Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

Sistem Informasi
dan Pengendalian
Internal
Konsep dan Komponen Basis Data

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

03
Ekonomi & Bisnis Akuntansi 84056 Dr. Erna Setiany, SE, M.Si.

Abstract Kompetensi
Basis Data Mampu memahami dan menjelaskan
konsep basis data
Konsep dan Komponen Basis Data
PENDAHULUAN
Modul ini akan membahas pendekatan database untuk mengelola sumber daya data
organisasi. Model database merupakan sebuah filosofi khusus yang pencapaian tujuannya
didukung oleh strategi-strategi, teknik, perangkat keras, dan perangkat lunak tertentu yang
sangat berbeda dengan lingkungan flat file.
Penjelasan terdahulu telah menjelaskan perbedaan antara dua pendekatan
manajemen data: model flat file dan model database. Oleh karena cara terbaik untuk
menunjukkan keunggulan model database adalah membandingkannya dengan model flat
file,
 Bagian pertama, menjelaskan bagaimana masalah-masalah tradisional dalam flat file
diatasi melalui pendekatan database.
 Bagian kedua, menjelaskan dengan rinci fungsi dan relasi antara empat elemen utama
dari lingkungan database: pemakai (user), sistem manajemen database (DBMS), ad-
ministrator database (DBA), dan database fisik (DBF).
 Bagian ketiga, berbicara tentang karakteristik dari model relasional.

FLAT FILE VERSUS PENDEKATAN DATABASE


Gambar 9-1 memperlihatkan pendekatan flat file dalam manajemen data. Dalam
lingkungan ini, pemakai memiliki file-file data mereka. Kepemilikan eksklusif terhadap data
ini merupakan konsekuensi alami dari dua masalah yang berkaitan dengan era sistem-
warisan (legacy-system era) sebagai berikut:
 Masalah pertama adalah kultur bisnis yang menimbulkan hambatan di antara unit-unit
organisasi, yang menghalangi integrasi data secara luar dalam suatu entitas.
 Masalah kedua berasal dari keterbatasan teknologi manajemen flat file yang
mensyaratkan file data harus distrukturkan untuk kepentingan unik pemakainya. Jadi,
data sama, tetapi digunakan dengan cara yang agak berbeda oleh para pe-makai yang
berbeda, harus distruktur ulang dan diproduksi ulang secara fisik di dalam file-file yang
berbeda.

Untuk lebih jelasnya, file-file itu berisi gambar-gambar yang secara konsep-tual
dilambangkan dengan huruf-huruf. Setiap huruf menunjukkan satu atribut data (field), satu
record, atau isi seluruh file. Perhatikan juga bahwa data elemen B ter-dapat dalam semua
file pemakai. Ini disebut dengan pemborosan data (data redundancy), yang menjadi
penyebab utama dari masalah-masalah manajemen data penting dalam tiga bidang:
 penyimpanan data (data storage),

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
 pembaruan data (data updaring), dan
 kekinian informasi (currency of information).

Di dalam setiap bidang ini, dan dalam masalah keempat, ketergantungan tugas-data
(task-data dependency), yang tidak langsung berkaitan dengan pem-borosan data,
dijelaskan di bawah ini.

Gambar 9-1. Manajemen Data Flat File

Transaksi Pemakai 1
Program 1 A, B, C

Transaksi Pemakai 2 Program 1 X, B, Y

Transaksi Pemakai 3 Program 1 L, B, M

Penyimpanan Data
Sistem informasi yang efisien hanya satu kali menangkap dan menyimpan data dan
membuatnya tersedia ke semua pemakai yang membutuhkannya. Hal ini tidak mungkin
terjadi dalam lingkungan flat file. Untuk memenuhi kebutuhan data khusus dari setiap
pemakai, organisasi harus mengeluarkan biaya untuk prosedur pengumpulan majemuk dan
untuk prosedur penyimpanan majemuk. Sebagian data yang digunakan bersama akan
diduplikasi lusinan kali, ratusan kali, atau bahkan ribuan kali sehingga biaya penyimpanan
datanya menjadi sangat tinggi.

Pembaruan Data
Organisasi-organisasi memiliki banyak sekali data yang disimpan dalam file-file induk
dan file-file referensi yang memerlukan pembaruan periodik agar mencer-minkan perubahan
operasional dan ekonomi. Misalnya, perubahan nama atau alamat seorang pelanggan harus
terekam dalam file induk yang tepat. Sepotong informasi ini mungkin penting bagi beberapa
departemen pemakai, seperti departemen pen-jualan, penagihan, kredit, pelayanan
pelanggan, promosi penjualan, dan pen-jualan katalog. Jika para pengguna sistem informasi
memiliki file-file yang terpisah, setiap perubahan harus dilakukan secara terpisah untuk
setiap pemakai. lni tentunya akan menambah biaya manajemen data secara signifikan.

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Kekinian Informasi
Kontras dengan masalah pembaruan data majemuk adalah masalah gagalnya
memperbarui semua file pemakaian yang dipengaruhi oleh perubahan data tertentu. Jika
pesan pembaruan ini tidak disebarkan dengan benar, sebagian pemakai mungkin tidak
mencatat perubahan tersebut, dan kemudian akan melakukan pe-kerjaan dan mengambil
keputusan berdasarkan data yang sudah usang.

ketergantungan tugas-data
Masalah lain flat file adalah ketidakmampuan pemakai untuk mendapatkan informasi
tambahan ketika dia memerlukan perubahan. Masalah ini disebut keter-gantungan tugas-
data. Informasi yang dimiliki pemakai terbatas oleh data yang di-miliki dan dikontrolnya.
Misalnya, dalam Gambar 9-1, jika kebutuhan informasi dari Pemakai 1 adalah untuk
perubahan Data L, program Pemakai 1 tidak akan men-dapatkan akses ke data ini.
Walaupun Data L ada dalam file-file pemakai lain, ingat kembali kultur lingkungan ini. Para
pemakai sistem informasi ini tidak saling berinteraksi. Mereka bertindak secara independen.
Dengan demikian, Pemakai 1 mungkin tidak menyadarinya adanya Data L di dalam bagian
lain organisasi. Di dalam lingkungan ini, sulit untuk membangun sebuah mekanisme formal
untuk penggunaan data secara bersama. Oleh karena itu, Data L harus diciptakan oleh
Pemakai 1 dari awal. Ini tentu saja memakan waktu, membatasi kinerja Pemakai 1,
menambah pemborosan data, dan biaya manajemen data pun menjadi lebih tinggi.

Pendekatan Database
Gambar 9-2(a) menyajikan sebuah ulasan sederhana tentang pendekatan database
dengan pemakai dan keperluan data yang sama seperti dalam Gambar 9-1. Perubahan
paling jelas dari model flat file adalah pengelompokan data menjadi se-buah database
umum yang dapat digunakan secara bersama oleh semua pengguna sistem informasi.

Masalah-Masalah Tradisional Diatasi


Penggunaan data secara bersama-sama (tidak adanya kepemilikan data)
merupakan konsep utama dari pendekatan database. Mari kita lihat bagaimana masalah-
masalah ini diatasi.
 Tidak ada kelebihan data. Setiap elemen data disimpan hanya sekali sehingga
menghilangkan pemborosan data dan mengurangi biaya penyimpanan data.
 Satu kali pembaruan data. Karena setiap elemen data hanya terdapat pada satu tempat,
dibutuhkan hanya satu kali pembaruan data.
 Nilai kekinian data. Perubahan terhadap database yang dilakukan oleh seorang pemakai
akan berlaku bagi semua pemakai.

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
 Saling ketergantungan (interdependensi) tugas-data. Para pemakai memiliki akses
sepenuhnya ke wilayah penyimpanan data informasi.

Mengontrol Akses Ke Database


Pendekatan database menempatkan semua informasi dalam satu keranjang. Oleh
karena itu renting sekali untuk menjaga keranjang itu. Contoh dalam Gambar 9-2(a) tidak
memiliki ketentuan untuk mengontrol akses ke database. Asumsikan Data X itu merupakan
informasi yang sensitif dan rahasia dan hanya Pemakai 3 yang diberi otorisasi untuk
mengaksesnya. Bagaimana organisasi dapat mencegah pemakai lain untuk mendapatkan
akses yang tidak sah terhadap informasi tersebut?

Sistem Manajemen Database


Gambar 9-2(b) menambah elemen baru dalam Gambar 9(a). Yang berdiri di antara
program pemakai dan database fisik adalah sistem manajemen database (DBMS-Database
Management System). Tujuan DBMS adalah untuk menyediakan kontrol akses terhadap
database. DBMS merupakan sebuah sistem perangkat lunak khusus yang diprogram untuk
mengetahui elemen data mana yang bisa diakses (mendapatkan otorisasinya) oleh
pemakai. Program pemakai mengirimkan permintaan data kepada DBMS, yang mensahkan
dan mengotorisasi akses ke database, sesuai dengan tingkat otoritas pemakai. Jika
pemakai meminta data yang dia tidak punya otoritasnya, permintaan itu akan ditolak. Jadi,
prosedur untuk menetapkan otoritas pemakai sistem informasi di dalam sebuah organisasi
merupakan masalah kontrol penting yang harus diperhatikan oleh seorang akuntan.

Tiga Model Konseptual


Pendekatan database yang biasa digunakan oleh sistem informasi bisnis adalah
 model hierarkis
 model jaringan
 model relasional

Karena kemiripan konseptual tertentu, database hierarki dan jaringan disebut


sebagai model-model navigasional dan strukturisasi. Cara data diorganisir dalam sistem-
sistem database awal ini mendorong para pemakai untuk menjelajahi (navigate) di antara
elemen-elemen data dengan menggunakan jalur-jalur yang sudah distruktur sebelumnya.
Model relasional jauh lebih fleksibel karena memung-kinkan para pemakainya menciptakan
jalur yang baru dan unik melalui database untuk memecahkan masalah-masalah bisnis yang
lebih luas cakupannya.

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 9-2(a) Konsep Database

Transaksi Pemakai 1
Program 1
A, B, C, X, Y,
L, M
Transaksi Pemakai 2 Program 2

Transaksi Pemakai 3 Program 3

Gambar 9-2(b) Konsep Database

Transaksi Pemakai 1
Program 1
D A, B, C,
X, Y, L, M
Transaksi Pemakai 2 Program 2 B

M
Transaksi Pemakai 3 Program 3
S

ELEMEN-ELEMEN LINGKUNGAN DATABASE


Gambar 9-3 menampilkan rincian lingkungan database dalam empat elemen utama:
pemakai, DBMS, administrator database, dan database fisik. Dalam bagian ini kami akan
menjelaskan elemen-elemen ini.
Pemakai
Gambar 9-3 menunjukkan bagaimana para pemakai mengakses database dalam
dua cara:
 Pertama, akses tersebut dapat dicapai melalui program-program pemakai yang di-
siapkan oleh profesional sistem. Program-program yang dimiliki pemakai me-ngirim
permintaan akses data (panggilan) ke DBMS, yang mensahkan permintaan tersebut dan
mengambil data untuk diproses. Dengan cara akses seperti ini, ke-hadiran DBMS
menjadi transparan bagi para pemakai.
 Kedua untuk akses database adalah melalui pertanyaan langsung, yang tidak me-
merlukan program-program formal dari pemakai. DBMS memiliki fasilitas per-tanyaan di
dalamnya yang memungkinkan para pemakai (yang memiliki otoritas) untuk memproses
data secara independen dari program-program profesional.

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 9-3. Elemen-elemen Konsep Database

Administrator
Permintaan yang diajukan
Database

Proses
Pengembangan
ke sistem

Sistem

DBMS
Transaksi Program Bahasa Host
Pemakai Difinisi Data Operating
(DDL) System
Pemakai Sistem

Transaksi Program
Bahasa
Pemakai
Manipulasi
Program Data (DML)
Transaksi
Pemakai Bahasa Database
Query
Program
Transaksi Fisik
Pemakai

Sistem Manajemen Database


DBMS menyediakan sebuah lingkungan yang terkontrol untuk membantu (atau
mencegah) pemakai mengakses database dan untuk secara efisien mengelola sumber
daya. Setiap model DBMS mencapai tujuan ini dengan cara yang berbeda, tetapi ada
beberapa ciri yang umum, di antaranya:
1. Pengembangan program. DBMS berisi perangkat lunak pengembangan aplikasi.
2. Backup dan pemulihan. Selama pemrosesan, DBMS secara periodik membuat file-file
backup untuk database fisik.
3. Penggunaan database untuk pelaporan. Fitur ini mencatat data statistik tentang data-
data yang sedang digunakan, dan siapa yang menggunakannya.
4. Akses database. Fitur yang paling penting dari DBMS adalah mengizinkan pe-makai
yang memiliki otorisasi untuk mengakses database. Gambar 9-3 menun-jukkan tiga
modul perangkat lunak, antara lain:
 bahasa definisi data (DDL-data definition language)
 bahasa manipulasi data (DML-data manipulation language) dan
 bahasa query (QL-query language).

Bahasa Definisi Data (DDL-Data Definition Language) adalah sebuah bahasa program

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
yang digunakan untuk mendefinisikan database fisik ke DBMS. Terdapat tiga tingkat,
disebut sudut pandang (view), dalam definisi ini: sudut pandang internal, sudut pandang
konseptual (skema), dan sudut pandang pemakai (subskema).
- Sudut Pandang Internal. Sudut pandang internal (internal view) menyajikan
pengaturan record secara fisik dalam database. lni merupakan penyajian ting-kat
paling rendah, di mana satu langkah dipindahkan dari database fisik. Sudut pandang
internal ini menjelaskan struktur record, hubungan di antara mereka, dan pengaturan
fisik serta urutan record dalam satu file.
- Sudut Pandang Konseptual (Skema). Sudut pandang konseptual atau skema
menyajikan database secara logika dan secara abstrak, bukan bagaimana database
itu secara fisik disimpan. Sudut pandang ini memungkinkan prog-ram-program
pemakai untuk memanggil data tanpa mengetahui atau tanpa perlu menspesifikasi
bagaimana data-data itu diatur atau kapan mereka di-simpan dalam database fisik.
- Sudut Pandang Pemakai (Subskema). Sudut pandang pemakai (user view)
mendefinisikan bagaimana seorang pemakai tertentu melihat database. lni adalah
bagian dari database di mana seorang pemakai individual memiliki oto-risasi untuk
mengaksesnya.

Bahasa Manipulasi Data (DML-Data Manipulation Language) adalah bahasa program


yang dimiliki sendiri, yang digunakan oleh DBMS tertentu untuk meng-ambil,
memproses, dan menyimpan data. Keseluruhan program data dapat ditulis dalam DML
atau, dengan cara lain, perintah-perintah dari DML terpilih dapat disisipkan ke dalam
program-program yang tertulis dengan bahasa universal, seperti PL/1, COBOL, dan
FORTRAN. Menyisipkan perintah-perintah DML memb-uat program-program standar
mampu, yang pada awalnya ditulis untuk lingkung-an flat file, diubah dengan mudahnya
ke pekerjaan dalam sebuah lingkungan database.

Bahasa Query (Query Language). Kemampuan query DBMS memungkinkan pe-makai


akhir dan pemrogram profesional untuk mengakses data dalam database secara
langsung tanpa perlu program-program konvensional. Bahasa Query Terstruktur (SQL)
dari IBM (Structured Query Language - SQL diucapkan, sekuel) telah menjadi bahasa
query standar untuk DBMS mainframe dan komputer-mikro. SQL merupakan bahasa
generasi keempat, merupakan bahasa non-prose-dural dengan banyak perintah
merupakan perangkat yang sangat berguna untuk menginput, mengambil, dan
memodifikasi data dengan mudahnya.

Administrator Database

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Posisi administratif dari administrator database (DBA -- Database Administrator)
tidak ada dalam lingkungan flat file. DBA ini bertanggung jawab untuk me-ngelola sumber
daya database. Penggunaan database secara bersama-sama oleh banyak pemakai
memerlukan koordinasi, peraturan, dan petunjuk untuk melindungi integritas database.
Dalam organisasi-organisasi besar, fungsi DBA mungkin terdiri atas seluruh anggota
departemen personalia teknik yang berada di bawah tanggung jawab se-orang administrator
database. Dalam organisasi-organisasi yang lebih kecil, tang-gung jawab DBA terletak di
tangan seseorang yang berada dalam kelompok pelayan-an komputer. Tugas-tugas
seorang DBA terletak pada bidang-bidang berikut ini: perencanaan database; desain
database; implementasi database; operasi dan peme-liharaan database; dan perubahan
serta pertumbuhan database. Tabel 9.1 me-nampilakn rincian tugas-tugas spesifik yang ada
dalam wilayah-wilayah pekerjaan tersebut.
Gambar 9-6 menunjukkan sebagian penghubung organisasi dari DBA. Secara
khusus, yang penting dilihat di sini adalah relasi antara DBA, pemakai akhir, dan para
ahli/profesional sistem yang terdapat di dalam organisasi

Gambar 9-6 Interaksi Organisasi dari Administrasi Database

Manajemen

Pemakai Akhir Administrator Profesional


Sistem
Database

Kegiatan
Operasi

Tabel 9-7, Fungsi-fungsi Administrator Database


Perencanaan Database: Implementasi :
Mengembangkan strategi Menentukan kebijakan
database organisasi akses
Mendefinisikan lingkungan Menerapkan kontrol
database keamanan
Mendefinisikan persyaratan Menspesifikasi prosedur
data tes
Mengembangkan kamus data Menetapkan standar

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
pemrograman
Desain: Operasi dan
Database logis(skema) Pemeliharaan :
Sudut pandang pemakai Mengorganisasikan
eksternal (subskema) kembali database jika
Database sudut pandang dibutuhkan oleh pemakai.
internal Memeriksa standar dan
Kontrol database prosedur.
Perubahan dan
Pertumbuhan :
Menrencanakan
perubahan dan
pertumbuhan
Mengevaluasi teknologi
baru

Kamus Data. Fungsi penting lainnya dari DBA adalah penciptaan dan pemeliharaan
kamus data. Kamus data menjelaskan setiap elemen data yang terdapat dalam database.
Fungsi ini memungkinkan semua pemakai (dan pemrogram) untuk berbagi pandangan
umum terhadap sumber daya data sehingga sangat mem-bantu dalam menganalisis
kebutuhan pemakai.

Database Fisik
Pendekatan ini merupakan tingkat terendah dari database. Database fisik tersusun
dari titik-titik mangnetis pada disket magnetis. Tingkat database lainnya (sudut pandang
pemakai, sudut pandang konseptual, dan sudut pandang internal) merupakan representasi
abstrak dari tingkat fisik.
Di tingkat fisik, database merupakan kumpulan record dan file. Database relasional
didasarkan pada struktur file sekuensial dengan indeks (index sequential file). Struktur ini,
ditampilkan dalam Gambar 9-7, menggunakan sebuah indeks yang berhubungan dengan
organisasi file sekuensial. Struktur ini memfasilitasi akses langsung ke record individual dan
pemrosesan batch untuk seluruh file. Indeks yang banyak itu dapat digunakan untuk
menciptakan referensi-silang, yang disebut daftar terbalik (inverted list), yang justru semakin
meningkatkan fleksibilitas akses data. Dua indeks ditunjukkan dalam Gambar 9-7. Satu
indeks berisi nomor pegawai (kunci prim_r) untuk record yang ditempatkan secara unik
dalam file. Indeks kedua berisi alamat record yang diatur menurut penghasilan dari tahun-

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
sampai sekarang. Dengan menggunakan field yang tidak unik sebagai kunci sekunder,
semua record karyawan dapat dilihat dengan urutan menaik atau menurun, sesuai dengan
jumlah peng-hasilannya. Selain itu, record individual dengan saldo pendapatan yang dipilih
dapat ditampilkan. Indeks dapat diciptakan untuk setiap atribut dalam file sehingga me-
mungkinkan data dilihat dari banyak perspektif.

D. MODEL DATABASE RELASIONAL


E. F. Codd yang pertama kali mengajukan prinsip-prinsip model relasional di akhir
tahun 1960-an. Model formal ini didasarkan Fada aljabar relasional dan serang-kaian teori,
yang menjadi basis teoritis bagi sebagian besar operasi manipulasi data. Model relasional
menampilkan data dalam bentuk tabel dua-dimensi.
Gambar 9-8 merupakan salah satu contoh tabel database yang diberi nama
Pelanggan.

Gambar 9-8. Tabel Relasional yang Diberi Nama Pelanggan

Artibut

Nama Tabel = Pelanggan

No. Pelanggan
Nama Alamat Saldo Saat Ini
(Kunci)

1875 J. Smith 18 Elm St. 1820,00

1876 G. Adams 21 First St. 2400,00


Tuples
1943 J. Hobbs 165 High St. 549,87
(records)
2345 Y. Martin 321 Barclay 5256,76

. . . .

. . . .

. . . .

Terminologi Database 5678 T. Stem 432 Main St. 643,67


Model relasional memiliki terminologinya sendiri. Tabel database ini disebut relasi. Di
baris pertama relasi itu adalah atribut (elemen-elemen data) yang mem-bentuk kolom-kolom.
Perpotongan kolom dan baris-baris yang terbentuk dalam relasi adalah tuples. Sebuah tuple
yang diberi definisi tepat oleh Codd ketika dia pertama kali memperkenalkannya, yaitu
korespondensi dengan sebuah record. Dari sini, istilah record dan tabel akan digunakan
dalam kaitannya dengan tuple dan relasi (record dengan tuple, label dengan relasi).

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Tabel-tabel yang dirancang dengan tepat memiliki empat karakteristik:
1. Semua peristiwa pada titik perpotongan sebuah baris dan sebuah kolom merupa-kan
sebuah nilai tunggal. Tidak diizinkan nilai majemuk (pengulangan kelompok).
2. Nilai atribut di setiap kolom semuanya harus dari kelas yang sama.
3. Setiap kolom dalam tabel tersebut harus diberi nama secara unik. Namun demi-kian
tabel-tabel yang berbeda mungkin saja berisi kolom-kolom dengan nama yang sama.
4. Setiap baris dalam tabel harus unik setidaknya untuk satu atribut. Atribut ini merupakan
kunci utama.

Asosiasi Tabel
Tabel-tabel database ada dalam kaitannya dengan tabel-tabel lainnya. lni di-sebut
asosiasi. Terdapat tiga asosiasi tabel fundamental: satu-dengan-satu, satu-dengan-banyak,
dan banyak-dengan-banyak.
 Asosiasi Satu-dengan-Satu. Gambar 9-9(a) menunjukkan asosiasi satu-dengan-satu
(1:1). lni berarti bahwa untuk setiap munculnya record dalam tabel X, terdapat nol atau
satu kemunculan dalam Tabel Y. Dalam istilah bisnis, untuk setiap record karyawan
dalam file karyawan, terdapat record tunggal (atau nol untuk karyawan baru) dalam file
penghasilan dari tahun-sampai-saat ini.
 Asosiasi Satu-dengan-Banyak. Gambar 9-9(b) menunjukkan asosiasi satu-dengan-
banyak (1:M). Untuk setiap kemunculan record dalam Tabel X, terdapat nol, atau banyak
kemunculan dalam Tabel Y. Untuk menggambarkannya, untuk setiap record pelanggan
dalam tabel pelanggan, terdapat nol, satu, atau banyak record pesanan penjualan dalam
tabel Pesanan Penjualan.
 Asosiasi Banyak-dengan-Banyak. Gambar 9-9(c) mengambarkan asosiasi banyak-
dengan-banyak (M:), yang merupakan relasi dua arah. Untuk setiap ke-munculan record
dalam Tabel X dan Y, terdapat no 1, satu, atau banyak record dalam Tabel X dan Y.
Asosiasi M:M sering kali terjadi antara record persediaan perusahaan dan record
pemasoknya. Sebuah item persediaan tertentu dapat dipasok oleh satu atau lebih
pemasok. Pada saat yang bersamaan, pemasok tunggal memasok satu atau lebih item
persediaan.

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 9-9. Assosiasi-assosiasi record

(a) (a)
Tabel X Tabel X Tabel X Tabel X

1:1 1:1 1:M 1:M

Tabel Y Tabel X Tabel X Tabel X

Asosiasi Satu-dengan-Satu Asosiasi Satu-dengan-Banyak

(c)
Tabel X M:M Tabel X Tabel X M:M Tabel X

Asosiasi Banyak-dengan-Banyak

Hubungan Antara Tabel-tabel Relasional


Hubungan di antara tabel-tabel relasional yang diperlukan untuk mewujudkan
asosiasi yang dijelaskan di atas dibentuk dengan menggunakan kunci-kunci yang di-
tanamkan, seperti yang ditampilkan dalam Gambar 9-10. Asosiasi-asosiasi itu di-bentuk oleh
sebuah atribut yang: sama untuk kedua tabel. Misalnya, kunci utama untuk tabel Pelanggan
(No. Pelanggan) ditanamkan sebagai sebuah kunci asing dalam tabel Faktur Penjualan dan
tabel Penerimaan Kas. Dengan cara yang sama, kunci primer dalam tabel Faktur Penjualan
(No. Faktur) merupakan kunci asing dalam tabel Item Garis. Perhatikan bahwa tabel Item
Garis menggunakan kunci primer gabungan yang terdiri atas dua field-Nomor Faktur dan
Nomor Item. Kedua field dibutuhkan untuk mengidentifikasi setiap record yang terdapat
dalam tabel secara unik, tetapi hanya bagian nomor faktur dari kunci itu yang menjadi peng-
hubung logis dengan tabel Faktur Penjualan.
DBMS membuat hubungan fisik di antara record yang terdapat dalam tabel-tabel
berkaitan dengan mencari tabel-tabel yang dispesifikasi untuk record-record yang nilainya
diketahui. Misalnya, jika seorang pemakai menginginkan semua faktur untuk Pelanggan
1875, sistem tersebut akan mencari tabel Faktur Penjualan untuk record dengan nilai kunci
asing 1875. Kita melihat dari Gambar9-10 bahwa hanya ada satu kemunculan-nomor faktur
1921. Untuk mendapatkan rincian item garis dari faktur ini, pencarian dilakukan pada tabel
Item Garis untuk record yang memiliki nilai kunci asing 1921. Didapatkan dua record.

Aturan untuk Sistem Database Relasional

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Dari seorang yang sangat memperhatikan penggunaan kata-kata, sebuah sistem
yang sepenuhnya relasional adalah sebuah sistem yang sesuai dengan 12 aturan ketal yang
dijelaskan oleh Codd. Namun demikian, sebagai masalah praktis, tidak semua peraturan
Codd itu sama pentingnya. Sebagian penting dan sebagian tidak. Oleh karena itu, ahli teori
lainnya telah mengusulkan persyaratan yang tidak terlalu ketat untuk menilai situasi
relasional dari sebuah sistem. Jadi, sebuah sistem itu relasional jika Mendukung fungsi
aljabar relasional yang membatasi (restrict), berupa rancangan (project) dan merupakan
gabungan (join).
Persyaratan-persyaratan ini dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:
 Terbatas: Ambil dari baris-baris tertentu dari sebuah tabel tertentu. Operasi ini,
(diilustrasikan dalam Gambar 9-11 (a), menciptakan sebuah tabel virtual (secara fisik
tidak ada) yang merupakan bagian dari tabel yang pertama.
 Rancangan: Ambil atribut (kolom) tertentu dari sebuah tabel yang menciptakan sebuah
tabel virtual. Tabel ini bisa dilihat dalam Gambar 9-11(b).
 Gabungan: Buatlah sebuah tabel fisik yang baru dari dua tabel yang berisi semua
pasangan baris yang saling berhubungan, dari setiap tabel. Lihat Gambar 9-11(c).

Walaupun terbatas, rancangan, dan gabungan bukan merupakan fungsi aljabar


relasional yang lengkap, ketiganya berguna. Kebanyakan kebutuhan infor-masi bisnis
dipuaskan dengan ketiga operasi ini saja.

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 9.10. Kaitan diantara Tabel-tabel Relasional

Pelanggan
Kunci Asing yang
Nama Pel.
Saldo ditanamkan
Nama Alamat
(kunci)
Saat ini
Jumlah
No. No. Tanggal
Faktur Pelanggan Pengiriman Faktur
1875 J. Smith 18 Elm St. 1820,00 $
Penjualan
1876 G. Adams 21 First St. 2400,00 - - - -

- - - -
1943 J. Hobbs 165 Higth St. 549,87

1921 1875 800,00 2 / 10 / 98


2345 Y. Martin 321 Barcclay 5256,76
- - - -
- - - -
Kunci
Item Garis - - - -
- - - - Penerimaan Kas
No. Harga No
No Item Kuantitas Total - No.-Peng. - -
Jumlah Tanggal
-
Faktur - - Perunit -
(kunci) Diterima Diterima
Pelanggan
5678
1918 T.Stem
8312 432
1 Main ST.
84,50 643,6784,50
- - - -

1362 1875 800,00 2 / 30 / 98


1912 9215 10 45,00 450,00
- - - -
1921 3914 1 350,00 350,00 Kunci Asing yang
Kunci Asing yang
- - ditanamkan
- -
ditanamkan

Gambar 9-11. Fungsi Aljabar Relasional – Terbatas, Proyek dan Gabungan

(a) Terbatas (b) Proyek

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
(c) Gabungan
X1 Y1 Y1 Z1 X1 Y1 Z1

X2 Y2 Y2 Z2 X2 Y2 Z2

X3 Y1 Y3 Z3 X3 Y1 Z1

Daftar Pustaka
Hall, James A, 2009. Accounting Information Systems, 6th edition, South-Western

2015 Sistem Informasi Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


16 Dr. Erna Setiany, SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai