CP MK :
Sub CP MK :
1. Mahasiswa mampu memahami nilai dalam Pembelajaran IPS.
2. Mahasiswa mampu memahami sikap dalam Pembelajaran IPS.
3. Mahasiswa mampu memahami keterampilan dalam Pembelajaran IPS.
Uraian Materi :
3.4 Nilai, Sikap, dan Keterampilan
A. Nilai
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia: Nilai adalah, taksiran, sifat-
sifat (hal-hal) penting yang dianggap penting atau yang berguna bagi kemanusiaan
yang dapat mendorong manusia mancapai tujuannya (KBBI, Edisi ke-2 hal 690).
Menurut Robert M.Z. Lawang, nilai adalah gambaran mengenai apa yang
dinginkan, yang pantas, yang berharga, yang mempengaruhi prilaku sosial orang
yang memiliki nilai itu. Dalam kenyataan sehari-hari, sangat sulit untuk
mengetahui secara pasti nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat.
Dalam pengertian sosiologis nilai dipahami adalah ukuran yang sangat penting
dalam kehidupan manusia sebagai tuntunan pola perilaku setiap manusia di
masyarakat. Nilai diyakini sebagai sesuatu yang dianggap benar dan baik, dan
nilai juga menjadi batasan pembeda antara yang baik dan yang buruk, yang benar
dan salah atau yang pantas dan tidak pantas. Notonegoro, membagi nilai dalam 3
bagian yaitu:
a. Nilai material
Adalah segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Contohnya
makanan dan minuman.
b. Nilai vital
Adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan aktivitas atau kegiatan. Contohnya petani membutuhkan
cangkul untuk mengolah lahan.
c. Nilai kerohanian
Adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani
manusia, seperti:
a). Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada akal manusia (cipta)
b). Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur perasaan (estetika)
c). Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak (karsa)
d). Nilai keagamaan, yaitu bersumber pada ketuhanan.
B. Sikap
Secara umum, pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-
aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah
pengetahuan, perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam
pengertian yang lain, sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu objek
atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-
hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada kebanyakan penelitian dewasa ini
adalah perasaan atau emosi. Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi
warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan.
Sikap dapat juga diartikan sebagai pikiran dan perasaan yang mendorong kita
bertingkah laku ketika kita menyukai atau tidak menyukai sesuatu. Sedang sikap
sendiri mengandung tiga komponen yaitu : kognisi, emosi dan perilaku serta bisa
konsisten dan bisa juga tidak. Tergantung permasalahan apa yang mereka hadapi.
Kraus menemukan beberapa faktor yang memprediksi konsistensi sikap dan
perilaku seseorang yaitu: stabil sepanjang waktu, dilakukan dengan keyakinan
yang tinggi. konsisten dengan reaksi emosi seseorang ke arah perilaku, terbentuk
karena pengalaman langsung, mudah diingat.
Para ahli juga banyak menyumbangkan pengertian sikap. Berikut ini
pengertian sikap dari beberapa ahli: Notoatmodjo S. (1997): Sikap adalah reaksi
atau respons yang masih tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Bimo Walgito, (2001): Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan
seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya
perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat
respons atau berpenilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Meski ada begitu
banyak pengertian sikap, yang pasti, dalam berbagai ulasan tentang sikap selalu
ditemui beberapa konstruksi yang relatif tetap, berkaitan dengan jenis, dimensi,
dan hierarki sikap. Umumnya, ada tiga jenis sikap manusia: Kognitif, yang
berkaitan dengan apa yang dipelajari, tentang apa yang diketahui tentang suatu
objek; Afektif, atau sering disebut faktor emosional, yang berkaitan dengan
perasaan (bagaimana perasaan tentang objek); Psikomotorik atau konatif, yakni
perilaku (behavioral) yang terlihat melalui predisposisi suatu tindakan.
C. Keterampilan
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih
bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
Keterampilan/ kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus
diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau
menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.
Beberapa contoh dari keterampilan itu sendiri antara lain:
1. keterampilan menjahit
2. keterampilan menulis
3. keterampilan mengemudi
4. keterampilan memasak, dll.
Bisa disimpulkan bahwasanya keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga
mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal,
fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus
atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa
melalui proses belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah
diberikan semenjak lahir. Sehingga untuk menjadi seorang yang terampil yang
memiliki keahian khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar
dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut.
1. Keterampilan Yang Dibutuhkan Dalam Pembelajaran IPS
IPS di beberapa negara juga sering memasukkan berbagai jenis
ketrampilan sosial yang di dalamnya terdaapt ketrampilan intelektual. Di Amerika
Serikat, misalnya, melalui Association for Supervision and Curriculum
Development (ASCD) telah dikembangkan rumusan keterampilan-keterampilan
(life skills) yang harus dimiliki oleh para peserta didik. Keterampilan-
keterampilan tersebut meliputi:
1) keterampilan berpikir dan bernalar (thinking and reasoning)
2) keterampilan bekerja dengan orang lain,
3) keterampilan pengendalian diri,
4) keterampilan dalam memanfaatkan peluang kerja.
Empat keterampilan dasar tersebut memiliki beberapa rumusan khusus yang
terkait dengan keterampilan sosial seperti: pemecahan konflik, bekerja sama
dengan kelompok yang majemuk, mengambil dan mempertimbangkan resiko
hidup, menggunakan informasi, keterampilan menggunakan uang secara efektif
serta menggunakan keterampilan dasar agar dapat hidup bersama-sama dengan
masyarakat.
Keterampilan- keterampilan tersebut dapat dikembangkan dan dilatihkan
melalui berbagai mata pelajaran termasuk IPS. Di negara-negara yang berbudaya
anglo-saxon lainnya seperti Inggris, Selandia Baru dan Australia rumusan
keterampilan sosial yang harus dikembangkan di sekolah memiliki beberapa
persamaan. Keterampilan tersebut meliputi: keterampilan memperoleh informasi,
berkomunikasi, pengendalian diri, bekerjasama, menggunakan angka,
memecahkan masalah serta keterampilan dalam membuat keputusan. Rumusan
keterampilan-keterampilan yang sama juga telah dikembangkan oleh National
Council for Social Studies (1984) yang dirujuk oleh pengembang IPS dibeberapa
negara meliputi:
1) keterampilan yang terkait dengan upaya memperoleh informasi yaitu
keterampilan membaca, keterampilan belajar, keterampilan mencari
informasi dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat teknologi,
2) keterampilan dalam mengorganisasi dan menggunakan informasi
(keterampilan intelektual dan keterampilan membuat keputusan,
3) keterampilan yang berkaitan dengan hubungan sosial serta partisipasi dalam
masyarakat yang meliputi a) keterampilan diri yang sesuai dengan
kemampuan dan bakat, b) keterampilan bekerja sama, c) berpartisipasi
dalam masyarakat.
Keterampilan-keterampilan sosial tersebut nampaknya relevan untuk
dikembangkan di sekolah-sekolah agar para siswa kelak dapat hidup sebagai
warga dunia yang memiliki peran dalam masyarakatnya. Australia secara spesifik
telah merumuskan beberapa kompetensi atau keterampilan dasar yang harus
dimiliki peserta didik agar mereka dapat berpartisipasi secara efektif dalam
masyarakat global. Kompetensi tersebut meliputi keterampilan dalam:
1) mengumpulkan, menganalisis dan mengolah informasi
2) merencanakan dan mengorganisasi kegiatan
3) bekerjasama dalam kelompok majemuk
4) menggunakan teknik matematika dalam kehidupan sehari-hari
5) memecahkan masalah
6) menggunakan produk teknologi sesuai dengan fungsinya.
Rumusan dasar keterampilan tersebut dikembangkan lebih lanjut dalam proses
pembelajaran sehingga keterampilan-keterampilan yang terkait dengan rumusan
kompetensi dasar tersebut dapat dipraktekkan di dalam kelas.
Simpulan
Dalam pembelajaran IPS terdapat Fakta Konsep dan Generalisasi. Fakta
adalah informasi atau data yang ada atau terjadi dalam kehidupan dan
dikumpulkan oleh para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenarannya. Fakta
merupakaan hal atau keadaan yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang
benar-benar ada atau terjadi. Ada 3 jenis fakta yaitu fakta umum, fakta khusus dan
fakta sosial. Fakta dalam IPS Dalam kurikulum Sekolah Dasar tahun 2004
dikemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu mata pelajaran
yang mengkaji serangkaian peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu social dan kewarganegaraan. Sedangkan fungsinya adalah
untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan Negara Indonesia. Dengan
fakta-fakta yang ada kita dapat menyimpulkan sesuatu atau beberapa peristiwa
yang pernah terjadi, apabila ditarik suatu kesimpulan terhadap informasi harus
didukung dengan fakta-fakta yang ada untuk memberikan pembuktian terhadap
kebenaran suatu informasi
Konsep merupakan sejumlah fakta yang memiliki keterkaitan dengan
makna atau defenisi yang ditentukan. Konsep juga dinyatakan dalam sejumlah
bentuk: (a). Kongkrit atau abstrak, Luas atau sempit, suku kata atau frase, (b).
Beberapa konsep adalah konsep kongkrit, misalnya berkaitan dengan tempat,
objek, lembaga, atau kejadian seperti: manusia, gunung, pulau, daratan, rumah,
negara, partai politik, barang konsumsi, produsen, pabrik, gempa bumi, kemarau
dan sebagainya. IPS sebagai bidang kajian terdiri dari konsep dasar sejarah,
seperti konsep peristiwa/kejadian waktu dan tempat. Geografi terdiri dari konsep
lokasi, posisi, situasi dal lain-lain. Ilmu ekonomi tediri dari konsep Kelangkaan,
kebutuhan, ketergantungan, pasar dan lain sebagainya. Pada ilmu sosiologi konsep
yang dikaji didalamnya adalah konsep keanggotaan dalam kelompok, norma,
nilai, prilaku dan lain sebagainya. Didalam ilmu psikologi social konsep-konsep
yang terkandung adalah kemandirian, kelompok, konflik dan lain sebagainya. Dan
pada ilmu politik terkandung konsp kekuasaan, negara, kebijaksanaan dan lain-
lain. Kedudukan konsep dalam IPS merupakan bahan kajian utama untuk
menelaah berbagai masalah social yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menyelesaikan masalah kita harus menggunkan berbagai konsep ilmu
social yang telah dipaparkan diatas, seperti konsep kelompok, konflik, perilaku,
peran dan lain-lain. Tanpa menggunakan konsep itu akan sulit untuk memberikan
solusi terbaik terhadap masalah yang dihadapi.
Generalisasi adalah pernyataan tentang hubungan diantara konsep.
Generalisasi mengungkapkan sejumlah besar informasi. Kebenaran suatu
generalisasi ditentukan oleh rujukan pembuktian konsep. Konsep dan generalisasi
mempunyai hubungan erat. Generalisasi adalah pernyataan tentang hubungan
diantara konsep. Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan,
generalisasi dibedakan menjadi 2, yaitu generalisasi sempurna dan tidak
sempurna. Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu :
loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. Ilmu Pengetahuan tidak akan
dapat terbentuk secara teoritis apabila tidak didukung oleh generalisasi.
Keterkaitan dan kedudukan atau peranan generalisasi dalam IPS sudah diawali
sejak pengumpulan fakta atau data, membentuk suatu konsep dan akhirnya
membuat suatu generalisasi. Generalisasi sejarah dalam konteks IPS bukan untuk
dihafalkan melainkan untuk dipahami dan diaplikasikan kepada situasi baru yang
dihadapi. Untuk meningkatkan kemampuan uitu diperkenalkan gagasan-gagasan
dan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan kemampuan berpikir siswa sehingga
mereka dapat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan sejarah. Tugas
guru mengembangkan pengertian konsep dan generalisasi ini dan bersamaan
dengan itu juga mengembangkan kemampuannya untuk mengenal konsep-konsep
esensial dan konsep-konsep lainnya dan juga untuk mengembangkan kemampuan
merumuskan generalisasi sesuai dengan kemampuan berpikir siswa. Tugas guru di
kelas untuk mengembangkannya dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan
dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kemampuannya. Guru-guru dituntut
kreativitasnya dalam mencari dan mengolah sumber belajar agar kegiatan belajar
mengajar yang dikelolanya berjalan lancar.
Penerjemahan dari fakta, konsep dan generalisasi dalam pembelajaran IPS
tercermin pada Nilai, Sikap dan Ketrampilan. Nilai adalah gambaran mengenai
apa yang dinginkan, yang pantas, yang berharga, yang mempengaruhi prilaku
sosial orang yang memiliki nilai itu. Secara umum, pengertian sikap (attitude)
adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat
permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-
komponen sikap adalah pengetahuan. perasaan-perasaan, dan kecenderungan
untuk bertindak. Afektif, atau sering disebut faktor emosional, yang berkaitan
dengan perasaan (bagaimana perasaan tentang objek); Psikomotorik atau konatif,
yakni perilaku (behavioral) yang terlihat melalui predisposisi suatu tindakan.
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih
bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
Keterampilan/ kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus
diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau
menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.