Anda di halaman 1dari 7

MENTERI KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARAN
NOMOR SE-32/MK.1/2020

TENTANG
PANDUAN LANJUTAN SISTEM KERJA KEMENTERIAN KEUANGAN
PADA MASA TRANSISI DALAM TATANAN NORMAL BARU

Yth. 1. Para Pimpinan Unit Organisasi Eselon I/Pimpinan Unit Organisasi Non-
Eselon yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan
2. Para Pengelola Kepegawaian
3. Para Pegawai
di lingkungan Kementerian Keuangan

A. Umum
Berdasarkan hasil evaluasi penerapan Sistem Kerja Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
pada Masa Transisi dalam Tatanan Normal Baru Tahap II, dan dengan mempertimbangkan
perkembangan paparan COVID-19 di lingkungan Kemenkeu, serta menindaklanjuti Surat
Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-22/MK.1/2020, SE-27/MK.1/2020, dan SE-
30/MK/1/2020 mengenai sistem kerja Kementerian Keuangan pada Masa Transisi dalam
Tatanan Normal Baru serta Surat Edaran Menteri Keuangan lainnya yang terkait, perlu
menetapkan Surat Edaran tentang Panduan Lanjutan Sistem Kerja Kementerian Keuangan
pada Masa Transisi dalam Tatanan Normal Baru.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan Surat Edaran ini yaitu sebagai panduan lanjutan bagi pegawai, pengelola
kepegawaian, dan pimpinan unit di lingkungan Kemenkeu dalam melaksanakan sistem kerja
dan pengelolaan sumber daya manusia pada masa transisi dalam tatanan normal baru yang
produktif dan aman dari COVID-19.

C. Ruang Lingkup
Surat Edaran ini memuat panduan lanjutan mengenai sistem kerja dan pengelolaan sumber
daya manusia yang meliputi ketentuan penahapan dalam pelaksanaan Work From Office
(WFO) serta beberapa aspek lainnya pada masa transisi dalam tatanan normal baru.

D. Dasar Hukum
1. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.01/2019 tentang Pelimpahan Kewenangan
Menteri Keuangan dalam Bentuk Mandat kepada Pejabat di Lingkungan Sekretariat
Jenderal;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 223/KMK.01/2020 tentang Implementasi Fleksibilitas


Tempat Bekerja (Flexible Working Space) di Lingkungan Kementerian Keuangan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

E. Ketentuan
1. Menindaklanjuti ketentuan huruf E angka 2 Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-
27/MK.1/2020, pejabat yang berwenang melakukan pengaturan penahapan sebagaimana
dimaksud surat edaran tersebut dapat mulai menerapkan Tahap III selama 28 (dua puluh
delapan) hari kalender ke depan dan/atau seterusnya terhitung sejak 31 Juli 2020, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. jumlah pegawai yang melaksanakan tugas di kantor (WFO) maksimal 15% untuk
kantor/satker di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi),
Surabaya Raya, wilayah Zona Merah/Oranye (Risiko Tinggi/Sedang) yang tercantum
dalam laman https://covid19.go.id, dan/atau kabupaten/kota lainnya yang masih
menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB);
b. jumlah pegawai yang melaksanakan WFO maksimal 50 % untuk kantor/satker di luar
Jabodetabek, Surabaya Raya, atau wilayah Zona Kuning/Hijau (Risiko Kecil/Tidak Ada
Kasus/Tidak Terdampak) yang tercantum dalam laman https://covid19.go.id, dan/atau
kabupaten/kota lainnya yang tidak menerapkan PSBB;
c. pimpinan kantor/satker dapat menugaskan jumlah pegawai yang melaksanakan WFO
di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, apabila terdapat
kebutuhan yang khusus dan/atau mendesak untuk melaksanakan pekerjaan yang
menjadi tugasnya;
d. pimpinan kantor/satker yang menugaskan pegawai yang melaksanakan WFO
sebagaimana dimaksud pada huruf c, harus memastikan adanya penerapan protokol
pencegahan COVID-19, serta melaporkan pelaksanaan WFO tersebut kepada
Pimpinan Unit Eselon I/setingkat. Selanjutnya Pimpinan Unit Eselon I/setingkat
melaporkan kepada Sekretaris Jenderal selaku Ketua Pengarah Gugus Tugas
Penanganan COVID-19 Kementerian Keuangan.
2. Bahwa ketentuan untuk menunda/tidak melaksanakan pertemuan/acara yang
memobilisasi/mengumpulkan pegawai secara fisik dalam jumlah besar pada suatu lokasi
secara bersamaan sebagaimana tercantum dalam Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor
SE-4/MK.1/2020 dan Nomor SE-22/MK.1/2020, masih berlaku. Ketentuan tersebut dapat
dikecualikan dalam hal pertemuan/acara memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. dihadiri secara fisik tidak lebih dari 30 (tiga puluh) orang (termasuk penyelenggara)
dan/atau ruangan hanya diisi maksimum 50% dari kapasitas normal guna menjaga
physical distancing;
b. kegiatan tatap muka fisik diupayakan tidak lebih dari 60 (enam puluh) menit;
c. penyediaan hidangan/konsumsi bersifat take away dengan syarat sumber hidangan
serta petugas penyedia hidangan telah melaksanakan protokol kesehatan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

d. seluruh peserta dalam ruangan memakai masker selama pertemuan/acara;


e. peralatan dalam ruang pertemuan/acara dalam kondisi bersih (seperti kursi, meja dan
microfone) dan tersedia hand sanitizer atau sejenisnya; dan
f. sirkulasi udara ruang pertemuan/acara berjalan baik (usahakan jendela/pintu terbuka).
3. Dalam rangka lebih mengintensifkan upaya pencegahan penularan COVID-19 di
lingkungan Kemenkeu, diminta:
a. para Sekretaris Unit Eselon I/Unit Organisasi Non Eselon yang bertanggung jawab
langsung kepada Menteri Keuangan serta Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal,
membentuk task force yang bertugas memonitor penerapan protokol kesehatan
pegawai di masing-masing unit kerja, yang terdiri atas:
1) pengisian self-assessment melalui https://forms.kemenkeu.go.id bagi pegawai yang
ditugaskan WFO sebelum masuk kantor;
2) penggunaan masker selama beraktivitas di kantor (kecuali saat ada keperluan
tertentu, seperti: makan, minum, berwudhu, dan lain-lain);
3) penerapan budaya cuci tangan dengan sabun dan/atau penggunaan hand
sanitizer;
4) penggunaan siku atau alat bantu lain (selain telapak tangan) untuk membuka pintu
dan menekan tombol lift;
5) implementasi pembatasan jumlah orang dalam ruangan dan/atau jaga jarak di
dalam lift;
6) jaga jarak (physical distancing) sekitar 1 (satu) meter antar pegawai saat saling
berhadapan dan/atau saat pertemuan/rapat fisik;
7) membuka pintu/jendela atau ventilasi lainnya saat mengadakan rapat fisik,
dan/atau di ruang kerja apabila ada pintu/jendela yang dimungkinkan untuk dibuka;
8) melakukan disinfeksi bungkus makanan atau bungkus lainnya sebelum dibuka,
serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer sebelum
dan sesudah makan dan/atau membuka bungkusan lain;
9) tidak berjabat tangan;
10) tidak menggunakan alat makan/minum, pakaian dan/atau alat ibadah bersama;
dan/atau
11) menerapkan protokol kesehatan/keselamatan lainnya sesuai kebijakan dan situasi
di tiap Unit Eselon I/Unit Organisasi Non Eselon yang bertanggung jawab langsung
kepada Menteri Keuangan.
b. para Sekretaris Unit Eselon I/Unit Organisasi Non Eselon yang bertanggung jawab
langsung kepada Menteri Keuangan, Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal, dan
pimpinan satker, agar:
1) mengontrol dan memastikan ruang kerja, ruang rapat, lobby, dan ruang/fasilitas lain
di lingkungan kerja, seperti tempat makan, tempat ibadah, dapur/pantri, kamar
mandi/toilet, selalu dikelola berdasarkan protokol kesehatan yang baik;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

2) memonitor kondisi kesehatan pegawai baik yang melakukan WFO, Work From
Home (WFH) atau lainnya, dan dalam hal diperlukan dapat melakukan rapid test
secara berkala sebagai upaya deteksi dini penyebaran COVID-19 di lingkungan
kerja dengan memperhatikan ketersediaan anggaran di masing-masing unit/satker;
3) melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan COVID-19 apabila
diketahui adanya pegawai yang hasil Rapid Test-nya reaktif dan/atau hasil
PCR/Swab Test-nya positif, antara lain dengan melakukan tracing kepada pegawai
lain yang melakukan kontak erat, melakukan penyemprotan disinfektan di ruang
kerja, melakukan Rapid Test dan/atau PCR/Swab Test kepada pegawai yang
ditracing tersebut, dan menugaskan pegawai yang melakukan kontak erat untuk
melaksanakan WFH sampai diketahuinya hasil Rapid/PCR/Swab Test. Dalam hal
hasil Rapid/PCR/Swab Test non-reaktif/negatif maka pegawai yang bersangkutan
dapat ditugaskan WFO, namun apabila hasil Rapid Test reaktif maka tetap
karantina diri (WFH/cuti sakit jika bergejala) dan dilanjutkan dengan PCR/Swab
Test, serta adapun hasil PCR/Swab Test positif maka harus isolasi diri dan
mengikuti protokol kesehatan/keselamatan serta ketentuan yang berlaku;
4) mengawasi secara ketat penerapan protokol kesehatan bagi pegawai non Aparatur
Sipil Negara (ASN), satpam, pengemudi, petugas kebersihan, pramubakti, dan
pegawai lainnya yang berada di lingkungan unit kerja/satker masing-masing, antara
lain dalam membiasakan penggunaan masker, mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir atau hand sanitizer, menjaga jarak dengan orang lain, dan tidak
berkumpul dengan banyak orang (bergerombol);
5) melaporkan hasil monitoring dan/atau upaya pencegahan/penanganan COVID-19
lainnya yang telah dilakukan oleh task force masing-masing kepada pimpinan/ketua
Kelompok Kerja c.q. Sekretariat gugus tugas/satuan tugas penanganan COVID-19
Kemenkeu secara periodik.
4. Kepada setiap pegawai, pengelola kepegawaian dan pimpinan unit/satker agar saling
mengawasi dan mengingatkan pelaksanaan protokol kesehatan sebagaimana dimaksud
pada angka 3 huruf a, dengan ketentuan :
a. dalam hal terjadi ketidakpatuhan/pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, atasan
langsung harus melakukan pembinaan antara lain melalui pemberian nasihat, sharing
session, dan lain-lain; dan
b. dalam hal terjadi ketidakpatuhan/pelanggaran secara terus menerus dan/atau
berulang yang dilakukan secara sengaja/bukan karena kondisi terpaksa, atasan
langsung dapat melakukan pembinaan berdasarkan penegakan kode etik dan
penegakan disiplin termasuk dengan memberikan sanksi kode etik/disiplin, serta
melaporkannya kepada task force di masing-masing Unit Eselon I.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

5. Dalam hal terdapat laporan pegawai (baik ASN maupun non ASN) di unit/satkernya yang
menjadi Kontak Erat dan/atau Konfirmasi/Positif COVID-19, maka Pimpinan Unit Eselon II
di pusat/satker di vertikal melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. melaporkan kasus tersebut ke email tanggap.corona@kemenkeu.go.id atau kepada
PIC (Person in Charge) yang menangani COVID-19 di unitnya. PIC selanjutnya
melakukan input data pada Web Biro SDM sesuai fitur;
b. segera melakukan penyemprotan disinfektan pada ruangan/area kerja yang
terkontaminasi;
c. dapat menerapkan kebijakan WFH total bagi unit/satkernya untuk maksimal 3 (tiga)
hari kerja atau pertimbangan lain sesuai pimpinan unit/satker;
d. segera menerapkan contact tracing atas pegawai dimaksud;
e. segera melakukan PCR/Swab Test pada pegawai dimaksud beserta keluarganya, dan
paling kurang Rapid Test bagi pegawai lain dari hasil contact tracing;
f. menugaskan pegawai yang bersangkutan serta dapat pula pegawai lain hasil contact
tracing untuk WFH selama 14 (empat belas) hari kalender sejak laporan diterima; dan
g. memberikan dukungan kepada pegawai Konfirmasi/Positif yang melaksanakan isolasi
di rumah/tempat tinggal, antara lain berupa bantuan makanan/vitamin penambah daya
tahan tubuh, dan akses konsultasi kesehatan jarak jauh dengan dokter (Balai
Kesehatan/klinik), dengan berpedoman pada ketentuan pelaksanaan anggaran yang
berlaku dan kemampuan anggaran unit/satker.
6. Dalam rangka menjaga keselamatan pegawai, bagi pegawai yang melaksanakan WFO
dan menggunakan transportasi umum yang bersifat massal (seperti kereta, bus umum,
dan lain-lain) dan/atau kondisi lainnya sesuai pertimbangan atasan langsung, presensi
melalui aplikasi e-Kemenkeu atau laman https://office.kemenkeu.go.id dapat dilakukan
selain di area kantor. Pegawai WFO yang melaksanakan presensi selain di area kantor
tersebut wajib memberitahukan kepada atasannya dan menyelesaikan tugas atau
pekerjaannya serta menyampaikan laporan melalui pengisian fitur Tugas Saya pada laman
https://office.kemenkeu.go.id.
7. Dalam hal pegawai terpaksa harus menghadiri undangan rapat/pertemuan kedinasan
yang dilakukan secara fisik dan dihadiri banyak orang, agar tetap menerapkan protokol
kesehatan seperti mengenakan masker selama kegiatan, menjaga jarak fisik dengan
peserta lain, dan cuci tangan/menggunakan hand sanitizer. Dalam hal terjadi gejala
COVID-19 atau gangguan kesehatan setelah menghadiri rapat/pertemuan tersebut agar
segera melapor kepada atasan langsungnya.
8. Mengimbau kembali kepada seluruh pegawai agar mematuhi protokol penanganan bagi
kasus Suspect, Probable, Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai
Isolasi, maupun Kematian yang telah ditetapkan pemerintah sebagaimana tercantum di
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

9. Menegaskan kembali kepada seluruh pegawai baik yang melakukan WFH maupun WFO
agar melakukan presensi melalui laman https://office.kemenkeu.go.id atau aplikasi e-
Kemenkeu, dan pimpinan unit/satker serta pengelola kepegawaian/kepatuhan internal unit
dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan ini.
10. Menegaskan kembali kepada para pengelola kepegawaian agar senantiasa melaporkan
pelaksanaan WFO/WFH sebagaimana ketentuan angka 3 huruf b Surat Edaran Menteri
Keuangan Nomor SE-30/MK.1/2020, termasuk senantiasa melaporkan kasus terkait
COVID-19 pada laman yang sama.
11. Bagi pengelola kepegawaian unit/satker agar mengkoordinasikan/mengupayakan
pengecekan kesehatan dan/atau Rapid/PCR/Swab Test bagi pegawai yang pulang
perjalanan dari daerah, terutama yang pulang perjalanan dinas dari daerah/wilayah zona
Merah/Oranye, dan segera mengkoordinasikan penugasan WFH dalam rangka karantina
diri 14 (empat belas) hari bagi yang bersangkutan, kecuali terdapat kebutuhan organisasi
dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan dan keselamatan di lingkungan kerja.
12. Dalam hal pegawai yang kembali dari perjalanan luar negeri/daerah yang termasuk dalam
wilayah Zona Merah/Oranye (Risiko Tinggi/Risiko Sedang) hendak diberikan penugasan
WFO sebelum masa karantina 14 (empat belas) hari selesai, maka terhadap pegawai
yang bersangkutan harus dilakukan tes PCR/Rapid Test atau pemeriksaan influenza-like
illness (jika tidak ada fasilitas PCR/Rapid Test) dan memperoleh hasil negatif/non
reaktif/bebas gejala seperti influenza paling lambat 1 (satu) hari sebelum WFO, serta tetap
mentaati prosedur pengisian self-assessment sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
angka 3 huruf a angka 1) di atas.
13. Pembiayaan tes/pemeriksaan terkait COVID-19 berpedoman pada ketentuan pelaksanaan
anggaran yang berlaku dan ketersediaan anggaran di masing-masing unit/satker.

F. Penutup
1. Seluruh pegawai harus mematuhi protokol/kebijakan mengenai pencegahan/penanganan
COVID-19, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat, Kemenkeu maupun pemerintah
daerah.
2. Pimpinan unit/satker dan pengelola kepegawaian agar mensosialisasikan, melaksanakan,
dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan Surat Edaran ini kepada pegawai di
masing-masing unit/satker, dan seluruh pegawai harus melaksanakan Surat Edaran ini
dengan sebaik-baiknya.
3. Ketentuan pada surat edaran Menteri Keuangan lainnya terkait sistem kerja Kemenkeu
pada masa transisi dalam tatanan normal baru yang tidak bertentangan dengan Surat
Edaran ini, tetap berlaku.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

4. Surat Edaran ini berlaku sejak ditetapkan sampai dengan terbitnya kebijakan lebih lanjut
dari Pimpinan Kemenkeu.

Demikian disampaikan, untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 03 Agustus 2020
a.n. MENTERI KEUANGAN
SEKRETARIS JENDERAL,

Ditandatangani secara elektronik


HADIYANTO

Tembusan:
1. Menteri Keuangan;
2. Wakil Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai