ANTI ZULFADILAH R011181003 LIYA AMELIA R011181033 RIZKA NANDA MUHLISA R011181035 A. NUR ILMI TENRI DIO R011181315 ASRINA R011181333 PUJI SEPTIANI R011181347 IKHTIARTAMRIN R011181701
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2021 A. Bunyi Teori Penuaan Teori Genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965). Dalam teori ini, proses penuaan kelihatannya mempunyai komponen genetik. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikutsertakan akibat kerusakan dan penyakit. Mekanisme penuaan yang jelas secara genetik belumiah jelas, tetapi hal penting yang harus dicatat bahwa kelihatannya tampaknyanya berasal dari garis wanita dan seluruh mitokondria mamalia berasal dari telur dan tidak ada satupun yang dipindahkan melalui spermatozoa. Pengalaman kultur sel sugestif bahwa beberapa gen yang memengaruhi penuaan pada kromosom 1, tetapi bagaimana cara mereka mempengaruhi penuaan masih belum jelas. Di samping itu, terdapat juga "eksperimen alami" yang baik di mana beberapa manusia derigan kondisi genetik yang jarang (progerias), seperti sindroma Werner, menunjukkan penuaan yang prematur dan meninggal akibat penyakit usia lanjut, seperti ateroma derajat berat pada usianya yang masih belasan tahun atau permulaan remaja. Serupa dengan itu, pada penderita Sindroma Down pada umumnya proses penuaan lebih cepat dibandingkan dengan populasi lain, Di samping itu, fibroblasnya mampu membelah dalam jumlah lebih sedikit dalam kultur dibandingkan dengan kontrol pada kebanyakan orang dengan umur sama. Akan tetapi, hal ini masih sangat dari bukti akhir bahwa penuaan merupakan kondisi genetik, Hal ini hanya menunjukkan kepada kita bahwa beberapa bentuk penuaan [ CITATION Sun15 \l 1057 ] . B. Tanda-tanda penuaan yang ditemukan pada lansia berdasarkan teori penuaan a. Sistem indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena tepat kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi bunyi atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit menunjukkan kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun. b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. c. Sistem Muskulokeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung (kolagen Sistem Muskuloskeletal dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pendukung mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: kepadatannya populasi tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia mengalami penuaan elastisitas. d. Sistem kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi Node SA dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. e. Sistem Respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan tidak terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang. f. Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena gigi telah hilang, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), hati (hati) semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran aliran darah. g. Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya filtrasi laju, ekskresi, dan reabsorpsi oleh gìnjal. h. Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. i. Sistem reprodiuksi. lansia dengan menciutnya ovarium dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur [ CITATION Kho16 \l 1057 ]. C. Sebagai perawat, apa implikasi dari teori panuaan tersebut, saat merawat lansia? Jawab: Perawat memiliki peranan untuk menjaga populasi lansia tentang cara mengurangi resiko gangguan penyakit yang merupakan penyebab utama kematian lansia. 1. Perawat diharapkan dapat memperhatikan kebersihan lansia untuk mempertahankan kesehatannya, karena kebersihan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya pnyakit/peradangan 2. Perawat juga melakukan pendekatan fisik yang lebih mendasar dengan memperhatikan komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar,makan,minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tidur, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan. (Susanto, 2013) Daftar pustaka
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Sumedi, T., Widayanti, E. D., Sukrillah, U. A., . . . Kuswati, A. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Retrieved from https://books.google.co.id/books? id=58gFDgAAQBAJ&pg=PA46&dq=teori+penuaan+disengagement&hl=id&sa=X&ve d=2ahUKEwjehoagyPDuAhWe8XMBHc_OD8sQ6AEwAnoECAQQAg#v=onepage&q =teori%20penuaan%20disengagement&f=falseSusanto, T. (2013). Keperawatan Gerontik. Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember.
Susanto, T. (2013). Keperawatan Gerontik. Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember.