Anda di halaman 1dari 23

Tumor / Kanker Tiroid

THYROID

I. PENDAHULUAN

Tumor/kanker tiroid merupakan neoplasma sistem endokrin yang terbanyak dijumpai.


Berdasarkan dari “Pathological Based Registration” di Indonesia kanker tiroid merupakan kanker
dengan insidensi tertinggi urutan ke sembilan. Penanganan pertama untuk suatu kanker adalah
kesempatan terbaik untuk pasien mencapai tingkat “kesembuhan” optimal. Demikian pula halnya
untuk kanker tiroid.

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam penatalaksanaan tumor/kanker tiroid


sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, perlu merevisi
protokol yang telah ada sehingga dapat menjadi panduan bersama dan dapat :
 Menyamakan persepsi dalam penatalaksanaan tumor/kanker tiroid.
 Bertukar informasi dalam bahasa dan istilah yang sama.
 Menjadi tolok ukur mutu pelayanan
 Menunjang pendidikan bedah umum dan pendidikan bedah onkologi
 Bermanfaat untuk penelitian bersama

Faktor risiko terjaidnya karsinoma tiroid adalah paparan radisai, intake yodium, stimulasi yang
kronik dari thyroid stimulating hormone ( di daerah endemi). Dari segi molekuler biologi adalah
perubahan pada RET-proto-oncogen dan ras oncogen memegang peran penting utuk terjadinya
karsinoma tiroid dan karsinoma medulare.

Kanker tiroid bersasal dari sel-sel folikuler mempunyau tingkat keganasan yang ber “range”
luas, mulai karsinoma tiroid berdiferensiasi sangat baik, tingkat keganasan yang rendh dan
berprognosis baik sampai pada tingkat yang berdiferensiasi buruk dan mempunyai prognosis yang
sangat buruk.
Kanker tiroid berasal dari se monoklonal, yang dalam pertumbuhannya akan membenetuk jaringan
tumor yanag heterogen (poli selular), artinya tidak semua sel kanker (tiroid) mempunyai sifat ,
kemampuan yang berbeda-beda, dan juga berbeda dalam ketergantungan pada hormon TSH
(thyroid stimulating hormone)

Penentuan prognosis dan manajemen karsinoma tiroid berdiferensiasi baik dibuat dalam
beberapa faktor:

 AMES : Age, Metastasis, Extent, Size


 AGES : Age, Grading histologis, Extent, Size, Metastasis
 MACIS : Metastasis, Age, Complete excision, Size
 MSKCC: Tumor Factors, Patient Factors
- High risk group (poor tumors & patient factors)
- Moderate risk (good tumor factors & bad patient factors or bad tumor factors & good
patient factors)
- Low risk factors (good tumor & patient factors)
Pasien dengan low risk karsinoma tiroid pada umumnya tidak memerlukan radioterapi atau
thyro-scan/ablation sehingga manejemen bedah tidak harus dilakukan tiroidektomi total dan tidak
semua pasien memerlukan terapi supresi. Pemberian hormon tiroksin pasca tiroidektomi total

18
Tumor / Kanker Tiroid

masih merupakan kontroversi apakah diperlukan sebagai adjuvant terapi ataukah sebagai terapi
substitusi.

II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI DAN SISTEM TNM

Klasifikasi Karsinoma Tiroid menurut WHO:


1. Tumor epitel maligna
- Karsinoma folikulare
- Karsinoma papilare
- Campuran karsinoma folikulare-papilare
- Karsinoma anaplastik ( undifferentiated )
- Karsinoma sel skuamosa
- Karsinoma Tiroid medulare

2. Tumor non-epitel maligna


- Fibrosarkoma
- Lain-lain

3. Tumor maligna lainnya


- Sarkoma
- Limfoma maligna
- Haemangiothelioma maligna
- Teratoma maligna

4. Tumor sekunder dan unclassified tumors

Rosai J membedakan tumor tiroid atas adenoma folikulare, karsinoma papilare, karsinoma
folikulare, “hurthle cell tumors“ , “clear cell tumors“, tumor sel skuamous, tumor musinus,
karsinoma medulare, karsinoma berdiferensiasi buruk dan “undifferentiated carcinoma “.
Untuk menyederhanakan penatalaksanaan Mc Kenzie membedakan kanker tiroid atas 4 tipe yaitu :
karsinoma papilare, karsinoma folikulare, karsinoma medulare dan karsinoma anaplastik.

19
Tumor / Kanker Tiroid

Klasifikasi Klinik TNM Edisi 6 - 2002

T-Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak didapat tumor primer
T1. Tumor dengan ukuran terbesar 2cm atau kurang masih terbatas
pada tiroid
T2 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4 cm masih
terbatas pada tiroid
T3 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada
tiroid atau tumor ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra tiroid
yang minimal (misalnya ke otot sternotiroid atau jaringan lunak
peritiroid)
T4a Tumor telah berkestensi keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut :
jaringan lunak subkutan, laring, trakhea, esofagus, n.laringeus recurren
T4b Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau arteri karotis
T4a* (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) masih terbatas pada tiroid #
T4b* (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) berekstensi keluar kapsul
tiroid$

Catatan :
Tumor multifokal dari semua tipe histologi harus diberi tanda (m) (ukuran
terbesar menentukan klasifikasi), contoh : T2(m)
*Semua karsinoma tiroid anaplastik/undifferentiated termasuk T4
#
Karsinoma anaplastik intratiroid – resektabel secara bedah
$
Karsinoma anaplastik ekstra tiroid irresektabel secara bedah

N Kelenjar Getah Bening Regional


Nx Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai
N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening

20
Tumor / Kanker Tiroid

N1a Metastasis pada kelenjar getah bening cervical Level VI


(pretrakheal dan paratrakheal, termasuk prelaringeal dan Delphian)
N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical unilateral, bilateral atau
kontralateral atau ke kelenjar getah bening mediastinal atas/superior

M Metastasis jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh

Terdapat empat tipe histopatologi mayor :


- Papillary carcinoma (termasuk dengan fokus folikular)
- Follicular carcinoma (termasuk yang disebut dengan Hürthle cell carcinoma)
- Medullary carcinoma
- Anaplastic/undifferentiated carcinoma

21
Tumor / Kanker Tiroid

Stadium klinis

Karsinoma Tiroid Papilare atau Folikulare Umur < 45 th

Stadium I Tiap T Tiap N M0


Stadium II Tiap T Tiap N M1

Papilare atau Folikulare umur > 45tahun dan Medulare

Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1,T2,T3 N1a M0
Stadium IVA T1,T2,T3 N1b M0
T4a N0,N1 M0
Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC Tiap T Tiap N M1

Anaplastik/Undifferentiated (Semua kasus stadium IV)

Stadium IVA T4a Tiap N M0


Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC TiapT TiapN M1

22
Tumor / Kanker Tiroid

III. PROSEDUR DIAGNOSTIK

A. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

1. Pengaruh usia dan jenis kelamin


Risiko malignansi : apabila nodul tiroid terdapat pada usia dibawah 20 tahun, dan diatas 50
tahun jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko malignansi lebih tinggi.
2. Pengaruh radiasi didaerah leher dan kepala
Radiasi pada masa kanak-kanan dapat menyebabkan malignansi pada tiroid kurang lebih 33 –
37%
3. Kecepatan tumbuh tumor
 Nodul jinak membesar tidak terlalu cepat
 Nodul ganas membesar dengan cepat
 Nodul anaplastik membesar sangat cepat
 Kista dapat membesar dengan cepat
4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher.
Keluhan gangguan menelan, perasaan sesak sesak, perubahan suara dan nyeri dapat
terjadi akibat desakan dan atau infiltrasi tumor.
5. Riwayat penyakit serupa pada famili/keluarga.
Bila ada, harus curiga kemungkinan adanya malignansi tiroid tipe medulare.
6. Temuan pada Pemeriksaan Fisik
 Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multiple dengan konsistensi
bervariasi dari kistik sampai dangan keras bergantung kepada jenis patologi anatomi (PA)
nya.
 Perlu diketahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional.
 Disamping ini perlu dicari ada tidaknya benjolan pada kalvaria, tulang belakang, klavikula,
sternum dll, serta tempat metastasis jauh lainnya yaitu di paru-paru, hati, ginjal dan otak.

B. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

 Human thyroglobulin, suatu penanda tumor (“tumor marker”) untuk keganasan tiroid;
jenis yang berdiferensiasi baik, terutama untuk follow up.
 Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHS untuk menilai fungsi tiroid
 Kadar calcitonin hanya untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler.

2. Pemeriksaan radiologis

 Dilakukan pemeriksaan foto paru posteroanterior, untuk menilai ada tidaknya


metastasis. Foto polos leher antero-posterior dan lateral dengan metode ”soft tissue
technique” dengan posisi leher hiperekstensi, bila tumornya besar. Untuk melihat ada
tidaknya mikrokalsifikasi.

23
Tumor / Kanker Tiroid

 Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke


esofagus.
 Pembuatan foto tulang dilakukan bila ada tanda-tanda metastasis ke tulang yang
bersangkutan.

3. Pemeriksaan ultrasonografi
Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara klinis belum
dapat dipalpasi. Disamping itu dapat dipakai untuk membedakan nodul yang padat dan kistik
serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsi aspirasi jarum halus.

4. Pemeriksaan sidik tiroid


Pemeriksaan sidik tiroid : bila nodul menangkap jodium lebih sedikit dari jaringan
tiroid yang normal disebut nodul dingin (cold nodule), bila sama afinitasnya maka
disebut nodul hangat (warm nodule) dan bila afinitasnya lebih maka disebut nodul
panas (hot nodule).
Karsinoma tiroid sebagian besar adalah nodule dingin. Sekitar 10 – 17 % struma dengan nodule
dingin ternyata adalah suatu keganasan.
Bila akan dilakukan pemeriksaan sidik tiroid maka obat-obatan yang mengganggu
penangkapan jodium oleh tiroid harus dihentikan selama 2 – 4 minggu sebelumnya.
Pemeriksaan sidik tiroid ini tidak mutlak diperlukan, jika tidak ada fasilitasnya, tidak usah
dikerjakan

5. Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)


Keberhasilan dan ketepatan pemeriksaan Bajah tergantung dari 2 hal yaitu: Faktor
kemampuan pengambilan sampel dan faktor ketepatan interpretasi oleh seorang sitolog
sehingga angka akurasinya sangat bervariasi.
Ketepatan pemeriksaan sitologi untuk kanker tiroid anaplastik, medulare dan papilare hampir
mendekati 100% tetapi untuk jenis folikulare hampir tidak dapat dipakai karena gambaran
sitologi untuk adenomatous goiter, adenoma folikuler dan adeno karsinoma folikuler adalah
sama, tergantung dari gambaran invasi ke kapsul dan vaskular yang hanya dapat dilihat dari
gambaran histopatologi.

6. Pemeriksaan Histopatologi
 Merupakan pemeriksaan diagnostik utama jaringan diperiksa setelah dilakukan tindakan
lobektomi atau isthmolobektomi
 Untuk kasus inoperabel, jaringan yang diperiksa diambil dari tindakan biopsi insisi

Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila:

 Usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun


 Riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak
 Disfagia, sesak nafas perubahan suara
 Nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras
 Ada pembesaran kelenjar getah bening leher
 Ada tanda-tanda metastasis jauh.

24
Tumor / Kanker Tiroid

IV. PENATALAKSANAAN NODUL TIROID

Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul tiroid tersebut suspek
maligna atau suspek benigna.

Bila nodul tersebut suspek maligna dibedakan atas apakah kasus tersebut operabel atau
inoperabel. Bila kasus yang dihadapi inoperabel maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan
pemeriksaan histopatologi secara blok parafin. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan
radiasi eksterna atau khemoradioterapi.

Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel dilakukan tindakan isthmolobektomi dan
pemeriksaan potong beku (VC ).

Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat :


1. Lesi jinak.
Maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi
2. Karsinoma papilare.
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi AMES.
- Bila risiko rendah tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi.
- Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3. Karsinoma folikulare.
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
4. Karsinoma medulare.
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
5. Karsinoma anaplastik.
- Bila memungkinkan dilakukan tindakan tiroidektomi total.
- Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking
dilanjutkan dengan radiasi eksterna atau khemoradioterapi.

Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan FNAB ( Biopsi Jarum Halus ).
Ada 2 kelompok hasil yang mungkin didapat yaitu :

1. Hasil FNAB suspek maligna, “foliculare Pattern” dan “Hurthle Cell”.

25
Tumor / Kanker Tiroid

Dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku


seperti diatas.
2. Hasil FNAB benigna.
Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax selama 6 bulan kemudian dievaluasi, bila
nodul tersebut mengecil diikuti dengan tindakan observasi dan apabila nodul tersebut tidak
ada perubahan atau bertambah besar sebaiknya dilakukan tindakan isthmolobektomi
dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.

26
Tumor / Kanker Tiroid

27
Tumor / Kanker Tiroid

Evaluasi dan terapi


Hiperfungsional
dilakukan
otonom untuk kondisi
Radio-iodine imaging tirotoksikosis (jarang
Nodul thyroid (+), thyroid uptake dan terjadi proses malignancy)
TSH rendah scan
Ditemukan nodul thyroid pada saat
pemeriksaan fisik/temuan insidental
Hipofungsional
pada pmeriksaan imaging:
thyroid
1. Lakukan pemeriksaan TSH
2. USG thyroid dan leher Nodul thyroid (+), Pertimbangkan untuk
TSH FNA / dilakukan FNA
normal/meningkat berdasar hasil temuan
pada saat USG

Temuan radiologis indikasi FNA

NODUL SOLID
DENGAN FITUR KEGANASAN ( > = 1CM)
TANPA FITUR KEGANASAN ( > = 1,5CM)
NODUL KISTIK-SOLID
DENGAN FITUR KEGANASAN (KOMPONEN SOLID >1CM)
TANPA FITUR KEGANASAN (KOMPONEN SOLID (>1,5CM)
NODUL SPONGIFORM DENGAN UKURAN >= 2CM
SIMPLE CYST TIDAK DI-INDIKASIKAN UNTUK FNA KECUALI SEBAGAI TINDAKAN TERAPEUTIK
NODUL LIMFATIK LEHER YANG CURIGA GANAS (DILAKUKAN FNA PADA NODUL LIMFATIK DAN
NODUL THYROID)

Suspicious sonographic features on thyroid nodule


HIPOEKOIK
MIKROKALSIFIKASI
INFILTRATIVE MARGINS
TALLER THAN WIDE PADA POTONGAN TRANVERSAL
TEMUAN LOW RISK: NODULE SPONGIFORM, NODUL SOLID
ISOEKOIK/HIPEREKOIK, NODULE CAMPURAN SOLID-KISTIK TANPA TEMUAN LAIN

Suspicious sonograhic features on lymph nodes


HIPOEKOIK
BENTUK BULAT
HILANGNYA FATTY HILLUM
KISTIK/SEBAGIAN KISTIK
DAN/ATAU MIKROKALSIFIKASI

28
Tumor / Kanker Tiroid

Bagan Penatalaksanaan Nodul Tiroid


Bagan I

Nodul Tiroid

Klinis

Suspek Maligna Suspek Benigna

Inoperabel Operabel
FNAB

Biopsi Insisi Isthmolobektomi

Lesi jinak VC Suspek maligna Benigna


Folikulare pattern
Hurthle cell

Papilare Folikulare Medulare Anaplastik


Supresi TSH
6 bulan

Risiko Risiko
Rendah Tinggi Membesar Mengecil

29
Tumor / Kanker Tiroid

Tidak ada
Perubahan

Debulking

Observasi Tiroidektomi total Radiasi eksterna/


Khemotherapi

Bila di pusat pelayanan kesehatan tidak terdapat fasilitas pemeriksaan potong beku
maupun maka dilakukan tindakan lobektomi/isthmolobektomi dengan pemeriksaan blok
parafin dan urutan penanganan nodul tiroid dapat mengikuti bagan dibawah ini.
Bagan Penatalaksanaan Alternatif Nodul Tiroid
Bagan II

Nodul Tiroid

Klinis

Suspek Maligna Suspek Benigna

Inoperabel Operabel
Observasi

Biopsi Insisi Lobektomi


Isthmolobektomi -Gejala penekanan

30
Tumor / Kanker Tiroid

-Terapi konservatif
Blok paraffin supresi TSH gagal
-Kosmetik
Lesi jinak Ganas

Operasi selesai

Papilare Folikulare Medulare Anaplastik

Risiko Risiko
Rendah Tinggi

Debulking
Observasi Tiroidektomi total
Radiasi eksterna
/Khemotherapi

Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metastasis Regional.

31
Tumor / Kanker Tiroid

Dipastikan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi operabel atau inoperabel. Bila inoperabel
tindakan yang dipilih adalah dengan radioterapi eksterna atau dengan khemoradioterapi dengan
memakai Adriamicin. Dosis 50-60mg/m2 luas permukaan tubuh ( LPT )
Bila kasus tersebut operabel dilakukan penilaian infiltrasi kelenjar getah bening terhadap jaringan
sekitar.
Bila tidak ada infiltrasi dilakukan tiroidektomi total( TT) dan “ Functional RND”
Bila ada infiltrasi pada n.Ascesorius dilakukan TT + RND standar.
Bila ada infiltrasi pada vena Jugularis interna tanpa infiltrasi pada n. Ascesorius dilakukan TT +
RND modifikasi 1.
Bila ada infiltrasi hanya pada m. Sternocleidomastoideus dilakukan TT + RND modifikasi 2.

Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastasis Regional


Bagan III

KT + Metastasis Regional

Inoperabel Operabel

Infiltrasi ke

N.Acessorius V.Jugularis M.Sterno Infiltrasi


Interna cleidomas (-)
toideus

Radioterapi TT + RND TT + RND TT + RND TT + RND


Khemoradio Standar Modif. 1 Modif 2 “Functional”

32
Tumor / Kanker Tiroid

terapi

Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metasasis Jauh

Dibedakan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi berdiferensiasi baik atau buruk.
Bila berdiferensiasi buruk dilakukan khemoterapi dengan adriamicin.
Bila berdiferensiasi baik dilakukan TT + radiasi interna dengan I 131 kemudian dinilai dengan sidik
seluruh tubuh, bila respon (+) dilanjutkan dengan terapi supresi / subtitusi.

Syarat untuk melakukan radiasi interna adalah : tidak boleh ada jaringan tiroid normal yang akan
bersaing dalam afinitas terhadap jaringan radioaktif. Ablatio jaringan tiroid itu bisa dilakukan
dengan pembedahan atau radio ablatio dengan jaringan radioaktif .

Bila respon (-) diberikan khemoterapi adriamicin.


Pada lesi metastasisnya, bila operabel dilakukan eksisi luas.

Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastasis Jauh


Bagan IV

KT + Metastasis Jauh

Diferensiasi Buruk Diferensiasi Baik

TT + Radiasi interna

33
Tumor / Kanker Tiroid

Khemoterapi Respon (-) Respon (+)

Terapi supresi
& substitusi

V. FOLLOW UP

A. Karsinoma Tiroid Berdiferensiasi Baik

Empat minggu setelah tindakan TT dilakukan pemeriksaan sidik seluruh tubuh.


 Bila masih ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan ablasio dengan I131 kemudian
dilanjutkan dengan terapi substitusi /supresi dengan Thyrax sampai kadar TSHs ≤ 0,1
 Bila tidak ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan terapi substitusi/supresi.

Setelah 6 bulan terapi substitusi / supresi dilakukan pemeriksaan sidik seluruh


tubuh dengan terlebih dahulu menghentikan terapi substitusi selama 4 minggu
sebelum pemeriksaan.

 Bila terdapat metastasis jauh, dilakukan radiasi interna I131 dilanjutkan terapi
substitusi/supresi.
 Bila tidak ada metastasis terapi substistusi /supresi dilanjutkan dan pemeriksaan sidik
seluruh tubuh diulang setiap tahun selama 2 -3 tahun dan bila 2 tahun berturut –turut
hasilnya tetap negatif maka evaluasi cukup dilakukan 3-5 tahun sekali.

Dalam follow up KT diferensiasi baik, pemeriksaan kadar human tiroglobulin dapat dipakai
sebagai petanda tumor untuk mendeteksi kemungkinan adanya residif tumor.

Bagan Follow Up Kanker Tiroid Berdiferensiasi baik


Bagan V

34
Tumor / Kanker Tiroid

Tiroidektomi Total

4 minggu
Sidik tiroid

Sisa jaringan tiroid (+) Sisa jaringan tiroid (-)

Ablasi Terapi supresi/ Radiasi


Substitusi interna

6 bulan
Sidik seluruh tubuh

Metastasis (-) Metastasis (+)

B. Karsinoma Tiroid Jenis Medulare

Tiga bulan setelah tindakan tiroidektomi total atau tiroidektomi total + diseksi leher sentral,
dilakukan pemeriksaan kalsitonin.

 Bila kadar kalsitonin rendah atau 0 ng/ml dilanjutkan dengan observasi,


 Bila kadar kalsitonin ≥ 10 ng/ml dilakukan pemeriksaan CT scan, MRI untuk mencari
rekurensi lokal atau dilakukan SVC ( Selecture Versus Catheterition ) pada tempat-tempat
yang dicurigai metastasis jauh yaitu paru-paru dan hati.

Ada 3 rangkaian yang diteruskan :

35
Tumor / Kanker Tiroid

1. Tidak didapatkan tanda-tanda residif, maka cukup di observasi untuk 3 bulan kemudian
diperkirakan kadar kalsitenin
2. Terdapat residif lokal, maka harus dilakukan re eksisi
3. Terdapat metastasis jauh harus dinilai apakah operabel atau inoperabel. Bila operabel
dilakukan eksisi, bila inoperbel tindakan yang dilanjutkan hanya paliatif

Bagan Follow Up Karsinoma Tiroid Jenis Medulare


Bagan VI

Tiroidektomi Total

3 bulan pasca operasi periksa


- Kalsitonin

Kadar Kalsitonin Rendah / 0 Kadar Kalsitonin ≥ 10 ng/ml

Observasi CT Scan, MRI, SVC

Residif Lokal (-) Residif Lokal (+) Metastasis Jauh

Re Eksisi Operabel Inoperabel

Eksisi Paliatif

36
Tumor / Kanker Tiroid

KEPUSTAKAAN

1. Burch H.B, Evaluation and Management of The Solid Thyroid Nodule, in Burman K.D;

Endocrinology and Metabolism Clinics of North America 1995, 24: 4 pp 663 – 710

2. Cady B, Rossi RL., Differentiaded Carcinoma of Thyroid Gland in. Cady B., Surgery of

The Thyroid and Parathyroid Blands, 3rd ed, with Saunders Philadelphia, 1991, pp 139-151.

3. Collin SL. Thyroid Cancer: Controversies and Etiopathogenesis in Falk S.A. Thyroid

Disease Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine and Radiotherapy, 2 nd ed, Lippincott-

Raven, Philadelphia, 1997, pp 495 – 564.

