hal ini akan membantu Kesimpulan
mengembangkan keterampilan sosialnya. Autis adalah suatu gangguan perkembangan secara
Pengajaran mengenai toiletting bisa dilakukan menyeluruh sehingga menyebabkan hambatan pada
dengan kontrol yang ketat dari orangtua. anak. penyebab gangguan ini masih belum
Peraturan dari orangtua disampaikan secara diketahui, namun dalam bidang psikologis dikenal
konsisten dan tepat, sehingga anak beberapa penyebab yaitu refrigerator mother,
mindblindnes theory/mentalizing, penyebab
mengetahui apa saja yang boleh dan tidak
neurologis, dan gangguan sensorik. Penerimaan
boleh dilakukan.
dan dukungan orang tua sangat mempenngaruhi
3. Keterlibatan orang tua
faktor perkembangan dan kemandirian anak autis.
Keterlibatan orang tua dalam membantu Pola asuh terdiri dari tiga macam yaitu pola asuh
perkembangan anak autist merupakan bagian otoritarian, pola asuh permisif, dan pola asuh
penting dalarn proses pendidikan/ terapi anak autoritatif. Pola asuh juga mempengaruhi
untuk mencapai perkembangan yang perkembangan anak autis. Menurut hasil penelitian
maksimal. diketahui bahwa pola asuh otoriter orangtua dan
4. Memahami perilaku anak kemandirian anak autis cenderung sangat rendah,
Orang tua harus memastikan alasan kenapa pola asuh permisif orangtua dan kemandirian anak
anak berperilaku demikian. Salah satu caranya autis cenderung sedang, dan pola asuh otoritatif
adalah dengan melihat apa yang terjadi orangtua cenderung tinggi. Maka dari itu, pola
sebelum perilaku tersebut muncul, lalu apa asuh yang cocok diterapkan untuk anak dengan
yang terjadi saat anak tantrum dan terakhir gangguan autis adalah pola asuh otoritatif, dimana
adalah apa yang terjadi setelah anak tantrum. orang tua memberikan batasan dan juga kontrol
Dengan memahami perilaku anak, orangtua terhadap anak, namun masih memberikan
akan lebih dapat menerima keadaan anak kesempatan bagi anak untuk dapat mandiri dan
mereka dan mengerti bagaimana mengasuh juga memiliki tanggungjawab pribadi
anak dengan autism.
DAFTAR RUJUKAN
5. Mengajarkan keterampilan sosial
Ferasinta, F. (2020). Perspektif Orang tua Terkait
Mengasuh anak dengan autism juga lebih dari Kemandirian Anak Autis Pada Aspek
sekedar melakukan pengasuhan mendasar, Sosial. JURNAL KEPERAWATAN
tetapi juga mengembangkan keterampilan MUHAMMADIYAH BENGKULU, 8(2),
sosial untuk anaknya; mengembangkan 102-106. Diakses pada 13 Februari 2021,
keterampilan berkomunikasi; menghadapi dari http://jurnal.umb.ac.id/index.php
tantrum, agresi, dan frustasi yang dialami /keperawatan/article/view/854
anaknya; memberikan makan, minum, atau Fitriani, L. (2015). Peran pola asuh orang tua dalam
nutrisi pada anaknya; mengajari anak untuk mengembangkan kecerdasan emosi
toiletting, tidur, melakukan hal yang anak. Lentera, 17(1). Diakses pada 13
menyenangkan; menghadapi Februari 2021, dari https://journal.iain-
kebiasaankebiasaannya; menghadapi tingkah samarinda.ac.id/index.php/lentera_journal/
article/view/431
laku dan gerakan berulang (repetitive).
6. Mengembangkan kemampuan okupasi anak Kurdi, F. N. (2009, September). Strategi dan teknik
Selain itu, mereka juga melakukan pembelajaran pada anak dengan autisme.
preoccupation dengan intensitas yang tidak In Forum kependidikan (Vol. 29, No. 1,
normal, maksudnya ialah anak dengan pp. 14-25). Diakses pada 13 Februari 2021
dari,
autisme akan tertarik dengan objekobjek
http://forumkependidikan.unsri.ac.id/userfi
tertentu dalam jangka waktu yang cukup les/ArtikelFauziANuraini-UNSRI- pdf
lama, misalnya menjajarkan sabunsabun atau
peralatan mandi di sekitar bak mandi secara Kurniawan, A. S., Supraptiningsih, E., & Hamdan,
S. R. (2018). Pengasuhan Pada Anak
tidak teratur, dan lain sebagainya. Maka dari
Autis: Telaah Pada Ibu Dengan Anak
itu, orangtua diharuskan dapat mengarahkan Autis Parenting On Autism Children: A
kesenangan anaknya pada suatu hal yang Study Of Mothers With Autism Children.
dapat mengembangkan kemampuan anaknya. Prosiding Nasional Psikologi, 2. Diakses
pada 14 Februari 2021, dari
PENUTUP http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/P
ronaP/article/view/1492
Lestari, D. D., & Sopingi, S. (2018). Hubungan Rahayu, S. M. (2014). Deteksi dan intervensi dini
pola asuh orang tua dan kemandirian anak pada anak autis. Jurnal Pendidikan Anak,
autis. Jurnal Ortopedagogia, 4(1), 39-42. 3(1). Diakses pada 13 Februari 2021, dari
Diakses pada 14 Februari 2021, dari https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/arti
http://journal2.um.ac.id/index.php cle/view/2900
/jo/article/view/4404
Riandini, S. (2015). Pengaruh pola pengasuhan
Oktaviani, A. T. (2010). Kemandirian anak Autis dengan perkembangan komunikasi anak
(Doctoral dissertation, IAIN Sunan Ampel autis kepada orang tua. Jurnal Majority,
Surabaya). Diakses pada 13 Februari 4(8), 99-106. Diakses pada 13 Februari
2021, dari http://digilib.uinsby.ac.id/8633/ 2021, dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.ph
Pancawati, R. (2013). Penerimaan diri dan p/majority/article/view/1482
dukungan orang tua terhadap anak autis.
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, Siwi, A. R. K., & Anganti, N. R. N. (2017).
1(1). Diakses pada 13 Februari 2021, dari Strategi Pengajaran Interaksi Sosial pada
http://e- Anak Autis. Indigenous: Jurnal Ilmiah
journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/a Psikologi, 2(2). Diakses pada 13 Februari
rticle/view/3281 2021, dari
http://journals.ums.ac.id/index.php/indigen
ous/article/view/5703

Anda mungkin juga menyukai