Anda di halaman 1dari 8

Tugas 9

Nama : Imelda Syafara Hafidz


NIM : 190154603247
Offr : B9

MACAM – MACAM MODEL PEMBELAJARAN

A. Klasifikasi Model Pembelajaran

Ada 4 Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1986) yaitu :

1. Kelompok Model Pengolahan Informasi (The Information Processing Family)

Ali, M. (2007) menyatakan bahwa model ini berdasarkan pada teori belajar kognitif
(Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik dalam memproses informasi
untuk memperbaiki kemampuannya.  Pemprosesan informasi mengacu kepada cara orang
menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengembangkan konsep
dan memecahkan masalah, serta menggunakan lambang verbal dan non verbal.

2. Kelompok Model Personal (The Personal Family)


Model pembelajaran kelompok personal ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu
berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Serta dapat dikatakan bahwa model ini
juga beranjak dari pandangan kedirian atau “selfhood”  dari individu. Tokoh Humanistik
adalah Abraham Maslow (1962), R.Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb.Menurut teori ini
guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa
bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual.
Proses pembelajaran sengaja diupayakan untuk memungkinkan dapat memahami diri
sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab untuk pembelajaran, dan lebih kreatif
untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Kelompok ini menekankan proses di
mana individu membentuk dan menata realitas keunikannya. Perhatian banyak diberikan
kepada kehidupan emosional.
3. Kelompok Model Sosial (The Social Family)
Kelompok model pembelajaran ini didasari oleh teori belajar Gestalt (Field-theory) yang
menitik beratkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning
to life together).Teori ini dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersama dengan Kurt
Koffka dan W. Kohler yang berpandangan bahwa objek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Sehingga implikasi dari teori
ini bahwa pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan
bagian-bagian.
4. Kelompok Model Sistem Prilaku (The Behavioral System Family)
Dasar teoritik dari kelompok model pembelajaran ini ialah teori-teori belajar
Behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan
tugas-tugas belajar dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini
dikenal juga sebagai model modifikasi prilaku atau “Behavioral Modifications” .Semua
model pembelajaran ini bersumber dari kerangka teori behavioral.Istilah-istolah lain yang
sejenis dan dipergunakan adalah teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi prilaku, dan
terafi prilaku.Kelompok model ini lebih menekankan pada asfek perubahan prilaku
psikologis dan prilaku yang tidak ddapat diamati.Model-model prilaku mempunyai
penerapan yang cukup luas dan diarahkan kepada bermacam-macam tujuan pendidikan,
latihan prilaku antar pribadi, dan terapi.Berdasarkan pada pengendalian stimulus dan
penguatan, model-model behavior (prilaku) dan kondisi-kondisi antara, baik secara
idividual maupun secara kelompok, telah banyak penelitian yang dilakuan untuk
mengkaji model-model ini.
B. Model pembelajaran pengolahan informasi
Model-model pembelajaran pengolahan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada
cara-cara memperkuat dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami
dunia dengan cara menggali dan mengorganisasi data, merasakan adanya masalah dan
mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkan.
Beberapa model dalam kelompok ini meberikan kepada siswa sejumlah konsep, sebagian
lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan pengetesan anailisis, dan sebagaian
lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Beberapa model
sengaja dirancang untuk memperkuat kemampuan intelektual umum.
1. Model Penemuan Konsep
Metode pembelajaran penemuan konsep menurut Widoko (2001) didefinisikan suatu
stategi pengajaran induktif dengan tujuan membantu siswa segala tingkatan umur
mempelajari konsep-konsep dan keterampilan berfikir yang analitis praktis.
Sintaks metode pembelajaran penemuan konsep adalah sebagai berikut:
1) Phase I : Presentation of example (menampilkan contoh-contoh).
Pada phase ini guru menjelaskan bagamana aktivitas dimulai dengan memberikan
kepada siswa contoh dan bukan contoh. Ketika guru menampilkan contoh positif
dan contoh negatif untuk tiap-tiap konsep disertai dengan karakteristiknya di dalam
LKS penemuan konsep. Pada penelitian ini konsep yang dipilih adalah konsep
listrik statik dengan contoh positif batang plastik yang digosokkan dengan kain
woll akan bermuatan negatif.
2) Phase II : Analysis of hypothesis (menganalisis hipotesa)
Pada phase ini dimulai ketika siswa membuat hipotesis tentang nama suatu konsep,
membandingkan karakteristik dari contoh positif dan negatif listrik statik, maka
siswa diminta untuk menuliskan hipotesis tentang listrik statik, guru memberikan
contoh tambahan dan yang bukan contoh kemudian menganalisis hipotesis sampai
semua hipotesis didapatkan. Dari beberapa hipotesis listrik statik yang didapat dari
siswa kemudian menguji hipotesis tersebut lewat contoh dan non-contoh sehingga
deperoleh satu hipotesis yang benar.
3) Phase III : Clouser (Penutup)
Pada phase ini guru bertanya kepada siswa untuk mengidentifikasi sifat-sifat dari
konsep dan menyatakan dari konsep tersebut beserta karakteristiknya.
4) Phase IV : Application (Aplikasi)
Pada phase ini untuk memperkuat pengertian murid akan konsep tentang listrik
statik, guru memberikan contoh tambahan dari mereka sendiri.
Seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran konsep diharapkan dapat:
a) Mengerti isi mata pelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran konsep,
sehingga dapat mengidentifikasikan materi pelajaran itu apakan cocok dengan
pengajaran menggunakan model pembelajaran pemenuan konsep.
b) Menyeleksi contoh-contoh, sehingga ketika diberikan tujuan pembelajaran
maka akan memperoleh daftar contoh-contoh yang akan memberikan gambaran
secara efektif dari suatu konsep.
c) Mengerti urutan dari contoh-contoh untuk memaksimalkan murid-murid secara
praktis dengan keterampilan berfikir

Manfaat dari metode pembelajaran penemuan konsep antara lain:


a) Meningkatkan keterampilan berfikir
b) Membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep dengan
memperhatikan obyek, ide atau kejadian-kejadian

2. Model Berfikir Induktif


a. Orientasi Model
Model pembelajaran berpikir induktif merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu
strategi mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengolah informasi.
Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut:
1) Kemampuan berpikir dapat diajarkan;.
2) Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data.Artinya,
dalam seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk
mengembangkan operasi kognitif tertentu.
3) Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful).
Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu
harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik.
b. Prosedur Pembelajaran
Postulat yang diajukan Taba di atas menyatakan bahwa keterampilan berpikirharus
diajarkan dengan menggunakan strategi khusus. Menurutnya, berpikir
induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan tiga strategi
cara mengajarkannya. Strategi pertama adalah pembentukan konsep (concept
formation) sebagai strategi dasar, kediia, interpretasi data (data interpretation) dan
ketiga adalah penerapan prinsip (application of principles).
- Strategi 1: Pembentukan Konsep
Tahapan pertama ini terdiri dari tiga langkah yaitu:
1) Mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan,
2) Mengelompokkan data atas dasar kesamaan karakteristik dan
3) Membuat kategori serta memben label, pada kelompok-kelompok data
yang memiliki kesamaan karakteristik. 
- Strategi 2: Interpretasi Data
Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi
dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan
konsep), cara ini dapat , dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tertentu.
- Strategi 3: Penerapan Prinsip
Strategi 3 merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa
dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data,
selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke
dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda.. Atau siswa diharapkan dapat
menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.
c. Aplikasi
Model pembelajaran berfikir induktif ditujukan untuk membangun mental kognitif.
Karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
C. Model pembelajaran Personal
Model pembelajaran ini bertitik tolak dari pandangan dalam teori belajar Humanistik.
Model ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri (self).Titik beratnya pada
pembentukan pribadi individu dan mengorganisasi realitanya yang rumit. Perhatiannya
terutama tertuju pada kehidupan emosional perorangan, yang diharapkan membantu
individu untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya, dan
menjadikannya sebagai pribadi yang mampu membentuk hubungan-hubungan dengan
pribadi lain dalam konteks yang lebih luas serta mampu memproses informasi secara
efektif. Sasaran utama model pembelajaran itu adalah pengembangan pribadi atau
kemampuan pribadi.
Model Pengajaran Non Direktif
Orientasi Model
Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator. Karena itu guru
hendaknya mempunyai hubungan pribadi yang positif dengan siswanya, yaitu sebagai
pembimbing bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam menjalankan perannya ini,
guru membantu siswa menggali ide/gagasan tentang kehidupannya, lingkungan
sekolahnya dan hubungannya dengan orang-orang lain.
Prosedur Pembelajaran
Teknik utama dalam mengaplikasikan model pembelajaran pengajaran tidak
langsung adalah apa yang diistilahkan oleh Roger sebagai Non-directive Interview atau
wawancara tanpa menggurui, yaitu wawancara tatap muka antara guru dan siswa. Selama
wawancara, guru berperan sebagai kolaborator dalam proses penggalian jati diri dan
pemecahan masalah siswa.

Model Latihan Kesadaran


Orientasi Model
Model pembelajaran pelatihan kesadaran merupakan suatu model pembelajaran yang
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini dikembangkan oleh
Milliam Schutz. la menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai sarana
peningkatan kesadaran pribadi (pemahaman diri individu).
Prosedur Pembelajaran
Kunci utama prosedur pembelajaran model ini didasarkan atas teori encounter. Teori ini
menjelaskan metode untuk meningkatkan kesadaran hubungan antar-manusia yang
didasarkan atas keterbukaan, kejujuran, kesadaran diri, tanggung jawab, perhatian
terhadap perasaan diri sendiri atau orang lain, dan berorientasi pada kondisi saat ini.
Aplikasi
Sampai saat ini, masih sangat sedikit sekolah atau guru yang menerapkan model ini.
Permainan-permainan sederhana dapat dilakukan untuk keperiuan ini. Model ini juga
dapat dilakukan sebagai selingan yang tidak memakan waktu terlalu banyak. Dalam
pelaksanaan diskusi, keterbukaan dan kejujuran menjadi sangat penting. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model ini dapat meningkatkan perkembangan emosi.
D. Model pembelajaran social
Model Investigasi kelompok
Cooperative learning tipe investigasi kelompok
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling
kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses
kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi
kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan karakteristik
yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin
dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Sharan, dkk (1984) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi
kelompok meliputi 6 (enam) fase.
a. Memilih topic
b. Perencanaan cooperative
c. Implementasi
d. Analisis dan sintesis
e. Presentasi hasil final
f. Evaluasi

Model Inquiry social


Menurut Bruce Joyce, inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari
kelompok sosial (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society).
Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi
kualitas kehidupan masyarakat.
Menurut Wina Sanjaya (2007)  tahapan proses pembelajaran inkuiri sosial dapat
dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Merumuskan Masalah
3. Tahap Orientasi
4. Tahap Merumuskan Masalah
5. Tahap Menguji Hipotesis
6. Tahap Merumuskan kesimpulan

E. Model pembelajaran perilaku


Model managemen kontigensi
Teori kontingensi adalah teori kesesuaian pemimpin yang berarti menyesuaikan
pemimpin dengan kondisi yang tepat. Teori yang dikemukakan oleh fiedler’s ini
berpendapat bahwa Kinerja pemimpin ditentukan dari pemahamannya terhadap situasi
dimana mereka memimpin. Secara sederhana teori kontigensi menekankan terhadap gaya
kepemimpinan dan pemahaman situasi yang tepat oleh pemimpin.
Model control diri
Kontrol diri bisa diterjemahkan sebagai pakem yang akan menjadi rem terhadap perilaku
tertentu. Kaitannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia, model ini bisa menjadi salah
satu cara membentuk perilaku serius dalam melakukan simulasi terhadap kompetensi
dasar tertentu. Tentu saja, model pembelajaran ini bisa digabungkan dengan model
pembelajaran simulasi. Tapi tanpa adanya kontrol diri, simulasi siswa terhadap
kompetensi dasar tertentu bisa saja terkesan tidak serius dan main-main. Hal ini
disebabkan tidak semua siswa mampu membentuk perilaku baru secara serta merta.

F. Model Pembelajaran Untuk Anak Tunadaksa


Model pembelajaran untuk anak tunadaksa bisa memakai macam-macam model diatas,
namu harus disesuaikan dengan tingkat ketunaan yang dimiliki anak dan kurikulum yang
diterima oleh anak tunadaksa.

Anda mungkin juga menyukai