4. Donovan DT, Gabel R.F. Medullary Thyroid Carcinoma and The Multiple Endocrine

Neoplasia Syndrome in Falk SA Thyroid Disease Endocrinology, Surgery, Nuclear

Medicine and Radiotherapy, 2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia, 1977, 619-644

5. Fraker D.L, Skarulis M., Livolsi V, Thyroid Tumors in De vita Jr. V.T., Hellen S.

Rosenberg SA; Cancer Principles Practise of Oncology, 6 th ed, Lippincott Williams &

Wilkins, Philadelphia, 2001, pp 1940-1760.

6. From G. L N. Lawson VG : Solitary Thyroid Nodule : Concept in Diagnosis and treatment

in Falk S.A. Thyroid Disease Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine and

Radiotherapy, 2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia, 1997, pp 411-429.

7. Harmanek P and Sobin LH TNM Classification of Malignant Tumour. 4 th ed International

Union Against Cancer. Springer-Verlag. 1987 pp 33-36

8. Masjhur JS. Protokol pengobatan karsinoma tiroiddenga Iodium radioaktif. Prosiding

Endokrinologi Klinik II. Masjhur JS dan Kariadi SHK ( Eds). Kelompok Studi

37
Tumor / Kanker Tiroid

Endokrinologi dan Penyakit Metabolik Fak.Kedokteran Universitas Padjadjaran / RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung. 1995:R1-14

9. Sadler G. P et al, Thyroid and Parathyroid in Schwartz S.I et al :Principles of Surgery 7 th

ed, The Mc Graw Hill, St. Louis, 1999, pp.1681-1694.

10. Strong E.W; Evaluation and Surgical Treatment of Papillary and Follicular Carcinoma in

Falk S.A. Thyroid Disease Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine and Radiotherapy,

2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia, 1997, pp 565 – 586.

11. St. Lous J.D et al, Follicular Neoplasm: Dec Role for Observation, Fine Needle Aspiration

Biopsy, Thyroid Susppressions and Surgery, Seminars in Surgical Oncology 1999, 16:5-

11.

12. Whine RM Jr, : Thyroid in Myers EM; Head and Neck Oncology Diagnosis, Treatment

and Rehabilitation, S ed, Little, Brown and Company Boston/Toronto/Canada, 1991, pp

299-310

13. Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P,

O’Sullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5 th ed ,

Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 59-64

14. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6 th ed, New

York, Wiley-Liss, 2002, 52-56

15. Fraker D L, Skarulis M, Livolsi V, Thyroid Tumors, in DeVita Jr V T, Hellman S,

Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6 th ed, Philadelphia,

Lippincott-Raven, 2001, 1740-1762

16. Schlumberger M, Tubiana M, Chanson P, Schaison G, Canceer of the Endocrine Glands, in

Rubin P, Williams J P, Clinical Oncology A Multidisciplinary Approach for Physicians

and Students, 8th ed, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 2001, 649-764

17. Collins S L, Thyroid Cancer: Controversies and Etiopathogenesis, in Falk S A (ed),

Thyroid Disease, Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine, and Radiotherapy, 2 nd ed,

Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 495-564

38
Tumor / Kanker Tiroid

18. Strong E W, Evaluation and Surgical Treatment of Papillary and Follicular Carcinoma, in

Falk S A (ed), Thyroid Disease, Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine, and

Radiotherapy, 2nd ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 565-586

19. Schlumberger M, Parmentier C, de Vathaire F, Tubiana M, Iodine-131 and External

Radiation in the Treatment of Local and Metastatic Thyroid Cancer, in Falk S A (ed),

Thyroid Disease, Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine, and Radiotherapy, 2 nd ed,

Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 601-618

20. Donovan D T, Gager R F, Medullary Thyroid Carcinoma and the Multiple Endocrine

Neoplasia Syndromes, in Falk S A (ed), Thyroid Disease, Endocrinology, Surgery, Nuclear

Medicine, and Radiotherapy, 2nd ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 619-644

21. Audeh M W, Memsic L, Silberman A, Anaplastic Carcinoma, Lymphoma, Unusual

Malignancies, and Chemotherapy for Thyroid Cancer, in Falk S A (ed), Thyroid Disease,

Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine, and Radiotherapy, 2nd ed, Philadelphia,

Lippincott-Raven, 1997, 645-656

22. Weigel R J, Thyroid, in Norton J A, Bollinger R R, Chang A E, Lowry S F, Mulvihill S J,

Pass H I, Thompson R W (ed), Surgery: Basic Science and Clinical Evidence, New York,

Springer Verlag, 2000, 879-896

LAMPIRAN

1. Karsinoma tiroid berdiferensiasi buruk adalah KT anaplastik dan medulare


2. Karsinoma tiroid berdiferensiasi baik adalah KT papilare dan folikulare

39
Tumor / Kanker Tiroid

Dibedakan atas kelompok risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi AMES (age,
metastatic disease, extrathyroidal extension, size)
Risiko rendah :
a. - Laki-laki umur < 41 th, wanita < 51 th
- Tidak ada metastasis jauh
b. - Laki-laki umur > 41 th, wanita > 51 th
- Tidak ada metastasis jauh
- Tumor primer masih terbatas didalam tiroid untuk karsinoma
papilare atau invasi kapsul yang minimal untuk karsinoma folikulare
- Ukuran tumor primer < 5 cm
Risiko tinggi :
a. Semua pasien dengan metastasis jauh
b. Laki-laki umur < 41th, wanita < 51 th dengan invasi kapsul yang luas pada
karsinoma folikulare
c. Laki-laki umur > 41 th, wanita >51 th dengan karsinoma papilare invasi ekstra
tiroid atau karsinoma folikulare dengan invasi kaspul yang luas dan ukuran tumor
primer ≥ 5 cm.
3. Tiroidektomi totalis artinya semua kel. tiroid diangkat.
4. Near total thyroidectomy artinya isthmolobektomi dekstra dan lobektomi subtotal sinistra dan
sebaliknya, sisa jaringan tiroid masing-masing 1 – 2 gram
5. Tiroidektomi subtotal bilateral artinya mengangkat sebagian besar tiroid lobus kanan
dan sebagian besar lobus kiri sisa jaringan tiroid masing-masing 2 - 4 gram
6. Isthmolobektomi artinya mengangkat isthmus juga, karena batas isthmus itu “imaginer”
melewati pinggir tepi trachea c.l.(kontra lateral)
7. Lobektomi artinya mengangkat satu lobus saja atau secara rinci :
a. Lobektomi totalis dekstra atau lobektomi totalis sinistra.
b. Lobektomi subtotal dekstra artinya mengangkat sebagian besar lobus kanan, sisa 3
gram.
c. Lobektomi subtotal saja tidak dilakukan sendiri tanpa 7 a.
Catatan : pada pengangkatan kelenjar tiroid yang disebutkan diatas dengan sendirinya
bila ada tumor harus diangkat.
Istilah “strumectomy” tidak dipakai karena kemungkinan memberikan pengertian yang salah,
seolah-olah hanya benjolan saja yang diangkat.
Istilah “enukleasi” artinya pengangkatan rodulnya saja, dan cara ini tidak dibenarkan pada
pembedahan tiroid.
8. RND (Diseksi leher radikal) Standar
Pengangkatan seluruh jaringan limfoid didaerah leher sisi ybs dengan menyertakan
pengangkatan n. ascesorius, v. jugularis ekterna dan interna, m. sternocleidomastoideus dan
m.omohyodius dan kelenjar ludah submandibularis dan “tail parotis”
9. RND modifikasi 1 : RND dengan mempertahankan n.ascessorius
10. RND modifikasi 2 : RND dengan mempertahankan n.ascessorius dan v. jugularis interna
11. RND functional : RND dengan mempertahankan n.ascessorius ,v. jugularis interna dan m.
sternocleidomastoideus

40

Anda mungkin juga menyukai